Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syafei Adnan
"Merantau merupakan salah satu cara bagi mahasiswa yang berasal dari daerah tertentu untuk pindah ke daerah lain untuk menempuh pendidikan yang lebih baik dan pengalaman baru. Akibat jauh dari keluarga dan kampung halaman, mahasiswa rantau rentan untuk mengalami kesepian saat menempuh pendidikan tinggi di daerah rantau. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa rantau terkait kesepian dan kebutuhan psikologis dasar sekaligus bagaimana mahasiswa rantau mengatasi rasa kesepian dan memenuhi kebutuhan psikologis dasarnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif agar dapat memahami secara lebih mendalam mengenai kesepian dan kebutuhan psikologis dasar yang dimiliki oleh mahasiswa rantau. Partisipan terdiri dari enam mahasiswa rantau dari latar belakang yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan mengalami pengalaman yang berbeda terkait dengan kesepian dan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar mereka. Beberapa partisipan merasa kesepian akibat kurangnya dukungan sosial dan jarak fisik dari keluarga, sementara yang lain merasa ia kurang melakukan aktivitas bersama teman sebaya. Adaptasi budaya yang kurang baik menjadi penyebab khas mahasiswa rantau mengalami kesepian sehingga disarankan agar mahasiswa rantau mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan belajar budaya dan gaya hidup rantau sebelum merantau. Kebutuhan akan kompetensi merupakan kebutuhan psikologis dasar yang terganggu selama mengalami kesepian dibandingkan kebutuhan psikologis dasar yang lain. Partisipan mengatasi kesepian melalui kegiatan sosial dan dukungan dari orang tua, teman, dan pacarnya serta mengakses sosial media. Selain itu, kebutuhan psikologis dasar seperti kebutuhan akan hubungan relasi, autonomi, dan kompetensi juga dipenuhi dengan cara yang bervariasi di antara partisipan.

Migrating is one way for students from certain areas to move to other areas to pursue better education and new experiences. As a result of being far from their families and hometowns, out of town students are vulnerable to experiencing loneliness when pursuing higher education in out of town areas. This research aims to explore the experiences of out of town students regarding loneliness and basic psychological needs as well as how out of town students overcome feelings of loneliness and fulfill their basic psychological needs. This research uses qualitative methods in order to understand more deeply about loneliness and the basic psychological needs of out of town students. Participants consisted of six out of town students from different backgrounds. The results showed that all participants experienced different experiences related to loneliness and fulfilling their basic psychological needs. Some participants felt lonely due to lack of social support and physical distance from family, while others felt they did not do enough activities with peers. Poor cultural adaptation is a typical cause of out of town students experiencing loneliness, therefore it is recommended that regional students prepare themselves first by learning the culture and lifestyle of the region before migrating. The need for competence is a basic psychological need that is disturbed when experiencing loneliness compared to other basic psychological needs. Participants overcome loneliness through social activities and support from parents, friends and romantic partner as well as accessing social media. In addition, basic psychological needs such as the need for relationships, autonomy, and competence were also met in varying ways among participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rehulina Karima Kaban
"Sulitnya melakukan interaksi sosial selama pandemi dapat membuat individu merasa kesepian yang dapat teratasi dengan adanya dukungan sosial secara daring yang diterima oleh mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial secara daring dengan kesepian yang melibatkan 270 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampling non-probability. Pengukuran kesepian dilakukan dengan menggunakan alat ukur The de Jong Gierveld Loneliness Scale oleh de Jong Gierveld dan Kamphuis (1985). Pengukuran dukungan sosial secara daring dilakukan dengan menggunakan alat ukur  The Online Social Support Scale oleh Nick et. al (2018). Data penelitian dianalisis menggunakan Pearson Correlation yang hasilnya menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial secara daring dengan kesepian. Hal tersebut menandakan bahwa, peningkatan dukungan sosial secara daring akan diikuti dengan penurunan rasa kesepian pada mahasiswa.

The difficulty of social interaction during a pandemic can make individuals feel lonely which can be overcome by the online social support received by college students. This study aimed to determine the relationship between online social support and loneliness involving 270 college students using a non-probability sampling technique. Loneliness was measured using The de Jong Gierveld Loneliness Scale by de Jong Gierveld and Kamphuis (1985). The measurement of online social support was carried out using The Online Social Support Scale by Nick et. al (2018). The research data were analyzed using Pearson Correlation, the results of which showed that there was a negative significant relationship between online social support and loneliness. This indicated that an increase in online social support will be followed by a decrease in loneliness in students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Magiana Ignasia
"Tingkat dukungan sosial yang dirasakan tinggi telah terbukti berkontribusi melawan perasaan kesepian rendah yang dialami individu. Penelitian ini ingin melihat perbedaan pengaruh sumber dukungan sosial yang dirasakan pada kemunculan rasa kesepian pada mahasiswa luar negeri tahun pertama di Universitas Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini adalah 169 mahasiswa asing tahun pertama di Universitas Indonesia yang berasal dari luar Jabodetabek tidak pernah bermigrasi sebelumnya, dan saat ini tinggal sendiri. Hasil analisis statistik menggunakan Analisis Regresi Berganda Linier menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang simultan dari 18,8% dari pengukuran tiga sumber dukungan sosial yang dipersepsikan, yaitu keluarga, teman, dan orang penting lainnya, melawan kesepian. Selain itu, ditemukan Selain itu, dukungan sosial dianggap dari teman-teman sebagai penyumbang terbesar tinggi badan menuju kesepian (β = -0.352, p = 0.040) ketika berinteraksi dengan dukungan sosial dari keluarga dan orang penting lainnya. Sumber dukungan sosial yang dirasakan teman tampaknya paling berpengaruh terhadap tingkat kesepian siswa migran dalam penelitian ini, R2 = 0,069, F (1,167) = 12,368, p <0,05. Saran untuk penelitian ini adalah dapat menambahkan laporan diri di akhir kuesioner untuk mengetahui formulirnya dukungan yang diberikan oleh masing-masing sumber secara khusus.

High levels of perceived social support have been shown to contribute to low feelings of loneliness experienced by individuals. This study wants to see the difference in the influence of the perceived sources of social support on the emergence of loneliness among first-year foreign students at the University of Indonesia. Participants in this study were 169 first-year foreign students at the University of Indonesia who came from outside Jabodetabek who had never migrated before, and currently live alone. The results of statistical analysis using Linear Multiple Regression Analysis show that there is a simultaneous effect of 18.8% of the measurement of three perceived sources of social support, namely family, friends, and significant others, against loneliness. In addition, it was found that social support was considered from friends as the biggest contributor to height towards loneliness (β = -0.352, p = 0.040) when interacting with social support from family and significant others. The source of social support felt by friends seemed to have the most influence on the level of loneliness of migrant students in this study, R2 = 0.069, F (1.167) = 12.368, p <0.05. Suggestions for this research is able to add self-report at the end of the questionnaire to find out the form of support provided by each source specifically."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Safira
"Mahasiswa yang berada di tahap emerging adulthood kerap kali menghadapi tantangan-tantangan perkuliahan dan kehidupan yang dapat berdampak buruk terhadap Kesejahteraan Psikologis. Berdasarkan tinjauan literatur, ditemukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar psikologis (PKDP) dan penggunaan internet bermasalah (PIB) berperan dalam Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa. Belum terdapat penelitian yang meneliti dinamika hubungan PKDP, PIB, dan Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran PKDP dan PIB dalam memprediksi Kesejahteraan Psikologis serta hubungan PKDP dan PIB pada mahasiswa. Penelitian ini melibatkan 243 partisipan mahasiswa (Mage=21,2, Nperempuan=179) . Pengukuran variabel menggunakan alat ukur Ryff Psychological Well Being Scale (RPWBS), Basic Psychological Need Satisfaction Scale (BPNSS), dan Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PIB dapat memediasi hubungan antara PKDP dan Kesejahteraan Psikologis secara parsial (β = 9,1906, 95% CI [7,8382, 10,5430]). Temuan dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan dalam menyusun intervensi meningkatkan Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa di tahap emerging adulthood =melalui PIB.

Students who are in the emerging adulthood stage often face challenges in college and life that could have a negative impact on psychological well-being (PWB). Based on a literature review, it was found that basic psychological need satisfaction (BPNS) and problematic internet use (PIU) played a role in PWB for university students. Previous research in Indonesia have not investigated the dynamic BPNS, PIU, and PWB in university students yet. This research aimed to look at the role of PIU in mediating the relationship between BPNS and PWB. This research involved 243 student participants (Mage=21,2, Nwoman=179)) and live in Indonesia. Variable measurements used the Ryff Psychological Well Being Scale (RPWBS), Basic Psychological Need Satisfaction Scale (BPNSS), and Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2). The research results show that PIU partially mediated the relationship between BPNS and PWB (β = 9,1906, 95% CI [7,8382, 10,5430]). The findings from the research can be used as a consideration when arranging intervention to increase university students PWB in the emerging adulthood stage through PIB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Nurul Azizah
"Penelitian ini membahas hubungan kelekatan orang tua dan keberfungsian keluarga dengan self esteem mahasiswa rantau dengan studi kasus pada mahasiswa rantau Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia angkatan 2020-2023. Self esteem menjadi sebuah bentuk pemenuhan dalam tingkatan kebutuhan manusia. Pada dasarnya, self esteem akan membantu individu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, masih banyak mahasiswa FISIP UI yang merasa bahwa dirinya kurang berharga. Hal tersebut akan menentukan self esteem yang dimiliki oleh mereka. Mahasiswa rantau penting untuk memiliki self esteem yang tinggi untuk menjalani aktivitasnya di kota perantauan agar tetap berfungsi secara sosial. Adanya self esteem yang tinggi di dalam diri mahasiswa rantau membuat dirinya berdaya sehingga mereka mampu memahami situasi yang mereka hadapi, mengelola masalah yang terjadi, menangani tantangan yang ada, dan memikirkan solusi untuk kedepannya. Keluarga dianggap menjadi sebuah sistem terkecil serta lembaga pertama yang bertanggung jawab atas perkembangan individu. Adapun peran dari orang tua dalam pembentukan self esteem mahasiswa yang merantau. Hal tersebut berguna agar mereka bisa menyesuaikan diri di manapun mereka berada termasuk di kota perantauan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kelekatan orang tua dan keberfungsian keluarga dengan self esteem mahasiswa rantau. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan pada Maret 2024. Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia angkatan 2020-2023 yang merantau dengan jumlah sampel sebanyak 197 orang. Dari hasil analisis menggunakan kendall’s tau-b menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan pada hubungan kelekatan orang tua dengan self esteem mahasiswa rantau yang memiliki kekuatan hubungan lemah. Sedangkan, antara keberfungsian keluarga dengan self esteem juga memiliki hubungan yang positif dan signifikan serta berada di kategori lemah. Dengan demikian, terdapat hubungan antara kelekatan orang tua dan keberfungsian keluarga dengan self esteem mahasiswa rantau. Adapun hal yang dapat dilakukan berdasarkan penelitian ini, yakni menyediakan layanan konseling baik secara individu maupun kelompok agar mahasiswa yang merantau tetap menjaga self esteem yang baik dan mampu menjalin interaksi sosial.

This study discusses the relationship between parents attachment and family functioning with the self esteem of migrant students, using a case study migrants students from the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia, class of 2020-2023. Self esteem is a form of fulfillment in the hierarchy of human needs. Essentially, self esteem helps individuals in their daily lives. However, many FISIP UI students still feel that they are not valuable. This perception will determine their self esteem. It is important for migrant students to have high self esteem to carry out their activities in the city of their studies and to function socially. High self esteem within migrant students empowers them to understand the situations they face, manage occurring problems, handle challenges, and think about solutions for the future. The family is considered the smallest system and the first institution responsible for individual development. Parents play a role in forming the self esteem of migrant students. This is useful so that they can adapt wherever they are, including in the city where they study. Therefore, this study aims to determine the relationship between parents attachment and family functioning with the self esteem of migrant students. This research uses a quantitative approach with a descriptive research type. The instrument used is a questionnaire. The data collection technique in this study uses accidental sampling. Data collection was carried out in March 2024. The subjects of this study were students of the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia, class of 2020-2023, who study away from home, with a sample size of 197 people. The results of the analysis using kendall's tau-b show that there is a positive and significant relationship between parents attachment and the self esteem of migrant students, with the strength of the relationship being weak. Meanwhile, the relationship between family functioning and self esteem is also positive and significant and also falls in the weak category. Thus, there is a relationship between parents attachment and family functioning with the self esteem of migrant students. Based on this research, it is recommended to provide counseling services, both individually and in groups, so that migrant students can maintain good self esteem and foster social interactions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafiyyah Atiqatush Shabihah
"Banyaknya tekanan akademik yang dimiliki mahasiswa membuat mahasiswa cenderung mengalami burnout akademik. Salah satu faktor yang sering dikaitkan dengan terjadinya burnout akademik adalah kualitas tidur yang dimiliki mahasiswa. Penelitian mengenai hubungan antara kualitas tidur dan burnout akademik telah banyak ditemukan, namun mediator potensial dari hubungan ini masih jarang dibahas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi regulasi emosi, yakni cognitive reappraisal dan expressive suppression, dalam hubungan antara kualitas tidur dan burnout akademik pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan kepada 240 mahasiswa aktif di Indonesia dengan rentang usia 18-24 tahun yang diperoleh dengan menggunakan metode convenience sampling. Instrumen penelitian yang digunakan mencakup Academic Burnout Scale (ABS), translasi dari Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan translasi dari Emotion Regulation Questionnaire (ERQ). Hasil analisis menggunakan PROCESS Hayes menunjukkan tidak adanya peran yang signifikan dari mediasi cognitive reappraisal dan expressive suppression dalam hubungan antara kualitas tidur dan burnout akademik. Meski demikian, penelitian ini mempertegas adanya hubungan yang kuat antara kualitas tidur dan burnout akademik pada mahasiswa.

The academic pressure faced by students often leads to academic burnout. One of the factors commonly associated with academic burnout is the quality of sleep among students. It is well established that poor sleep quality directly increases academic burnout, but potential mediators of this relationship remain poorly understood. This study aims to examine the mediating role of emotion regulation, specifically cognitive reappraisal and expressive suppression, in the relationship between sleep quality and academic burnout among students. The study involved 240 active students in Indonesia aged 18-24, selected through convenience sampling. Research instruments included the Academic Burnout Scale (ABS), a translated version of the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and a translated version of the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ). Analysis using the PROCESS by Hayes revealed no significant mediating role of cognitive reappraisal and expressive suppression in the relationship between sleep quality and academic burnout. Nevertheless, the study reinforces the strong relationship between sleep quality and academic burnout among students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Helena Vidia
"Tingginya tingkat stres pada mahasiswa menunjukkan adanya ketidakmampuan untuk meregulasi emosi terhadap permasalahan akademik yang dialami. Perbedaan kemampuan regulasi emosi antar mahasiswa berhubungan dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada individu di masa lampau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perceived parenting style dengan emotion regulation pada mahasiswa di Indonesia. Penelitian ini melibatkan 146 mahasiswa di Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parental Authority Questionnaire (PAQ) dan Emotion Regulation Questionnaire (ERQ). Analisis statistik korelasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perceived authoritative parenting style dengan strategi regulasi emosi cognitive reappraisal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat perceived authoritative parenting style yang dipersepsikan, semakin tinggi pula kecenderungan individu untuk meregulasi emosi dengan tipe cognitive reappraisal. Hasil lainnya ditemukan bahwa perceived authoritarian parenting style tidak berhubungan dengan tipe regulasi emosi manapun. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa authoritative parenting style dapat mempromosikan penggunaan cognitive reappraisal sebagai strategi regulasi emosi yang adaptif untuk mahasiswa.

The high levels of stress among university students indicate an inability to regulate emotions in response to academic problems experienced by individuals. Differences in emotion regulation abilities among students are related to the parenting styles applied by their parents in the past. This study aims to determine whether there is a relationship between perceived parenting style and emotion regulation among university students in Indonesia. The study involved 146 students in Indonesia, aged 18-25 years. The instruments used in this study were the Parental Authority Questionnaire (PAQ) and the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ). Correlation statistical analysis in this study showed a significant positive relationship between perceived authoritative parenting style and the emotion regulation strategy of cognitive reappraisal. This indicates that the higher the level of perceived authoritative parenting style, the higher the tendency for individuals to regulate their emotions using cognitive reappraisal. Other findings revealed that perceived authoritarian parenting style was not related to any type of emotion regulation. This study implies that authoritative parenting style can promote the use of cognitive reappraisal as an adaptive emotion regulation strategy for university students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Shiny Frederika
"Kesepian umum terjadi pada individu dewasa awal, usia yang penuh perubahan dan instabilitas. Meski umum, kesepian berdampak buruk bagi kehidupan individu sehingga perlu diatasi. Penerapan mindfulness, salah satunya yaitu, interpersonal mindfulness, diusulkan dapat mengatasi kesepian dalam konteks relasi sosial. Penelitian ini melihat hubungan antara interpersonal mindfulness dan kesepian pada 149 individu berusia 18-25 tahun. Kesepian diukur dengan UCLA Loneliness Scale Revised Version 3 dan interpersonal mindfulness dengan Interpersonal Mindfulness Scale. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara interpersonal mindfulness dan kesepian. Temuan ini menunjukkan bahwa interpersonal mindfulness tidak berkaitan langsung dengan tingkat kesepian pada individu dewasa awal.

Loneliness commonly occurs in young adults, a period marked by change and instability. Despite its prevalence, loneliness adversely impacts individuals' lives and requires intervention. Mindfulness practices, such as interpersonal mindfulness, are suggested to address loneliness within social relationships. This study examines the relationship between interpersonal mindfulness and loneliness in 149 individuals aged 18-25 years. Loneliness was assessed using the UCLA Loneliness Scale Revised Version 3, while interpersonal mindfulness was measured using the Interpersonal Mindfulness Scale. The research findings indicate no significant relationship between interpersonal mindfulness and loneliness. These findings suggest that interpersonal mindfulness does not directly correlate with loneliness levels in young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Retno Putri Manjali
"Penyesuaian diri di perguruan tinggi merupakan hal penting yang diperlukan untuk melalui masa transisi yang penuh perubahan. Penelitian melihat bahwa dispositional mindfulness memiliki peran pada penyesuaian diri di perguruan tinggi. Namun, hubungan yang terbentuk terkait dispositional mindfulness dan penyesuaian diri di perguruan tinggi masih dibutuhkan, terutama mengenai hubungannya dengan kesejahteraan psikologis yang seringkali terlibat. Kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi yang diperlukan dalam penentuan kesehatan mental seseorang. Penelitian korelasional ini melihat peran kesejahteraan psikologis sebagai mediator dalam hubungan antara dispositional mindfulness dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tingkat pertama N = 207. Instrumen yang digunakan terdiri dari Mindfulness Attention Awareness Scale MAAS, Student Adaptation to College Questionnaire SACQ, dan Ryffs Scale of Psychological Well-being. Dari hasil analisis mediasi yang dilakukan, terdapat indirect effect b = 0,54.

Adjustment to college is an important thing needed during the transition period from high school. Dispositional mindfulness has been proven to have a role in adjustment to college. However, research about the relationship that is formed regarding dispositional mindfulness and adaptation in college is still needed, especially about its relationship with psychological well being that is often involved. Psychological well being is a necessary condition in determining one 39s mental health. Thus, this present research is a correlational research that sees the role of psychological well being as a mediator in the relationship between dispositional mindfulness and adjustment to college among first year college students N 207. The instruments used in this research consisted of Mindfulness Attention Awareness Scale MAAS, Student Adaptation to College Questionnaire SACQ, and Ryff 39 s Scale of Psychological Well being. From the result of mediation analysis, there are indirect effect b 0,54."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Khairunnisa Saputri
"Hubungan antara kesepian dan adiksi smartphone tidak selalu ditemukan berkorelasi secara signifikan. Di sisi lain, Deficient Self-Regulation Model mengajukan disregulasi emosi sebagai mediator dalam hubungan antara adiksi smartphone dan kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali hubungan positif antara kesepian dan adiksi smartphone, serta sejauh mana hubungan tersebut dapat dimediasi oleh disregulasi emosi. Sebanyak 158 dewasa muda (69% perempuan; Musia = 21,19, SD = 1,92) diukur menggunakan Smartphone Addiction Scale – Short Version, Revised UCLA Loneliness Scale, dan Brief Version of Difficulties in Emotion Regulation Scale. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kesepian berhubungan secara positif dan signifikan dengan adiksi smartphone. Hasil analisis PROCESS simple mediation (Model 4) menunjukkan bahwa hubungan kesepian dan adiksi smartphone dimediasi secara penuh oleh disregulasi emosi. Diskusi mengenai temuan-temuan dalam penelitian ini akan mengangkat peran penting dari disregulasi emosi dalam memahami bagaimana kesepian di kalangan dewasa muda dapat memicu perilaku adiksi smartphone dan berbagai dampak negatif yang mengikutinya.

According to previous findings, the relationship between loneliness and smartphone addiction did not always show significant correlation. On the other hand, the Deficient Self-Regulation Model proposes emotional dysregulation as a mediator between loneliness and smartphone addiction. This study aimed to re-examine the positive relationship between loneliness and smartphone addiction and explore the extent to which emotional dysregulation mediates this relationship. A total of 158 Indonesian young adults (69% female; Musia=21,19, SD=1,92) were measured using the Smartphone Addiction Scale – Short Version, the Revised UCLA Loneliness Scale to assess loneliness, and the Brief Version of Difficulties in Emotion Regulation Scale. Results of the correlation analysis indicated a positive and significant relationship between loneliness and smartphone addiction. Notably, the findings of the PROCESS simple mediation analysis (Model 4) revealed that the relationship between loneliness and PSU is fully mediated by emotional dysregulation. The discussion of the current study's findings will emphasize the vital role ofemotional dysregulation in understanding how loneliness among young adults can trigger smartphone addiction and subsequent negative consequences."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>