Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 231950 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Nopendri
"Pneuumonia merupakan salah satu penyakit pernapasan yang paling banyak menyumbang kematian dan kesakitan pada anak. Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan bagi dunia dan Indonesia, terutama pada Kota Jakarta Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor cakupan rumah sehat, faktor individu (BBLR), faktor demografi (kepadatan penduduk), dan faktor iklim (suhu dan curah hujan) dengan kejadian pneumonia pada balita di Kota Jakarta Barat pada tahun 2018-2022. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatan analisis korelasi dan analisis spasial dengan unit analisis berupa seluruh kecamatan yang ada di Kota Jakarta Barat selama periode tahun 2018-2022. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa tedapatnya hubungan yang bermakna pada variabel cakupan rumah sehat (r= -0,362), BBLR (r= 0,396), kepadatan penduduk (r= 0,484), suhu (r= 0,332), dan curah hujan (r= -0,544). Pada analisis spasial menunjukan bahwa pola persebaran kejadian pneumonia balita di Kota Jakarta Barat tahun 2018-2022 cenderung banyak terjadi wilayah yang memiliki cakupan rumah sehat rendah dan kepadatan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya preventif dan pengendalian dalam menekan kejadian kasus pneumonia yang banyak terjadi pada daerah dengan cakupan rumah sehat rendah dan kepadatan penduduk yang tinggi.

Pneumonia is one of the respiratory diseases that causes the most deaths and morbidity in children. Pneumonia is still a health problem for the world and Indonesia, especially in the city of West Jakarta. This study aims to analyze the relationship between healthy house coverage factors, individual factors (underweight birth), demographic factors (population density), and climate factors (temperature and rainfall) with the incidence of pneumonia in toddlers in West Jakarta City in 2018-2022. This research uses an ecological study design with a correlation analysis and spatial analysis approach with the unit of analysis being all sub-districts in West Jakarta City during the 2018-2022 period. The results of this study show that there is a significant relationship between the variables healthy house coverage (r= -0.362), underweight birth (r= 0.396), population density (r= 0.484), temperature (r= 0.332), and rainfall (r= -0.544). Spatial analysis shows that the distribution pattern of toddler pneumonia in West Jakarta City in 2018-2022 tends to occur in areas with low coverage of healthy homes and high population density. Therefore, preventive and control efforts are needed to reduce the incidence of pneumonia cases which often occur in areas with low coverage of healthy houses and high population density."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Delia Revorina
"

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang sebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi virus dengue dari penderita kepada orang lain. Penyakit ini endemik lebih dari 100 negara beriklim tropis dan sub tropis di belahan dunia. Sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari populasi yang berisiko terkena demam berdarah di seluruh dunia tinggal di negara-negara Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat, salah satunya Indonesia. Pada tahun 2016, DKI Jakarta ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD, dengan jumlah penderita sebanyak 22.697 kasus dan Incidence Rate (IR) sebesar 220.8 per 100.000 penduduk. Kota Jakarta Barat menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kejadian DBD tertinggi dibandingkan dengan kota lain di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis spasial kejadian DBD di Kota Jakarta Barat tahun 2015-2019 dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti demografi, iklim, dan angka bebas jentik. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi ekologi dengan pendekatan analisis spasial dan analisis korelasi untuk melihat kekuatan hubungan antara kejadian DBD dengan faktor kepadatan penduduk, iklim, dan angka bebas jentik. Secara spasial kejadian DBD cenderung terjadi di wilayah dengan tingkat kepadatan tinggi dan ABJ rendah. Secara statistik, analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk, kelembanam udara, dan curah hujan dengan kejadian DBD. Sedangkan suhu udara dan angka bebas jentik menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan terhadap kejadian DBD di Kota Jakarta Barat. Dari 56 kelurahan di Jakarta Barat, terdapat 53 kelurahan yang tergolong tingkat kerawanan tinggi, dan 3 kelurahan tergolong kategori kerawanan sedang terjadinya kasus DBD. Tingginya masalah kasus DBD di Jakarta Barat membuat Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan upaya atau perencanaan serta optimalisasi pemberdayaan masyarakat dalam pemberantasan kasus DBD.

Kata kunci:

Demam Berdarah Dengue (DBD), Kepadatan Penduduk, Iklim, ABJ, Analisis Spasial.


Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes who infected with dengue virus. DHF have been affecting more than 100 tropical and sub-tropical countries in the world. Around 1.8 billion (more than 70%) of the population at risk of dengue fever worldwide live in countries of Southeast Asia and the Western Pacific Region, including Indonesia. In 2016, DKI Jakarta was assigned the status of outbreak of DHF, with a total of 22,697 cases and an incidence rate (IR) of 220.8 per 100,000 population. West Jakarta is one of the regions with the highest DHF incidence rate compared to other cities in DKI Jakarta. This study aims to determine the spatial analysis of the incidence of dengue in West Jakarta in 2015-2019 by considering several factors such as demographics, climate, and larval free index. This study uses an ecological study with a spatial analysis approach and correlation analysis to see the strength of the relationship between the incidence of DHF with factors of population density, climate, and larvae free index. Spatially the incidence of DHF tends to occur in areas with high density and low larvae free index. Statistically, correlation analysis shows that there is a significant relationship between population density, air humidity, and rainfall with the incidence of DHF. Meanwhile, there is no significant correlation between the air temperature and larvae free index with the incidence of DHF in West Jakarta. Result shows that from 56 urban villages in West Jakarta, there are 53 urban villages that are categorized as high vulnerability, and 3 urban villages categorized as medium vulnerability. The high problem of dengue cases in West Jakarta makes the authorities should increase efforts or planning and optimize community empowerment in eradicating dengue cases.

Keywords:

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF), Population Density, Climate, Larvae Free Index, Spatial Analysis.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elita Rizkiani Putri
"Latar Belakang: Pneumonia merupakan penyakit menular pada saluran pernapasan termasuk tiga besar penyakit penyebab mortalitas balita Indonesia pada 2019—2022. Kota Tangerang, bagian Provinsi Banten yang termasuk peringkat tiga nasional penemuan pneumonia balita tahun 2022, melaporkan 5247 kasus pneumonia balita di tahun yang sama berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
Tujuan: Mengetahui hubungan cakupan rumah sehat, status gizi kurang, BBLR, pemberian ASI eksklusif, dan kepadatan penduduk terhadap pneumonia balita di Kota Tangerang tahun 2022.
Metode: Studi ekologi dengan unit analisis 13 kecamatan. Data bulanan dianalisis secara univariat, bivariat (Korelasi Pearson dan Korelasi Spearman), dan multivariat (Regresi Linear Berganda).
Hasil: Cakupan rumah sehat berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia balita di 2 kecamatan, yaitu Karang Tengah (p-value = 0,036) dengan korelasi kuat negatif (r = -0,607) dan Batuceper (p-value = 0,013) dengan korelasi kuat positif (ρ = 0,689). Pemberian ASI eksklusif berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia balita di Kecamatan Tangerang (p-value = 0,028) dengan korelasi kuat negatif (r = -0,629). Kepadatan penduduk berhubungan signifikan dengan kejadian pneumonia balita 2 kecamatan, yaitu Karawaci (p-value = 0,045) dengan korelasi kuat positif (r = 0,586) dan Periuk (p-value = 0,015) dengan korelasi kuat positif (ρ = 0,681). Sementara itu, variabel yang tidak berhubungan signifikan (p-value >0,05) dengan kejadian pneumonia balita di seluruh kecamatan adalah status gizi kurang dan BBLR. Pengaruh terbesar kejadian pneumonia balita adalah cakupan rumah sehat di 2 kecamatan (Cipondoh dan Tangerang), status gizi kurang di 7 kecamatan (Ciledug, Karang Tengah, Pinang, Jatiuwung, Cibodas, Periuk, dan Batuceper), BBLR di 3 kecamatan (Larangan, Karawaci, dan Benda), dan kepadatan penduduk di Kecamatan Neglasari.
Kesimpulan: Beberapa variabel berhubungan signifikan dan berkorelasi kuat dengan kejadian pneumonia balita, yakni cakupan rumah sehat di Karang Tengah (r = -0,607) dan Batuceper (ρ = 0,689), pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Tangerang (r = -0,629), dan kepadatan penduduk di Karawaci (r = 0,586) dan Periuk (ρ = 0,681).

Background: Pneumonia is an infectious respiratory disease and ranks among the top three causes of under-five mortality in Indonesia from 2019—2022. Tangerang City (part of Banten Province that ranked third nationally in under-five pneumonia cases in 2022) reported 5247 pneumonia cases on Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang’s publication.
Objective: To examine the relationship between healthy house coverage, wasting, low birth weight (LBW), exclusive breastfeeding, and population density with under-five pneumonia in Tangerang City in 2022.
Methods: An ecological study was conducted, with the unit of analysis consisting of 13 sub-districts. Monthly data were analyzed through univariate, bivariate (Pearson and Spearman Correlation), and multivariate analyses (Multiple Linear Regression).
Results: Healthy house coverage was significantly associated with under-five pneumonia in 2 sub-districts, namely Karang Tengah (p-value = 0,036) with strong and negative correlation (r = -0,607) and Batuceper (p-value = 0,013) with strong and positive correlation (ρ = 0,689). Exclusive breastfeeding was significantly associated with under-five pneumonia in Tangerang sub-district (pvalue = 0,028) with strong and negative correlation (r = -0,629). Population density was significantly associated with under-five pneumonia in 2 sub-districts, namely Karawaci (p-value = 0,045) with strong and positive correlation (r = 0,586) and Periuk (p-value = 0,015) with strong and positive correlation (ρ = 0,681). Meanwhile, variables that were not significantly associated were wasting and LBW. The most significant influences on under-five pneumonia were healthy house coverage in 2 sub-districts (Cipondoh and Tangerang), wasting in 7 sub-districts (Ciledug, Karang Tengah, Pinang, Jatiuwung, Cibodas, Periuk, and Batuceper), LBW in 3 sub-districts (Larangan, Karawaci, and Benda), and population density in Neglasari sub-district.
Conclusion: Several variables were significantly related and strongly correlated with under-five pneumonia, namely healthy house coverage in Karang Tengah (r = -0,607) and Batuceper (ρ = 0,689), exclusive breastfeeding in Tangerang sub-district (r = -0,629), and population density in Karawaci (r = 0,586) and Periuk (ρ = 0,681).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medya Aprilia Astuti
"Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pernapasan yang masih tinggi kejadiannya pada usia balita. Banyak faktor yang dapat memengaruhi pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 237 balita. Berdasarkan uji regresi logistik prediktif didapatkan ada 5 variabel yang berhubungan  dengan kejadian pneumonia yaitu usia, durasi pemberian ASI, riwayat imunisasi, kepadatan hunian dan status ekonomi. Adapun faktor yang paling berhubungan dengan kejadian pneumonia pada penelitian ini adalah riwayat imunisasi (OR 20,372). Program promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan lebih ditingkatkan mengenai faktor risiko tersebut sebagai upaya preventif terjadinya pneumonia pada balita. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan metode case control.

Pneumonia is one of the respiratory infections that is still high at the age of five. Many factors can affect pneumonia. This study aims to determine the factors associated with the incidence of pneumonia in infants. The research design used was cross sectional with a total sample of 237 toddlers. Based on the predictive logistic regression test, there were 5 variables related to the incidence of pneumonia, namely age, duration of breastfeeding, immunization history, occupancy density and economic status. The factors most associated with the incidence of pneumonia in this study were immunization history (OR 20,372). Health promotion programs on health services are more improved regarding these risk factors as a preventive effort for the occurrence of pneumonia in children under five years. Future studies are expected to be able to conduct research using the case control method."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Tri Nugraheni
"Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak balita terbanyak di Indonesia. Prevalensi pneumonia pada balita di Indonesia lima tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu 1,6% pada tahun 2013 menjadi 2% pada tahun 2018. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi pneumonia pada balita tertinggi keempat di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pneumonia pada balita usia 12-59 bulan. Sedangkan, variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan rumah, faktor karakteristik balita dan faktor ekonomi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara indeks kepemilikan rendah (OR = 4,23; 95% CI: 1,72-10,41), tempat tinggal (OR = 3,70; 95% CI: 1,71-8,02) dan jenis dinding (OR = 4,84; 95% CI: 1,55-15,14) dengan pneumonia pada balita.

Pneumonia is one of the most common causes of child mortality in Indonesia. The prevalence of pneumonia in children under five in the last five years has increased by 1,6% in 2013 to 2% in 2018. West Java Province is the fourth highest prevalence of pneumonia on children under five in Indonesia. The aim of the study was to analyze the factors associated with the incidence of pneumonia in children under five in West Java Province. The study was conducted with a cross sectional design using secondary data on the Indonesian Demographic and Health Survey 2017. Dependent variable of this study was pneumonia among children aged 12-59 months. Meanwhile, independent variables are house environment factors, children characteristic factors, and economic factors. The data analysis used in this study is Chi-Square test. The results indicated that there was a significant correlation between low wealth index (OR = 4,23; 95% CI: 1,72-10,41), type of residence (OR = 3,70; 95% CI: 1,71-8,02), and type of wall (OR = 4,84; 95% CI: 1,55-15,14) with pneumonia on children under five years old. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alysha Lalita Aryanti
"Berdasarkan Global TB Report, Indonesia masih menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara yang memiliki estimasi kasus terbesar setelah India dan China. Kasus yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2021 sudah sebanyak 403.760 kasus atau sebesar 49% dari estimasi kasus yang ada (824.000 kasus). Salah satu wilayah di Indonesia yaitu Jakarta Timur memiliki jumlah kasus tuberkulosis terbanyak di Provinsi DKI Jakarta dengan total kasus selama tahun 2018-2020 sebanyak 11.988 kasus (31,1%). Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang dapat diakibatkan oleh faktor lingkungan maupun demografi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan antara faktor iklim dan demografi dengan kasus tuberkulosis di Jakarta Timur selama tahun 2018-2020 dengan menggunakan studi ekologi dan analisis spasial, serta unit analisis dalam penelitian ini merupakan seluruh penderita tuberkulosis pada 10 Kecamatan di Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kepadatan penduduk tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kasus Tuberkulosis (p = 0,593) dengan hubungan yang sangat lemah dan berpola positif (r = 0,102), begitu pula hasil analisis korelasi pada faktor iklim seperti curah hujan (r = 0,116), kelembaban udara ( r = 0,238), dan suhu udara (r = -0,172) memiliki hasil yang sama yaitu tidak ada hubungan yang signifikan atau nilai p > 0,05. Hasil analisis secara spasial diperoleh, bahwa tidak ada hubungan secara spasial antara kasus Tuberkulosis dengan faktor iklim dan demografi. Kesimpulan dalam penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara kasus Tuberkulosis dengan faktor iklim dan demografi, baik secara analisis statistik maupun spasial.

Based on the Global TB Report, Indonesia still ranks third in the world as the country with the largest estimated case after India and China. Cases found in Indonesia in 2021 have reached 403,760 cases or 49% of the estimated existing cases (824,000 cases). One of the regions in Indonesia, namely East Jakarta, has the highest number of tuberculosis cases in DKI Jakarta Province with a total of 11,988 cases (31.1%). Tuberculosis is a disease that can be caused by environmental and demographic factors. This study aims to analyze the determinants between climate and demographic factors with tuberculosis cases in East Jakarta during 2018-2020 using ecological studies and spatial analysis, and the unit of analysis in this study is all tuberculosis patients in 10 sub- districts in East Jakarta. The results showed that population density did not have a significant relationship with Tuberculosis cases (p = 0.593) with a very weak relationship and a positive pattern (r = 0.102), as well as the results of correlation analysis on climatic factors such as rainfall (r = 0.116), humidity ( r = 0.238 ), and air temperature ( r = - 0.172 ) have the same results, namely there is no significant relationship or p value >0.05 . The results of the spatial analysis are obtained, that there is no spatial relationship between Tuberculosis cases with climatic and demographic factors. The conclusion in this study, there is no significant relationship between tuberculosis cases with climatic and demographic factors, both statistically and spatially."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gitri Syiamil Awali
"Latar Belakang: DBD merupakan infeksi akibat virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Sp ke manusia, terutama nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah tropis dengan variasi risiko lokal yang juga dipengaruhi oleh parameter iklim serta faktor sosial dan lingkungan. DBD masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, salah satunya adalah Kota Bekasi yang menempati urutan ketiga dengan kasus tertinggi pada tahun 2021. Tujuan: Menganalisis hubungan antara faktor iklim (suhu, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan, faktor demografi (kepadatan penduduk) dan faktor individu (penerapan perilaku hidup bersih dan sehat) terhadap incidence rate DBD di Kota Bekasi tahun 2019—2021. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi ekologi berbasis waktu. Hasil: Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa suhu (p = 0,146), kecepatan angin (p = 0,146), curah hujan (p = 0,447) dan kepadatan penduduk (p = 0,147) tidak berhubungan signifikan terhadap kejadian DBD. Adapun kelembaban (p = 0,003) dan PHBS (p = 0,001) memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian DBD. Hasil uji regresi linear ganda memberikan bentuk model prediksi dengan persamaan Incidence Rate DBD = 42,043 + 0,004 (PHBS) + 0,001 (Kepadatan Penduduk) dengan R2 = 0,353. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara kelembaban udara dan PHBS dengan kejadian DBD di Kota Bekasi Tahun 2019—2021.

Background: DHF is an infection caused by the Dengue virus which is transmitted through the bite of the Aedes sp mosquito to humans, especially the Aedes aegypti mosquito. Dengue fever is widespread throughout the tropics with local risk variations which are also influenced by climate parameters as well as social and environmental factors. DHF is still one of the public health problems in Indonesia, including Bekasi City which ranks third with the highest cases in 2021. Objective: Analyzing the relationship between climate factors (temperature, humidity, wind speed and rainfall, demographic factor (population density) and individual factor (application of clean and healthy living behavior) with the incidence of dengue haemorrhagic fever in Bekasi City in 2019—2021. Methods: This research is a quantitative study with an ecological study design according to time trend. Results: The results of the correlation test showed that temperature (p = 0.146), wind speed (p = 0.146), rainfall (p = 0.447) and population density (p = 0.147) were not significantly related to the incidence of DHF. Meanwhile, humidity (p = 0.003) and PHBS (p = 0.001) had a significant relationship to the incidence of DHF. The results of the multiple linear regression test showed a predictive model with the DHF incidence rate equation = 42.043 + 0.004 (PHBS) + 0.001 (Population Density) with R2 = 0.353. Conclusion: There is a significant relationship between humidity and PHBS with the incidence of DHF in Bekasi City in 2019—2021."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Nila Estasya
"Pneumonia menjadi penyebab kematian terbesar pada anak di Indonesia termasuk di Kota Depok salah satu kota di Provinsi Jawa Barat. Cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita di Kota Depok meningkat hingga mencapai 52.88% di tahun 2022. Faktor risiko dari penjamu, lingkungan, dan agen mempengaruhi peningkatan cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cakupan pemberian ASI eksklusif, cakupan BBLR, cakupan rumah sehat, dan kepadatan penduduk terhadap kejadian pneumonia pada balita di Kota Depok tahun 2013-2022. Desain studi yang digunakan yaitu desain studi ekologi dan populasinya yaitu seluruh balita terdiagnosis pneumonia di Kota Depok. Hasil penelitian menghasilkan variabel- variabel yang menunjukkan hubungan signifikan antara lain cakupan pemberian ASI eksklusif (p = 0.000, r = -0.497), cakupan BBLR (p = 0.011, r = 0.242), dan cakupan rumah sehat (p = 0,026, r = 0.212). Sementara, variabel kepadatan penduduk tidak menunjukkan hubungan terhadap kejadian pneumonia pada balita (p = 0.099, r = 0.158). Adanya hubungan antara cakupan pemberian ASI eksklusif, BBLR, dan rumah sehat terhadap kejadian pneumonia pada balita di Kota Depok diharapkan dapat menjadi masukan untuk merencanakan program pencegahan dan pengedalian pneumonia di Kota Depok kedepannya.

Pneumonia is the biggest cause of death in children in Indonesia, including in Depok City, one of the cities in West Java. The coverage of pneumonia case detection in toddlers in Depok City increased up to 52.88% in 2022. Risk factors from hosts, environment, and agents affect the increase in the coverage of pneumonia case detection in toddlers in Depok City. This study aims to determine the relationship between the coverage of exclusive breastfeeding, LBW coverage, healthy household coverage, and population density on the incidence of pneumonia in toddlers in Depok City in 2013-2022. The study design used was an ecological study design and the population was all toddlers diagnosed with pneumonia in Depok City. The results of the study produced variables that showed a significant relationship including the coverage of exclusive breastfeeding (p=0.000, r=-0.497), the coverage of LBW (p=0.011, r=0.242), and the coverage of healthy household (p=0.026, r=0.212). Meanwhile, the population density variable showed no relationship to the incidence of pneumonia (p=0.099, r=0.158). The existence of a relationship between the coverage of exclusive breastfeeding, LBW, and healthy household to the incidence of pneumonia in toddlers in Depok City is expected to be an input for planning pneumonia prevention and control programs in Depok City in the future."
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Intan Puspita
"Diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena menjadi salah satu penyebab utama kematian pada balita. Tingkat kejadian diare pada balita di Jawa Barat, khususnya di Kota Bogor masih cukup tinggi. Diare juga termasuk dalam 10 penyakit menular terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cakupan pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, penggunaan jamban sehat, dan kepadatan penduduk terhadap kejadian diare pada balita di Puskesmas Sindang Barang tahun 2019-2022. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi time trend serta analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pemberian ASI eksklusif (p = 0,000), penggunaan air bersih (p = 0,045), penggunaan jamban sehat (p = 0,006), dan kepadatan penduduk (p = 0,007) dengan kejadian diare pada balita. Sementara untuk variabel mencuci tangan dengan sabun menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan peta analisis spasial tidak terlihat pola yang konsisten. Namun, kejadian diare pada balita cenderung lebih sering terjadi di wilayah kelurahan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih intensif dalam pencegahan dan pengendalian diare, terutama di wilayah kelurahan dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Diarrhea remains a health issue in Indonesia as it is one of the leading causes of death among toddlers. Diarrhea remains highly prevalent among toddlers in West Java, specifically in Bogor City. Diarrhea is also among the top ten most common infectious diseases in the working area of Sindang Barang Public Health Center, West Bogor District. This study aims to investigate the correlation between the coverage of exclusive breastfeeding, use of clean water, handwashing with soap, use of healthy latrines, and population density with the incidence of diarrhea in toddlers in Sindang Barang Public Health Center 2019-2022. The study uses ecological time trend study methods and spatial analysis. The results reveal a significant relationship between variables such as exclusive breastfeeding (p = 0.000), use of clean water (p = 0.045), use of healthy latrines (p = 0.006), and population density (p = 0.007) with the incidence of diarrhea in toddlers. However, handwashing with soap does not show a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. The spatial analysis map does not exhibit a consistent pattern. However, the occurrence of diarrhea in toddlers tends to be more frequent in urban village areas with high population density. Therefore, more intensive efforts are required for the prevention and control of diarrhea, especially in densely populated urban village areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Andreas Hasoloan Oscar Putra
"Latar Belakang: Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dengan gejala berupa demam, lemas, batuk ringan, sembelit, ketidaknyamanan perut, sakit kepala, dan muntah.Kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur menjadi yang tertinggi dari 6 kabupaten/kota yang berada di Provinsi DKI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan (jamban sehat), faktor invidu (usia), faktor iklim (curah hujan), dan faktor kependudukan (kepadatan penduduk) dengan proporsi kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur pada tahun 2020-2023.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan uji korelasi.
Hasil: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur memmpunyai persebaran yang fluktuatif dengan penurunan pada tahun 2021 dan peningkatan pada tahun 2023. Proporsi demam tifoid pada kota Jakarta Timur memiliki nilai total sebesar 2,34 % dan lebih tinggi proporsi demam tifoid di DKI Jakarta sebesar 0,2 % dengan proporsi tertinggi terdapat pada Kecamatan Pasar Rebo sebesar 0.17 %, dan proporsi demam tifoid terendah terdapat pada Kecamatan Jatinegara dan Cakung sebesar 0,02 %. Pada penelitian ini, faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian demam tifoid meliputi variabel usia (p = 0.000) dan curah hujan (p = 0.003).
Kesimpulan: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur Tahun 2020-2023 mencapai 2,34 % dan lebih tinggi dari proporsi demam tifoid di DKI Jakarta. Faktor resiko demam tifoid yang terjadi di Kota Jakarta Timur,
Saran: Pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk meningkatkan higiene dan sanitasi makanan di perumahan dan lingkungan sekolah

Background: Typhoid fever is a disease caused by the bacterium Salmonella typhi, with symptoms including fever, weakness, mild cough, constipation, abdominal discomfort, headache, and vomiting. The incidence of typhoid fever in East Jakarta is the highest among the six districts/cities in the DKI Jakarta Province. Objective: This study aims to analyze the relationship between environmental factors (sanitary latrines), individual factors (age), climate factors (rainfall), and demographic factors (population density) with the proportion of typhoid fever cases in East Jakarta from 2020 to 2023.
Methods: This study uses an ecological study with correlation tests.
Results: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City has shown a fluctuating distribution, with a decrease in 2021 and an increase in 2023. The proportion of typhoid fever in East Jakarta City is 2.34%, which is higher than the proportion in DKI Jakarta at 0.2%. The highest proportion of typhoid fever is in the Pasar Rebo District at 0.17%, while the lowest proportions are in the Jatinegara and Cakung Districts at 0.02%. In this study, risk factors related to typhoid fever incidence include age (p = 0.000) and rainfall (p = 0.003).
Conclusion: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City from 2020 to 2023 reached 2.34%, which is higher than the proportion of typhoid fever in DKI Jakarta. The risk factors for typhoid fever in East Jakarta City include rainfall and age.
Recommendations: The government and the community can collaborate to improve food hygiene and sanitation in residential and school areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>