Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129701 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Ulya Zubaidah
"Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang serius, terutama di Indonesia. Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 700 ribu kasus TB di Indonesia, menempatkannya sebagai urutan kedua setelah India dalam jumlah kasus. Dalam upaya menanggulangi masalah ini, pemerintah menetapkan TB sebagai salah satu program prioritas nasional, dengan target deteksi mencapai 90% dari total kasus di Indonesia. Pengobatan TB sensitif obat (TBSO) melibatkan regimen obat yang kompleks dan sering berlangsung selama beberapa bulan hingga tahun. Dalam konteks ini, peran apoteker menjadi semakin penting, mulai dari memastikan ketersediaan obat yang tepat hingga memberikan edukasi kepada pasien tentang penggunaan obat dan mengawasi efek samping. Tulisan ini menguraikan peran apoteker dalam TBSO, tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah untuk memaksimalkan kontribusi mereka dalam penanggulangan TB. Dalam pemantauan dan evaluasi, apoteker memainkan peran kunci untuk memastikan respons yang baik terhadap terapi dan deteksi dini efek samping atau masalah lainnya. Selain itu, apoteker juga berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan perawat, dalam merencanakan dan melaksanakan perawatan pasien TB. Dengan peran yang terintegrasi dan kerjasama tim yang erat, apoteker dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya penanggulangan TB di Indonesia.

Tuberculosis (TB) is a serious global health problem, especially in Indonesia. In 2022, the Ministry of Health recorded more than 700 thousand TB cases in Indonesia, placing it second after India in the number of cases. In an effort to overcome this problem, the government has designated TB as one of the national priority programs, with a detection target of reaching 90% of total cases in Indonesia. Treatment of drug-sensitive TB (TBSO) involves complex drug regimens and often lasts for several months to years. In this context, the role of pharmacists becomes increasingly important, from ensuring the availability of the right medication to providing education to patients about medication use and monitoring side effects. This article describes the role of pharmacists in TBSO, the challenges they face, and steps to maximize their contribution to TB control. In monitoring and evaluation, pharmacists play a key role to ensure good response to therapy and early detection of side effects or other problems. Apart from that, pharmacists also collaborate with other health teams, such as doctors and nurses, in planning and implementing TB patient care. With an integrated role and close teamwork, pharmacists can make a significant contribution to TB control efforts in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahidah Raihanah
"Penyakit tuberkulosis (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular melalui udara. Di Indonesia, TB memiliki dampak serius dengan 824.000 kasus dan 93.000 kematian per tahun. Pengobatan TB menggunakan obat anti-tuberkulosis (OAT) selama enam bulan tanpa putus untuk membasmi bakteri. Kepatuhan minum obat sangat penting untuk mencegah resistansi obat. Puskesmas memainkan peran kunci dalam edukasi pasien dan keluarga mengenai penggunaan obat. Edukasi dapat dilakukan dengan pemberian media informasi leaflet. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan minum obat dan efektivitas terapi, serta mengurangi resistansi antibiotik. Leaflet berisi informasi mengenai tujuan pengobatan, prinsip pengobatan, dampak putus obat dan cara minum obat. Leaflet dicetak pada kertas brosur glossy ukuran A5, dilipat dua sehingga terdiri dari 4 halaman. Halaman pertama sebagai cover dengan judul "Patuhi Minum Obat, Hindari TB-RO" menjelaskan tentang Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO). Halaman kedua berisi Tujuan Minum Obat dan Prinsip Pengobatan. Halaman ketiga memuat informasi mengenai Dampak Putus Obat. Halaman terakhir berisi Cara Minum Obat dan informasi kontak puskesmas.

Tuberculosis (TB) is caused by Mycobacterium tuberculosis and can be transmitted through the air. In Indonesia, TB has a serious impact with 824,000 cases and 93,000 deaths per year. TB treatment uses anti-tuberculosis drugs (OAT) for six months without stopping to eradicate the bacteria. Compliance with taking medication is very important to prevent drug resistance. Community health centers play a key role in educating patients and families regarding medication use. Education can be done by providing information leaflets as a medium. This effort is expected to increase medication adherence and therapeutic effectiveness, as well as reduce antibiotic resistance. The leaflet contains information about the goals of treatment, principles of treatment, the effects of drug withdrawal and how to take medication. The leaflet is printed on A5 size glossy brochure paper, folded in half so that it consists of 4 pages. The first page as the cover with the title "Adhere to Taking Medicine, Avoid TB-RO" explains about Drug-Resistant Tuberculosis (TB-RO). The second page contains the Purpose of Taking Medicine and Principles of Treatment. The third page contains information regarding the Impact of Drug Withdrawal. The last page contains How to Take Medicine and contact information for the health center.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Novita
"Tuberkulosis termasuk dalam penyebab kematian tertinggi setelah penyakit jantung iskemik dan penyakit serebrovaskuker. Salah satu faktor keberhasilan pengobatan atau Treatment Success Rate (TSR) adalah terganggunya suplai obat yang membuat pasien menunda atau tidak meneruskan pengobatan. Puskesmas Kecamatan Cengkareng merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang terletak di wilayah Jakarta Barat yang menangani tuberkulosis. Berdasarkan Data Puskesmas Kecamatan Cengkareng, penderita tuberkulosis pada tahun 2022 terdapat 269 pasien diantaranya 164 pasien TB-SO, 47 pasien dengan komorbid, 21 pasien TBRO dan 37 pasien anak sehingga edukasi dapat dilakukan untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarat khususnya penderita tuberkulosis. Edukasi pasien dapat dilakukan melalui media cetak seperti leaflet dan brosur karena memiliki kelebihan fleksibilitas tinggi, mudah dibawa, menarik dan masyarakat mampu memahami informasi dengan mudah dan dengan adanya efek persuasif dalam penyampaian informasi melalui kalimat dan visual. Tujuan tugas khusus ini adalah untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat melalui edukasi dengan leaflet dan brosur dan Metode yang digunakan adalah pengumpulan data, studi literatur dan pembuatan media edukasi. Edukasi melalui leaflet dan brosur juga diharapkan dapat meningkatkan upaya Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dimana sejalan dengan tujuan puskesmas yaitu bertujuan melaksanakan upaya kesehatan dalam peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Tuberculosis is among highest causes of death after ischemic heart disease and cerebrovascular disease. One of factor in the success of treatment or Treatment Success Rate (TSR) is disruption of drug supply which causes patients to delay or not continue treatment. Cengkareng Sub-district Health Center is one of the health facilities located in the West Jakarta that treats tuberculosis. Based on Cengkareng Sub-district Community Health Center data, in 2022 there will be 269 tuberculosis sufferers, including 164 TB-SO patients, 47 patients with comorbidities, 21 TB-RO patients, and 37 pediatric patients so that education can be carried out to improve community health, especially tuberculosis sufferers. Patient education can be done through printed media such as leaflets and brochures because they have many advantages of high flexibility, easy to carry, and attractive and the public can understand information easily and have a persuasive effect in conveying information through script and visuals. This special assignment aims to improve public health through education with leaflets and brochures and the methods are data collection, literature study, and created educational media. It is also hoped that education through leaflets and brochures can improve health efforts at the Cengkareng Sub-district Community Health Center, which is in line with the goals of the community health center that to carry out health efforts to improve health (promotive), prevent disease (preventive), cure disease (curative) and recover (rehabilitative)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Tyas Ayunda
"HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, dengan jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahunnya. Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus, yang mampu menggunakan RNA dan DNA inangnya untuk membentuk DNA virus dalam masa inkubasi yang lama. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala dan infeksi akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh infeksi HIV. Masalah dan Meskipun berbagai obat anti-HIV dikembangkan, tingginya biaya, efek samping, dan keterbatasan dari obat-obatan tersebut. kemoterapi dan terapi infeksi HIV masih merupakan tantangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat leaflet pencegahan sebagai sarana edukasi bagi pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Universitas Indonesia untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut. Desain penelitian meliputi pembuatan leaflet pencegahan untuk edukasi HIV/AIDS di Universitas Rumah Sakit Indonesia dari bulan September sampai Oktober. Konteksnya mencakup berbagai bentuk edukasi melalui media cetak dan elektronik, serta ceramah dan diskusi. Leaflet pencegahan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mencegah penularan HIV/AIDS pada pasien, masyarakat umum, dan khususnya di lingkungan Universitas. lingkungan Rumah Sakit Indonesia. Implikasi: Pengembangan materi edukasi seperti leaflet pencegahan dapat berkontribusi dalam mencegah penyebaran HIV/AIDS dan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pasien dan masyarakat.

HIV/AIDS is a major health issue worldwide, particularly in Indonesia, with increasing cases each year. The virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) is a retrovirus belonging to the lentivirus family, capable of using its RNA and host DNA to form virus DNA during a long incubation period. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) is a collection of symptoms and infections resulting from the damage to the human immune system caused by HIV infection. Despite various anti-HIV agents developed, the high cost, side effects, and limitations of chemotherapy and HIV infection therapy remain challenges. This study aims to create a prevention leaflet as an educational tool for HIV/AIDS patients at the University of Indonesia Hospital to prevent the spread of the disease.] The research design involves creating a prevention leaflet for HIV/AIDS education at the University of Indonesia Hospital from September to October. The context includes various forms of education through print and electronic media, as well as lectures and discussions. The prevention leaflet aims to provide information that can prevent the transmission of HIV/AIDS among patients, the general public, and especially within the University of Indonesia Hospital environment. Implications: The development of educational materials such as the prevention leaflet can contribute to preventing the spread of HIV/AIDS and improving awareness and knowledge among patients and the community.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zaenab
"Jumlah pasien TBC-HIV di Indonesia meningkat dari tahun 2020-2023, Pasien TBC dengan HIV memiliki risiko kematian lebih tinggi namun belum ditemukan informasi mengenai faktor yang berhubungan dengan kematian pasien TBC HIV selama masa pengobatan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko kematian pasien TBC-HIV dengan seluruh kematian pasien TBC SO komorbiditas HIV pada masa pengobatan di Indonesia tahun 2021-2022 dengan menggunakan desain studi kohort retrospektif. Analisis yang digunakan meliputi analisis desktiptif, survival dan multivariat. Sampel dari penelitian ini ada sebanyak 16.029 (78,4%) dari total populasi eligible. Hasil penelitian menunjukan proporsi kematian pasien TBC SO komorbiditas HIV adalah sebesar 15,65% dengan laju kejadian meninggal sebesar 10 Per 10.000 orang hari dan probabilitas kumulatif survival sebesar 62% (95% CI 58,24% - 65,68%). Analisis multivariat menunjukan faktor yang berhubungan dengan kematian pasien TBC SO komorbiditas HIV di Indonesia ialah umur ≥40 tahun (HR 1,29; 95% CI 1,189 – 1,402), jenis fasyankes rumah sakit (HR 0,83; 95% CI 0,766 – 0,900) dan lokasi anatomi paru (HR 1,42; 95% CI 1,225 – 1,660). Upaya yang perlu dilakukan ialah meningkatkan tes HIV pada pasien TBC dan sebaliknya untuk menjaring lebih banyak pasien TBC-HIV sehingga ditangani lebih tepat dan meminimalisir keparahan kondisi kesehatannya yang menyebabkan meninggal.

The number of TB-HIV patients in Indonesia increased from 2020-2023, TB patients with HIV have a higher risk of death but no information has been found regarding factors related to the death of TB HIV patients during treatment in Indonesia. This study aims to determine the effect of risk factors for death in TB-HIV patients with all deaths of TB SO patients with HIV comorbidity during treatment in Indonesia in 2021-2022 using a retrospective cohort study design. The analysis used includes descriptive, survival and multivariate analysis. The sample of this study was 16,029 (78.4%) of the total eligible population. The results showed that the proportion of deaths of TB SO patients with HIV comorbidity was 15.65% with a death rate of 10 per 10,000 person days and a cumulative probability of survival of 62% (95% CI 58.24% - 65.68%). Multivariate analysis showed that factors associated with mortality in SO TB patients with HIV comorbidity in Indonesia were age ≥40 years (HR 1.29; 95% CI 1.189 - 1.402), type of hospital health care facility (HR 0.83; 95% CI 0.766 - 0.900) and anatomical location of the lungs (HR 1.42; 95% CI 1.225 - 1.660). Efforts that need to be made are to increase HIV testing in TB patients and vice versa to recruit more TB-HIV patients so that they are treated more appropriately and minimize the severity of their health conditions that cause death."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Ramadhanti
"Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) masih menjadi permasalahan utama di dunia dengan angka kematian mencapai 3,23 juta. Prinsip dalam terapinya, obat dalam bentuk inhalasi lebih dipilih dalam pengobatan PPOK karena efek sampingnya lebih sedikit dibandingkan oral dan parenteral. Namun, data menunjukkan 50 – 80% pasien gagal menggunakan inhaler mereka dengan benar. Oleh karena itu sebagai apoteker, wajib memberikan penjelasan penggunaan inhaler yang benar kepada pasien seperti melalui Pelayanan Informasi Obat (PIO) dengan bantuan media edukasi kesehatan seperti leaflet dan juga video konseling yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan terapi. Leaflet dan juga video konseling dibuat berdasarkan penelusuran literatur melalui search engine yang kemudian informasinya dikumpulkan dan disusun dengan baik. Desain leaflet dibuat melalui website Canva dan video konseling dilakukan pengambilan di Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan bantuan kamera ponsel dan diedit menggunakan aplikasi Capcut. Adapun informasinya memuat tentang definisi, indikasi, kandungan inhaler, DAGUSIBU (dapatkan, gunakan, simpan, buang), bagian inhaler, cara mempersiapkan alat, cara menggunakan, dan cara mengisi ulang inhaler yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan terapi bagi pasien.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is still a major problem in the world with a death rate of 3.23 million. The principle of therapy is that drugs in inhaled form are preferred in the treatment of COPD because they have fewer side effects than oral and parenteral drugs. However, data shows 50 – 80% of patients fail to use their inhalers correctly. Therefore, as a pharmacist, you are obliged to provide explanations about the correct use of inhalers to patients, such as through the Drug Information Service (PIO) with the help of health education media such as leaflets and also video counseling which is expected to increase the success of therapy. Leaflets and counseling videos are made based on literature searches via search engines where the information is then collected and organized properly. The leaflet design was made via the Canva website and the counseling video was taken at the University of Indonesia Hospital with the help of a cellphone camera and edited using the Capcut application. The information contains definitions, indications, inhaler contents, DAGUSIBU (get, use, store, throw away), inhaler parts, how to prepare the device, how to use, and how to refill the inhaler which is expected to increase the success of therapy for patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana
"Tuberkulosis resisten obat (TBRO) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. TBRO adalah keadaan dimana bakteri tuberkulosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Untuk memastikan terapi obat yang diberikan aman, efektif, dan rasional diperlukan pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien TBRO. Studi retrospektif ini dilakukan pada pasien TBRO yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) antara April hingga Agustus 2022. Kriteria inklusi pada PTO ini adalah pasien yang tertulis diagnosis TBRO di rekam medik dengan data riwayat pengobatan lengkap. Dari 26 pasien TBRO, didapatkan 20 pasien dengan paduan terapi jangka panjang dan 6 pasien dengan paduan terapi jangka pendek. Dari 20 pasien yang mendapatkan paduan terapi jangka panjang, 3 pasien diantaranya meninggal dunia. Dari 23 pasien yang dilakukan pemantauan terapi obat di Poli TBRO RSUI, sebanyak 87% pasien sudah tepat dosis, 60,9% pasien sudah mendapatkan terapi efek samping obat yang sesuai, dan 87% pasien mendapatkan paduan pengobatan yang sesuai.

Drug-resistant tuberculosis (TBRO) is a very serious health problem in the world. TBRO is a condition where the tuberculosis bacteria can no longer be killed with anti-tuberculosis drugs (OAT). To ensure that drug therapy is safe, effective, and rational, it is necessary to monitor drug therapy (PTO) in TBRO patients. This retrospective study was conducted on TBRO patients receiving therapy at the University of Indonesia Hospital (RSUI) between April and August 2022. The inclusion criteria for this PTO were patients who had a TBRO diagnosis written in the medical record with complete medical history data. Of the 26 TBRO patients, 20 patients received long/individual regiment and 6 patients with short treatment regiment (STR). Of the 20 patients who received long-term therapy, 3 of them died. Of the 23 patients who were monitored for drug therapy at the RSUI TBRO Polyclinic, as many as 87% of patients received the right dose, 60.9% of patients received appropriate drug side effect therapy, and 87% of patients received appropriate treatment regimens."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
"ABSTRAK
Latar belakang : Tuberkulosis TB merupakan masalah kesehatan dunia dan di Indonesia. Data Global Tuberculosis Report 2015 menyatakan hanya 3 juta 58 dari 5,2 juta kasus TB paru di dunia pada tahun 2014 dikonfirmasi secara bakteriologis menggunakan pemeriksaan apusan dahak basil tahan asam BTA , biakan Mycobacterium tuberculosis M. tb atau Xpert MTB/RIF. Kasus TB dengan hasil apusan dahak BTA negatif dilaporkan sebanyak 36 dari total kasus TB di dunia dan sebanyak 104.866 kasus 32 dari total kasus TB di Indonesia. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF adalah pemeriksaan molekuler yang mendeteksi M. tb dalam dua jam. Belum banyak data mengenai peran pemeriksaan Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan pemeriksaan biakan M.tb sebagai pemeriksaan baku emas di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi pemeriksaan Xpert MTB/RIF dalam mendeteksi M.tb dibandingkan dengan biakan M.tb sebagai baku emas pada pasien TB paru klinis kasus baru.Metode : Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dan sampel dikumpulkan secara consecutive sampling terhadap 71 pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA 3 kali negatif di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta mulai bulan Januari hingga Agustus 2016. Dilakukan pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF, dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen dan pengambilan data gambaran foto toraks dalam 1 bulan terakhir.Hasil : Terdapat 71 sampel penelitian yaitu pasien TB paru klinis kasus baru dengan hasil apusan dahak BTA negatif di RSUP Persahabatan Jakarta dari bulan Januari ndash; Agustus 2016. Karakteristik pasien terbanyak adalah laki-laki 62 , usia 40-59 tahun 47,9 , IMT 18,5-24,99 60,6 , tidak pernah merokok 49,3 , IB ringan 69 , tidak terdapat kontak TB 80,3 , penyakit komorbid tumor paru 12,7 , keluhan batuk ge;2 minggu 74,6 dan gambaran foto toraks curiga TB berupa lesi luas 76,1 . Berdasarkan total 71 pasien, hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF hanya positif M. tb terdeteksi pada 10 pasien dengan sebanyak 5 pasien dari jumlah tersebut memiliki hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif. Sebaliknya, ditemukan hasil pemeriksaan dahak biakan M.tb positif dan hasil pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF negatif M. tb tidak terdeteksi pada 1 pasien.Kesimpulan : Pemeriksaan dahak Xpert MTB/RIF dibandingkan dengan dahak biakan M.tb dengan media Lowenstein-Jensen sebagai baku emas memiliki sensitivitas 83,33 , spesifisitas 92,3 , nilai duga positif 50 , nilai duga negatif 98,36 , rasio kemungkinan positif 10,81 dan rasio kemungkinan negatif 0,18 pada pasien TB paru klinis kasus baru.

ABSTRACT
Background Tuberculosis TB is one of the health problems in the world and in Indonesia. Global Tuberculosis Report 2015 states that only 3 million 58 of the estimated 5.2 million pulmonary TB in 2014 were bacteriologically confirmed using acid fast bacilli AFB assay, Mycobacterium tuberculosis M. tb culture or Xpert MTB RIF. Smear negative TB cases are reported as many as 36 of all TB cases in the world and 104.866 cases 32 of all TB cases in Indonesia. Xpert MTB RIF assay is a rapid molecular test which can detect M. tb within two hours. There has been lack of datas about the role of Xpert MTB RIF assay compared to M. tb culture as gold standard in developing countries, especially Indonesia. This study aims to evaluate the accuracy of Xpert MTB RIF assay for M. tb detection compared to M.tb culture as gold standard in clinically diagnosed tuberculosis new case patients.Methods This study used diagnostic test design study and all samples collected using consecutive sampling of the 71 clinically diagnosed tuberculosis new case patients with three times AFB negative sputum results in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari to August 2016. Xpert MTB RIF assay, M. tb culture with Lowenstein Jensen medium and chest radiograph in last 1 month were done.Results There are 71 samples which are clinically diagnosed tuberculosis new case patients with acid fast bacilli negative in Persahabatan Hospital, Jakarta from Januari ndash August 2016. Patient characteristics with the highest result are male 62 , 40 59 year old 47.9 , BMI 18,5 24,99 60.6 , non smoker 49.3 , IB mild 69 , no TB contacts 80.3 , lung tumors as comorbid disease 12.7 , symptom cough ge 2 weeks 74.6 and chest radiograph with far advanced lesion 76.1 . Based on total 71 patients, Xpert MTB RIF is only positive M. tb detected in 10 patients with 5 of them have positive M. tb culture. On the other hand, there is 1 patient with positive M. tb culture and negative Xpert MTB RIF M. tb not detected . Conclusion The Xpert MTB RIF compared to M.tb culture with Lowenstein Jensen medium as gold standard has sensitivity 83.33 , specificity 92.3 , positive predictive value 50 , negative predictive value 98.36 , positive likehood ratio 10.81 and negative likehood ratio 0.18 in clinically diagnosed tuberculosis new case patients. "
2016
T55698
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Hadiqotul Aini
"Dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apoteker melakukan pemberian informasi obat (PIO) dengan menyediakan informasi serta rekomendasi terkait suatu obat  baik kepada dokter, apoteker lain, perawat, profesi kesehatan lainnya maupun pasien. Adapun, di depo rawat inap Rumah Sakit Universitas Indonesia, pemberian informasi obat, terutama yang memerlukan rekonstitusi belum berjalan  maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga. Oleh karena itu, perlu adanya suatu sistem yang dapat meningkatkan efisiensi pemberian informasi obat. Pada tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Universitas Indonesia, disusun daftar obat injeksi H-N yang memuat informasi indikasi, cara pemberian, cara rekonstitusi dan stabilitas dari masing-masing obat. Hal tersebut diharapkan  dapat memudahkan dalam pencarian data sehingga dapat meningkatkan efektifitas baik dalam penelusuran informasi obat maupun pemberian informasi obat.

As part of pharmaceutical care in hospitals, pharmacists provide Drug Information Services (DIS) by offering information and recommendations related to a medication to doctors, other pharmacists, nurses, other healthcare professionals, patients, and others. However, at Rumah Sakit Universitas Indonesia, the delivery of drug information, especially for medications that require reconstitution, has not been fully optimized due to time and manpower constraints. Therefore, there is a need for a system aimed at improving the efficiency of drug information provision. As part of Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) at Rumah Sakit Universitas Indonesia, a list of injection drugs H-N was compiled, which includes information such as indications, administration methods, reconstitution procedures, and stability. With these actions implemented, it is anticipated that accessing data will be simplified, thereby enhancing the efficiency of both retrieving and providing drug information.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fikha Alievia
"Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakteri bernama basil mycobacterium tuberculosis. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC menjadi sakit. Terdapat dua kondisi jika seseorang terserang penyakit TBC, yaitu infeksi TB laten dan TB aktif. Penelitian ini dilakukan untuk memvisualisasikan sebaran prevalensi kejadian TBC dengan determinan TBC di Indonesia tahun 2021 secara spasial. Dan juga, melakukan pemetaan secara analisis spasial dan spasial statistik antara prevalensi TBC tahun 2021 terhadap determinan TBC tersebut dengan menggunakan aplikasi ArcGIS 10.4 dan GeoDa yang dapat melihat persebaran TBC di Indonesia sehingga penderita TBC dapat terdeteksi secara keseluruhan. Analisis spasial dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan dalam melakukan pemantauan dan pencegahan dalam mengurangi ketidaksetaraan. Jika dilihat berdasarkan analisis spasial, penyakit TBC merupakan penyakit yang cenderung berkorelasi terhadap lokasi spasial dan geografis pasien. Dari hasil pembobotan didapatkan bahwa daerah yang sangat berisiko adalah Provinsi DKI Jakarta dan daerah yang berisiko adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Gorontalo, dan Papua Barat. Dari hasil analisis spasial statistik atau LISA, menyebar pada kuadran I (High-High), II (Low-High), III (Low-Low), dan IV (High-Low). Selain itu, hasil tersebut juga menunjukkan bahwa variabel prevalensi TBC memiliki pola persebaran yang menyebar karena memiliki autokorelasi spasial negatif sehingga tidak ada interaksi spasial pada variabel tersebut.

Tuberculosis (TB) is caused by a bacterium called the bacillus mycobacterium tuberculosis. Not everyone infected with TB bacteria becomes sick. There are two conditions if a person develops TB disease, latent TB infection and active TB. This research was conducted to spatially visualize the prevalence distribution of TB incidence with TB determinants in Indonesia in 2021. And also, to carry out spatial analysis and statistical spatial mapping between the prevalence of TB in 2021 and the determinants of TB using the ArcGIS 10.4 and GeoDa applications which can see the spread of TB in Indonesia so that TB sufferers can be detected as a whole. Spatial analysis can be used to make health plans in carrying out monitoring and prevention in reducing inequalities. When viewed based on spatial analysis, TB disease is a disease that tends to correlate with the patient's spatial and geographic location. From the results of the weighting, it was found that the areas that were very at risk were DKI Jakarta Province and the areas at risk were the Provinces of West Java, East Java, Banten, Gorontalo, and West Papua. From the results of statistical spatial analysis or LISA, it is spread in quadrants I (High-High), II (Low-High), III (Low-Low), and IV (High-Low). In addition, these results also show that the TB prevalence variable has a wide distribution pattern because it has a negative spatial autocorrelation so that there is no spatial interaction with this variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>