Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathurrahman
"Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan kebutuhan energi yang tinggi, mengalami peningkatan permintaan energi yang signifikan. Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas energi terbarunya guna memenuhi kebutuhan energi bersih global. Salah satu terobosan bioteknologi yang dapat diandalkan adalah penggunaan etanol, baik sebagai campuran atau bahkan sebagai energi alternatif untuk kendaraan dan transportasi. Sektor ini merupakan salah satu industri dengan konsumsi energi tertinggi yang terus berkembang pesat. Bioetanol, khususnya yang berasal dari biomassa seperti tumbuhan kaya selulosa, memiliki potensi untuk memberikan solusi dalam menciptakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Bioetanol dapat terdegradasi secara alami, mengurangi emisi gas buang, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, agar dapat digunakan sebagai campuran atau alternatif bahan bakar, bioetanol harus mencapai kemurnian 99,5% v/v, yang tidak dapat dicapai dengan teknologi konvensional seperti distilasi karena adanya titik azeotrop pada komposisi 95,63 wt% etanol. Kondisi ini menuntut pendekatan yang lebih kompleks, menggabungkan teknologi distilasi dan adsorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi kondisi operasional dan dimensi proses distilasi dan adsorpsi dalam pemisahan bioetanol-air. Karbon aktif dipilih sebagai desikan/adsorber dalam penelitian ini.

Indonesia, a nation with a sizable population and high energy consumption, is seeing a notable rise in energy demand. Indonesia is dedicated to meeting the world's clean energy demands by expanding its renewable energy capacity in order to tackle this problem. The use of ethanol, either alone or in combination, as a substitute energy source for cars and other forms of transportation, is one dependable biotechnological innovation. This sector is one of the highest energy-consuming industries that continues to grow rapidly. Bioethanol, especially those derived from biomass such as cellulose-rich plants, has the potential to provide solutions in creating environmentally friendly renewable energy. Bioethanol is naturally degradable, reduces exhaust emissions, and reduces dependence on fossil fuels. However, in order to be used as a fuel blend or alternative, bioethanol must reach a purity of 99.5% v/v, which cannot be achieved by conventional technologies such as distillation due to the azeotrope point at 95.63 wt% ethanol. This condition demands a more complex approach, combining distillation and adsorption technologies. This study aims to analyze the optimization of operational conditions and dimensions of distillation and adsorption processes in bioethanol-water separation. Activated carbon was selected as desiccant/adsorber in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Ivana Angelica
"Indonesia berencana meningkatkan kapasitas energi terbarukannya dengan bioetanol dapat berkontribusi sebagai campuran bahan bakar kendaraan. Bioetanol harus memiliki kemurnian 99,5mol/mol% yang tidak dapat dicapai dengan teknologi konvensional karena adanya titik azeotrop. Oleh karena itu, dibutuhkan kombinasi teknologi seperti distilasi-adsorpsi. Penelitian ini menganalisis optimisasi kondisi operasi dan sizing proses distilasi dan adsorpsi pada pemisahan bioetanol-air. Proses distilasi disimulasikan menggunakan Aspen HYSYS v14, sedangkan sizing kolom dan kondisi operasi adsorber dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel dengan data acuan proses adsorpsi adalah Pressure Swing Adsorption (PSA) dan desikan/adsorber zeolite sintetis 3A. Asumsi yang digunakan adalah masa pakai alat 10 tahun, masa ganti adsorben 2 tahun, dan interest rate 8% berdasarkan pada penelitian terdahulu (data sekunder). Komponen biaya adalah pembelian dan instalasi alat, serta pembelian adsorben sebagai Total Investment Cost (TIC), konsumsi listrik, steam, cooling water, dan penggantian adsorben sebagai Total Operational Cost (TOC), serta nilai Total Annual Cost (TAC) adalah TIC dikalikan dengan Capital Recovery Factor (CRF) ditambah TOC. Nilai TAC terkecil menjadi kondisi optimal, yang mana tercapai pada konsentrasi outlet kolom distilasi 85mol/mol%. Biaya TIC sebesar Rp37.731.845.143,27, TOC sebesar Rp73.315.142.410,87, dan TAC sebesar Rp78.938.300.000,17. Proses distilasi memerlukan energi sebesar 2,01 x 10^7 KJ/h (≈5580 kWh) dan PSA 2,0 x 10^5 KJ/h (≈55,5 kWh). Hasil penelitian ini dapat membantu industri dalam mengoptimalkan proses distilasi-adsorpsi untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.

Indonesia plans to increase its renewable energy capacity by bioethanol can be utilized as fossil fuel blend. Bioethanol must have a purity of 99.5mol/mol%, which cannot be achieved with conventional technology due to the presence of an azeotropic point. Therefore, a combination of technologies such as distillation and adsorption is required. This study analyzes the optimization of operating conditions and process sizing for distillation and adsorption in bioethanol-water separation. The distillation process is simulated using Aspen HYSYS v14, while the sizing of the column and adsorber conditions are manually calculated using Microsoft Excel with data from the PSA process and zeolite synthetic adsorber 3A. Assumptions used include an equipment lifespan of 10 years, adsorbent replacement every 2 years, and an interest rate of 8% based on previous research (secondary data). The components of the cost include the purchase and installation of equipment, as well as the purchase of adsorbents as Total Investment Cost (TIC), electricity consumption, steam, cooling water, and adsorbent replacement as Total Operational Cost (TOC), and the value of Total Annual Cost (TAC) is the product of TIC and Capital Recovery Factor (CRF) plus TOC. The optimal condition is achieved at a concentration of 85mol/mol% in the outlet column of the distillation process. The TIC is approximately Rp37.731.845.143,27, TOC is approximately Rp73.315.142.410,87, and TAC is approximately Rp78.938.300.000,17. The distillation process requires energy of 2.01 x 10^7 KJ/h (approximately 5580 kWh) and PSA 2.0 x 10^5 KJ/h (approximately 55.5 kWh). This study's results can help industries optimize the distillation-adsorption process to increase efficiency and reduce operational costs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhinaldi Muhammad
"Pertamina meluncurkan BBM Bioetanol RON 95 sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan emisi karbon. Bioetanol, bahan bakar nabati ini, merupakan langkah maju untuk transisi energi yang lebih berkelanjutan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal operasi dan sizing kolom proses distilasi dan adsorpsi pada pemisahan bioetanol-air. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan simulasi menggunakan Unisim untuk proses distilasi dengan variabel keluaran distilasi yaitu 70%, 80%, 85%, dan 90%, dan Microsoft Excel untuk proses adsorpsi, di mana konsentrasi awal untuk bioetanol adalah sebesar 30% dan target spesifikasi produk bioetanol sebagai bahan bakar sebesar 99,5%. Pada penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan nilai konsentrasi optimal yang diperoleh pada proses distilasi dan proses adsorpsi menggunakan desikan/adsorben gel silika. Optimasi yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada analisis ekonomi (total annualized cost). Total annualized cost meliputi total investment cost dan total operating cost pada proses distilasi dan adsorpsi. Pada penelitian ini, diperoleh kondisi optimal untuk pemisahan bioetanol-air dengan proses distilasi-adsorpsi pada kemurnian etanol distilasi sebesar 85% dengan nilai total annualized cost sebesar $2,125,958.08,-.

Pertamina launched BBM Bioethanol RON 95 as an environmentally friendly alternative fuel to reduce dependence on fossil fuels and carbon emissions. Bioethanol, this biofuel, is a step forward for a more sustainable energy transition in Indonesia. This research aims to determine the optimal operating conditions and column sizing for the distillation and adsorption process in bioethanol-water separation. The method used in this research is simulation using Unisim for the distillation process with distillation output variables namely 70%, 80%, 85%, and 90%, and Microsoft Excel for the adsorption process, where the initial concentration for bioethanol is 30% v/v and the target specification for bioethanol products as fuel is 99.5% v/v. This research is expected to show the optimal concentration value that must be obtained in the distillation process and adsorption process using a desiccant/silica gel adsorbent. The optimization carried out in this research is based on economic analysis (total annualized cost). Total annualized costs include total investment costs and total operating costs in the distillation and adsorption processes. In this research, optimal conditions were obtained for the separation of bioethanol-water using the distillation-adsorption process at a purity of distilled ethanol of 85% with a total annualized cost of $2,125,958.08,-."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ado Rizki
"Peningkatan kebutuhan bahan bakar fosil masyarakat saat ini yang tidak diimbangi dengan persediannya merupakan masalah serius, sehingga diperlukan sumber energi alternatif bersih dan ramah lingkungan salah satunya etanol. Pada penggunaannya, etanol memiliki kendala yakni sulit untuk mencapai standar ASTM D4806 kadar air dalam campuran etanol maksimum 1.0% v/v dikarenakan titik azeotrop pada campuran etanol – air. Oleh karena itu, diperlukan metode pemurnian etanol terbaik. Salah satu metode ekonomis dan efektif untuk memurnikan etanol adalah distilasi – adsorpsi proses pemurnian dengan distilasi dan adsorpsi secara simultan. Pada penelitian ini, membahas pemurnian etanol – air melalui proses distilasi – adsorpsi menggunakan dua jenis karbon aktif (Calgon dan Haycarb) dengan variasi berat sebesar 25 gram dan 50 gram, konsentrasi masukan awal etanol sebesar 90% v/v dan 95% v/v, suhu dijaga konstan pada titik didihnya pada tekanan 1 atm, data pengamatan diambil setiap interval waktu 5 – 10 menit, dan diuji menggunakan densitometer: DMA 4100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode distilasi – adsorpsi dengan karbon aktif dapat melampaui titik azeotropnya dan memenuhi syarat Fuel Grade Ethanol. Konsentrasi etanol tertinggi saat menggunakan 50 gram karbon aktif calgon dengan etanol awal 95% v/v yakni 99,49% v/v tercapai pada waktu 15 menit. Sedangkan, 25 gram karbon aktif haycarb dengan etanol awal 90% v/v menghasilkan konsentrasi etanol terendah dari variasi penelitian lainnya sebesar 98,27% v/v.

Bioethanol is one of the clean and ecologically friendly alternative energy sources that is required due to the current surge in human demand for fossil fuels that is not being met by their supply. Because of the ethanol-water mixture's azeotropic point, it is challenging to employ bioethanol according to the ASTM D4806 standard, which calls for a maximum water content of 1.0% v/v in the ethanol mixture. Consequently, the best ethanol purification method is required. Distillation-adsorption is one of the more affordable and efficient ways to purify ethanol because it simultaneously uses distillation and adsorption to carry out the purification process. The initial input concentration of ethanol in this study was 90% v/v and 95% v/v, and it was purified using a distillation-adsorption process using two types of activated carbon (Calgon and Haycarb) with weight variations of 25 grams and 50 grams. The temperature was maintained at the boiling point at a pressure of 1 atm, and the observational data was collected every 5 to 10 minutes and tested using a densitometer: DMA 4100. According to the result, the distillation-adsorption technique using activated carbon exceeded its azeotropic point and produced fuel grade ethanol that satisfied all requirements. The highest ethanol concentration, 99.49% v/v, was achieved in 15 minutes utilizing 50 grams of cagon activated carbon and beginning ethanol that was 95% v/v. Meanwhile, the lowest ethanol concentration of the other research variants was achieved with 25 grams of haycarb activated carbon and 90% v/v starting ethanol, at 98.27% v/v."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald Mayo Leopold
"Saat ini energi dianggap sebagai kebutuhan utama di dunia. Sayangnya, energi dari bahan bakar fosil menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar sehingga meningkatkan efek rumah kaca di dunia ini. Untuk mengatasi masalah ini, banyak negara berkembang telah mengkonversi bahan bakar fosil ke gas alam. Selanjutnya, gas alam masih mengandung zat pengotor, sehingga pemurnian gas alam dari zat pengotor sangat penting.
Penelitian ini akan membangun simulasi pemurnian yang dicapai dengan dua simulasi yang berbeda. Pada simulasi pertama komponen akan terdiri dari metana, nitrogen dan karbon dioksida dengan persentase komposisi 80% metana dan 10% dari karbon dioksida dan nitrogen masing-masing. Simulasi kedua akan terjadi tanpa nitrogen dan dengan persentase 80% metana dan 20% dari karbon dioksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon dioksida dapat terserap awal 50%. Di sisi lain metana tidak dapat dimurnikan dengan baik ketika ada nitrogen ada dalam proses adsorpsi.

Nowadays energy is considered as primary requirement in the world. Unfortunately, the energy from fossil fuel emits large number of carbon dioxide increasing the greenhouse effect in this world. In order to overcome this problem, many develop countries are converting fossil fuel into natural gas. Furthermore, natural gas is still occupied with impurities, therefore purification of Natural gas from impurities are very important.
This study observed the purification simulation process which attained with two different run. The first run components were consists of methane, nitrogen and carbon dioxide with percentage composition 80% of methane and 10% of carbon dioxide and 10 % nitrogen respectively. The second run occurred without nitrogen and with percentage 80% of methane and 20% of carbon dioxide. Result show that carbon dioxide can be adsorbed nearly 50 %. On the other hand methane cannot be well purified when there is nitrogen exist in the adsorption process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan Asy`ari
"Pada penelitian ini dilakukan produksi karbon aktif berbahan baku jerami padi dengan karbonisasi dan dilanjutkan dengan aktivasi kimia menggunakan K2CO3. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lama waktu dan suhu aktivasi pada tahap aktivasi kimia terhadap luas permukaan karbon aktif. Proses aktivasi dilakukan pada variasi suhu 700°C, 800°C, 900°C dan lama waktu aktivasi divariasikan selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan suhu dan lama waktu aktivasi menyebabkan luas permukaan terus mengalami peningkatan hingga suhu aktivasi 900oC dan lama waktu selama 90 menit. Luas permukaan karbon aktif tertinggi sebesar 1.003 m2/g diperoleh dengan aktivasi pada suhu 900oC dan lama waktu selama 90 menit.
Activated carbon from rice straw waste is produced in this research with carbonization and followed by chemical activation using potassium carbonate. This research aims to analyze the effect of duration and temperature in activation process. The activation process is held in 700°C, 800°C, 900°C of temperature and 60, 90 and 120 minutes of duration. It shows that surface area is increased by the increasing of activation temperature and duration except the activated carbon with 900°C of activation temperature and 120 minutes of activation duration. Highest surface area is 1,003 m2/g from activated carbon with 900°C of activation temperature and 90 minutes of activation duration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Pratiwi
"Proses degradasi polutan organik diharapkan dapat berlangsung lebih efektif dengan menggabungkan kedua proses fotokatalisis dan adsorpsi. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi TiO2 - karbon aktif sebagai fotokatalis dan adsorben untuk mengetahui komposisi yang memberikan hasil penyisihan terbaik.
Ti02 dipreparasi menggunakan Ti(Opr)4AcAc sebagai precursor dengan metode sol gel. Selanjutnya sol Ti02 dicampurkan dengan serbuk karbon aktif pada berbagai komposisi kemudian diuapkan dan dikalsinasi. Material fotokatalis adsorben (AFT) kemudian dikarakterisasi dengan BET dan XRF untuk mengetahui luas permukaan dan prosentase jumlah katalis di permukaan adsorben. Uji kinetika proses degradasi fenol oleh material fotokatalis adsorben dalam reaktor Air Sparged Tube Reactor dilakukan untuk menentukan parameter parameter kinetika yaitu konstanta laju reaksi (kr), konstanta kesetimbangan adsorpsi (Kc) dan energi aktifasi (EA) Dalam analisis data digunakan model kinetika Langmuir-Hinshelwood untuk menggambarkan pembentukan CO2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 kurang dan 50% penyisihan fenol terbanyak diperoleh pada komposisi 15% Ti02 dan 85% karbon aktif (AFT 15% TiO2) sedangkan pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 lebih besar dan 50% komposisi 65% TiO2 dan 35% karbon aktif (AFT 65% Ti02) memberikan hasil terbaik. Model persamaan Langmuir-Hinshelwood berlaku pada saat kesetimbangan adsorpsi karbon aktif tercapai dimana hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah karbon aktif di dalam AFT. Pada penggunaan AFT 15% TiO2 diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi (=30 menit) daripada penggunaan AFT 65% TiO2(=5 menit).
Perbandingan parameter kinetika yang dilakukan terhadap dua kondisi optimum menunjukkan bahwa penambahan karbon aktif dapat meningkatkan kemampuan adsorbsi AFT namun disis Iain menurunkan kemampuan AFT dalam mendegradasi fenol. Umur AFT 15% TiO2 diduga lebih pendek daripada AFT 65% TiO2 karena harga kr yang lebih kecil dan harga Kc yang leblh besar sehingga AFT 15% TiO2 akan lebih cepat jenuh dengan fenol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T21269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria S. Melania
"Penelitian ini membahas produksi karbon aktif berbahan baku bambu dengan metode aktivasi menggunakan larutan KOH pada suasana gas nitrogen untuk mengontrol pembentukan pori karbon aktif. Aktivasi kimia dilakukan dengan rasio massa KOH : massa karbon yaitu 3:1 pada suhu 600°C, 700°C, dan 800°C selama 30 menit dan 60 menit. Sebagai pembanding dilakukan aktivasi fisika tanpa penambahan activating agent pada suhu 700°C selama 60 menit. Luas permukaan paling tinggi sebesar 802,60 mg/g (sekitar 824,83 m2/g) diperoleh dari aktivasi kimia selama 30 menit pada suhu 800°C, sedangkan luas permukaan paling rendah sebesar 283,39 mg/g (sekitar 291,23 m2/g) diperoleh dari aktivasi fisika.

This research is about production of activated carbon made from raw bamboo with activation method using KOH as activating agent in an atmosphere of nitrogen gas to control pores formed in the activated carbon. Chemical activation was done with mass ratio of activating agent : carbon is 3:1 on 600°C, 700°C, and 800°C for 30 minutes and 60 minutes, and physical activation was done without using activating agent on 700°C for 60 minutes. The highest surface area, 802,60 mg/g (about 824,83 m2/g), was obtained by KOH activation on 800°C for 30 minutes, and the lowest, 283,39 mg/g (about 291,23 m2/g), was obtained by physical activation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43339
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Ivana Mieldan
"Kopi merupakan salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat. Namun, efek negatif kafein seringkali menjadi perhatian, sehingga kopi dekaf menjadi alternatif. Kopi dekaf dapat dibuat menggunakan proses dekafeinasi salah satunya adalah Swiss Water Process yang efektif tanpa senyawa kimia dan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Karbon aktif merupakan nanomaterial yang efektif sebagai adsorben dan dapat dibuat dari biomassa seperti ampas kopi yang tersedia melimpah seiring meningkatnya konsumsi kopi. Karbon aktif dapat ditingkatkan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan aktivator kimia untuk aktivasi seperti K2CO3. Penggunaan aktivator K2CO3 untuk meningkatkan luas permukaan spesifik karbon aktif yang lebih aman dibandingkan KOH. Sintesis karbon aktif dilakukan dengan K2CO3 pada rasio massa 2:1, 1:1, dan 1:2, pada suhu 800 °C selama satu jam. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis karbon aktif dari limbah biomassa ampas kopi dan mengaplikasikannya dalam dekafeinasi kopi. Karakterisasi karbon aktif menggunakan BET, SEM-EDS, dan bilangan iodin. Kadar kafein pasca dekafeinasi diuji dengan HPLC. Karbon aktif dari ampas kopi dan K2CO3 dengan rasio 1:1 menunjukkan luas permukaan terbesar, 1052 mg/g, meski yield-nya paling rendah, 18%. Karbon aktif ini mampu mengurangi kafein hingga 99% pada kopi arabika dalam 30 menit dan 95% pada kopi robusta dalam 2 jam.

Kopi merupakan salah satu minuman yang sering dikonsumsi masyarakat. Namun, efek negatif kafein seringkali menjadi perhatian, sehingga kopi dekaf menjadi alternatif. Kopi dekaf dapat dibuat menggunakan proses dekafeinasi salah satunya adalah Swiss Water Process yang efektif tanpa senyawa kimia dan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Karbon aktif merupakan nanomaterial yang efektif sebagai adsorben dan dapat dibuat dari biomassa seperti ampas kopi yang tersedia melimpah seiring meningkatnya konsumsi kopi. Karbon aktif dapat ditingkatkan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan aktivator kimia untuk aktivasi seperti K2CO3. Penggunaan aktivator K2CO3 untuk meningkatkan luas permukaan spesifik karbon aktif yang lebih aman dibandingkan KOH. Sintesis karbon aktif dilakukan dengan K2CO3 pada rasio massa 2:1, 1:1, dan 1:2, pada suhu 800 °C selama satu jam. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis karbon aktif dari limbah biomassa ampas kopi dan mengaplikasikannya dalam dekafeinasi kopi. Karakterisasi karbon aktif menggunakan BET, SEM-EDS, dan bilangan iodin. Kadar kafein pasca dekafeinasi diuji dengan HPLC. Karbon aktif dari ampas kopi dan K2CO3 dengan rasio 1:1 menunjukkan luas permukaan terbesar, 1052 mg/g, meski yield-nya paling rendah, 18%. Karbon aktif ini mampu mengurangi kafein hingga 99% pada kopi arabika dalam 30 menit dan 95% pada kopi robusta dalam 2 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anthonyus Chrisman
"Skripsi ini membahas tentang proses pembuatan karbon aktif dari batubara subbituminus sumatera selatan. Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya adsorpsinya dengan melakukan proses karbonisasi dan aktivasi.
Pada penelitian ini proses karbonisasi dilakukan dengan memvariasikan lamanya proses karbonisasi dan debit menambahkan gas (O2) dengan debit 10 ml/menit dan gas N2 dengan debit 80 ml/menit dan pada proses oksidasi dilakukan dengan memvariasikan debit aliran oksigen yaitu 10 ml/menit, 50 ml/menit, 100 ml/menit, sedangkan pada proses aktivasi dilakukan dengan menggunakan gas CO2 sebagai absorbat. Kemudian didapat nilai burn off yang akan digunakan untuk menganalisa baik atau tidaknya karbon aktif tersebut.
Bahan dasar karbon aktif adalah seluruh material yang memiliki unsur karbon, seperti kayu, kulit kacang, tulang, cangkang kelapa, cangkang kelapa sawit, batubara dan lain-lain (Marsh, Harry and Francisco Rodriguez-Reinoso, 2006).

This minithesis is countain about the proces to make the activated carbon from South Sumatera Coal. Activated Carbon is Carbon compound, which has increase power adsorption with the proces of Carbonisation and aktivation.
In this research the process of Carbonisation is doing with make variation of debit the flow gas oksigen (O2) and mixed them with gas N2, and in proces of activation is doing with the CO2 gas as absorbat.
The substance of activated carbon is whole material which have Carbon element, like wood, peanut skin, bone, coconut shell, coal etc. (Marsh, Harry and Francisco Rodriguez-Reinoso, 2006).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50742
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>