Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Marsha Huwaidaa
"Corak kebudayaan Indonesia tidak terlepas dari pengaruh sejarah kolonialisme Belanda. Bentuk interaksi dalam waktu yang lama mempengaruhi budaya Belanda dan Indonesia, sehingga menghasilkan bentuk budaya baru tanpa menghilangkan budaya aslinya atau yang disebut sebagai akulturasi. Proses ini khususnya tercermin dalam aspek bahasa, kuliner, dan arsitektur Belanda di Indonesia. Untuk meninjau proses tersebut, rumusan masalah penelitian adalah bagaimana akulturasi budaya Belanda dan Indonesia di restoran Huize Trivelli. Metode penelitian kualitatif diterapkan dengan landasan teori akulturasi dari Redfield, Linton, Herskovits, dan Koentjaraningrat, serta teori kebudayaan terbuka oleh Ralph Linton. Data dianalisis melalui hasil observasi dan wawancara yang terkumpul selama kunjungan ke restoran Huize Trivelli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa restoran Huize Trivelli mengimplementasikan akulturasi budaya Belanda dan Indonesia dan menciptakan pengalaman dalam aspek bahasa, kuliner, dan arsitektur yang harmonis. Restoran ini dapat menjadi sebuah simbol dari interaksi kedua budaya yang saling terintegrasi.

The cultural landscape of Indonesia is deeply intertwined with the legacy of Dutch colonialism. The prolonged interaction between the two societies has significantly influenced both Dutch and Indonesian cultures, giving rise to a unique hybrid culture through a process known as acculturation. This phenomenon is particularly evident in the Dutch influences on the Indonesian language, cuisine, and architecture. This study aims to explore the acculturation process between Dutch and Indonesian cultures as exemplified by Huize Trivelli restaurant. Employing a qualitative research methodology, this study is grounded in acculturation theories articulated by Redfield, Linton, Herskovits, and Koentjaraningrat, as well as Ralph Linton's open culture theory. Data were meticulously gathered through observations and interviews conducted during an onsite visit to Huize Trivelli restaurant. The findings reveal that Huize Trivelli restaurant successfully integrates Dutch and Indonesian cultural elements, creating a harmonious blend in terms of language, culinary offerings, and architectural design. The restaurant serves as a significant emblem of the cultural interplay between Dutch and Indonesian traditions, demonstrating a seamless fusion that respects and preserves the essence of both cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Flazona
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S9778
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syah Witri Ramadhanti
"Penelitian ini dilatarbelakangi perbedaan racikan serta penyajian shisha pada Restoran Ali Baba Kebab dan Cafe Shisha dengan Restoran Arab yang terdapat di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memaparkan proses pembuatan shisha sampai menghisap shisha sesuai dengan budaya yang diterapkan. Ketertarikan dalam tema ini berdasarkan keunikan dari menu utama yang muncul karena pemilik Restoran memiliki hobi menghisap shisha sehingga mendirikan sebuah Restoran melalui hobinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk memperkuat data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumber primer yaitu data-data yang diperoleh langsung dari Restoran Ali Baba Kebab dan Cafe Shisha. Dalam memaparkan budaya shisha pada Restoran Ali Baba Kebab dan Cafe Shisha, peneliti menggunakan teori kebudayaan menurut Abdulsyam dan Robert H. Lowie. Dalam teori tersebut menyimpulkan bahwa kebudayaan pada Restoran Ali Baba Kebab dan Cafe Shisha didasarkan pada kebiasaan dari pemiliknya yang terjadi pada masa lampau.  

This study is motivated by the differences in the preparation and presentation of shisha at Ali Baba Kebab restaurant and Shisha Cafe with other Arabic restaurants in Jakarta. The purpose of this study is to describe the process of making shisha to smoking shisha based on the culture represented. Interest in this theme is based on the uniqueness of the main menu that appears from the restaurant owner's interest in smoking shisha so he built a restaurant as a result of his hobby. To reinforce the data, this study used a descriptive qualitative method using a case study approach through observation, interviews, and documentation. The data sources used in this study came from primary sources, namely, data obtained directly from the Ali Baba Kebab Restaurant and Shisha Cafe. The researcher applied cultural theory according to Abdulsyam and Robert H. Lowie to understand the shisha culture at Ali Baba Kebab Restaurant and Shisha Cafe. This theory concludes that the culture at Ali Baba Kebab Restaurant and Shisha Cafe is based on the owners' past habits."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aknes Pebrina
"Restoran Al Jazeerah merupakan salah satu restoran kuliner Arab di Menteng, Jakarta Pusat. Restoran ini menyajikan kuliner Arab yang digabungkan dengan kuliner lainnya baik lokal maupun internasional. Suatu kondisi akulturasi yang menarik untuk diteliti. Peneliti mengangkat sebuah rumusan masalah yaitu Bagaimana akulturasi antara kuliner Arab dengan kuliner di Restoran Al Jazeerah Jakarta? dan Mengapa restoran melakukan akulturasi? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan akulturasi antara kuliner Arab dengan kuliner yang terjadi di Restoran Al Jazeerah Jakarta dan menjelaskan alasan restoran melakukan akulturasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka, observasi, dan wawancara dengan manajer dan koki restoran. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan beberapa akulturasi di Restoran Al Jazeerah yang dipengaruhi oleh budaya Arab dan budaya internasional dari setting restoran, penyajian makanan, dan menu restoran.

Al Jazeerah Restaurant is one of the Arabic restaurants in Menteng, Central Jakarta. This restaurant serves Arabic cuisine that is combined with local and international cuisines. This phenomenon is interesting to be researched more. The purpose of this study is to explain the acculturation between Arabic cuisine and other cuisine that is brought out by Al Jazeerah Restaurant in Jakarta and explain the reasons of the restaurant bring out the acculturation concept. The researcher raised a problem to answer a following questions: 1) How is the acculturation between Arabic cuisine and other cuisine at Al Jazeerah Jakarta Restaurant? and 2) Why do restaurants do the cuisine acculturation? This study use a qualitative method with literature study, observation, and interviews with a restaurant manager and chefs. The theory that is used in this research is acculturation theory. The results of this study are the Al Jazeera Restaurants were several acculturation things at Al Jazeerah Restaurant which were influenced by Arab culture and international culture such as table settings, interior design, food presentation, and restaurant menu. Al Jazeerah Restaurant did acculturation as a form of innovation and strategy to survive in the COVID-19 pandemic situation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Gunawan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas keragaman perilaku individu yang menggambarkan upaya berbagi dan tidak berbagi pengetahuan dalam interaksi antar individu di komunitas. Seiring berjalannya operasional restoran setiap hari, pegawai kitchen akan terus berbagi dan tidak berbagi pengetahuan saat melaksanakan tugas persiapan penyajian menu. Penelitian ini menemukan dua kategori empirik yang menggambarkan ketika pegawai kitchen tidak berbagi pengetahuan dan ketika pegawai kitchen menerima potongan pengetahuan yang tidak dibagi sebelumnya. Beberapa hal seperti kuantitas bumbu, jenis bahan, langkah pembuatan menu, dan pengalaman pribadi menjadi faktor-faktor yang mendukung terwujudnya keragaman perilaku pegawai kitchen dalam menjalankan tugas operasional restoran. Faktor faktor tersebut yang menggambarkan adanya praktik berbagi dan tidak berbagi pengetahuan yang diterapkan secara mandiri oleh pegawai kitchen. Penelitian ini menemukan bahwa berbagi dan tidak berbagi pengetahuan merupakan bagian dari proses pembentukan pengetahuan sesuai dengan model connectionism. Berbagi dan tidak berbagi pengetahuan dalam komunitas pegawai kitchen terjadi karena pengetahuan terutama yang tidak dibagi dinilai dapat menjadi pemecah masalah yang dihadapi pegawai kitchen pada level individu. Proses berbagi dan tidak berbagi pengetahuan sesungguhnya telah menjadi budaya yang hidup dalam komunitas.

ABSTRACT
This study discusses the diversity of individual behavior that illustrates efforts of shared and unshared knowledge in interactions between individuals in the community. As restaurant operations run each day, kitchen employees will continue applying their shared and unshared knowledge while carrying out their preparation tasks for the menu. This study found two empirical categories that describe when kitchen employees unshared knowledge and when kitchen employees receive pieces of knowledge that are unshared beforehand. Some things such as quantity of seasonings, types of ingredients, steps to make menus, and personal experiences are factors that support the realization of the diversity of kitchen employees behavior in carrying out restaurant operational tasks. These factors illustrate the practice of shared and unshared knowledge that is applied independently by kitchen employees. This study found that shared and unshared knowledge is part of the process of forming knowledge according to the connectionism model. Shared and unshared knowledge in the kitchen employees community occurs because knowledge, especially those not shared, is considered to be a problem solver faced by kitchen employees at the individual level. The process of shared and unshared knowledge has actually become a living culture in the community"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Gandini Purbaningrum
"ABSTRAK
Minimnya ruang publik untuk masyarakat menjadi salah satu masalah urban di Jakarta. Ruang publik memiliki peranan besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Selama ini kita mengira dengan membangun ruang publik sudah mencakup kebutuhan masyarakat semua usia termasuk anak, ternyata itu belum, untuk itu digagas Program pembangunan RPTRA yang dilakukan dengan metode partisipatif dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan, seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi dan masyarakat. Dari 6 lokasi pembangunan RPTRA tahap 1 salah satunya dilakukan di Kelurahan Cideng, Jakarta Pusat. Banyaknya pihak yang terlibat yang membawa kepentingannya dalam program, dan dinamika yang terjadi memberikan arti dan warna sendiri pada partisipasi. Tipologi kepentingan dan dinamika akan dilihat dari bentuk partisipasi, kepentingan arah top down, kepentingan arah bottom up, dan fungsi partisipasi, serta interaksi /hubungan diantara karakteristik /elemen dalam partispasi, berdasarkan teori dari Sarah White. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana tipologi kepentingan dalam dinamika partisipasi masyarakat pada pembangunan RPTRA di keluruhan Cideng, Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan post positivisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk partisipasi yang terbentuk adalah representative, kepentingan arah topdown adalah untuk terciptanya sustainability, persepsi masyarakat terhadap partisipasi sudah pada tahap empowerment, dan fungsi partisipasi yang tercipta adalah voice, serta terjadi interaksi /hubungan diantara karakteristik /elemen dalam partispasi yang membentuk dinamika partisipasi

ABSTRACT
The lack of public space for people become one of the urban problem in Jakarta. The public spaces have a major role in social and economic life of society. During this time people thought that building a public space will cover the needs of people from all ages including children. Apparently, it was not, therefore RPTRA program development was initiated, using participatory approach by involving many stakeholders, such as governments, non governmental organizations, businesses, universities and society. Cideng is one of 6 locations RPTRA development stage 1. The number of parties that involved, brings its interest and the dynamics that occur, gives means and variety on participation. Typology of interests and dynamics will be seen from the form of participation, interest toward the top down, bottom up toward the interest, and participation functions and interactions relationships between characteristics elements in the participation, based on the theory of Sarah White. This study aims to analyze how the typology of interest in the dynamics of community participation in development RPTRA in Cideng generous nature, Central Jakarta. This study used qualitative methods to approach post positivism. The results showed that the forms of participation that is formed is representative, the interest towards topdown is for the creation of sustainability, the public perception of participation already at the stage of empowerment, and the function of participation that is created is the voice, as well as the interaction relationship between the characteristics elements in the participation of the forming dynamics participation.
"
2016
T47450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Sava
"ABSTRAK
Dewasa ini, muncul kebiasaan baru dalam kalangan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk berburu kuliner. Hal ini menciptakan suatu fenomena yang kemudian disebut sebagai wisata kuliner dimana para wisatawan tidak segan untuk membayar mahal agar dapat mencicipi hidangan khas dari suatu wilayah. Kota Yogyakarta pada umumnya yang mengalami perubahan struktural sektor agrikultur menuju manufaktur (tenaga mesin) hingga akhirnya mencapai sektor jasa, wilayah kota Yogyakarta mengalami loncatan dari sektor agrikultur ke sektor jasa dimana industri pariwisata berada di dalamnya, termasuk pariwisata kuliner dengan makanan-makanan khas Yogyakarta seperti gudek, bakpia, yangko, dan lain sebagainya. Disamping makanan tradisional, terdapat juga makanan-makanan khas Yogyakarta yang merupakan hasil dari akulturasi budaya. Sebagai contoh, terdapat bakmi yogya, bakmi pentil, dan mie des yang merupakan hasil dari perpaduan antara budaya Tiongkok dengan budaya lokal. Akulturasi budaya kuliner tersebut dapat dilihat antara lain dari bahan utama, cara penyajian, serta cara pengemasan makanan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, survey lapang akan dilakukan unuk meletakan posisi (plotting) berbagai rumah makan atau restoran di Kota Yogyakarta yang hasilnya kemudian akan diolah untuk menghasilkan sebuah peta pola spasial akulturasi kuliner asing di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu antara tahun 2005-2018.

ABSTRACT
New habits among tourists, both from domestic and abroad, in culinary hunt are emerging today. It creates a phenomenon later called culinary tourism where the tourists do not hesitate to pay in a heavy price in order to taste the local dishes of the region. Unlike the Regions of Daerah Istimewa Yogyakarta in general that is undergoing a structural change to agricultural sector towards manufacturing (power machines), the City of Yogyakarta experienced a leap from the agricultural sector to the services sector this is includes the tourism industry which also carries with the culinary tourism with local foods of Yogyakarta as gudek, bakpia, yangko, and so forth. Besides the traditional food, there are also food from Yogyakarta that emerges as the result of acculturation. For example, Bakmie Yogya, Bakmie Pentil and Mie Des. These culinary are the outcome of the combination between Chinese culture with local culture. The culinary culture acculturation can be seen among others from the main material, manner of presentation, as well as a way of packaging food. By paying attention to these aspects, field survey will be conducted by plotting a variety of restaurants in Yogyakarta then processed to produce a map of the spatial pattern of acculturation foreign cuisine in the city of Yogyakarta since 2005-2018."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riena J. Surayuda
"Pusat komunitas adalah ruang publik bagi komunitas untuk melakukan aktivitas
sosial, berinteraksi, rekreasi, dan menyalurkan hobinya yang dalam beberapa kasus
dapat menanggulangi permasalahan sosial. Beberapa kajian membahas aspek fungsional
pusat komunitas dari segi pelayanan sosial karena manfaat fungsionalnya, tetapi
pembahasan mengenai pusat komunitas tidak dapat dilihat dari pelayanan sosial saja.
Tulisan ini melihat pusat komunitas, melalui studi kasus RPTRA Kenanga, Cideng,
Jakarta Pusat, memiliki aspek disfungsional yang menimbulkan eksklusivitas melalui
kontestasi memori kolektif antara Pemerintah dan Masyarakat. Dengan menggunakan
kerangka analisis yang mengacu pada konsep ruang publik dan memori kolektif, tulisan
ini melihat perubahan sebelum adanya pusat komunitas yang berupa kepemilikan privat
dan setelah adanya pusat komunitas yang membentuk memori kolektif baru berupa
kepemilikan publik. Dari studi kasus di RPTRA Kenanga, tulisan ini menunjukkan
bahwa pembentukan memori kolektif baru menyebabkan kontestasi memori kolektif
antara negara (pemerintah provinsi DKI Jakarta)dan masyarakat (warga sekitar RPTRA
Kenanga) yang kemudian menimbulkan eksklusivitas di ruang publik tersebut.
Community center is a public space for the community that has a function for social
activities, such as recreation and interaction, which in particular cases may diminish
social problems. This study want to examines community center as Public Space and its
memory collective to see the relevance of the theory and its significance to urban policy.
The method of this article is qualitative using case study of Children-Friendly Integrated
Public Space-Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kenanga, Cideng,
Central Jakarta. This article argues there has been a dysfunctional aspect that results
in exclusiveness through collective memory contestation between the Government and
Local Community. The study find that other than the changes from private property to
public property, the establishment of RPTRA Kenanga creates new collective memory
that has resulted in collective memory contestation between the government of DKI
Jakarta and the local people, which led exclusivity in the public space."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Pusat Kajian Sosiologi, LabSosio, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>