Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Chaliq Setiawan
"Kematian neonatal merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian  derajat kesehatan masyarakat dari suatu wilayah. Peningkatan kasus kematian neonatal yang terjadi secara signifikan di wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala merupakan hal yang perlu ditelaah lebih dalam mengingat adanya kesamaan karakteristik ketiga wilayah tersebut yang masuk ke dalam satu rumpun wilayah. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian neonatal di ketiga wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan desain studi observasional yaitu desain kasus kontrol dengan perbandingan 1:1.5 pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Sampel penelitian ini berjumlah 154 sampel dengan penggunaan teknik sampling total sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer yang bersumber dari data otopsi verbal perinatal (OVP) dan rekam medik perinatal (RMP) yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ataupun puskemas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas kematian neonatal terjadi pada masa neonatal dini, adapun faktor risiko kematian neonatal di Wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala adalah faktor riwayat komplikasi persalinan terakhir (aOR=4.082; 95%CI=1.873-8.893), faktor pendidikan bapak (aOR=3.067; 95%CI=1.432-6.569), dan faktor berat badan lahir neonatus (aOR=3.041; 95%CI=1.427-6.481). Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pentingnya meningkatkan upaya perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi kepada ibu beserta keluarga untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kematian neonatal.

Neonatal death is an important indicator in assessing an area's public health degree. The significant increase in cases of neonatal deaths that occurred in the areas of Palu City, Sigi Regency, and Donggala Regency is something that needs to be studied more deeply considering the similarities in the characteristics of these three areas which fall into one regional group. This study aimed to obtain risk factors associated with neonatal death in these three regions. This research uses an observational study design, namely a case-control study with a ratio of 1:1.5 in each case and control group. The sample for this research consisted of 154 samples using sampling techniques total sampling. The data used in this research is primary data sourced from perinatal verbal autopsy data (OVP) and perinatal medical records (RMP) originating from the District/City Health Office or primary health centers. The results of this study show that the majority of neonatal deaths occur in the early neonatal period, while the risk factors for neonatal deaths in the Palu City, Sigi Regency, and Donggala Regency areas are a history of recent birth complications (aOR=4.082; 95%CI=1.873-8.893), father's education factor (aOR=3.067; 95%CI=1.432-6.569), and newborn birth weight factor (aOR=3.041; 95%CI=1.427-6.481). Based on the results of this research, it can be seen that it is important to increase efforts to plan birth and prevent complications for mothers and their families to minimize the possibility of neonatal death."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Syafiah Amalina
"Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Skabies diperkirakan menginfeksi lebih dari 200 juta orang setiap waktu. WHO telah menyatakan bahwa penyakit skabies merupakan salah satu bagian dari penyakit tropis yang terabaikan dan harus segera ditangani demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih cenderung meningkat di masa pandemi covid-19. Meski demikian, penyebaran kasus skabies selama masa pandemi masih cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian skabies pada masa pandemi di Pondok Pesantren X Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel sebanyak 298 santri. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah stratified proportionate random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 39,9% responden mengalami skabies dan sanitasi dasar pesantren tidak memenuhi syarat. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara usia (OR=7,922), jenis kelamin (OR=2,533), tingkat pendidikan (OR=5,821), personal higiene kulit (OR=1,889 pada kategori sedang, OR=2,519 pada kategori buruk), personal higiene tangan, kaki dan kuku (OR=1,718 pada kategori sedang, OR=2,068 pada kategori buruk), personal higiene rambut (OR=1,799 pada kategori sedang, OR=2,727 pada kategori buruk), kepadatan hunian (OR=3,054), suhu (OR=1,787), kelembaban (OR=1,803), dan protokol kesehatan (OR=2,395 pada kategori sedang, OR=3,295 pada kategori buruk) dengan kejadian skabies. Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, personal higiene kulit, personal higiene tangan, kaki, dan kuku, personal higiene rambut, kepadatan hunian, suhu, kelembaban, protokol kesehatan dengan kejadian skabies, dan jenis kelamin merupakan faktor dominan dalam penelitian ini.

Scabies is a skin disease that is caused by Sarcoptes scabiei. Skabies is estimated to affect more than 200 million people at any time. The World Health Organization (WHO) has designated scabies as a neglected tropical disease and must be treated immediately to attain the Sustainable Development Goals. Public awareness to live clean tends to increase during the Covid-19 pandemic. However, the spread of scabies cases during the pandemic was still high. The purpose of this study is to determine the factors related with the incidence of scabies during a pandemic in X Boarding School, Panei District, Simalungun Regency in 2023. This study used a cross-sectional design with a total sample of 298 students. The sampling technique in this study was stratified proportionate random sampling. The study results showed 39,9% respondents experienced scabies and basic sanitation not eligible. The bivariate analysis results showed a significant influence between age (OR=7,922), gender (OR=2,533), education level (OR=5,821), hygiene of skin (OR=1,889 medium category, OR=2,519 bad category), hygiene of hand, feet and nail (OR=1,718 medium category, OR=2,068 bad category), hygiene of hair (OR=1,799 medium category, OR=2,727 bad category), occupancy density (OR=3,054), temperature (OR=1,787), humidity (OR=1,803), and health protocol (OR=2,395 medium category, OR=3,295 bad category) had a significant effect on the incidence of scabies. The conclusion of this study is there are associated between age, gender, education level, hygiene of skin, hygiene of hand, feet and nail, hygiene of hair, occupancy density, temperature, humidity, health protocol with the incidence of scabies and gender is the dominant factor in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahmadian
"Kematian neonatal masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data SDKI 2017, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tinggi yakni 15 per 1,000 kelahiran hidup dan belum mencapai target SDGs (<12 per 1.000 kelahiran hidup). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko kematian neonatal yang paling berpengaruh di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data SDKI 2017 yang mencakup 11.153 kelahiran hidup anak terakhir dari tahun 2012-2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor risiko yang berhubungan secara signifikan dengan kematian neonatal adalah umur ibu <20 &>35 tahun (OR: 2,2; 95% CI: 1,21- 3,87), ibu yang bekerja (OR: 1,9; 95% CI: 1,03-3,36), tidak melakukan inisiasi menyusui dini (OR: 56,7; 95% CI: 24,6- 130,9), bayi dengan jenis kelamin laki-laki (OR: 2,6; 95% CI: 1,39- 4,81), berat badan lahir rendah (OR: 14; 95% CI: 7,85- 25,3), status kembar (OR: 9; 95% CI: 2,65- 30,7), penolong persalinan bukan dengan tenaga kesehatan (OR: 0,19; 95% CI: 0,04-0,84), dan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan bayi baru lahir (OR: 5,2; 95% CI: 2,92- 9,26). Oleh karena itu, intervensi kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kematian neonatal harus dikaitkan dengan karakteristik ibu dan bayi. Tenaga kesehatan diharapkan memahami sistem rujukan persalinan dan dapat melakukan rujukan dengan segera. Pelayanan kesehatan diharapkan mampu menyediakan perawatan kesehatan neonatal yang lengkap dan memadai."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman Mamar, researcher
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasiona, 1985
959.844 SUL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Permatasari R.P.
"Sejak kemunculannya di Indonesia pada tahun 2022, mpox menjadi perhatian kesehatan masyarakat. Hingga saat ini penelitian yang mengeksplorasi faktor risiko kejadian mpox di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko kejadian mpox di Indonesia pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan memakai data sekunder yang bersumber dari formulir penyelidikan epidemiologi dan klinis kasus mpox yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Sampel penelitian terdiri atas 57 kasus konfirmasi dan 139 kasus discarded. Analisis multivariat mengidentifikasi dua faktor yang memengaruhi kejadian mpox di Indonesia pada tahun 2023, yaitu jenis kelamin dan status HIV. Strategi penanggulangan mpox perlu menekankan pada edukasi yang efektif, peningkatan deteksi dini pada kelompok berisiko, dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan melalui metode pengumpulan data yang lebih sensitif dan akurat.

Since its emergence in Indonesia in 2022, mpox has raised public health concerns. Up to this point, research examining the risk factors for mpox in Indonesia remains quite limited. This research objective is to identify the risk factors for mpox in Indonesia in 2023. This research is a cross-sectional study that utilizes secondary data obtained from the epidemiological and clinical investigation form for mpox cases provided by the Indonesian Ministry of Health. The sample for the study included 57 confirmed cases and 139 discarded cases. Multivariate analysis revealed two factors that influenced the incidence of mpox in Indonesia in 2023, specifically gender and HIV status. Mpox control strategies need to emphasize effective education, increasing early detection in at-risk groups, and improving the quality of health services through more delicate and accurate data collection methods."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adri Akhyani
"Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) merupakan salah satu pelayanan Puskesmas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penurunan AKI dan AKB. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu memiliki 2 Puskesmas Kecamatan yang memiliki rawat inap yang berfungsi PONED dan 4 Puskesmas Kelurahan yang mempunyai perawatan 24 jam. Namun demikian indikator pelayanan Program PONED masih belum mencapai target, salah satunya angka Kematian Bayi dan Rujukan Ibu Melahirkan yang masih sangat tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kualitatif. Informan ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Informan penelitian antara lain masyarakat, Pemerintah Daerah, Tim PONED Puskesmas, Para Kepala Puskesmas PONED, penanggung jawab program PONED Sudinkes Pulau Seribu, dan Penanggung Jawab SDM Kesehatan Sudinkes Kepulauan Seribu. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder berupa hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian diperoleh data bahwa pada standar dan ukuran kebijakan telah dipahami oleh pelaksana kebijakan. Pemahaman ini didukung komunikasi yang jelas dan berkelanjutan antara Dinas Kesehatan, puskesmas dan stakeholder, kejelasan informasi dan konsistensi informasi. Ketersediaan anggaran, sarana dan prasarana sudah mencukupi tetapi terkendala masalah pemeliharaan alat karena faktor air asin yang menyebabkan peralatan mudah berkarat dan rusak. Struktur birokrasi sudah terdapat Keputusan Bupati mengenai tim PONED, namun belum ada struktur khusus PONED di Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu Disposisi ditunjukan dengan sikap positif berupa komitmen bersama Pemerintah Daerah dan Puskesmas dalam penanganan ibu hamil, penanganan kasus rujukan ibu melahirkan dengan penyulit. Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PONED sudah ditunjukan dengan pemanfaatan Puskesmas PONED dalam pemeriksaan kehamilan dan proses melahirkan, Output pelaksanaan program PONED sudah dilakukan pencatatan dan pelaporan capaian program kepada penanggung jawab di Sudinkes, belum ada format pelaporan khusus PONED dan belum dilakukan analisa pelaporan PONED serta feedbacak pelaporan belum dilaksanakan. Implementasi pelayanan PONED di Puskesmas Kepulauan Seribu Selatan dan Puskesmas Pulau Seribu Utara sudah berjalan tapi belum optimal dengan adanya hambatan dan kendala di komponen input, proses maupun output yang harus diatasi sehingga pelayana PONED di Kepulauan Seribu bisa berjalan dengan baik.

Basic Emergency Obstetric and Neonatal Care (PONED) is one of the Primary Health Care services that is expected to contribute to the reduction of MMR and IMR. Maternal Mortality Rate (MMR), Infant Mortality Rate (IMR) and Toddler Mortality Rate in Indonesia are the highest compared to other ASEAN countries. The Seribu Islands Administrative Regency has 2 sub-district health centers that have PONED inpatient care and 4 sub-district health centers that have 24-hour care. However, the service indicators of the PONED program have not yet reached the target, one of which is the very high infant mortality rate and maternal referral. This study was a qualitative analytic study. Informants were determined using purposive sampling. The research informants included the community, local government, Primary Health Care PONED team, Heads of Primary Health Care PONED, the person in charge of the Thousand Island sub-district PONED program, and the person in charge of the Thousand Islands sub-district health human resources. The research results show that the policy standards and measures have been understood by implementers. This understanding is supported by clear and continuous communication between the Health Service, community health centers and stakeholders, clarity of information and consistency of information. The availability of budget, facilities and infrastructure is sufficient but is hampered by equipment maintenance problems due to the salt water factor which causes the equipment to rust easily and cause damage. The bureaucratic structure already has a Regent's Decree regarding the poned team, but there is no special PONED structure in the Seribu Islands Health Sub-Department. The disposition is shown by a positive attitude in the form of a joint commitment between the Regional Government and the Community Health Center in handling pregnant women, handling referral cases of mothers giving birth with complications. Community participation in the implementation of PONED has been demonstrated by the use of PONED Community Health Centers in pregnancy checks and the birthing process. The output of the implementation of the PONED program has been recorded and reported on program achievements to the person in charge at the Health Sub-Department. reporting has not been implemented. The implementation of PONED services at the South Seribu Islands Community Health Center and North Thousand Islands Health Center is already underway but is not yet optimal due to the existence of barriers and obstacles in the input, process and output components that must be overcome so that PONED services in the Thousand Islands can run well."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aulia Rahman
"Ibadah haji merupakan ibadah yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Pada tahun 2023, sebanyak 1.845.045 orang dari berbagai negara mengikuti ibadah ini dan Jemaah haji dari Indonesia sendiri berjumlah 211.386 orang. Sebagian besar aktivitas dalam ibadah haji bersifat fisik dan ditambah dengan stresor eksternal seperti cuaca panas dan terik matahari, sehingga faktor kesehatan menjadi sangat penting untuk kelancaran ibadah haji. Kriteria kesehatan jemaah haji ditentukan berdasarkan istithaah kesehatan. Pada tahun 2023, terdapat peningkatan signifikan dalam angka kematian jemaah haji dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai 774 orang, dengan 43% di antaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular atau berjumlah 336 jiwa. Oleh karena itu, penelitian potong-lintang dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (SISKOHATKES) untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kematian jemaah haji Indonesia akibat penyakit kardiovaskular. Hasil uji analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa usia, Jenis kelamin, indeks massa tubuh, status hipertensi, status diabetes melitus secara signifikan mempengaruhi kematian jemaah haji akibat penyakit kardiovaskular, sedangkan status merokok dan pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Hajj is a pilgrimage carried out by Muslims worldwide at a specified time and place. In 2023, a total of 1,845,045 people from various countries participated in this pilgrimage, including 211,386 pilgrims from Indonesia. Most of the activities during Hajj are physical, coupled with external stressors such as hot weather and intense sunlight, making health a critical factor for the smooth conduct of the pilgrimage. The health criteria for pilgrims are determined based on health feasibility (istithaah kesehatan). In 2023, there was a significant increase in the mortality rate of pilgrims compared to previous years, reaching 774 people, with 43% of these deaths (336 individuals) caused by cardiovascular diseases. Therefore, a cross-sectional study was conducted using secondary data from the Integrated Hajj Health Computerization System (SISKOHATKES) to determine the influence of risk factors on the mortality of Indonesian Hajj pilgrims due to cardiovascular diseases. The results of the multiple logistic regression analysis showed that age, gender, body mass index, hypertension status, and diabetes mellitus status significantly affected the mortality of pilgrims due to cardiovascular diseases, while smoking status and education level did not have a significant influence."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoma Sari Namara
"Latar Belakang: Irritable bowel Syndrome (IBS) adalah penyakit fungsional saluran cerna yang bersifat multifaktorial, melibatkan faktor internal maupun lingkungan yang bervariasi secara geografis maupun budaya. Faktor risiko terhadap IBS, khususnya di daerah yang pernah mengalami bencana berat, belum banyak diteliti. Penelitian ini menilai prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu Sulawesi Tengah pascabencana. Tujuan: Mengetahui prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah pascabencana. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Kota Palu pada 2023. Data diambil dengan cara survei rumah ke rumah. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografis, diagnosis IBS dengan kriteria Rome IV dan Bristol Stool Form Scale (BSFS), Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A), Beck’s Depression Index II (BDI-II) untuk menilai gejala gangguan psikologis yang terdiri dari cemas dan depresi, serta SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) untuk menilai pola makan dan menentukan nilai konsumsi FODMAP. Hasil: Terdapat 1212 partisipan dalam penelitian ini. Prevalensi IBS di Kota Palu sebesar 0,99%, dengan proporsi subtipe IBS-C, IBS-D, dan IBS-M sebesar 50,00%, 17,67%, 33,33%. Tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, usia, status ekonomi, topografi, dan pola makan dengan IBS, namun gangguan psikologis berhubungan bermakna secara statistik dengan IBS (p<0,001) dengan PR 29,629 (IK 95% 6,547— 134,081). Simpulan: Penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu. Prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu sebesar 0,99% dengan proporsi subtipe IBS terbanyak adalah IBS-C diikuti oleh IBS-M dan IBS-D dengan gangguan psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian IBS.

Background: Irritable bowel syndrome (IBS) is a multifactorial functional gastrointestinal disease involving internal and environmental factors that vary geographically and culturally. However, risk factors have yet to be widely studied, especially in areas that have experienced severe disasters. This study assessed the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Objective: To determine the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Methods: This study was held in Palu City in 2023 in cross-sectional design. Data was collected using a door-to-door survey. We extracted demographic data and diagnosed IBS using Rome IV criteria and the Bristol Stool Form Scale (BSFS). The validated Indonesian version of the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) and Beck's Depression Index II (BDI-II) were used to assess psychological disorder severity of anxiety and depression, respectively. We used SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) to assess eating patterns and determined FODMAP diet. Results: There were 1212 participants in this study. Prevalence IBS in Palu City was 0.99%, with proportion of IBS-C, IBS-D, and IBS-M subtypes were 50.00%, 17.67%, and 33.33%. There were no significant relationship between sex, age, economic status, topography, and FODMAP diet with IBS, otherwise psychological disorder was significantly associated with IBS (p<0.001) with a PR of 29.629 (CI 95% 6.547— 134.081). Conclusions: This is the first study to assess the prevalence of IBS in the Palu City community. The prevalence of IBS in the Palu City community is 0,99% with the most common IBS subtype is IBS-C, followed by IBS-M then IBS-D, and psychological disorder is an associated factor to IBS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Nujita Mahartati
"

Angka kematian penderita TBC selama menjalani pengobatan di Kabupaten Badung selalu melewati target maksimal tingkat kematian TBC di Indonesia. Pada tahun 2023 angka kematian TBC di Kabupaten Badung meningkat menjadi 6,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor – faktor yang mempengaruhi kematian orang dengan TBC Paru di Kabupaten Badung. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TBC Paru yang memulai pengobatan tahun 2021-2023 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan hingga Mei 2024 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah  analisis deskriptif, survival dengan menggunakan Kaplan Meier, dan multivariat dengan menggunakan cox regression proportional Hazzard. Dari 1.246 orang dengan TBC Paru yang eligible pada penelitian ini terdapat 1.149 orang dengan TBC Paru yang menjadi sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak    6,7% orang dengan TBC Paru meninggal dengan laju kejadian keseluruhan adalah 11 per 1000 orang bulan dan probabilitas survival sebesar 92,54%. Analisis multivariat menunjukkan faktor – faktor yang mempengaruhi kematian orang dengan TBC RO selama masa pengobatan di Indonesia adalah kelompok umur 45-65 (aHR 3,616; 95% CI 2,110-6,195) tahun dan > 65   (aHR 10,892; 95% CI 5,630-21,071), Komorbid HIV (aHR 7,293; 95% CI 4,203-12,655), tidak konversi (HR 17,132; 95% CI 4,674-62,787), TBC RO ( aHR 10,921; 95%CI 1,458-81,774), waktu inisiasi pengobatan >7 hari (aHR 1,944; 95% CI 1,148-3,291) dan kepatuhan pengobatan (HR 3,546; 95% CI 1,895-6,634). Diperlukan peningkatan tatalaksana pengobatan TBC Paru dan skrining kesehatan pada kelompok lansia dan pasien yang memiliki komorbid HIV dan orang dengan TBC Resisten Obat serta media informasi yang meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang terinfeksi TBC Paru tidak terlambat melakukan pengobatan.


The mortality rate for TB sufferers while undergoing treatment in Badung Regency always exceeds the maximum target for TB death rates in Indonesia. TB death rate in Badung Regency increased again to 6.6%. The aim of this research is to determine the influence of factors that influence the death of pulmonary TB patients in Badung Regency. The design of this study is a retrospective cohort using data on pulmonary TB cases who started treatment in 2021-2023 and had final treatment results until May 2024 and were recorded in the Tuberculosis Information System. The analysis used in this research is descriptive analysis, survival using Kaplan Meier, and multivariate using Cox proportional Hazard regression. Of the 1,246 eligible patients in this study, 1,149 patients were included in the research sample. The results of this study showed that 6.7% of patients died with an overall incidence rate of 11 per 1000 person months and a cumulative probability of survival of 92.54%. Multivariate analysis shows that the factors that influence the death of RO TB patients during the treatment period in Indonesia are the age group 45-65 (aHR 3.616; 95% CI 2.110-6.195) years and > 65 (aHR 10.892; 95% CI 5.630-21.071), Comorbid HIV (aHR 7.293; 95% CI 4.203-12.655), not converted (HR 17.132; 95% CI 4.674-62.787), TB RO (aHR 10.921; 95%CI 1.458-81.774), treatment initiation time >7 days (aHR 1.944; 95% CI 1.148-3.291) and treatment adherence (HR 3.546; 95% CI 1.895-6.634). It is necessary to improve the management of pulmonary TB treatment and health screening in the elderly group and patients who have comorbid HIV and people with drug-resistant TB as well as information media that increase the awareness of people infected with pulmonary TB so that it is not too late to undergo treatment.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmalina Fadhilah Yahya
"Distres adalah reaksi individu terhadap situasi yang timbul akibat interaksi yang terjadi antara individu dengan pekerjaan dan memiliki dampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat distres dan faktor risiko pada tenaga kesehatan di Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen tahun 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, masa kerja, beban kerja, jadwal kerja, home-work interface, dan dukungan sosial. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Perceived Stress Scale untuk mengukur distres, NIOSH Generic Job Stress Questionnaire untuk mengukur faktor risiko terkait pekerjaan dan variabel dukungan dari atasan dan rekan kerja, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support untuk mengukur dukungan sosial dari keluarga dan teman. Sebanyak 34,0% tenaga kesehatan mengalami stres ringan dan 66,0% tenaga kesehatan mengalami stres sedang. Berdasarkan uji bivariat yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dan jam kerja dengan tingkat distres pada tenaga kesehatan di Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen

Distress is an individual reaction to situations that occur due to interactions between the individual and work and has a negative impact. This study aims to describe the level of distress and risk factors in health workers at the Karangmalang Health Center, Sragen Regency in 2023. This study used a quantitative method with a cross-sectional study design. The variables studied were gender, age, marital status, education level, occupation, years of work, workload, work schedule, home-work interface, and social support. The study instruments used were the Perceived Stress Scale questionnaire to measure distress, the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire to measure job-related risk factors and support variables from superiors and coworkers, and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support to measure social support from family and friends. A total of 34.0% of health workers experienced mild stress and 66.0% of health workers experienced moderate stress. Based on the bivariate test done, it can be concluded that there is a relationship between workload and working hours with the level of distress in health workers at Karangmalang Health Center, Sragen Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>