Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1052 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Megakesuma Muhidin Ekaputri
"DKI Jakarta belum mampu menekan angka kasus TB. Variabel yang memengaruhi TB dapat dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara TB paru BTA (+) dengan suhu permukaan, kepadatan penduduk, dan kepadatan bangunan di DKI Jakarta pada sebelum, saat, dan setelah pandemi Covid-19.
Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi, yaitu studi yang berfokus pada tingkat populasi menggunakan data agregat. Analisis dilakukan dengan korelasi Spearman.
Tren insidens TB menurun yaitu dari 55.215 kasus sebelum pandemi menjadi 33.221 saat pandemi; dan meningkat setelah pandemi menjadi 42.274. Suhu menurun, dari 31,1 ̊C sebelum pandemi menjadi 26,7 ̊C setelah pandemi. Kepadatan penduduk dari 15.852 jiwa/km2, menjadi 16.124 jiwa/km2 setelah pandemi. Kepadatan bangunan menurun dari rata-rata 0,001 sebelum pandemi menjadi -0,001 setelah pandemi. Jumlah rumah sehat meningkat dari sebanyak 3.442.381 sebelum pandemi, menjadi 3.846.642 saat pandemi; dan menurun setelah pandemi menjadi 3.745.774.
Hasil analisis menunjukkan hubungan signifikan antara kepadatan penduduk (p = 0,004), dan kepadatan bangunan (p = 0,001) dengan insdens TB paru BTA (+), tetapi tidak antara suhu (p = 0,182). Saran untuk instansi terkait untuk meningkatkan pengawasan dan kolaborasi dengan instansi lainnya, sehingga dapat menekan angka kasus TB.

DKI Jakarta has not been able to suppress the number of TB cases. Factors influencing TB can be affected by Covid-19 pandemic. The aim of this study is to determine the relationship between smear-positive lung TB with surface temperature, population density, and building density in DKI Jakarta before, during, and after Covid- 19 pandemic.
The study design used is an ecological study, which focuses on the population level using aggregate data. Analysis is conducted using Spearman’s correlation.
The trend of TB incidence decreased before to during pandemic, from 55.215 to 33.221 cases; and increased after to 42.274. Temperature decreased from 31,1 ̊C, to 26,7 ̊C after the pandemic. Population density increased from 15.852 people/km2 to 16.124 people/km2 after the pandemic. Building density decreased from an average of 0,001 before pandemic to -0,004 during pandemic; and increased after pandemic to - 0,001. The number of healthy homes increased from 3.442.381 before pandemic to 3.846.642 during pandemic; and decreased after pandemic to 3.745.774 homes.
This study finds significant correlation between population density (p = 0,004) and building density (p = 0,001) with smear-positive lung TB, but none between temperature (p = 0,182). Recommendation to the instances is that to broaden the cooperation with others.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenyorini
"Penyakit TB masih merupakan masalah kesehatan kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. Upaya diagnostik TB paru masih terus ditingkatkan. Pemeriksaan penunjang diagnosis TB yang sekarang digunakan masih mempunyai sensitiviti dan spesitiviti yang rendah. Tujuan penelitian mengetahui tingkat akurasi uji tuberkulin dan PCR terhadap penegakkan diagnosis TB serta hubungan uji tuberkulin dan PCR dengan BTA mikroskopis dan biakan M. Tb dalam diagnosis TB paru.
Metode penelitian cross-sectional, uji diagnostik dan analisa data menggunakan Chi-Square. Kriteria inklusi penderita terdapat gejala klinik riwayat batuk 3 minggu disertai atau tanpa batuk darah, nyeri dada, sesak napas dan riwayat minum obat TB dalam jangka waktu kurang dari 1 bulan serta bukan TB (kontrol). Seluruh sampel dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, lekosit, LEDI/II, foto toraks, uji tuberkulin, PCR, BTA mikroskopis 3X dan biakan M. Tb mctode kudoh. Baku emas yang digunakan biakan M. Tb metode kudoh. Data diolah menggunakan SPSS versi 11.00.
Berdasar 127 sampel masuk kriteria inklusi 121. Sampel berjumlah 121 terdiri dari 61 sampel tersangka TB dan 60 sampel kontrol Sensitiviti dan spesivisiti uji tuberkulin terhadap biakakn metode Kudah menggunakan cut-off point 15,8 mm 33% dan 93%. Sensitiviti PCR terhadap biakab metode Kudoh 100%, spesitiviti PCR 78%. Didapatkan perbedaan bermakna dan hubungan lemah uji tuberkulin dengan biakan M. Tb dan PCR serta didapatkan perbedaan dan hubungan bermakna PCR dengan BTA mikroskopis biakan M. Tb.
Kesimpulan basil keseluruhan penelitian mendapatkan basil 39 sampel biakan positif, 36 sampel BTA mikroskopis positif, 57 sampel PCR positif dan 18 sampel uji tuberkulin positif. Ditemukan sensitiviti basil uji tuberkulin lebih rendah daripada PCR, BTA mikroskopis dan biakan M. Tb mctode Kudoh. Meskipun terdapat perbedaan bermakna basil uji tuberkulin pada biakan positif clan negatif, BTA mikroskopis positif dan negatif, serta PCR positif dan negatif, akan tetapi uji tuberkulin (menggunakan cut-off point 15.8 mm) kurang dapat membantu penegakan diagnosis TB para. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa diantara keempat pemeriksaan penunjang diagnosis TB paru PCR mempunyai nilai sensitivit dan spesitiviti tinggi ( 100% dan 78%). sehingga PCR dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis TB paru apabila didapatkan klinis dan radiology mendukung TB paru. Menggunkan pemeriksaan PCR akan didapatkan metode penegakan diagnosis TB paru yang cepat ( 1 hari ) dibandingkan dengan menunggu hasil biakan M. Tb hingga 8 minggu.

Objective. In an attempt diagnosis pulmonary tuberculosis still increased continuously. Now additional examination pulmonary tuberculosis have been lack sufficient sensitivity and sensitivities. The aim of this study was to determine the validity of tuberculin skin testing (TST) and PCR toward assessment diagnosis pulmonary of tuberculosis with correlation between tuberculin skin testing to PCR with AFB microscopic and solid media culture of M. tuberculosis for the diagnosis of pulmonary tuberculosis.
Method. A cross-sectional study, diagnostic test and analysis with Chi-Square test. Inclusion criteria patient with pulmonary symptom include chronic cough 3 weeks with or without hemoptysis, chest pain, breathlessness and past history of ATA less than 1 month with non-tuberculosis patient (control). The general samples was examination Ro thorax, tuberculin skin testing, PCR, AFB microscopic and conventional culture. The golden standard is conventional culture test using Kudoh method. Analyze of the data with SPSS version 11.0.
Result. The study material comprised 121 samples from 127 samples. These samples include 61 samples from patient with probably active pulmonary tuberculosis and 60 control comprising healthy individuals. The sensitivity and specificity of tuberculin skin testing with cut-off point 15.8 mm greater was 33% and 93% on conventional culture test using Kudoh method. PCR sensitivity was 100% and spesitivity was 78%. It was showed the positivity correlation between pulmonary tuberculosis and conventional culture as well as PCR and AFB microscopic, the conventional culture test.
Conclusion. The sensitivity of tuberculin skin testing less than PCR, AFB microscopic and conventional culture test. So that not enough to assessment diagnosis pulmonary tuberculosis. The sensitivity and specificity PCR was I00% and 78%. With the use of PCR test, we were able to detect diagnosis pulmonary tuberculosis more rapidly in less than I day, compared to average 8 week required for detection by conventional culture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William
"Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) adalah penyebab utama kematian akibat infeksi di dunia. Sejak tahun 2008 - 2017 terdapat penurunan angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia (< 90%). Rekomendasi pengobatan TB di Indonesia adalah paduan obat antituberkulosis (OAT) dosis berselang sebagian (2RHZE/4R3H3) atau harian (2RHZE/4RH). Menurut WHO, paduan OAT RHZE/R3H3 mempunyai angka kegagalan dan kekambuhan yang lebih tinggi. Namun, penelitian meta-analisis RCT menyatakan bahwa kedua paduan OAT mempunyai angka kegagalan dan kekambuhan yang sama. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk membandingkan hasil pengobatan dan efek samping antara paduan OAT 2RHZE/2RH dengan 2RHZE/4R3H3.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain cross sectional yang membandingkan hasil pengobatan dan efek samping antara paduan OAT 2RHZE/4RH dengan 2RHZE/4R3H3 pada pasien TB paru kategori I di RSUP Persahabatan periode Januari 2015 sampai Juni 2018. Data sekunder diambil dari rekam medik. Hasil pengobatan dinilai sesuai definisi dalam pedoman nasional penanggulangan TB di Indonesia dan WHO. Efek samping dinilai dari seluruh efek samping terkait OAT yang tercatat dalam rekam medik.
Hasil: Terdapat 175 pasien pada masing-masing kelompok. Pada kelompok paduan OAT 2RHZE/4RH terdapat 89.1% pasien berhasil, 13.1% sembuh,76.0% pengobatan lengkap, 10.6% putus berobat, 0.6% gagal, dan tidak ada yang meninggal. Pada kelompok paduan OAT 2RHZE/4R3H3 terdapat 91.4% pasien berhasil, 39.4% sembuh, 52.0% lengkap, 8% putus berobat, tidak ada yang gagal, dan 0.6% meninggal. Tidak ada perbedaan bermakna untuk keberhasilan pengobatan (p=0.470, OR=1.299, IK95%;0.637-2.648), putus berobat (p=0.659 ,OR=0.758, IK95%;0.365-1.577), gagal (p=1.000), dan meninggal (p=1.000) di antara kedua kelompok. Namun, terdapat perbedaan bermakna untuk kesembuhan (p=0.003, OR=2.358, IK95%;1.375-5.206) dan pengobatan lengkap (p=<0.001, OR=0.342, IK95%;0.217-0.540). Sebagian besar pasien mengalami efek samping pengobatan (51.1%) terutama di tahap intensif (73.2%). Pada tahap lanjutan tidak ada perbedaan bermakna kejadian efek samping antara kedua kelompok (p= 0.324, OR=1.386, IK95%; 0.723-2.657).
Kesimpulan: Kesembuhan kelompok paduan OAT 2RHZE/4R3H3 lebih baik daripada 2RHZE/4RH, sedangkan pengobatan lengkap sebaliknya. Tidak ada perbedaan bermakna untuk keberhasilan pengobatan, putus berobat, kegagalan, meninggal, dan kejadian efek samping pada tahap lanjutan di antara kedua kelompok.

Introduction: Tuberculosis (TB) is the main cause of death for infectious disease in the world. Since 2008 - 2017, there was a decline of TB success rate (< 90%) in Indonesia. Treatment of TB in Indonesia are using antituberculosis drugs with part daily dose combination (2RHZE/4R3H3) or daily dose combination (2RHZE/4RH). WHO concluded that 2RHZE/4R3H3 combination had higher failure and recurrence rate. However, a meta-analysis study showed that both combinations had same failure and recurrence rate. Therefore, this study is conducted to compare treatment outcomes and adverse effects between 2RHZE/4RH combination and 2RHZE/4R3H3 combination.
Method: This was an observational analytic study with cross sectional design which compared treatment outcomes and adverse effects between 2RHZE/4RH combination and 2RHZE/4R3H3 combination in pulmonary tuberculosis patient at RSUP Persahabatan period January 2015 until June 2018. Secondary data was taken from medical record. Treatment outcomes were assessed using definition in Indonesia National Guideline of TB and WHO. Adverse effects were assessed from all adverse effects that written in medical record.
Result: There are 175 patients in each group. In 2RHZE/4RH combination group, there were 89.1% patients succeed, 13.1% cured, 76.0% completed treatment, 10.6% lost to follow up, 0.6% failed and no one died. In 2RHZE/4R3H3 combination group, there were 91.4% patients succeed, 39.4% cured, 52.0% completed treatment, 8% lost to follow up, no one failed, and 0.6% died. There was no significant difference for success (p=0.470, OR=1.299, IK95%;0.637-2.648), loss to follow up (p=0.659, OR=0.758, IK95%;0.365-1.577), failure (p=1.000), and death rate (p=1.000) between two groups. However, there was a significant difference for cure (p=0.003, OR=2.358, IK95%;1.375-5.206) and complete treatment rate (p=<0.001, OR=0.342, IK95%;0.217-0.540) between two groups. Most patients had adverse effects (51,5%), especially in intensive phase (73,2%). In continuation phase, there was no significant difference of adverse effects event between two groups (p = 0.324, OR= 1.386, IK95%; 0.723-2.657).
Conclusion: Cure rate was better in 2RHZE/4R3H3 group than 2RHZE/4RH group, for completed treatment on the contrary. There was no significant difference for success rate, loss to follow up rate, failure rate, death rate, and adverse effects event in continuation phase between two groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darayu Calvert Wilson
"Perbedaan antara tes untuk infeksi tuberkulosis (TB) yang resistan terhadap obat menjadi lebih umum karena alat diagnostik menjadi lebih bervariasi. Hal tersebut membingungkan dokter karena belum ada tes TB diagnostik cepat dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Kasus suspek-TB di RSUPP, pusat primer dan tersier untuk kasus TB paru Indonesia, disaring dengan GeneXpert MTB / RIF dan dikonfirmasikan dengan uji kepekaan obat anti-tuberkulosis.
Discrepancies between tests for drug-resistant tuberculosis (TB) infections are becoming more common as diagnostic tools become more varied. These discrepancies confuse clinicians because there is not yet a rapid diagnostic TB test with good sensitivity and specificity. Suspected-TB cases at Rumah Sakit Umum Pusat Perhasabatan (RSUPP), a primary and tertiary center for Indonesia’s pulmonary TB cases, are screened with GeneXpert MTB/RIF and confirmed with conventional drug- susceptibility testing (DST)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Angka penderita TB paru semakin meningkat, hal ini terjadi disebagian besar negara di dunia terutama negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit TB paru di Indonesia menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernapasan (SKRT, 1995). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang gambaran kepatuhan berobat penderita TB paru dalam memeriksakan sputum selama pengobatannya dihubungkan dengan faktor pemudah (umur, jenis kelamin,, pekerjaan, dan pengetahuan), faktor pemungkin (jarak dan transportasi) dan faktor penguat (dukungan keluarga, pelayanan perawat puskesmas dan pelaksanaan pengawas oleh PMO). Pene/itian ini dilakukan di Puskesmas kecamatan Pulogadung pada tanggal 23 -
31 Desember 2003 dengan jumlah responden 58 orang. Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan pada semua penderita TB
paru BTA positif yang berobat di Puskesmas wilayah kecamatan Pulogadung dengan
cara puposive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner yang terdiri dari 40 pertanyaan dan disusun berdasarkan variabel yang terkait, yaitu kepatuhan dengan faktor pemudah, pemungkin dan pengual. Analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan prosentase untuk analisa univarial dan chi square untuk analisa bivariat. Setelah dilakukan uji, dihasilkan 86,7% responden penderila TB paru yang menjalani pengobatan patuh dalam memeriksakan sputumnya dan terdapat hubungan antara variabel independen umur. dan pengetahuan dengan kepatuhan penderita TB paru dalam memeriksan sputum selama pengobatannya dimana (p< 0,05).
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5341
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Reaksi orang tua terhadap suatu penyakit akan bervariasi, begitu juga terhadap anggota
keluarga yang sakit Tuberkulosis. Keadaan ini dapat mendorong keluargaforang tua untuk
menggunakan strategi koping tertentu untuk mengatasi masalah. Penelitian ini berjudul
Gambaran koping orang tua pada keluarga dengan penderita Tuberkulosis di wilayah kelja
Puskesmas Kemiri Muka Depok. Penelitian ini menggunakan desain diskriptif sederhana
yang bertujuan mendapatkan gambaran koping keluargaforang tua pada keluarga dengan
penderita Tuberkulosis. Penelitian dilakukan terhadap 22 keluarga yang rnempunyai
anggota menderita TB paru di wilayah Puskesmas Kemiri Muka Depok Analisa dilakukan
untuk mendapatkan frekuensi dari koping keluarga/orang tua dalam menghadapi masalah
keberadaan anggota keluarga dengan TB paru. Hasil penelitian menggambarkan respon
keluarga/orang tua adalah cemas. Hal ini mendorong setrategi koping keluarga/orang tua
untuk menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5396
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Saat ini angka kejadian TBC paru semakin meningkat, terutama terjadi di negara
berkembang seperti Indonesia (WHO, 2000).Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui gambaran tingkat motivasi berobat penderita TBC paru. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas wilayah kecamatan Pulogadung Jakarta Timur dengan jumlah
responden 60 orang yaitu seluruh penderira TBC paru yang berobat di Puskesmas.
Pengambilan sampel dilakukan melalui purposive sampling dengan usia 13 tahun keatas.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan alat menggunakan
kuesioner. Analisis data yang diguriakan adalah distribusi frekuensi dengan cara
menghitung frekuensi jawaban kuesioner dari responden dan hasilnya dikalikan 100%.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa gambaran tingkat motivasi berobat penderita
TBC paru pada umumnya bermotivasi tinggi yaitu sebesar 50%, sedangkan untuk yang
bermotivasi sedang sebesar 21,7% dan yang bermotivasi rendah sebesar 28,7%.
Penelitian ini merekomendasikan promosi kesehatan tentang TBC paru melalui
penyuluhan baik kepada penderita, keluarga, dan masyarakat sekitar."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5534
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Sebagian besar penderita TB dapat ditolong dengan obat anti tuberkulosis, namun untuk menyembuhkannya diperlukan pengobatan yang Iama karena basil tuberkulosis tergolong kuman yang sukar dibasmi. Selain itu kumarmya semi dormant, yaitu berada dalam makrofag, baru dapat dibunuh bila kuman keluar dari makrofag. Titik berat penatalaksanaan penderita TB adalah kesembuhan. Oleh karenanya kepatuhan penderita minum obat sampai selesai pengobatan merupakan kunci keberhasilan dalam penanggulangan TB. Ketidakpatuhan berobat alcan akan dapat mengakibatkan penderita tidak sembuh dan terus menularkan penyakit pada orang-orang disekelilingnya bahkan dapat terjadi kekebalan kuman terhadap obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat ketaatan klien TB laki-|aki dengan klien TB wanita dalam menjalankan pengobatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif perbandingan dengan menggunakan analisa data secara chi-square. Sampel diambil di Balkesmas PK Sint. Carolus dengan teknik purposive sampling. Peneliti menyadari berbagai keterbatasan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat ketaatan klien TB laki-laki dibandingkan dengan klien TB wanita dalam menjalani pengobatan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5103
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader
kesehatan tentang program DOTS dalam meningkatkan angka kesembuhan
pasien TBC di Puskesmas pekalongan lampung timur. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif sederhana, jumlah Sampel yang diambil 63 orang
untuk dijadikan responden dengan kriteria bisa mernbaca, menulis, sadar
penuh, dapat berkomunikasi secara verbal dan non verbal, tidak mengalami
pendengaran dan penglihatan serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
Cara pengambilan sample dengan random sederhana. Untuk mengumpulkan
data tingkat pengetahuan tersebut, peneliti menggunakan insrumen berupa
kuesioner. Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan kader kesehatan
tinggi 63.49%, sedangkan yang rendah 36.5 1%. Dengan demikian peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kader kesehatan sebagian besar
tinggi. Peneliti juga memberikan rekomendasi pada peneliti selanjutnya untuk
meneliti hubungan pengetahuan tentang strategi DOTS dengan cakupan
kesembuhan TBC."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5338
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Keluarga, terutama pasangan merupakan individu yang sangat dekat (selalu kontak) dan
memegang peranan penting bagi kehidupan keluarganya. Tingkat pengetahuan pasangan
klien TB paru tentang pencegahan dan penularan TB paru sangat penting untuk
mencegah tertular penyakit TB, yang diderita oleh pasangannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasangan klien TB paru tentang
pencegahan dan penularan penyakit TB paru. Desain yang di gunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif sederhana. Sampel yang digunakan adalah pasangan klien TB pam
dalam ikatan perkawinan yang sah. Peneiitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih Jakarta Pusat, pada tangga 1 dan 6 Mei 2002. Pengumpulan data
dilakukan pada 27 responden (n=27),dengan menggunakan kuesioner dan dengan teknik
berdasarkan quota yang berisi data demografi yang meliputi nama (inisial), usia,
pendidikan, pekerjaan (pasangan), agama, dan Iamanya menderita TB (pasangan), serta
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk mengetahui sejauhmana tingkat
pengetahuan tentang pencegahan dan penularan TB paru, sebayak 17 penanyaan. Data
diolah dengan menggunakan metode statistik tendensi sentral yaitu mean, median, dan
modus. Analisa data dalam penelitian ini hanya menggunakan mean dan modus. Hasil
perhitungan diperoleh rata-rata tingkat pengetahuan tentang penularan adalah 5,22 dan
termasuk dalam kriteria tingkat pengetahuan sedang ( berkisar antara 4-6). Sedangkan
tingkat pengetahuan tentang pencegahan diperoleh rata-rata 4,82 dan termasuk dalam
kriteria tingkat pengetahuan sedang (berkisar antara 3-5). Jadi kesimpulannya adalah
rata-rata tingkat pengetahuan pasangan klien TB paru tentang pencegahan dan penularan
penyakit TB paru di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat adalah tingkat
pengetahuan sedang."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5185
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>