Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214191 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhenisa Ratna Augustin
"Bendungan Cabean merupakan salah satu proyek Kementerian PUPR. Bendungan ini merupakan tipe bendungan serbaguna dengan fungsi untuk mengairi daerah irigasi, pengendalian banjir, pembangkit listrik, pariwisata, ketahanan air, dan ketahanan pangan di Kabupaten Blora. Lokasi area rencana pembangunan bendungan di daerah Cabean, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Di daerah penelitian ini, telah dilakukan akuisisi data resistivitas dan data bor. Data resistivitas dan data bor digunakan sebagai data sekunder. Pada penelitian ini, penulis mengidentifikasi area dan kedalaman lapisan keras di bawah permukaan tanah dengan menggunakan metode geolistrik dan data bor untuk menentukan jenis fondasi yang dapat digunakan. Akuisisi data resistivitas dilakukan dengan membuat empat lintasan besar, yang mana masing-masing lintasan memiliki panjang 240 m. Hasil akhir dari pengolahan ini adalah persebaran nilai resistivitas batuan di bawah permukaan. Lintasan 1 – 4 memiliki sebaran nilai resistivitas yang beragam, dengan kisaran nilai di antara 2,7 Ωm hingga >579 Ωm. Nilai resistivitas di area penelitian cenderung lebih rendah dikarenakan lokasi penelitian berada di area persawahan. Area ini memiliki banyak vegetasi dan juga irigasi, sehingga banyak air yang tersebar ke dalam lapisan tanah. Selanjutnya, dilakukan korelasi antara data resistivitas dengan data bor. Melalui korelasi data resistivitas dan data bor, dapat dilakukan identifikasi lapisan tanah keras yang mengacu pada SNI 1726:2019. Litologi utama pada area penelitian ini adalah residual soil pada kedalaman 0 – 5 m yang dikategorikan sebagai lapisan tanah sedang – keras, dan perselingan batupasir-batulanau-batulempung pada kedalaman > 5 m yang dikategorikan sebagai lapisan tanah keras. Oleh karena itu, jenis fondasi tanah keras yang digunakan berdasarkan kedalamannya adalah jenis fondasi tiang pancang atau fondasi bored pile.

The Cabean Dam is one of the projects undertaken by the Ministry of Public Works and Housing (PUPR). This dam is a multifunctional type, serving purposes such as irrigation, flood control, electricity generation, tourism, water security, and food security in Blora Regency. The planned construction site of the dam is located in Cabean, Todanan Subdistrict, Blora Regency, Central Java. In this research area, resistivity data and borehole data have been acquired. Resistivity data are used as primary data, while borehole data are used as secondary data. In this study, the author identifies the area and depth of the hard layer beneath the ground surface using geoelectrical methods and borehole data to determine the type of foundation that can be utilized. The acquisition of resistivity data was conducted by creating four major traverses, each consisting of several minor traverses, and complemented by ten borehole data points. The final result of this processing is the distribution of subsurface rock resistivity values. Traverses 1 to 4 have a diverse range of resistivity values, ranging from 2.7 Ωm to >579 Ωm. The resistivity values in the research area tend to be lower because the location is in a rice field area. This area has abundant vegetation and irrigation, causing a significant amount of water to infiltrate into the soil layers. Subsequently, a correlation was made between the resistivity data and the borehole data. Through the correlation of resistivity and borehole data, the identification of the hard soil layer in accordance with SNI 1726:2019 can be conducted. The main lithology in this research area is residual soil at a depth of 0 – 5 meters, categorized as a medium-hard soil layer, and interbedded sandstone-siltstone- claystone at a depth of > 5 meters, categorized as a hard soil layer. Therefore, the type of hard soil foundation used based on its depth is either a pile foundation or a bored pile foundation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Syaifullah
"Tanah longsor dianggap sebagai salah satu bencana hidrometeorologi yang paling berbahaya karena bisa menimbulkan beberapa kerugian, diantaranya korban jiwa dan luka-luka, kerusakan pada rumah dan infrastruktur. Faktor-faktor yang memicu longsor meliputi kemiringan lereng, kejenuhan air, porositas, dan permeabilitas. Parameter-parameter ini dianalisis dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran bidang gelincir dan potensi longsor dengan memanfaatkan metode geolistrik. Penelitian ini dilaksanakan di Bendungan Manikin dengan total terdapat tiga lintasan geolistrik. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan konfigurasi dipol-dipol, dan hasilnya menunjukkan sebaran nilai resistivitas antara 1 hingga 36 Ωm pada kedalaman 0 hingga 5 meter, yang diduga sebagai endapan batu pasir yang terlapuk secara sempurna, resistivitas antara 36 hingga 720 Ωm pada kedalaman 1 hingga 20 meter yang diduga sebagai shale, dan resistivitas lebih dari 720 Ωm yang diduga sebagai shale. Dari hasil penampang ketiga lintasan, bisa ditemukan adanya dugaan bidang gelincir antara batu pasir dan shale yang terlapuk sempurna. Berdasarkan analisis tingkat kemiringan lereng, lokasi penelitian ini terletak pada lereng yang curam dengan tingkat kemiringan antara 25 hingga 45 derajat dan cenderung tidak stabil. Kemudian litologi yang diduga akan mengalami gelinciran adalah endapan shale yang terlapuk sempurna. Oleh karena itu, diharapkan melalui penelitian ini bisa memetakan potensi wilayah penelitian ini untuk mengalami tanah longsor.

Landslides are considered one of the most dangerous hydrometeorological disasters because they can cause several losses, including loss of life and injuries, damage to houses and infrastructure. Factors that trigger landslides include slope slope, water saturation, porosity and permeability. These parameters are analyzed with the aim of identifying the distribution of slip areas and potential landslides using geoelectric methods. This research was carried out on the side of the road around the Manikin Dam with a total of three geoelectric lines. Measurements were carried out using a dipole-dipole configuration, and the results showed a distribution of resistivity values ​​between 1 and 36 Ωm at a depth of 0 to 5 meters, which is thought to be completely weathered sandstone deposits, resistivity between 36 and 720 Ωm at a depth of 1 to 20 meters. which is suspected to be shale, and resistivity of more than 720 Ωm which is suspected to be colluvial shale. From the results of the cross-sections of the three tracks, it can be found that there is a suspected slip area between the sandstone and the sandstone which is completely weathered. Based on the analysis of the slope level, this research location is located on a steep slope with a slope of between 25 to 45 degrees and tends to be unstable. Then the lithology that is suspected to experience slipping is completely weathered colluvial shale deposits. Therefore, it is hoped that through this research we can map the potential of this research area to experience landslides."
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aisyah Pradika
"Sebagai salah satu infrastruktur penting untuk sumber daya air, proyek pembangunan bendungan memerlukan perencanaan komprehensif dan standardisasi yang efektif untuk mengakomodasi kebutuhan selama proses konstruksi. Selain itu, rencana konstruksi harus dikembangkan untuk meminimalisir kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau masalah keselamatan lainnya. Oleh karena itu, pengembangan WBS (Work Breakdown Structure) adalah komponen yang sangat penting dalam proses perencanaan. Dalam mendukung pernyataan ini, kamus WBS dan checklist juga diperlukan untuk mendukung perencanaan dan pengendalian proyek. Penelitian telah menemukan bahwa dokumen-dokumen ini memberikan rincian deliverables, aktivitas, dan jadwal dari setiap komponen WBS pada proyek. Hal-hal ini juga dapat digunakan untuk perencanaan safety karena paket pekerjaan disusun secara hierarki, sehingga memudahkan perencanaan safety untuk setiap kegiatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode validasi pakar menggunakan kuesioner semi terbuka dan dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian ini adalah kamus WBS dan checklist untuk proyek konstruksi bendungan yang dapat menjadi pedoman untuk perencanaan safety. Penelitian ini juga menemukan rincian berupa metode konstruksi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap paket pekerjaan dalam proyek konstruksi bendungan.

As one of the essential infrastructures needed for water resources, dam construction project requires comprehensive planning and effective standardization to accommodate the needs during the construction process. Also, the construction plan should be developed to minimize failures that can cause work accidents or other safety issues. Therefore, the development of WBS (Work Breakdown Structure) is a vital component in the planning process. In supporting these, a WBS dictionary and checklist are also needed to support the planning and control process of the project. Studies have found that these documents provide the details of deliverables, activity, and schedule information of each WBS components of the project. Also, these can be used for safety planning due to the hierarchy structure of each work package, hence making it easier for safety planning in each activities. This study was conducted by experts validation method through a semi-open questionnaire and analyzed using a descriptive statistical analysis method. The results of the study are the WBS dictionary and checklist for the dam construction project, that can be the guideline for its safety planning. The study had also found the details of the construction method and resources for every work package in the dam construction project.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cokro Wibowo Suratno
"Ketebalan dan porositas reservoar merupakan dua parameter yang krusial dalam perhitungan cadangan minyak atau gas di suatu lapangan. Namun, data seismik yang tersedia dibatasi oleh resolusi vertikal yang sulit untuk mengkarakterisasi reservoar yang bervariasi. Menurut Brown (2009), terdapat dua limit resolusi vertikal data seismik, yaitu limit separabilitas dan limit visibilitas. Limit separabilitas merupakan ketebalan minimum reservoar yang dapat dipisahkan oleh dua wiggle seismik yang biasanya mencapai 1/4 dari panjang gelombang. Pada kondisi ini disebut dengan kondisi tuning. Limit visibilitas merupakan reservoar tertipis yang dapat dilihat oleh amplitudo seismik yang dalam kondisi yang baik dapat mencapai 1/30 dari panjang gelombang. Dengan adanya teori tersebut, peneliti melihat adanya peluang untuk meresolusi seismik di bawah tuning thickness-nya. Penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan data sumur dan data seismik melalui kalibrasi statistical tuning chart dan model Amplitude Tuning - Porosity*Thickness. Data seismik yang digunakan adalah berupa ekstraksi amplitudo dan isochrone serta analisis frekuensinya. Dengan cara ini, kita dapat meningkatkan resolusi vertikal hingga mendekati limit visibilitas data seismik. Hasil dari penelitian ini berupa peta ketebalan dan peta porosity-thickness dalam domain kedalaman yang sudah terkalibrasi sumur. Lebih dari itu, analisis sedimentologi akan dipadukan guna mengevaluasi peta tersebut agar sesuai dengan fasies sedimennya. Selain itu, peneliti juga mensimulasikan perhitungan volumetrik gas pada reservoar. Pada akhirnya, peta ketebalan yang dihasilkan diharapkan dapat mengurangi ketidakpastian dalam perhitungan cadangan yang nantinya akan mempengaruhi keekonomian lapangan.

Reservoir thickness and porosity are two crucial parameters in calculating oil or gas reserves in a field. However, available seismic data is limited by vertical resolution that makes it difficult to characterize the reservoir's variability. According to Brown (2009), there are two limits to the vertical resolution of seismic data, namely the separability limit and the visibility limit. The separability limit is the minimum reservoir thickness that can be separated by two seismic wiggles which usually reaches 1/4 of the wavelength. This phenomenon is called tuning condition. The visibility limit is the thinnest reservoir that can be seen by seismic amplitude which in good conditions can reach 1/30 of the wavelength. With this theory, researchers see an opportunity to resolve resolution below the tuning thickness. This research was carried out by combining well data and seismic data through statistical tuning chart calibration and the Amplitude Tuning - Porosity*Thickness model. The seismic data used is in the form of amplitude and isochrone extraction and frequency analysis. In this way, we can increase the vertical resolution to close to the visibility limit of seismic data. The results of this research are thickness maps and porosity-thickness maps in depth domain. Moreover, sedimentological analyses are integrated to evaluate the map to match the sedimentary facies. Apart from that, researchers also simulated gas volumetric calculations in the reservoir. In the end, the resulting thickness map is expected to reduce uncertainty in reserve calculations which will later affect field economics."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Rachmawan
"Tingginya konflik pembangunan Waduk Jatigede terkait dengan kondisi sosialpolitik di Indonesia khususnya di era reformasi. Skripsi ini membahas proses peningkatan konflik pembangunan Waduk Jatigede khususnya pada masa pra konstruksi yang dilihat pada aspek struktural dan prosesual dengan menggunakan teori konflik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam secara porpusive. Hasil temuan menujukan bahwa tingginya eskalasi konflik terjadi pada masa pembayaran yang disebabkan karena buruknya pelaksanaan, munculnya tuntutan baru untuk mencari keuntungan (keterlibatan spekulan), munculnya provokator (prosesual) dan meluasnya isu penggenangan, ketidaksamaan juga kurangnya aturan (struktural). Namun tingkat konflik pun menurun di masa pemberdayaan melalui pelibatan masyarakat dan kesepakatan yang mengakomodir kepentingan.

Height of conflict in Jatiegede Dam construction is related with social-political condition in Indonesia especially in era of reformasi. This study discuss the prosess of height escalation in Jatigede Dam construction esspecially in preconstruction period from structural and processual point of view with use conflict theory. This study use qualitative method with porpusive indepth interview. The results show the height of conflict escalation occur in payment period beacuse poor of impelementation, emerge of new interests for take benefit (spekulator), emerge of provocator (processual) and extend of inundation issue, different and lack of rule (structural). But, height of conflict decrease in empowerment period through participation community and agreement which accomodate the interests.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S60523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utama Dahmir
"Abu terbang (fly ash/pulverized fuel ash) dapat clipergunakan untuk campuran beton yang bertujuan mengurangi pernakaian semen. Dengan adanya tambahan abu terbang, akan memperbaiki sifat-sifat beton. Untuk pemakaian beton yang bervolume besar seperti bendungan , akan menghemat biaya konstmksi karena berkurangnya pemakaian semen dan Iebih cepatnya pelaksanaan konstruksi. Roller Compacted Concrete (RCC) atau beton gilas padat yang mempakan beton kurus (slump nol) adalah teknologi yang relatif baru yang dapat diterapkan pada pembuatan konstmksi jalan dan bendungan. Untuk pembuatan bendungan pemadatan dilalcukan lapis demi lapis dengan ketebalan 20-30cm dan dipadatkan dengan vibratory roller. Sedangkan di Jepang pemadatan sampai 50 cm (pada sistim RCD). Di Indonesia bendungan yang memakai sistim RCC adalah cofferdam PLTA Kota Panjang - Riau, namun komposisi campurannya tanpa memakai abu terbang karena sulit untuk mendatangkannya kelokasi. Untuk masa mendatang (tahun 2000) direncanakan akan dibangun bendungan RCC PLTA Maung di Jawa tengah yang merupakan bendungan RCC dan sebagian atasnya mempakan bendungan busur beton (arch concrete dam). Namun keputusan pelaksanaannya belum final dan telah tertunda beberapa kali.
Pada karya tulis ini diteliti sifat-sifat RCC seperti kuat tekan beton, temperatur, modulus elastisitas dan poisson ratio. Cara perencanaan campuran RCC dcngan memakai sistim ASCE. Untuk penelitian dicoba benda uji dengan kuat telcan perencanaan Kl'}5 dan K125 dengan mensubstitusi pemakaian semen dengan abu terbang sebanyak 0%, 20% dan 40%. Dengan digunakannya abu terbang' temyata akan menurunkan temperatur hidrasi beton, dan akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kuat tekan perencanaan dibandinglcan dengan beton tanpa abu terbang_ Nilai poisson ratio dan modulus elastisitas RCC juga akan lebih rendah karena pada RCC digunakan beton dengan kuat tekan yang rendah. Dengan memanfaatkan abu terbang yang di Indonesia digolongkan sebagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) maka hal tersebut akan merubah bahan limbah menjadi bahan yang bermanfaat dan sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Athur Fathan
"ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan memetakan klasifikasi susunan material geologis pada sebagian area Klaten dan Gunung Kidul, Jawa Tengah. Penentuan dan pemetaan klasifikasi susunan material geologis tersebut sangat membantu dalam proses analisa seismisitas pada area tersebut. Ada 12 (dua belas) titik yang dijadikan tempat pengambilan data yang tersebar pada area penelitian.

Penelitian ini menggunakan perangkat mikrotremor yang digunakan untuk mengambil data kecepatan gelombang geser (Vs) yang kemudian digunakan untuk menentukan kedalaman batuan dasar teknik (engineering bedrock) sehingga lebih lanjut dapat menghasilkan gambaran analisis seismisitas pada area penelitian yang ditampilkan dalam tampilan mikrozonasi.


ABSTRACT

This study aims to determine and map the classification of geological material arrangement in parts of Klaten and Gunung Kidul, Central Java. Determining and mapping the classification of the geological material arrangement is very helpful in processing the seismicity analysis in the area. There are 12 (twelve) points that used to collect data scattered in the research area.

This study used a microtremor device to extract shear wave velocity data (Vs) which is used to determine the depth of the engineering bed rock so that it can further produce an overview of seismicity analysis in the research area displayed in microzonation view.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T51796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Nevo Emerald Mahmud
"ABSTRAK
Pembangunan bendungan besar membutuhkan biaya investasi yang besar. Kebutuhan akan bendunganpun terus meningkat setiap waktunya. Hal ini mendorong tumbuhnya kebutuhan alternatif pembiayaan untuk pembangunan bendungan besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Apasaja potensi ekonomis bendungan yang dapat menarik kalangan investor serta kelayakan ekonomis yang harus dimiliki bendungan untuk dikatakan layak investasi serta skema Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha KPBU seperti apa yang tepat untuk digunakan dalam pembangunan bendungan sehingga melalui studi kasus bendungan Karian dapat dilihat bagaimana bila diterapkan skema tersebut. Untuk mendapatkan potensi ekonomi bendungan yang dilakukan pembahasan dari data sekunder dan dipertajam dengan pendekatan resiko untuk mengetahui variabel yang dominan berpengaruh terhadap pembangunan bendungan dengan skema kerjasama. Dari hasil matrik probabilitas dan dampak dilakukan kajian rekayasa ekonomi untuk mendapat kelayakan dari bendungan Karian. Hasil penelitian menunjukan bahwa bendungan karian memiliki potensi ekonomi yang baik dengan potensi penghematan APBN hingga 80 . Sesuai dengan kajian literature skema KPBU yang paling sesuai dengan skema pembiayaan bendungan adalah kontrak konsesi.

ABSTRACT
Construction of large dams require large investment costs. The need for the dam continues to increase every time. This encourages the growth of alternative financing requirements for the construction of large dams. This study aims to analyze anything what economic potential of dams to attract investors as well as the economic feasibility must be owned dams to be feasible investment and schemes Partnerships Enterprises KPBU as what is appropriate for use in the construction of the dam so that through case studies dam Karian it can be seen how when applied to the scheme. To get the economic potential of the dam conducted discussion of secondary data and sharpened risk approach to determine which variables are the dominant influence on the construction of a dam with the cooperation scheme. From the results of the probability and impact matrix engineering study done to obtain economic feasibility of the dam Karian. The results showed that the dam Karian has good economic potential with potential savings of up to 80 of the state budget. In accordance with the study of literature KPBU scheme that best suits the financing scheme dam was the concession contract."
2016
T50253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Affandi
"Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, pemerintah berupaya meningkatkan pembangunan dibidang pengairan. Salah satu rencana pembangunan terdekat adalah dengan dibangunnya bendungan Sindangheula, yang berlokasi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Dinas Sumber Daya Air Provinsi Banten memilih salah satu lokasi potensialyang dapatdijadikan sebagai lokasi waduk/bendunqan yaitu Sungai Cibanten. Salah satu masalah yang menjadi prioritas dalam penentuan tipe bendungan adalah ketersediaan material konstruksi yang berada di sekitar calon bendungan. Untuk memenuhi standar teknis terhadap pemilihan material konstruksi tersebut perlu dilakukan beberapa penyelidikan geoteknik, diantaranya penyelidikan terhadap material tanah (borrow area) untuk urugan tubuh bendungan (zona inti kedap air), material pasir (quarry pasir) untuk zona filter dan penyelidikan material batu (quarry batu) untuk zona urugan batu. Material tanah untuk inti zona kedap air, harus diperbaiki gradasinya (terlalu halus sehingga harus dicampur dengan matrial yang cukup kasar, dengan demikian akan menaikkan parameter kuat gesernya (c dan ¢). Berdasarkan hasil plot grafik dari uji saringan diketahui bahwa material pada zone 2 memerlukan perbaikan gradasi (pencampuran). sehingga dapat menaikkan parameter kuat geser yang diperlukan dalam perhitungan analisa stabilitas. Material batu untuk zona transisi dan zona urugan batu, mengambil dari quarry C. Cisalak. Material untuk agregat beton mengambil dari quarry C. Cisalak (hasil penghancuran batu memakai stone crusher). Berdasarkan ketersediaan material konstruksi tersebut; maka tipe bendungan yang sesuai adalah bendungan tipe urugan batu dengan inti kedap air tegak."
Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Astuti Anggraini
"Saat ini terdapat sekitar 244 bendungan di Indonesia yang dikelola Kementerian PUPR, PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan swasta di sektor pertambangan serta di kelompok lain. Pemeliharaan bendungan harus menjadi perhatian yang serius agar pemanfaatannya menjadi maksimal. Jika kita menganggap umur sebuah bangunan sebagai puluhan tahun, menilai alternatif proyek hanya dari segi biaya investasi akan menjadi terlalu sempit dan tidak mencukupi. Biaya operasional pemeliharaan merupakan bagian penting dari investasi selama siklus hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi bendungan di Indonesia dan membahas tentang model pemeliharaan berbasis Life Cycle Cost (LCC) bendungan. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode indeks kondisi gabungan diperoleh nilai keseluran komponen Bendungan Sempor mencapai angka 5, Bendungan Sermo yang berada pada indeks penilaian 5,076, dan Bendungan Wadaslintang dengan nilai 5,391. Secara keseluruhan, kondisi fisik bendungan yang ditinjau berada dalam skala baik dengan kerusakan minor sehingga kegiatan pemeliharaan preventif atau berbasis waktu dapat digunakan sebagai pilihan. Sementara untuk Life Cycle Cost pada Bendungan Sempor didapat nilai Rp2.214.967.283.834, Bendungan Sermo Rp2.291.822.046.320, dan Life Cycle Cost untuk Bendungan Wadaslintang Rp2.355.633.423.465.

Currently, there are around 244 dams in Indonesia which are managed by the Ministry of Public Works and Public Housing, PLN (State Electricity Company) and the private sector in the mining sector and in other groups. Dam maintenance must be a serious concern so that its utilization is maximized. If we consider the life of a building as decades, assessing project alternatives only in terms of investment costs would be too narrow and insufficient. Operational maintenance costs are an important part of the investment over the life cycle. This study aims to analyze the condition of dams in Indonesia and discuss the maintenance model based on the dam's Life Cycle Cost (LCC). Based on the results of calculations using the combined condition index method, the overall value of the Sempor Dam component reaches 5, the Sermo Dam at the rating index of 5,076, and the Wadaslintang Dam at 5,391. Overall, the physical condition of the dam under review is in good scale with minor damage so preventive or time-based maintenance activities can be used as an option. Meanwhile, for the Life Cycle Cost for the Sempor Dam is Rp2.214.967.283.834, for the Sermo Dam Rp2.291.822.046.320, and the Life Cycle Cost for the Wadaslintang Dam is Rp2.355.633.423.465."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>