Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185175 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Batubara, Astriana Marta
"Kader dapat berkontribusi dalam mengurangi prevalensi stunting dengan melakukan skrining berbasis komunitas, memberikan pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi layanan rujukan. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran kader dalam menemukan kasus stunting. Studi ini bersifat kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologis yang dilakukan di Kabupaten Sumedang. Ada lima belas kader yang terlibat sebagai informan dan dua belas informan kunci. Wawancara mendalam dilakukan dengan kader dan informan kunci. Observasi selama hari pembukaan Posyandu digunakan untuk triangulasi metode pengumpulan data. Analisis data dilakukan baik di lapangan maupun di meja menggunakan aplikasi Nvivo. Dua tema yang muncul dari analisis data adalah peran kader dalam menemukan kasus stunting dan faktor-faktor yang membentuk peran kader dalam menemukan kasus stunting. Dalam menemukan kasus stunting, kader melakukan pengelolaan Posyandu, menangani tugas-tugas administratif, melakukan pengukuran antropometri baik di Posyandu maupun kunjungan rumah, memberikan edukasi dan penyuluhan gizi, serta tindak lanjut terhadap balita yang mengalami stunting. Peran-peran ini dibentuk oleh beberapa faktor seperti masalah terkait keterampilan, beban kerja yang tinggi karena tanggung jawab ganda dan dorongan emosional. Disarankan kepada pemerintah Sumedang untuk memberdayakan kader dalam menemukan kasus stunting dengan memberikan pelatihan dan pengawasan secara rutin terhadap perannya.

Cadre can contribute to stunting reduction prevalence by conducting community-based screenings, providing health education, and facilitating referral services. Integrated Health Service/ Posyandu is expected to fulfill the basic service needs for the target group throughout the entire life cycle This study was aimed to explore cadres’ roles in finding stunting cases. The study was qualitative using phenomenological approach which conducted in Sumedang District. There were fifteen cadres involved as informants and some key informants such as mother with stunted children, nutritionist, District Health Office and Village Apparatus. In-depth interviews were conducted with cadres and key informant. Observation during Posyandu day was used to triangulate the method of data collection. Data analysis was done both in the field and at the desk using Nvivo software. In finding stunting cases, cadres manage the Posyandu, dealt with administrative task, conducted health assessment, nutrition education and family assistance of stunted children. These roles were shaped by issue related skills, high workload and emotional encouragement.  It is recommended for the Sumedang government to empower cadre in finding stunting cases by provide regular training and supervision for their roles."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F Detiniaty
"ABSTRAK
Nama : F. DetiniatyProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak Stunting Usia 0-23Bulan Studi Kualitatif di Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa Tahun2017 Perilaku ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak PMBA pada periode kritis usia 0-23bulan sangat penting untuk mencegah kondisi stunting pada bayi/anak. Penelitian inibertujuan mengetahui perilaku ibu dalam pemberian makan bayi dan anak stunting usia 0-23bulan di Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, tahun 2017. Pendekatan Kualitatifmenggunakan desain Rapid Assessment Procedure dengan metode pengumpulan data diskusikelompok terarah, wawancara mendalam, dan observasi terhadap informan ibu yang sudahdan belum mendapatkan konseling/penyuluhan PMBA. Pengetahuan dan sikap ibu yangpositif terhadap informasi terkait PMBA yang diperoleh dari konseling/penyuluhan tidakmenjamin terlaksananya perilaku pemberian makan bayi dan anak dengan benar. Adanyafaktor dukungan keluarga, tradisi yang tidak mendukung, akses dan pemanfaatan panganserta praktik pemberian informasi melalui penyuluhan menjadi salah satu yang menghambatkegiatan PMBA. Perilaku ibu dalam pemberian makan bayi dan anak stunting usia 0-23 bulandi Kecamatan Lape belum optimal. Perlu adanya evaluasi pelaksanaan kegiatan konselingPMBA di lapangan.Kata kunci : stunting, perilaku ibu, pemberian makan bayi dan anak PMBA

ABSTRACT
Name F. DetiniatyStudy Program Public Health ScienceTitle Mother 39 s Behavior in Infants and Young Child Feeding Stunting Age0 23 Months Qualitative Study in Lape Sub district, SumbawaRegency in 2017 Mother rsquo s behavior in Infant and Young Child Feeding IYCF in critical periods ages 0 23months is very important to prevent stunting conditions in infants children. This study aimsto determine the behavior of mothers in feeding infant and stunting children aged 0 23months in Lape Sub district, Sumbawa Regency in 2017. Qualitative approach using RapidAssessment Procedure design with data collection methods of focus group discussion, indepthinterviews, and observation of mother rsquo s informants who had had and have not receivedIYCF counseling education. Knowledge and a positive attitude towards mother IYCF relatedinformation obtained from counseling education does not guarantee the implementation offeeding infants and children properly. The existence of family support factors, unsupportedtradition, access and utilization of foods and the practice of providing information throughcounseling to be one that inhibits IYCF activities. Mother rsquo s behavior in feeding infant andstunting children 0 23 months in Lape Sub District is not optimal. It is necessary to evaluatethe implementation of IYCF counseling activities in the field.Keywords stunting, maternal behavior, infant and young child feeding IYCF "
2017
T47575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Hanny Rizky Wasiat
"Tesis ini membahas mengenai Collaborative Governance dalam Percepatan Penurunan Stunting melalui Corporate Social Responsibility pada Studi Kasus Program Ketapang Kuning di Kelurahan Warakas, Jakarta Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses serta faktor-faktor yang mempengaruhi kolaborasi upaya penurunan stunting dengan model collaborative governance serta mengetahui lessons learned yang dapat diambil. Penelitian ini tidak menggunakan pendekatan problem solving melainkan best practice sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah jawaban dari solusi terhadap tingginya prevalensi stunting di Indonesia. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah post-positivism dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses collaborative governance secara keseluruhan telah diimplementasikan dengan baik dan efektif. Terdapat faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi proses kolaborasi diantaranya adalah sumber daya asimetri berupa pengetahuan dan dukungan finansial, dorongan untuk berpartisipasi baik internal dan eksternal seperti penghargaan, kepemimpinan fasilitatif yang kolektif, transparansi proses. Dari best practice ini diperoleh lessons learned keterlibatan dunia usaha memiliki peran yang kuat dalam upaya penurunan stunting melalui pendekatan Collaborative Governance dengan strategi pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.

This thesis explores Collaborative Governance in accelerating stunting reduction through Corporate Social Responsibility (CSR) in the context of the Ketapang Kuning Program in Warakas Subdistrict, North Jakarta. The study aims to analyze the process and factors influencing collaboration in efforts to reduce stunting using a collaborative governance model, and to identify lessons learned. Unlike a problem-solving approach, this research adopts a best practice approach, aiming to provide insights into solutions for addressing the high prevalence of stunting in Indonesia. The research employs a post-positivism approach using qualitative methods with data collection techniques including in-depth interviews, observations, and literature review. The findings indicate that collaborative governance processes have been effectively implemented overall. Significant factors influencing the collaboration include asymmetrical resource factors such as knowledge and financial support, internal and external motivations for participation including awards, collective facilitative leadership, and process transparency. From these best practices, lessons learned include the strong role of private sector involvement in stunting reduction efforts through Collaborative Governance, alongside strategies for sustainable community empowerment."
Jakarta: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Pribadi Salam
"Fenomena stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Anak-anak di daerah tertinggal (3T) sangat berisiko mengalami stunting karena berbagai macam faktor salah satunya adalah pola makan dan pola asuh yang kurang tepat selama 1000 HPK. Selama ini peran orang tua sering kali dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menekan angka terjadinya kasus stunting pada anak. Padahal, penanganan masalah stunting ini memerlukan komitmen serta kerja sama dari masyarakat, termasuk peran kader. Kader diharapkan memiliki kemampuan serta pemahaman yang baik terkait pencegahan stunting sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh para ibu. Untuk dapat meningkatkan hal tersebut, maka diperlukan sebuah solusi yang dapat menunjang kinerja para kader serta memastikan informasi yang disampaikan oleh para kader sesuai dengan panduan yang diberikan oleh kementerian kesehatan. Oleh karena itu, penulisan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk merancang sebuah konsep inovasi terkait penggunaan aplikasi berbasis aplikasi digital bernama EPICS. EPICS merupakan sebuah aplikasi yang diharapkan mampu menjadi sarana bagi perawat dalam menyalurkan keilmuan mereka terkait pencegahan stunting utamanya kepada para kader untuk kemudian disebarluaskan kepada para ibu yang berada di daerah 3T.

The phenomenon of stunting is still one of the health problems in Indonesia. Children in disadvantaged areas (3T) are very at risk of stunting due to various factors, one of which is improper diet and parenting during 1000 HPK. So far, the role of parents is often considered as the only way to reduce the number of stunting cases in children. In fact, handling the stunting problem requires commitment and cooperation from the community, including the role of cadres. Cadres are expected to have the ability and good understanding of stunting prevention so that the information conveyed can be easily accepted by mothers. To be able to improve this, a solution is needed that can support the performance of the cadres and ensure that the information submitted by the cadres is in accordance with the guidelines provided by the ministry of health. Therefore, the writing of this scientific paper is to design an innovation concept related to the use of digital application-based applications called EPICs. EPICS is an application that is expected to be a means for nurses to connect their knowledge related to stunting prevention primarily to cadres and then disseminated to mothers in the 3T area."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Enziana Maharani
"Percepatan penurunan stunting merupakan salah satu priotitas nasional yang telah tertuang di dalam Pertaturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 dimana target penurunan prevalensi sebesar 14%. Berdasarkan hasil SSGI Tahun 2021 di Kabupaten Tangerang terdapat sebanyak 23,3% balita yang mengalami stunting sementara tahun 2022 turun menjadi 21,1% dan berdasarkan SKI Tahun 2023 meningkat lagi menjadi 26,4%. Pola tren prevalensi stunting yang fluktuatif menunjukkan bahwa tantangan dalam mengatasi stunting melalui 8 Aksi Percepatan Penurunan Stunting masih menjadi perhatian. 8 aksi tersebut dapat menjadi perangkat subsistem utama dalam upaya integrasi dan konvergensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program 8 Aksi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Tahun 2022 dengan menggunakan teori The Bicycle Framework for Public Health Nutrition (PHN). Data diperoleh melalui tahap wawancara mendalam dan data sekunder berupa telaah dokumen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis konten dan dilakukan triangulasi. Hasil penelitian untuk tahap intelijen menunjukkan Kepala Daerah dan Stakeholder berpartisipasi aktif dalam mendukung percepatan penurunan stunting, meskipun adanya peralihan kepengurusan sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2021, DPPKB dibantu oleh Dinkes dan Bappeda dalam mengakomodir Tim Percepatan Penurunan Stunting. Berdasarkan hasil rembuk stunting diketahui idenfikasi kendala yang menyasar pada lingkup rumah tangga di 1000 HPK meliputi perbaikan manajemen alokasi anggaran, perbaikan manajemen layanan untuk memastikan layanan menjangkau Rumah Tangga 1000 HPK, perbaikan koordinasi antar OPD serta antara kabupaten/kota dan desa, dan perbaikan manajemen data stunting dan cakupan intervensi. Untuk tahap tindakan pemberian intervensi sudah sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2021. Namun untuk kegiatan yang berulang perlu adanya evaluasi dalam peningkatan kualitas intervensi. Pada tahap evaluasi komitmen pimpinan dan stakeholder terkait dalam percepatan penurunan stunting sangat kuat sehingga Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting sudah berjalan sebesar 100% pada tahun 2022.

Acceleration of stunting prevalence reduction is one of the national priorities outlined in Presidential Regulation Number 72 on 2021 and the National Medium-Term Development Plan (RPJMN) 2020-2024, with a target of reducing stunting prevalence by 14%. Based on the 2021 SSGI results in Tangerang Regency, 23.3% of toddlers is stunting, which decreased to 21.1% in 2022 but increased again to 26.4% based on the 2023 SKI. The fluctuating trend of stunting prevalence indicates that the challenges in overcoming stunting through the 8 Actions for Accelerating Stunting Prevalence Reduction remain a concern. These 8 actions can serve as the main subsystem tools for integration and convergence. This study aims to determine the implementation of the 8 Actions for Accelerating Stunting Prevalence Reduction program in Tangerang Regency, Banten Province in 2022 using The Bicycle Framework for Public Health Nutrition (PHN) theory. Data was obtained through in-depth interviews and secondary data by reviewing documents. This study uses a qualitative method using content analysis and triangulation. The results of the study for the intelligence stage show that the Head of the Region and stakeholders actively participated in supporting the acceleration of stunting reduction, despite the transfer of management in accordance with Presidential Regulation Number 72 on 2021, The DPPKB, assisted by the Health Departement and Bappeda accommodated the Stunting Reduction Acceleration Team. Based on the results of the stunting deliberation, identified constraints that targeted 1000 HPK households, including improving budget allocation management, improving service management to ensure services reach 1000 HPK Households, improving coordination between OPD’s and between districts/cities and villages, and improving stunting data management and intervention coverage. For the action stage, the provision of interventions was in accordance with Presidential Regulation 72 on 2021, but for recurring activities, evaluation is needed to improve the quality of interventions. In the evaluation stage, the commitment of the leadership and related stakeholders in accelerating stunting prevalence reduction is very strong that the implementation of the 8 Convergence Actions for Accelerating Stunting Reduction has been running at 100% in 2022."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Khafie Alam
"Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat dari kekurangan gizi kronis,
sehingga anak terlalu pendek pada usianya. Stunting memiliki dampak yang buruk
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak serta berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia di masa depan. Dalam rangka menurunkan angka stunting di
Indonesia, pada tahun 2018, pemerintah menetapkan 100 kabupaten/kota sebagai daerah
prioritas penanganan kasus stunting di Indonesia. Penetapan 100 kabupaten/kota prioritas
tersebut ditentukan berdasarkan indikator jumlah balita stunting, prevalensi stunting, dan
tingkat kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang
memengaruhi status daerah prioritas penanganan stunting di Indonesia agar pemerintah
lebih fokus dalam menangani kasus stunting di setiap daerah. Model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Geographically Weighted Logistic Regression (GWLR).
Untuk variabel respon, kategori 0 adalah daerah bukan prioritas penanganan stunting
(prevalensi stunting kurang dari rata-rata prevalensi stunting Indonesia tahun 2018
sebesar 32,01%) dan kategori 1 adalah daerah prioritas penanganan stunting (prevalensi
stunting lebih besar dari rata-rata prevalensi stunting Indonesia tahun 2018 sebesar
32,01%). Model Geographically Weighted Logistic Regression (GWLR) merupakan
pengembangan dari model regresi logistik dengan memperhitungkan pengaruh spasial.
Pengaruh spasial tersebut digambarkan melalui matriks pembobot di setiap lokasi
pengamatan sehingga menghasilkan pendugaan parameter model yang bersifat lokal
untuk setiap lokasi pengamatan. Metode penaksiran parameter yang digunakan adalah
metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) dengan fungsi pembobot spasial adalah
fungsi pembobot kernel Fixed Gaussian dan Fixed Bisquare. Pada penelitian ini data
yang digunakan mengandung missing values sehingga diperlukan penanganan lebih
lanjut. Penanganan missing values yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
imputasi data menggunakan Classification and Regression Tree (CART). Model GWLR
terbaik pada pemodelan kasus stunting di Indonesia tahun 2018 adalah model GWLR
dengan pembobot fungsi kernel Fixed Bisquare dengan nilai AIC sebesar 622,806477
dan akurasi klasifikasi model sebesar 0,7257.

Stunting is a condition of failure to thrive in children under five because of chronic
malnutrition so that the child is too short for his/her age. Stunting has bad effect on
children's growth and the quality of human resources in the future. To reduce the number
of stunting in Indonesia, in 2018, the government determined 100 districts/cities as
priority areas for handling stunting cases in Indonesia. The 100 priority districts/cities are
determined based on the number of stunting children, stunting prevalence, and poverty
level. This study aims to determine the variables that affect the status of priority areas for
stunting handling in Indonesia so the government can be more focused on handling
stunting cases in each region. The model used in this study is Geographically Weighted
Logistic Regression (GWLR) with 0 as the category of a non-priority area for handling
stunting cases (stunting prevalence is less than the average stunting prevalence of
Indonesia in 2018) and 1 as the category of a priority area for handling cases stunting (the
prevalence of stunting is greater than the average stunting prevalence of Indonesia in
2018). The average stunting prevalence of Indonesia in 2018 that used in this study is
32,01%. The Geographically Weighted Logistic Regression (GWLR) model is a
development of the logistic regression model which considers spatial influence. The
spatial influence is illustrated through a weighting matrix at each observation location to
produce an estimation of the local model parameters for each observation location. The
parameter estimation method used is the Maximum Likelihood Estimation (MLE) method
with the spatial weighting function is the Fixed Gaussian and Fixed Bisquare kernel
weighting function. There are missing values in the study data so Classification and
Regression Tree (CART) method used to handle the missing values. The results showed
that the best GWLR model on stunting cases modeling in Indonesia in 2018 is the GWLR
model with Fixed Bisquare kernel function weighting with AIC value of 622,806477 and
accuracy of model classification of 0,7257.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Pambudi
"Stunting menjadi prioritas nasional demi mencapai Indonesia Emas tahun 2045, dimana pemerintah telah berkomitmen untuk mengentaskan stunting sebagai siatu Wicked problem yang harus diselesaikan oleh Indonesia. Komitmen dikarenakan terdapat banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya stunting. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah Indonesia untuk berkolaborasi dengan stakeholders agar dapat mengatasi masalah stunting sesuai amanah dari perundang-undangan. Paradigma post-positivist digunakan agar penelitian ini dapat menggabungkan teori dengan fenomena yang ditemukan saat dilapangan. Kota Tangerang Selatan telah melakukan kolaborasi dengan menerbitkan beberapa peraturan yang melandasi. Pada faktor institutional design belum cukup mengakomodir seluruh program dan kegiatan secara menyeluruh dan rigid. Faktor tersebut mempengaruhi proses collaborative governance yang terjadi pada building trust, commitment to process, dan shared understanding yang melibatkan stakeholders lain dalam penerapannya. Maka, tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan collaborative governance yang sudah dilakukan oleh Kota Tangerang Selatan, dan akan menjadi dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya agar model ideal dapat diterapkan oleh Kota Tangerang Selatan.

Stunting has become a Indonesia priority in achieving a /Golden Indonesia 2045 vision including the commitment from the government to eradicating stunting as a wicked problem that must be addressed. This commitment arises from the numerous factors that lead to the occurrence of stunting. Hence, it is imperative for the government to engage in collaboration with stakeholders in order to efficiently address the issue of stunting. This study aims to examine the process of collaborative governance and determines factors that contribute to the success of collaborative governance in the accelerated stunting reduction program in South Tangerang. The post-positivist approach is chosen which involves combining theoretical concepts with the empirical observations in the field. South Tangerang has already initiated collaboration, yet there are certain interconnected aspects that should be further enhanced to facilitate the collaboration process. Lack of institutional design and facilitative leadership becomes a crucial factors to connecting stakeholders more active in this programs. Therefore, the objective of this study is to enhance the existing initiaitives in South Tangerang and establish a framework for future research to create an optimal for the municipal administrations of South Tangerang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anatasya Oktaviani Handriati
"Stunting merupakan kondisi yang terjadi pada balita yang mengakibatkan gagal tumbuh akibat dari kurangnya pemenuhan gizi yang diterima di masa kandungan dan setelah bayi lahir. Prevalensi stunting adalah persentase balita yang mengalami kasus stunting dibandingkan dengan jumlah anak balita di daerah tersebut. WHO mengkategorikan prevalensi stunting menjadi 4 kategori yaitu low untuk prevalensi stunting < 20, medium untuk 20 ≤ prevalensi stunting < 30, high untuk 30 ≤ prevalensi stunting < 40 dan very high, untuk prevalensi stunting ≥ 40. Klasifikasi prevalensi stunting dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi rendahnya prevalensi stunting pada daerah tersebut. Random forest dan TabNet digunakan sebagai model klasifikasi. Sebelum melakukan klasifikasi, data dinormalisasikan terlebih dahulu jika menggunakan model random forest dan tidak dinormalisasikan jika menggunakan model TabNet. Kemudian pada data training dilakukan SMOTE dampak dari imbalance data. Hyperparameter pada random forest menggunakan Optuna. Model yang sudah dibuat, dievaluasi menggunakan confusion matrix dengan melihat nilai precision, recall, F1- Score, dan accuracy. Model dibandingkan dengan nilai rata-rata akurasi berdasarkan pembagian data training dan data testing di 70:30, 80:20 dan 90:10. Selain itu, dibandingkan hasil klasifikasi antara model random forest dan TabNet. Nilai rata-rata akurasi yang paling tinggi untuk random forest adalah 51% dan TabNet adalah 44,7% saat kedua model di proporsi data 70:30. Model yang paling terbaik adalah TabNet dengan akurasi 53% dibandingankan dengan random forest ketika random state sama dengan nol. Model TabNet memiliki bekerja optimal pada precision, recall dan F1-Score untuk target kelas low. Sedangkan model random forest bekerja optimal pada recall dan F1-Score untuk target kelas medium. Kedua model tidak bekerja dengan optimal di kelas target high dan very high.

Stunting is a condition that occurs in toddlers, resulting in failure to grow due to insufficient nutrition during pregnancy and after birth. The prevalence of stunting is the percentage of children under five who experience stunting compared to the total number of children in that area. The World Health Organization (WHO) categorizes the prevalence of stunting into four categories: low for prevalence < 20, medium for 20 ≤ prevalence < 30, high for 30 ≤ prevalence < 40, and very high for prevalence ≥ 40. The classification of stunting prevalence is done to identify factors that influence the high or low prevalence of stunting. Random forest and TabNet are used as classification models. Before performing the classification, the data is normalized, and SMOTE is applied to the training data. The hyperparameters of models are tuned using Optuna is used. The models are evaluated using a confusion matrix by examining precision, recall, F1-Score, and accuracy. The model are compared with the average accuracy value based on the distribution of training data and testing data at 70:30, 80:20 and 90:10. In addition, classification results will be compared between random forest and TabNet models. The highest average accuracy value for random forest is 51% and TabNet is 44.7% when the two models are in the proportion of data 70:30. The best model is TabNet with 53% accuracy compared to the random forest when the random state is zero. The TabNet model has optimal work on precision, recall and F1-Score for low class targets. While the random forest model works optimally on recall and F1-Score for medium class targets. The two models do not work optimally in the high and very high target classes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Sri Wahyuni
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak intervensi gizi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menurunkan prevalensi stunting. Intervensi tersebut bertujuan untuk memberikan tambahan anggaran bagi daerah yang diprioritaskan untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat yang ditargetkan untuk mengurangi stunting. Intervensi dimulai pada tahun 2018 di 100 kabupaten/ kota dan diperluas secara bertahap untuk mencakup 260 kabupaten/ kota pada tahun 2020. Studi ini mengadopsi metode quasi-natural experiment dengan menggunakan staggered difference-in-differences dan propensity score matching pada data panel prevalensi stunting, capaian intervensi kesehatan secara agregat, dan karakteristik lainnya di tingkat kabupaten/ kota tahun 2018- 2020. Prevalensi stunting kabupaten/ kota digunakan sebagai ukuran hasil kebijakan, sedangkan dummy kabupaten/ kota prioritas digunakan untuk mengukur efek treatment dari intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik kabupaten/ kota prioritas maupun nonprioritas mengalami penurunan prevalensi stunting, namun penurunan prevalensi di kabupaten/ kota prioritas lebih tinggi 2,160% dibandingkan penurunan yang terjadi di kabupaten/ kota nonprioritas. Studi ini juga menemukan bahwa dampak intervensi lokasi prioritas signifikan di kabupaten/ kota wilayah Indonesia Barat dibandingkan dengan bagian Tengah dan Timur. Temuan ini menyiratkan bahwa pemilihan kabupaten prioritas mungkin bias terhadap wilayah Barat yang lebih berkembang dibandingkan dengan wilayah lainnya.

This study aims to evaluate the impact of Indonesian’s government public health intervention in reducing the stunting prevalence. The strategy aims to provide an additional budget for prioritized regions to implement public health measures that are targeted to reduce stunting. The intervention was started in 2018 in 100 districts and expanded in stages to cover 260 districts by 2020. This study adopts a quasi-natural experiment by employing staggered difference-in-difference and propensity score matching on regional-level 2018-2020 panel data on stunting prevalence, aggregate public health outcomes targeted under the intervention, and other regional characteristics. District’s stunting prevalence is used as a measure of the policy’s outcome while dummy of priority districts is used to measure treatment effect from the interventions. The result indicates that both priority and non-priority districts experienced a declining stunting prevalence, but the reduction of prevalence in priority districts was 2.160% higher than the reduction that occurred in non-priority districts. The study also finds that the impact of priority districts intervention is significant in districts in Western Indonesia compared to the Central and Eastern parts. This finding implies that the selection of priority districts might be biased towards Western regions which have been more developed compared to the other regions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mepsa Putra
"Prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Indonesia telah menerapkan berbagai upaya dalam pencegahan dan penurunan stunting namun belum optimal. Kota Depok merupakan kota yang berhasil menurunkan angka stunting. Salah satu intervensi penanganan stunting adalah pemberian pelayanan gizi berbasis masyarakat dan promosi kesehatan. Kader kesehatan berperan dalam upaya pendampingan balita stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kader kesehatan dalam melakukan pendampingan stunting di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan yang terlibat di dalam penelitian ini yaitu 10 kader kesehatan. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis tematik. Berdasarkan data analisis yang dilakukan diperoleh 7 tema yaitu alasan menjadi kader, pemahaman kader terhadap stunting, tugas kader pendamping balita stunting, hambatan dan kendala kader dalam pendampingan stunting, respon kader dalam pendampingan balita stunting, manfaat pendampingan balita stunting, dan dukungan kader pendamping balita stunting. Kader kesehatan perlu mendapatkan peningkatan kapasitas melalui bimbingan dan pemantauan perawat untuk melakukan pendampingan balita stunting di komunitas.

The prevalence of stunting in Indonesia is still quite high. Indonesia has implemented various efforts to prevent and reduce stunting, but not optimal. Depok city is a city that has succeeded in reducing stunting rates. One intervention to handle stunting is the provision of community-based nutrition services and health promotion. Health cadres play a role in efforts to assist stunting toddlers. This research aims to explore the experiences of health cadres in providing stunting assistance in Depok City. This research is qualitative research with a phenomenological approach. The participants involved in this research were 10 health cadres. This research's analytical method uses thematic analysis. Based on the data analysis carried out, 7 themes were obtained, namely the reasons for becoming a cadre, the cadre's understanding of assisting stunting toddlers, the duties of cadres accompanying stunting toddlers, obstacles and obstacles for cadres in assisting stunting, cadre responses in assisting stunting toddlers, the benefits of assisting stunting toddlers, and cadre support in companion for stunting toddlers. Health cadres need to increase their capacity through guidance and monitoring of nurses to assist stunting toddlers in the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>