Pekerja dengan obesitas, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol darah tinggi lebih sering ditemukan pada populasi pekerja minyak dan gas. Perubahan gaya hidup, terutama promosi mengenai diet yang sehat sangat dibutuhkan di kalangan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asupan gizi dan pola makan pekerja minyak dan gas, kemudian menyusun FBRs dan menu padat gizi untuk memperbaiki pola makan dan problem nutrient dari pekerja minyak dan gas laki-laki berkewarganegaraan Indonesia dan berusia 30-49 tahun. Studi pengembangan ini dilaksanakan di perusahaan minyak dan gas offshore dan onshore yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini diikuti oleh 31 orang pekerja. Pola makan mingguan pekerja dinilai dengan menggunakan dietary recall 24 jam, 5 hari food tally dan 1 hari weighed food record. Food-based Recommendations (FBRs) dikembangkan dengan menggunakan software linear programming, yaitu WHO-Optifood. Diet actual dari pekerja menggambarkan asupan asam lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi diikuti dengan rendahnya asupan asam lemak tidak jenuh ganda, termasuk omega-3 dan omega-6, EPA dan DHA. Permasalahan lainnya adalah rendahnya asupan serat pangan, asam folat dan kalsium, serta tingginya konsumsi natrium. Analisis LP menunjukkan bahwa kalsium, asam lemak tidak jenuh ganda, omega-6 dan serat pangan merupakan problem nutrient. Makanan padat gizi yang teridentifikasi salah satunya adalah ikan yang berminyak. FBRs yang terpilih dapat meningkatkan kecukupan vitamin C, omega 3, EPA, DHA, folate, vitamin B12, dan vitamin A. Akan tetapi, masih terdapat selisih problem nutrient. Menu padat gizi yang dialokasikan pada menu camilan dapat mencapai selisih tersebut. Perusahaan minyak dan gas direkomendasikan untuk melakukan beberapa modifikasi untuk menjadi lingkungan yang mendukung para pekerja melakukan diet sehat.
Obese workers with high blood pressure and high cholesterol level is usual to find in oil and gas industry. There is a clear need for lifestyle modifications, especially healthy diet promotion in the worksite. This study aimed to describe the nutrient intake and dietary pattern of oil and gas worker, thus developed sets of FBRs and nutrient-dense menu to improve dietary practices and problem nutrient among Indonesian male oil and gas workers aged 30-49 years old. This developmental study was conducted in offshore and onshore oil and gas company located in East Kalimantan Province, Indonesia. Accordingly, 31 workers completed this study. Weekly food consumption pattern was measured through 1-d 24-hour dietary recall (24HR), 5-d qualitative food record and 1-d weighed food record. Food-based Recommendations (FBRs) was developed using linear programming software, WHO-Optifood. The actual diet of workers reflected high intake of saturated fat and dietary cholesterol accompanied by low intake of polyunsaturated fat, including n-3 and n-6 PUFA, EPA and DHA. Other issues were low intake of dietary fiber, folate, and calcium, and excess intake of sodium. LP analysis showed that calcium, PUFA, omega-6 and dietary fiber was problem nutrient. Local fatty fish were potential nutrient-dense foods identified to fill the nutrient gaps. Final FBRs would ensure the adequacy of vitamin C, omega 3, EPA, DHA, folate, vitamin B12, and vitamin A. However, the gaps of problem nutrient remain. Nutrient-dense menu allocating at the coffee break snack time successfully cover all those gaps. It is advisable not only for the workers but also the worksite to modify their working environment into a supportive healthy eating environment.
"
ABSTRAK
Nama : Savira AninditaProgram Studi : Magister Keselamatan dan Kesehatan KerjaJudul Tesis : Kajian Faktor Risiko yang MempengaruhiKelelahan Pada Pekerja Kantoran di Institusi XTahun 2018Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahanpada pekerja kantoran di institusi X. Penelitian ini dilakukan di Institusi X dengan objekpenelitian yaitu seluruh pegawai institusi X yang bekerja pada bidang Penyelenggara,bidang Program dan Evaluasi, bagian Tata Usaha, dan bagian Widyaiswara. Penelitianini dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan pengisian kuesioner oleh respondensesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan oleh responden terkait kelelahan danfaktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelelahan, serta dilakukan pengukuranlangsung lingkungan kerja, meliputi pencahayaan dan temperatur ruangan. 44,6% pekerjamengalami kelelahan dan 55,4% pekerja tidak mengalami kelelahan. Terdapat 3 buahfaktor terkait pekerjaan yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinyakelelahan yaitu faktor jam kerja per hari, tuntutan pekerjaan, dan job control. Sedangkanpada faktor tidak terkait pekerjaan terdapat 1 buah faktor yang memiliki hubungan yangsignifikan terhadap terjadinya kelelahan yaitu faktor kualitas tidur. Namun setelahmelalui analisis multivariat didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadapkelelahan yaitu kualitas tidur. Variabel kualitas tidur memiliki nilai Odds Ratio sebesar14,409, yang artinya pekerja dengan kualitas tidur yang buruk akan berisiko 14,409 kalimengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja dengan kualitas tidur yang baiksetelah dikontrol oleh variabel jam kerja / hari, tuntutan pekerjaan, job control, dukungansosial, dan status kesehatan.Keyword : Kelelahan Kerja, jam kerja per hari, tuntutan pekerjaan, job control, kualitastidurABSTRACT
Name : Savira AninditaStudy Program : Master of Occupational Safety and HealthJudul Tesis : Study of Risk Factors Affecting Fatigue onOffice Workers at Institution X in 2018This study analyzes the factors that influence the occurrence of fatigue on officeworkers in institution X. This research was conducted at Institution X with the object ofresearch were all employee of institution X who worked at Organizers Division, Programand Evaluation Division, Administration Division and Lecturers. The research wasconducted through observation, interviews, and filling out questionnaires by respondentsaccording to what was experienced and felt by respondents related to fatigue and thefactors which caused fatigue, as well as direct measurement of the work environment,including lighting and room temperature. 44,6% of workers experienced fatigue and55,4% didn’t experience fatigue. There are 3 work-related factors that have a significantrelationship to the occurrence of fatigue, such as working hours per day, job demands,and job control. While for non-works related factors, there is a factor that has a significantrelationship to the occurrence of fatigue, such as sleep quality factor. But aftermultivariate analysis found that the most influential factor on fatigue is sleep quality.Sleep quality variables have an Odds Ratio of 14,409, which means workers with poorsleep quality will risk 14,409 times fatigue compared to workers with good sleep qualityafter being controlled by variable working hours per day, job demands, job control, socialsupport, and health status.Keyword : Work fatigue, working hours per day, job demands, job control, sleep quality"