Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58762 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zhafira Alyatsany Viary
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pilihan perempuan Batak dalam menjalani waithood atau menunda pernikahan. Penelitian ini mengeksplorasi secara mendalam terkait proses dari pilihan waithood pada perempuan Batak dan faktor-faktor yang melatarbelakangi pilihan perempuan Batak ber-waithood. Studi-studi sebelumnya secara luas telah membahas fenomena waithood yang mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan menunda pernikahan dan juga melajang. Namun, masih sedikit studi-studi sebelumnya yang mengaitkan fenomena waithood dengan faktor atau latar budaya. Menurut peneliti, penting untuk membahas faktor budaya yang dapat mempengaruhi pilihan perempuan untuk menunda pernikahan. Melalui teori pilihan rasional, peneliti memiliki argumen bahwa adanya fenomena waithood memunculkan berbagai pilihan yang tentunya memiliki keuntungan bagi kehidupan perempuan terutama bagi perempuan Batak yang memiliki kultur patriarki yang kuat pada lingkungannya yang mengakibatkan pilihan hidup mereka sering kali terbatas. Pada penelitian ini, peneliti melakukan eksplorasi pada proses pengambilan keputusan berwaithood dan faktor-faktor yang mendorong pilihan perempuan Batak untuk waithood. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus pada perempuan batak yang menjalankan waithood. Ada 5 (lima) Informan yang berdomisili di area jabodetabek yang di wawancara secara mendalam. Temuan studi menunjukkan bahwa selama proses pengambilan keputusan perempuan Batak yang memilih waithood, didorong oleh berbagai faktor dari faktor internal, faktor keluarga, faktor teman, faktor budaya dan juga faktor media.

This study aims to explain the choice of Batak women in undergoing waithood or delaying marriage. This research explores in depth the process of waithood choices in Batak women and the factors behind the choice of Batak women in waithood. Previous studies have widely discussed the phenomenon of waithood which includes factors that influence the choice of delaying marriage and also being single. However, there are still few previous studies that relate the phenomenon of waithood to cultural factors or settings. According to the researcher, it is important to discuss cultural factors that may influence women's choice to delay marriage. Through rational choice theory, the researcher has an argument that the existence of the waithood phenomenon raises various choices which certainly have advantages for women's lives, especially for Batak women who have a strong patriarchal culture in their environment which results in their life choices often being limited. In this study, researchers explored the decision-making process of waithood and the factors that encourage Batak women's choice of waithood. This research uses a qualitative approach with case studies on Batak women who practice waithood. There are 5 (five) informants who live in the Jabodetabek area who were interviewed in depth. The findings of the study show that during the decision-making process of Batak women who choose waithood, it is driven by various factors from internal factors, family factors, friend factors and also media factors."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardina Wulantami
"Di tengah semakin tingginya jumlah perempuan masuk ke ranah publik, muncul fenomena arus balik, yakni perempuan yang memilih berkarir sebagai ibu rumah tangga meski mereka telah mencapai gelar sarjana. Berbagai kajian menunjukkan bahwa keputusan perempuan menjadi ibu rumah tangga lebih didasarkan pada alasan kecukupan ekonomi, pengasuhan anak, dan atau tuntutan suami. Rasionalitas seringkali hanya dilekatkan pada perempuan berpendidikan tinggi yang menjadi wanita karir atau bekerja di sektor publik. Namun pada artikel ini membahas rasionalitas pilihan sarjana perempuan menjadi ibu rumah tangga, dengan menganalisis keputusan mereka berbasis perhitungan cost and reward serta Comparison Alternative (CA, Artikel ini mengulas keputusan perempuan bergelar sarjana menjadi ibu rumah tangga sebagai pilihan rasional. Kasus yang dipaparkan dikaji melalui metode kualitatif (wawancara mendalam dan observasi) terhadap empat perempuan sarjana yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga.
While of increasing women to choose participating in public sphere as there is a greater chance of education and job opporunity. However, there is an indication that some women tend to work as housewives although they have earned a higher degree of education. In previous researches, women chose to become housewife because of economical sufficiency, children and also husband. Higher rationality is usually regards that women with higher education could attain career or work in the public sector. But, the purpose of this research is to describe the rationality of female graduates who chose to work as housewives. By analizing the cost and rewards which is accompanied by comparison alternative (CA) analysis, this research explains the rational choice of female graduates who later work as housewives. The method in this research uses qualitative approach, having in-depth interview and observation towards four housewives whom are bachelor graduates."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Larasati
"Skripsi ini membahas mengenai alasan perempuan tidak dianggap sebagai ahli waris dalam masyarakat adat Batak Toba serta hak perempuan terhadap harta kekayaan ayahnya. Pembahasan dilakukan melalui studi literatur, pengamatan di lapangan, serta wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan cara pendekatan normatif, meliputi penelitian terhadap pengertian dan ketentuan hukum baik tertulis maupun tidak tertulis, serta pendekatan empiris untuk memperoleh fakta mengenai perilaku subyek hukum terkait dengan permasalahan yang dibahas. Kesimpulan atas permasalahan tersebut adalah perempuan tidak dianggap sebagai ahli waris karena pada dasarnya, kehidupan perempuan merupakan tanggung jawab dari laki-laki baik ayah maupun saudara laki-lakinya , perempuan juga sudah tidak akan menjadi anggota kerabat dari klan ayahnya ketika ia menikah sehingga tidak ada hubungan hukum, dan masyarakat adat Batak Toba menghindari adanya tindakan pengalihan harta apabila terjadi pemberian warisan kepada perempuan. Perempuan juga memiliki hak untuk menikmati kekayaan ayahnya, yang dapat diperoleh dengan melalui pemberian dari pewaris ataupun pemberian dari saudara laki-lakinya. Walaupun Negara, melalui putusan Mahkamah Agung tahun 1961, telah memutuskan bahwa perempuan adalah ahli waris yang sama kedudukannya dengan laki-laki, tidak semua masyarakat Batak Toba mengakui kedudukan perempuan sebagai ahli waris, terutama bagi keluarga Batak Toba yang masih bertempat tinggal di Desa Sibuntuon, dan tidak ada keseragaman pemahaman akan hak perempuan terhadap harta kekayaan orangtuanya yang diakibatkan tidak tertulisnya hukum waris adat Batak Toba. Dalam hal ini para tokoh Adat yang menekuni hukum adat Batak Toba dapat turut andil dalam memberikan pengertian terkait dengan proses waris-mewaris dalam masyarakat Batak Toba.

This thesis talks about the reasons why Batak women are not regarded as a legal heir in Batak Toba's custom and also their rights on their father's properties. The discussion is held through thorough literature study, field observatory and interviews. The research in this discussion is done through a normative approach, including research through legal understanding and provisions, whether it is written or not, as well as an empirical approach to obtaining facts about the behavior of legal subjects related to the issues discussed. The research has come to a conclusion that woman in Batak Toba's custom is not considered as a legal heir because they are considered as a responsibility of men whether it is their father or their relatives and women in Batak Toba's customs are no longer considered as a true relatives of their father's family clan as soon as they are married, which leave them with no legal relationship with their father. Although they are not considered as a legal heir, Batak Toba women also have the rights to enjoy their father's riches, which they can gained from the heir or gifts from their brothers. Although Indonesia's Law through the Supreme Court's decision of 1961 has ruled out that women are in the same position of heirs to men, not all Batak Toba community especially those in Sibuntuon Village consider women as heirs. There is also no uniform understanding of women's rights to their parents' property due to the unwritten law of the inheritance of Batak Toba. In this case, those who are considered as indigenous leaders in the community who pursue the customary law of Batak Toba can contribute in providing understanding about the inheritance process of Batak Toba community.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S69188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini hendak menunjukkan perjumpaan dua tradisi dan budaya perkawinan yang saling menyuburkan internalisasi status perempuan. Keduanya ialah tradisi liturgi perkawinan dalam gereja dan tradisi perkawinan adat Batak Toba. Tradisi gereja dan tradisi adat datang dari dua dunia yang berbeda. Mereka mempunyai perbedaan latar belakang konteks, tetapi sama-sama menstereotipe dan mensubordinasi perempuan. Teks yang sering dipergunakan dalam tradisi liturgi perkawinan menggambarkan perempuan distereotipe dalam ketundukan kepada suami sebagai bentuk ketundukan kepada Tuhan. Teks tradisi liturgi perkawinan yang patriarki itu hadir di tengah-tengah masyarakat Batak yang juga patriarki. Masyarakat ini sangat kental dengan adat. Salah satunya ialah perkawinan adat Batak Toba dengan sinamot yang diartikan sebagai pembayaran perkawinan. Banyak yang menyebut sinamot sebagai tuhor ni boru, arti harafiah ?uang beli perempuan.?"
Lengkap +
305 JP 20:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Hisar
"Masyarakat Batak (Toba) menganut sistem kekerabatan patrilinial, artinya garis keturunan dalam keluarga ditentukan menurut garis bapak (laki-laki). Sistem garis keturunan tersebut menempatkan laki-laki lebih utama dibandingkan perempuan. Pengutamaan laki-laki dibanding perempuan membawa banyak konsekuensi bagi laki-laki maupun perempuan, misalnya, bila laki-laki adalah ahli waris, maka perempuan bukan ahli waris walaupun perempuan memperoleh bagian dari harta warisan orangtuanya. Kekristenan Barat yang dibawa penginjil Jermar~ (RMG) ke tanah Batak juga kekristenan yang patriarki. Perjalanan panjang Gereja HKBP sebagai gereja telah menempatkan perempuan pada posisi dan peran pinggiran raja. Oleh karena itu, bagaimanakah kedudukan perempuan dalam masyarakat Batak dan Gereja Huria Kristen Batak Pinatas tan (HKBP)?
Pandangan gereja (tradisional) telah menempatkan perempuan sebagai pendamping bagi laki-laki. Tetapi ketika diterapkan dalam realitas sosial sehari-hari terjadi perbedaan dalam menafsirkan anti "pendamping yang sepadan". Perbedaan tafsiran tersebut berdarnpak luas dan memasuki setiap segmen kehidupan relasi antara perempuan dan laki-laki. Akibat yang terlihat adalah tersubordinasinya perempuan bila dibandingkan dengan laki-laki. Kenyataan seperti itu telah mendarong para pemikir dan teolog Kristen untuk mencari jawaban terhadap tersubordinasinya perempuan dalam gereja. Ternyata gerakan tersebut telah melahirkan teologi feminis. Teologi feminis berangkat dari asumsi bahwa pengalaman perempuan juga sah dalam menafsirkan kepercayaan dan iman yang diyakininya. Oleh karena itu, teologi feminis menawarkan suatu cara baru dalam berteologi.
Pengakuan terhadap adanya perbedaan antara pengalaman perempuan dan laki-laki meng haruskan adanya mediate penelitian yang berbeda dengan apa yang biasanya dipakai. Oleh karena itu, dalam hal ini telah dipakai metode penelitian kualitatif dengan perspektif wanita. Dengan metode penelitian ini diharapkan pemahaman terhadap perempuan yang menjadi subyek penelitian dapat didengar dan pengalaman, pandangan serta harapanharapan mereka akan terungkap lebih jelas.
Penelusuran kedudukan dan peran perempuan Batak (Toba) Kristen anggota Gereja HKBP memberikan gambaran bahwa kedudukan dan perannya dipengaruhi aleh sistem nilai (ideologi) dan stereotip jender yang berlaku di masyarakat Batak (Toba). Ideologi (sistem nilai) dan stereotip jender yang berlaku terbentuk sebagai hasil tarik-menarik dari kekuatan sosial budaya pada masyarakat Batak (Toba). Bahwa tata aturan rumah tangga Batak (Toba) yang patriarkat mempunyai implikasi sosial, politik, hukum, dan religius. Perlu upaya yang serius dan berkesinambungan untuk melakukan perubahanperubahan yang mendasar dalam menciptakan kemitrasejajaran antara perempuan dan laki-laki dalam Gereja HKBP."
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliyana Yustikarini
"Skripsi ini membahas mengenai kedudukan anak (perempuan) dalam hukum waris adat, khususnya daerah Batak. Di Batak kedudukan anatar anak laki-laki dengan anak perempuan tidaklah sama. Anak laki-laki kedudukannya lebih istimewa di bandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki merupakan penerus keturunan dan selalu seclan dengan ayah dan keluarga ayah. Sedangkan anak perempuan tidak selamanya seclan dengan ayah dan keluarga ayah. Anak perempuan setelah dikawin jujur, hak dan kewaj iban pindah ke keluarga suami, sehingga anak perempuan bukan ahli waris ayahnya. Di Batak tidak mengenal anak perempuan sebagai ahli waris tetapi di sana dikenal adanya lembaga "Holong Ate". Lembaga "Holong Ate" ini dapat memperluas hukum waris adat setempat. Anak perempuan dapat meminta bagian dari ayah sebagai pemberian atau hibah sebelum dia rnanikah. Pemberian harta peninggalan ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah ayahnya meninggal, ini merupakan wujud dari kasih sayang ayah kepada anak perempuan. Akan tetapi pemberian harta peninggalan ini tidak berlaku pada harta pusaka (leluhur). Dengan adanya lembaga "Holong Ate" ini kedudukan anak perempuan dan anak laki-laki akan menjadi sarna dalam hal mewaris. Akan tetapi masyarakat Batak tidak semuanya mempergunakan lembaga "Holong Ate" dalam kewarisan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
S20892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Traditional calendar of Batak, ethnic group of North Sumatra"
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1992
899.224 62 PAR
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
"Traditional calendar of Batak, ethnic group of North Sumatra"
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1992
899.224 62 PAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
BAS 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vilona Stevanny
"Tulisan ini meneliti pergeseran lanskap praktik pemberian ASI Eksklusif di sebuah desa di Manggarai, Nusa Tenggara Timur, di tengah tujuan pembangunan nasional untuk mewujudkan "generasi muda yang sehat." Secara tradisional, pemberian ASI dianggap sebagai ranah cinta dan keintiman, namun kini menjadi sasaran intervensi melalui program pembangunan. Penelitian ini mengajukan dua pertanyaan: (1) Bagaimana program ASI Eksklusif mempengaruhi persepsi dan pengalaman ibu di Manggarai? (2) Bagaimana pemberian ASI menjadi arena intervensi pembangunan? Menggunakan etnografi, wawancara mendalam, dan pengamatan terlibat, tulisan ini menerapkan konsep rendering technical Tania Li, local biologies Margaret Lock, serta teori governmentality dan biopower Michel Foucault. Temuan utama mengungkapkan bahwa narasi pembangunan merekonstruksi praktik pemberian ASI dan keibuan menjadi teknis, dengan perempuan sebagai sasaran sistem pengetahuan dan pengawasan. Narasi etnografis yang disampaikan oleh para ibu menyusui menunjukkan bagaimana kekuasaan beroperasi melalui pelabelan, stigmatisasi, dan subjek pembangunan ideal, menyoroti negosiasi identitas keibuan dalam program-program ini

This article explores how national development programs in a village in Manggarai, East Nusa Tenggara, reshape breastfeeding practices. Traditionally seen as a realm of love and intimacy, breastfeeding is now subject to intervention through programs promoting Exclusive Breastfeeding. The research investigates how these programs influence mothers' perceptions and experiences of breastfeeding and childcare, transforming a natural practice into a technical process aligned with national goals. Using ethnographic fieldwork, interviews, and participant observation, this study applies Tania Li's rendering technical, Margaret Lock’s local biologies, and Michel Foucault's theories of biopower and governmentality. Key findings reveal that motherhood ideals are reshaped under development regimes, with women adhering to expert guidance and becoming subjects of knowledge systems (books, consultations) and surveillance (digital apps, record books). Ethnographic narratives highlight how power operates through labeling, stigmatization, and the ideal development subject, underscoring the negotiation of motherhood identities within these programs."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>