Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58258 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniella Eleora
"Skripsi ini membahas mengenai adaptive reuse museum sebagai sebuah strategi konservasi bangunan cagar budaya yang menekankan pada intervensi bangunan menyesuaikan konteks masa kini. Sebagaimana museum identik akan koleksi peninggalan bersejarah serta bangunan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah akan dihadapkan dengan elemen masa kini sebagai tindakan adaptive reuse. Intervensi tersebut menghasilkan juxtaposition atau kekontrasan antara bangunan lama dengan elemen ataupun bangunan baru. Terlepas dari adanya kontras, suatu proses adaptive reuse akan dinilai berhasil ketika keduanya menciptakan keharmonisan dan menyatu antara satu sama lain. Didukung dengan teori Shearing Layers oleh Stewart Brand, Old Buildings/ New Forms milik Francois Bollack, serta Harmony in Juxtaposition dari Carmona, Rogers, dan Tiesdell, skripsi ini akan mengupas secara tuntas pembahasan tersebut lewat melihat dua contoh studi kasus yakni, The British Museum dan Dresden Military History Museum untuk melihat bagaimana sebuah proses adaptive reuse museum bekerja dan bagaimana juxtaposition tersebut diciptakan serta pengaruhnya terhadap bangunan maupun sekitarnya.

This thesis discusses adaptive reuse of museums as a conservation strategy for cultural heritage buildings, emphasizing interventions that adapt buildings to contemporary contexts. Museums typically house historical collections and cultural heritage buildings with historical value, which face contemporary elements through adaptive reuse actions. Such interventions create juxtaposition or contrast between old buildings and new elements or structures. Despite these contrasts, a successful adaptive reuse process is evaluated when they harmoniously blend together. Supported by theories such as Stewart Brand's Shearing Layers, Francois Bollack's "Old Buildings/New Forms," and Carmona, Rogers, and Tiesdell's "Harmony in Juxtaposition," this thesis thoroughly examines these topics through two case studies: The British Museum and the Dresden Military History Museum. These case studies explore how the adaptive reuse process operates and how such juxtaposition influences the buildings and their surroundings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Prayudi
"Bangunan cagar budaya adalah bangunan berusia 50 tahun atau lebih yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan pengetahuan sehingga harus dilestarikan keberadaannya. Dalam melestarikan bangunan cagar budaya, ada tujuh cara intervensi yang dapat dilakukan. Cara intervensi tersebut harus dilakukan dengan tetap memerhatikan keaslian bangunan cagar budaya, etika pelestarian, dan prinsip pelestarian. Pelestarian yang bergantung terhadap kondisi awal bangunan cagar budaya menyebabkan cara intervensi yang dilakukan akan berbeda-beda. Salah satu bentuk pelestarian bangunan cagar budaya adalah memanfaatkannya menjadi bangunan masa kini, yaitu museum. Museum adalah tempat di mana terdapat benda koleksi untuk dipamerkan dan juga dilestarikan. Untuk memenuhi kebutuhan pameran benda koleksi, dibutuhkan pola sirkulasi tertentu pada ruang pamer. Untuk memenuhi kebutuhan pelestarian benda koleksi, dibutuhkan ruang yang terhindar dari cahaya alami agar sinar ultraviolet tidak langsung mengenai benda koleksi yang sensitif dengan cahaya. Kebutuhan dan persyaratan ruang untuk arsitektur museum ini harus dapat terpenuhi selaras dengan pelestarian bangunan cagar budaya. Museum Seni Rupa dan Keramik dan Museum Fatahillah menjadi contoh yang berhasil dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya dengan memanfaatkannya sebagai museum, atau disebut juga dengan adaptive reuse.

Heritage building is a building that has been built for 50 years or more. It has some values such as history, culture, and knowledge which make them important to conserve. There are seven ways in terms of conservation of heritage building, they are called interventions. Interventions have to be done based on the authenticity value of the heritage building, conservation’s ethics, and conservation’s principles. Conservation of the heritage building depends on its existing condition that would decide which ways are appropriate to be done. Turning the heritage building as a building that can be used for another function in this time is an example of conservations. That building can be a museum. Museum is a place where heritage stuffs are being exhibited and preserved. To fulfill the needs of exhibition, an exhibition room must have certain pattern of circulations. To preserve, spaces in museum must be avoided from direct sunlight in order to keep ultraviolet light away from the heritage stuffs. Heritage stuffs are very sensitive to ultraviolet light. Needs and requirements of architecture museum should meet the interventions of heritage building in order to make the conservation works. Museum Seni Rupa dan Keramik and Museum Fatahillah could be the role model on how heritage building turns into museums, and this is called as an adaptive reuse of heritage building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Fadhila Zahra
"Dengan pertumbuhan modernisasi yang pesat dan ekspansi kota-kota, ketegangan antara pelestarian warisan budaya dan kebutuhan untuk memenuhi tuntutan kontemporer menjadi semakin nyata. Tekanan modernisasi ini sering membutuhkan pembangunan infrastruktur baru, kawasan perumahan, dan fasilitas komersial, yang mengakibatkan pengabaian atau penghancuran situs warisan otentik. Kehilangan keasliaan dapat memutus hubungan komunitas dengan masa lalu mereka serta merusak karakter unik yang mendefinisikan warisan sebuah kota. Studi ini bertujuan untuk menyelidiki efektivitas strategi adaptive reuse, dalam mempertahankan keaslian bangunan bersejerah yang sekaligus mengakomodasi kebutuhan modern dengan fokus pada Pantjoran Tea House di Glodok, Jakarta sebagai studi kasus. Dengan mengacu pada konsep >Shearing Layers oleh Stewart Brand dan konsep adaptive reuse oleh Sally Stone, yakni metode adaptation, addition, dan subtraction, revitalisasi Pantjoran Tea House secara efektif menjaga nilai autentisitas bangunan dengan mempertahankan material, desain, tata letak, dan konstruksi aslinya. Studi ini juga menggarisbawahi pentingnya melestarikan warisan tak benda, seperti praktik teh tradisional Tionghoa, untuk memastikan akurasi historis dan pengalaman yang autentik bagi pengunjung. Hasil studi ini memvalidasi bahwa penggunaan strategi adaptive reuse dapat secara efektif menutup kesenjangan antara pelestarian dan modernisasi dengan mengarahkan pada pengembangan kota-kota modern yang tetap menghormati warisan sejarahnya.

With the rapid growth of modernization and the expansion of cities, the tension between the preservation of cultural heritage and the necessity to meet contemporary demands becomes more evident. This modernization pressures often requires the construction of new infrastructure, residential areas, and commercial facilities, resulting in the neglect or destruction of authentic heritage sites. The loss of authenticity can disconnect communities from their past and undermine the unique character that defines a city's heritage. This study aims to investigate the effectiveness of adaptive reuse strategies in preserving the authenticity of historical buildings while accommodating contemporary needs, focusing on Pantjoran Tea House in Glodok, Jakarta, as a case study. Building upon Stewart Brand's concept of Shearing Layers and Sally Stone's frameworks for adaptive reuse, particularly the methods of addition and subtraction, the revitalization of the Pantjoran effectively preserved the building's authenticity by maintaining its original materials, design, layout and workmanship. The study also highlights the importance of preserving intangible heritage, such as traditional Chinese tea practices, to ensure the historical accuracy and authenticity of the visitor experience. The findings further confirm that adaptive reuse can successfully bridge the gap between preservation and modernization by guiding the creation of modern cities that honour their historical roots."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Fuadah
"Rencana pemindahan Ibu kota negara dari Jakarta ke IKN serta dampak ekonomi pasca Pandemi mulai banyak memunculkan wacana proyek pembangunan besar-besaran pada Ibu kota Lama DKI Jakarta. Hal tersebut memunculkan rasa penasaran terkait bagaimana kemungkinan pengubahan fungsi bangunan yang ada dapat terjadi. Oleh karenanya muncul keingintahuan penulis akan pendalaman mengenai bagaimana adaptive reuse diaplikasikan. Adaptive reuse sebagai bentuk pendekatan dalam konstruksi bangunan dimana penggunaan kembali baik bangunan, material, maupun metode konstruksi terjadi. Adaptive reuse merupakan proses konversi bangunan industri, untuk melakukan perubahan penggunaan, mempertahankan sebanyak mungkin konstruksi aslinya, sekaligus meningkatkan kinerja untuk memenuhi standar saat ini (Vardopoulos & Theodoropoulou, 2020). Dalam pengaplikasiannya dibutuhkan pemahaman mengenai konstruksi serta material, baik pada bangunan eksisting maupun bangunan atau struktur baru. Adaptive reuse menjadi metode yang baik dalam memperpanjang masa hidup bangunan, dapat mendukung tujuan sustainabilitas dan circular economy, dikarenakan berkurangnya pengadaan material dari bahan baku (Bradley, 2002).

The plan to relocate the national capital from Jakarta to IKN (Nusantara) and the post-pandemic economic impact have begun to generate discussions about large-scale development projects in the old capital, DKI Jakarta. This raises the author's curiosity about the potential for repurposing existing buildings. Therefore, the author seeks to study how adaptive reuse is applied. Adaptive reuse is an approach in building construction where existing buildings, materials, or construction methods are repurposed. It is an industrial building conversion process, to undertake a change of use, retaining as much as possible of the original construction, while upgrading the performance to meet current standard (Vardopoulos & Theodoropoulou, 2020). Its application requires an understanding of construction and materials, both in existing buildings and new structures. Adaptive reuse is a good method for extending the lifespan of buildings, supporting sustainability and the circular economy by reducing the need for raw materials (Bradley, 2002)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Dywandari Putri
"Penulisan karya ilmiah ini membahas mengenai penerapan adaptive reuse pada bangunan cagar budaya, khususnya rumah tinggal. Penarapan adaptive reuse digunakan sebagai salah satu cara untuk melestarikan bangunan cagar budaya agar bisa dimanfaatkan kembali. Insertion merupakan salah satu strategi pada adaptive reuse yang digunakan untuk mengalihfungsikan salah satu rumah tinggal cagar budaya di kawasan Menteng menjadi restoran fine dining.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perancang menerapkan desain nya sehingga dapat merespon konteks yang ada. Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah kajian literatur dan observasi langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dan wawancara dengan pengelola restoran.

This thesis is talking about adaptive reuse on cultural heritage buildings, especially the cultural heritage houses. The application of adaptive reuse is one of the ways that used to conserve the cultural heritage building so the building could be reused. Insertion is one of the strategies in adaptive reuse that used to altering the function of cultural heritage house in Menteng to become a fine dining restaurant.
The purpose of this thesis is to know how was the designer applied their design so could respond the existing contexts. The method that used in this thesis is literature study and direct observation to gather information and interview with the restaurant management.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Shabrina
"Adaptive reuse merupakan sebuah usaha perlindungan serta pelestarian bangunan untuk memperpanjang usia bangunan dan memberikannya kesempatan untuk hidup di masa kini dengan perubahan fungsi bangunan dan memelihara karakteristik arsitektur bangunan. Bangunan Kerta Niaga dan Kedai Seni Djakarte merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda yang terletak pada kawasan Kota Tua yang telah mengalami penerapan konservasi adaptive reuse. Tujuan pembahasan ini adalah untuk mempelajari mengenai penerapan adaptive reuse pada bangunan kolonial dan bagaimana nilai-nilai terkait sejarah dan emosional dapat terbentuk dan memicu pengalaman bagi pengunjung. Hal ini dikaji melalui penerapan adaptive reuse dilihat dari perubahan fasad, fungsi, hingga interior pada bangunan yang dapat memicu adanya penciptaan suasana yang dapat mempengaruhi pengalaman dan persepsi pengunjung. Penerapan adaptive reuse memberikan peluang bagi masa lalu untuk hidup di masa sekarang. Dengan mempertahankan arsitektur orisinil dari bangunan aslinya sehingga dapat menjaga nilai sejarah dan identitasnya. Serta dengan penataan interior dan perubahan fungsi bangunan yang sesuai dapat memicu persepsi tiap individu pengunjung sehingga memberikannya pengalaman ruang yang lebih kaya dan menarik.

Adaptive reuse to protect and preserve buildings to extend the life of the building and allow them to live in the present by changing the function of the building and maintaining its architectural characteristics. The Kerta Niaga building and the Kedai Seni Djakarte are heritage buildings from the Dutch colonial period, located in the Old Town area, which have experienced the application of adaptive reuse conservation. This discussion aims to learn about the application of adaptive reuse in colonial buildings and how historical and emotional values can be formed and trigger experiences for visitors. This is studied through the application of adaptive reuse seen from changes in the facade, function, and interior of the building which can trigger the creation of an atmosphere that can affect the experience and perception of visitors. The application of adaptive reuse provides an opportunity for the past to live in the present. By maintaining the original architecture of the original building to maintain its historical value and identity. As well as the interior arrangement and appropriate changes to the function of the building can trigger the perception of each visitor to provide a richer and more exciting space experience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Hawna
"Bangunan Cagar Budaya (BCB) mengalami keadaan yang kontradiktif, disatu sisi BCB harus dilindungi dengan tidak boleh mengubah atau merusak elemen eksisting. Namun disisi lain BCB harus bertahan hidup melalui praktek adaptive reuse yang berpotensi untuk mengubah elemen bangunan. Apabila adaptive reuse diterapkan pada BCB, segala konsekuensi perubahan yang dihasilkan, termasuk pemasangan utilitas perlu ditinjau secara khusus agar potensi merusak bangunan eksisting dapat terhindari.
Penulisan skripsi bertujuan untuk menjelaskan seperti apa pemasangan utilitas dalam konteks adaptive reuse Bangunan Cagar Budaya, serta untuk mengetahui metode adaptive reuse apa yang bisa diterapkan pada pemasangan utilitas di Bangunan Cagar Budaya. Metode penulisan dilakukan dengan mengkaji data sekunder yang bersumber dari buku, peraturan daerah dan website internet, serta melakukan survei terhadap bangunan yang dijadikan studi kasus terlebih terkait utilitas bangunannya.
Hasil analisis didapatkan bahwa pemasangan utilitas dapat menerapkan berbagai strategi adaptive reuse dan metode pemasangan utilitas itu sendiri. Utilitas sebagai salah satu sistem pendukung bangunan, perubahannya diharapkan dapat berperan secara maksimal pada adaptive reuse Bangunan Cagar Budaya agar standar/peraturan bangunan kontemporer yang diminta terpenuhi. Hal ini karena utilitas merupakan aspek yang dapat mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat dan teknologi.

Heritage Buildings going through contradictive phase, on the one hand it must be protected by not changing or demaging existing elements. But on the other hand Heritage Building must survive through the practice of adaptive reuse that has the potential to change buildings elements. If adaptive reuse is applied to Heritage Building, all consequences of the changes it give, including installation of utilities, need particular method so that any potential for damaging existing buildings can be avoided.
This thesis is written to explain what installation of utilities is in the context of adaptive reuse of Heritage Buildings, and to find out which kind of adaptive reuse method that can be applied in heritage building. This thesis is done by collecting secondary data sourced from books, regional regulations and internet websites, as well as take surveys of buildings that are used as case studies especially related building utilities.
The results of the analysis show that installation of utilities can implement various adaptive reuse strategies and methods of installing the utilities themselves. Utilities as one of the building support systems, the changes are expected to take maximum role in adaptive reuse of Heritage Buildings so that the contemporary building standards/ regulations requested are fulfilled. This is because utility is an aspect that can best follow the development of community needs and technology.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Dina Widieaster
"Kota Lama Semarang merupakan kawasan bernilai sejarah tinggi dengan banyak peninggalan bangunan kolonial yang dilestarikan dan dihidupkan kembali. Salah satunya adalah Gedung Monod Diephuis & Co, sebuah bangunan cagar budaya yang awalnya berfungsi sebagai kantor perusahaan broker hasil bumi. Gedung ini menjadi milik pribadi pada tahun 2011 dan dikonservasi mulai Maret 2016, kemudian diubah menjadi bangunan mixed-use untuk kegiatan seni, budaya, dan sosial. Transformasi ini membutuhkan perhatian pada nilai-nilai bangunan cagar budaya, konteks Kota Lama Semarang, serta strategi adaptive reuse yang merupakan tindakan konservasi pada bangunan cagar budaya.
Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur dan studi kasus dengan observasi langsung terhadap bangunan, wawancara subjek terkait, serta rekonstruksi gambar denah dan potongan bangunan. Hasil penelitian ini mengevaluasi kesesuaian nilai-nilai bangunan cagar budaya dan strategi adaptive reuse bahwa dari enam strategi adaptive reuse yang ada, empat strategi yaitu passive, referential, aemulatio, dan ruination sesuai diterapkan pada Gedung Monod Diephuis & Co, sementara strategi performative dan facadism hanya sesuai secara parsial. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun tidak semua strategi sesuai, adaptive reuse tetap mampu menghidupkan kembali Gedung Monod Diephuis & Co sebagai bagian dari pelestarian budaya di Kota Lama Semarang.

Kota Lama Semarang is a historically significant area with numerous preserved colonial buildings that have been revitalized. One such building is the Monod Diephuis & Co building, a cultural heritage site that originally served as the office for an agricultural brokerage company. This building became privately owned in 2011 and underwent conservation starting in March 2016. It has since been transformed into a mixed-use facility for artistic, cultural, and social activities. This transformation required careful attention to the heritage values of the building, the context of Kota Lama Semarang, and adaptive reuse strategies which are conservation actions for heritage buildings.
This research employs literature review and case study methods, including direct observation of the building, interviews with relevant subjects, and reconstruction of building plans and sections. The findings of this study evaluate the appropriateness of heritage building values and adaptive reuse strategies. Out of six existing adaptive reuse strategies, four strategies—passive, referential, aemulatio, and ruination—are deemed suitable for application to the Monod Diephuis & Co building, while the performative and facadism strategies are only partially suitable. This study demonstrates that although not all strategies are applicable, adaptive reuse can still successfully revitalize the Monod Diephuis & Co building as part of cultural preservation in Kota Lama Semarang.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gana Paramananda Sudibya
"[ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang pertumbuhan propertinya sangat pesat. Strategi pengembangan properti yang direncanakan kadang berhasil namun sering juga gagal sehingga banyak bangunan yang mengalami tingkat kekosongan yang tinggi. Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana suatu tempat yang tidak terpakai
dimanfaatkan kembali secara produktif dengan beralih fungsi baru tanpa merobohkan bangunannya (adaptive reuse) berlaku sebagai pemicu untuk meningkatkan dan memaksimalkan nilai properti bangunan tesebut dan nilai properti pada kawasan sekitar. Dengan fungsi baru akan memperpanjang siklus hidup pada bangunan. Perubahan fungsi pada bangunan tidak terlepas dari berkembangnya kreativitas dan keinginan manusia untuk menghasilkan sesuatu yang baru untuk memberikan manfaat yang lebih besar. Penelitian ini mengambil sampel pada kawasan Istana Kuta Galeria, dimana kawasan ini merupakan ruko-ruko dengan banyak ruangnya yang tidak terpakai. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif sehingga
menghasilkan uraian mendalam mengenai perubahan ruko menjadi hotel. Dalam penelitian ini dilakukan analisis pada faktor-faktor seperti politik, hukum, ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya yang berpengaruh di dalam peningkatan nilai properti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi adaptive reuse berdampak pada nilai
properti melalui peningkatan secara positif pada aspek ekonomi dan produktivitas pada bangunan tetapi tidak berimbas pada bangunan sekitarnya yang masih berada di dalam satu kawasan.

ABSTRACT
Indonesia is one of the countries where property growth have increased significantly in the last couple of years. Often the strategy for property development will gain success, but it is not unusual that it is become a failure resulting in high vacancy rate on buildings. This research was focusing on how unused place can productively be reused with a new function without tearing down the previous and/or existing buildings (adaptive reuse) and therefore trigger increased and maximized the value of property. With the increasing value of the property, it will prolong the life cycle of a building. The adaptive reuse relies heavily on the growing human's creativity and their eagerness to create something that will benefit for larger community. This research took sample Istana Kuta Galeria, which is a commercialized area with many unused spaces. Qualitative approach is used in this research to explain further about
the change from shops to become a hotel. This research was also analysed factors such as politics, law, economics, social, environment and culture that affecting the value of the property. The result of this research showed that adaptive reuse strategy is impacting the value of property by a positive increase on economy and buildings' productivity; however it does not affecting surrounding buildings on the same
neighborhood.;Indonesia is one of the countries where property growth have increased significantly
in the last couple of years. Often the strategy for property development will gain
success, but it is not unusual that it is become a failure resulting in high vacancy rate
on buildings. This research was focusing on how unused place can productively be
reused with a new function without tearing down the previous and/or existing
buildings (adaptive reuse) and therefore trigger increased and maximized the value of
property. With the increasing value of the property, it will prolong the life cycle of a
building. The adaptive reuse relies heavily on the growing human?s creativity and
their eagerness to create something that will benefit for larger community. This
research took sample Istana Kuta Galeria, which is a commercialized area with many
unused spaces. Qualitative approach is used in this research to explain further about
the change from shops to become a hotel. This research was also analysed factors
such as politics, law, economics, social, environment and culture that affecting the
value of the property. The result of this research showed that adaptive reuse strategy
is impacting the value of property by a positive increase on economy and buildings?
productivity; however it does not affecting surrounding buildings on the same
neighborhood., Indonesia is one of the countries where property growth have increased significantly
in the last couple of years. Often the strategy for property development will gain
success, but it is not unusual that it is become a failure resulting in high vacancy rate
on buildings. This research was focusing on how unused place can productively be
reused with a new function without tearing down the previous and/or existing
buildings (adaptive reuse) and therefore trigger increased and maximized the value of
property. With the increasing value of the property, it will prolong the life cycle of a
building. The adaptive reuse relies heavily on the growing human’s creativity and
their eagerness to create something that will benefit for larger community. This
research took sample Istana Kuta Galeria, which is a commercialized area with many
unused spaces. Qualitative approach is used in this research to explain further about
the change from shops to become a hotel. This research was also analysed factors
such as politics, law, economics, social, environment and culture that affecting the
value of the property. The result of this research showed that adaptive reuse strategy
is impacting the value of property by a positive increase on economy and buildings’
productivity; however it does not affecting surrounding buildings on the same
neighborhood.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradhnya Anindya Dewanti
"ABSTRAK
Pelestarian sebuah cagar budaya adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh manusia. Namun dalam pelaksanaannya, melestarikan sebuah Bangunan Cagar Budaya memiliki tantangannya sendiri. Dengan statusnya sebagai cagar budaya, keaslian bangunan perlu dipertahankan untuk melestarikan nilai-nilai penting di dalamnya. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya untuk digunakan pada masa kini menyebabkan kebutuhan penyesuaian terhadap bangunan. Fenomena ini menghasilkan pertanyaan mengenai apa yang harus di jaga dan apa yang dapat diubah dalam sebuah proses pelestarian Bangunan Cagar Budaya. Pada skripsi ini, analisis identifikasi elemen bangunan dilakukan untuk mengetahui cara kerja bangunan agar dapat memenuhi fungsinya. Analisis tersebut menghasilkan cara untuk melakukan penyesuaian terhadap Bangunan Cagar Budaya dengan mempertahankan nilai otentisitas desain yang di miliki bangunan tersebut.

ABSTRACT
Conserving a cultural heritage is an obligation for humanity. But, in practice, conserving a heritage building has its own challenge. With its status as a cultural heritage, its authenticity has to be maintained in order to preserve the values embedded within it. Utilizing the heritage building in the present resulting in unavoidable changes towards the building. This phenomenon evokes a question on what should be kept, and what could be changed in a process of conserving a heritage building. This paper did an identification analysis of building elements to determine the how a building functions. The analysis discovers the ways of building adaptation while maintaining its design authenticity."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>