Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81526 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadaa Puspitasari
"Peningkatan jumlah penduduk di kota-kota besar seperti Bekasi berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan akan jasa, termasuk jasa pencucian pakaian (laundry). Industri laundry, meskipun memberikan kemudahan mampu menghasilkan limbah cair yang yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu solusi pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan efektif adalah penggunaan constructed wetland. Penelitian ini mengevaluasi kinerja constructed wetland dengan menggunakan tanaman Azolla microphylla dalam mengolah air limbah laundry. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengevaluasi karakteristik air limbah laundry yang berasal dari effluent Berkah Laundry pada free water surface constructed wetland dengan tanaman paku air (Azolla microphylla) pada biomassa, laju pertumbuhan relatif, dan kerapatan tanaman. (2) Menganalisis efisiensi penyisihan BOD5 dan COD pada free water surface constructed wetland dengan menggunakan tanaman paku air (Azolla microphylla). (3) Mengevaluasi kinetika laju penguraian dengan nilai-nilai konstanta tingkat penyisihan massa (r), tingkat penyisihan areal (kA), dan tingkat penyisihan volumetrik (kV) pada free water surface constructed wetland dengan tanaman paku air (Azolla microphylla). Metode penelitian yang digunakan yaitu uji eksperimental skala pilot. Penelitian ini menggunakan 2 (reaktor) yaitu dengan luas penutup tanaman Azolla microphylla 40% dan luas penutup tanaman Azolla microphylla 60%. Aklimatisasi tanaman dilakukan secara bertahap sampai kondisi tunak (steady state) selama 12 hari. Waktu tinggal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, dan 21 hari. Debit yang digunakan sebesar 45,79 m3 /hari. Karakteristik air limbah yang diolah memiliki konsentrasi BOD55 272,25 mg/L, dan COD 431,62 mg/L. Efisiensi penyisihan BOD55 pada luas penutup 40% sebesar 11,1%-17,0%, COD sebesar 14,5%-39,0% dan luas penutup 60% BOD55 sebesar 18,3%-31,8%, COD sebesar 22,3%-39,8%. Konstanta penyisihan massa (r) BOD5 pada luas penutup 40% dengan rata-rata 5720 gr/m2/hari, luas penutup 60% dengan ratarata 9618 gr/m2/hari, konstanta tingkat penyisihan areal (kA) pada luas penutup 40% sebesar 28,94 m2/hari dan luas penutup 60% sebesar 45,00 m2/hari, konstanta tingkat penyisihan volumetrik (kV) dengan luas penutup 40% sebesar 0,06/hari, dan luas penutup 60% sebesar 0,09/hari.

The increase in population in big cities like Bekasi is directly proportional to the increase in demand for services, including laundry services. The laundry industry, although providing convenience, can produce liquid waste that can pollute the environment if not managed properly. One environmentally friendly and effective waste treatment solution is the use of constructed wetland. This study evaluates the performance of constructed wetland using Azolla microphylla plants in treating laundry wastewater. The objectives of this study are (1) Evaluate the characteristics of laundry wastewater from Berkah Laundry effluent in free water surface constructed wetland with water fern (Azolla microphylla) on biomass, relative growth rate, and plant density. (2) Analyzing the removal efficiency of BOD5 and COD in free water surface constructed wetland using Azolla microphylla. (3) Evaluate the kinetics of decomposition rate with the values of mass removal rate constant (r), areal removal rate (kA), and volumetric removal rate (kV) in free water surface contructed wetland with Azolla microphylla. The research method used was a pilot scale experimental test. This study used 2 reactors, namely with a cover area of 40% Azolla microphylla plants and a cover area of 40% Azolla microphylla plants. Azolla microphylla plant cover area of 60%. Plant acclimatization was carried out gradually until steady state for 12 days. The residence times used in this study were 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, and 21 days. The discharge used was 45.79 m3/day. The characteristics of the treated wastewater have a concentration of BOD5 272.25 mg/L, and COD 431.62 mg/L. BOD5 removal efficiency at 40% cover area of 11.1%-17.0%, COD of 14.5%-39.0% and 60% cover area BOD55 of 18.3%-31.8%, COD of 22.3% - 39.8%. Mass removal constant (r) BOD5 at 40% cover area with an average of 5720 gr/m2/day, 60% cover area with an average of 9618 gr/m2/day, areal removal rate constant (kA) at 40% cover area of 28.94 m2/day, 40% cover area amounted to 28.94 m2/day and 60% cover area amounted to 45.00 m2/day, constant volumetric removal rate (kV) with 40% cover area of 0.06/day. 40% cover area was 0.06/day, and 60% cover area was 0.09/day"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Eventina Christi
"Usaha Laundry di Indonesia memiliki peluang pengembangan ekonomi yang tinggi. Namun, limbah cair laundry di Indonesia belum memiliki peraturan lingkungan yang baik terhadap pengusaha jasa laundry. Constructed wetland dapat digunakan sebagai pengolahan biologis limbah cair yang sustainable, memanfaatkan energi yang rendah, dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi untuk mengolah limbah cair laundry. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi kemampuan dan korelasi organic loading rate (OLR) terhadap efisiensi penyisihan serta konstanta tingkat penyisihan (R); tingkat penyisihan areal (kA), dan tingkat penyisihan volumetrik (kV) dalam laju degradasi chemical oxygen demand (COD) dan biochemical oxygen demand (BOD) pada horizontal sub-surface flow constructed wetlands dengan tanaman bambu air (Equisetum hyemale) dalam mengolah limbah cair laundry. Penelitian ini menggunakan horizontal constructed wetlands dan tipe aliran sub-surface flow (SSF) dengan media tanah, pasir, dan kerikil dimana reaktor 1 menggunakan 120 tanaman dan reaktor 2 menggunakan 200 tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E.hyemale menghasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD sebesar 86,04% dan BOD sebesar 88,10% sedangkan reaktor 2 menghasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD sebesar 88,22% dan BOD sebesar 90,30%. Organic loading rate yang diterima oleh reaktor 1 dan reaktor 2 HSSF CWs dengan tanaman E. hyemale tidak memiliki korelasi yang cukup signifikan terhadap efisiensi penyisihan COD dan BOD. Reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E.hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 923,10 gr/ /hari; kA 3,77 m/hari; dan kV 1,00/hari sedangkan reaktor 2 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 942,97 gr/ /hari; kA 4,20 m/hari; dan kV 1,12/hari dalam laju degradasi COD pada limbah cair laundry. Reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 247,04 gr/ /hari; kA 4,15 m/hari; dan kV 1,10 kV sedangkan reaktor 2 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 251,20 gr/ /hari; kA 4,81 m/hari; dan 1,29/hari dalam laju degradasi BOD pada limbah cair laundry.

Laundry businesses in Indonesia have high economic development opportunities. However, laundry effluents in Indonesia do not have good environmental regulations for laundry businesses. A constructed wetland can be used as a sustainable biological treatment of wastewater, utilizes low energy, and does not require high costs to treat laundry liquid waste. This study aims to analyze and evaluate the ability and correlation of organic loading rate (OLR) on the removal efficiency as well as the removal rate constant (R); areal removal rate (kA), and volumetric removal rate (kV) in the degradation rate of chemical oxygen demand (COD) and biochemical oxygen demand (BOD) in horizontal sub-surface flow constructed wetlands with water bamboo plants (Equisetum hyemale) in laundry wastewater treatment. This study used horizontal constructed wetlands and sub-surface flow (SSF) with soil, sand, and gravel as media where reactor 1 used 120 plants and reactor 2 used 200 plants. The results showed that reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average COD removal efficiency of 86,04% and BOD of 88,10%. In comparison, reactor 2 produced an average COD removal efficiency of 88,22% and BOD of 90,30%. The organic loading rate (OLR) received by reactor 1 and reactor 2 HSSF CWs with E. hyemale plants do not significantly correlate with COD and BOD removal efficiency. Reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 923,10 gr/ /day; kA 3,77 m/day; and kV 1,00/day while reactor 2 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 942,97 gr/ /day; kA 4,20 m/day; and kV 1,12/day in the rate of COD degradation in laundry wastewater. Reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 247,04 gr/ /day; kA 4,15 m/day; and kV 1,10 kV while reactor 2 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 251,20 gr/day; kA 4,81 m/day; and 1,29/day in the rate of BOD degradation in laundry wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Evasari
"ABSTRAK
Di Indonesia, pencemaran oleh air limbah domestik merupakan jumlah
pencemar terbesar (85%) yang masuk ke badan air. Beberapa tahun terakhir ini,
kualitas air sungai di Indonesia semakin mengalami penurunan, terutama setelah
melewati daerah pemukiman, industri, dan pertanian. Untuk mengantisipasi
potensi dampak tersebut, maka perlu upaya pengolahan limbah melalui berbagai
alternatif teknologi pengolahan limbah yang efektif dan efisien, salah satu
alternatifnya adalah menggunakan Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed
Wetlands). Berdasarkan morfologi dari tanaman Typha latifolia sangat cocok
untuk pengolahan dengan sistem Constructed Wetlands. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas dan kecepatan Typha latifolia dalam menyerap
polutan yang terdapat dalam limbah cair domestik dengan Sistem Lahan Basah
Buatan Tipe Aliran Bawah Permukaan. Penelitian dilaksanakan dengan pola
aliran menerus, dengan melakukan pengumpulan data sebanyak 19 kali dalam
kurun waktu 2 bulan untuk parameter BOD, COD, TSS, MBAS. Diukur pula pH,
DO, dan temperatur pada inlet dan outlet. Analisis data menggunakan analisis
regresi dengan software Microsoft Excel dan rumus persentase reduksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman Typha latifolia memiliki kinerja yang
cukup baik dalam mereduksi konsentrasi BOD, COD, TSS, dan MBAS dengan
sistem pengolahan tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh efektivitas tanaman
Typha latifolia dalam mereduksi BOD mencapai 96,2% dengan persamaan
reduksi y = -0,052 x2 + 4,677 x ? 14,16; COD mencapai 94% dengan persamaan
reduksi y = -0,037 x2 + 3,442 x + 10,91; TSS mencapai 91,5% dengan persamaan
reduksi y = -0,022 x2 + 2,193 x + 31,83; dan MBAS mencapai 70,6% dengan
persamaan reduksi y = -0,024 x2 ? 1,134 x + 38,73."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43666
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Hanifa Irliana
"ABSTRACT
Aktivitas manusia menghasilkan air limbah domestik yang mengandung berbagai jenis polutan, termasuk organik, padatan, dan nutrien. Tingginya konsentrasi polutan yang dibuang ke badan air dapat menurunkan kualitas air yang akan memberikan dampak-dampak lainnya. Lahan basah buatan Constructed Wetlands CW banyak digunakan sebagai alternatif pengolahan air limbah dan dapat dibedakan menurut sistem alirannya, diantaranya aliran sub-permukaan vertikal Vertical Sub-Surface Flow VSSF dan horizontal Horizontal Sub-Surface Flow HSSF. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan efisiensi penyisihan polutan dengan memanfaatkan keunggulan dari masing-masing sistem aliran. Penelitian ini menggunakan 1 reaktor hybrid CW kombinasi VSSF CW dan HSSF CW dan 1 reaktor HSSF CW aliran tunggal untuk dibandingkan efisiensi pengolahannya. Kedua reaktor diberi perlakuan sama dalam hal jenis media, tanaman, volume reaktor, serta waktu tinggal. Jenis media yang digunakan adalah pasir dan kerikil. Spesies tanaman yang digunakan adalah Canna indica. Waktu tinggal ditetapkan selama 1 hari. Parameter yang diuji adalah COD, TSS, amonia, deterjen MBAS, serta minyak dan lemak. Air limbah dialirkan ke masing-masing reaktor secara batch selama 10 hari. Untuk membandingkan efisiensi pengolahan kedua reaktor, dilakukan uji t-independen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa HSSF CW menghasilkan efisiensi penyisihan COD sebesar 83,02, TSS sebesar 90,1, amonia sebesar 60,74, MBAS sebesar 89,14, dan minyak sebesar 32,21. Sementara itu, reaktor hybrid CW menghasilkan efisiensi penyisihan COD sebesar 84,91, TSS sebesar 91,24, amonia sebesar 84,8, MBAS sebesar 90,83 dan minyak sebesar 32,58. Parameter amonia, MBAS, dan minyak telah menunjukkan efluen yang memenuhi baku mutu lingkungan. Uji t-independen menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan hanya ditunjukkan pada penyisihan amonia, dimana hybrid CW lebih efisien daripada HSSF CW.

ABSTRACT
Human activities produce domestic wastewater containing various types of pollutants, including organic, solid, and nutrient. The high concentration of pollutants discharged into water bodies can degrade the quality of water that will lead to further impacts. Constructed Wetlands CW is widely used as an alternative to wastewater treatment and can be differentiated according to the flow system, such as Vertical Sub Surface Flow VSSF and Horizontal Sub Surface Flow HSSF. This research aimed to analyze the efficiency improvement of pollutant removal by utilizing the advantages of each flow system.This research used a hybrid CW reactor a combination of VSSF CW and HSSF CW and a single flow HSSF CW reactor to compare their removal efficiencies. Both reactors were treated equally in the type of media, the type and number of plants, the volume of the reactor, and the retention time. The types of media used are sand and gravel. The plant species used is Canna indica. Retention time is set for 1 day. The parameters tested were COD, TSS, ammonia, detergent MBAS, as well as oils and fats. Canteen wastewater was flowed in batch system for 10 days. To compare the removal efficiency of the two reactors, an independent t test was conducted. The results showed that HSSF CW resulted in COD removal efficiency of 83,02, TSS 90,1, ammonia 60,74, MBAS 89,14, and oil 32,21. Meanwhile, hybrid CW produced COD removal efficiency of 84,91, TSS 91,24 , ammonia 84,8, MBAS 90,83 and oil 32,58. The ammonia, MBAS, and oil parameters have shown that the effluent meets the environmental quality standard. The independent t test shows that significant differences are only shown in ammonia removal, where hybrid CW is more efficient than HSSF CW."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Ediviani
"ABSTRAK
Anaerobic digestion AD yang mengolah limbah makanan merupakan metode waste-to-energy yang menghasilkan efluen cair. By-product tersebut dikenal sebagai digestat mengandung nutrien yang tinggi yang dapat didayagunakan oleh makrofit akuatik hias dalam system lahan basah buatan. Penelitian yang dilakukan mengevaluasi kapasitas pendayagunaan nutrien dari Canna indica, Iris pseudacorus, dan Typha latifolia dari digestat cair, sekaligus memperbaiki kualitas dari efluen cair AD. Lahan basah buatan yang ditanami T. latifolia mampu menyisihkan TSS dan COD secara efektif. C. indica menyisihkan N hingga 72 N sebagai penyisih N paling efisien, dan pendayaguna N terbesar. I. pseudacorus menyisihkan P hingga 98 dan memiliki kandungan TP dalam tanaman yang lebih tinggi dari T. latifolia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendayagunaan nutrient menggunakan system lahan basah buatan mampu memperbaiki kualitas efluen dalam waktu yang singkat, sekaligus menambah nilai estetika terhadap lingkungan.

ABSTRACT
Anaerobic digestion AD which treats food waste is a waste to energy method that produces liquid effluent. This by product, known as digestate, contains high nutrients that could be recovered using ornamental aquatic macrophytes in a constructed wetland system. This study investigates the capacity of nutrient recovery of Canna indica, Iris pseudacorus, and Typha latifolia from liquid digestate, together with improving the quality of AD effluent. Constructed wetland with T. latifolia effectively removed TSS and COD. C. indica removed up to 72 N as the highest N removal efficiency, and recovered most of N, even though it still needs longer detention time to meet the standard. I. pseudacorus removed up to 98 P yet the average TP level in the plant was only slightly above T. latifolia. The result shows that nutrient recovery using constructed wetland improves the effluent quality within short operation period, meanwhile, C. indica and I. pseudacorus as ornamental aquatic macrophytes also added the aesthetic value to the environment."
2017
T49010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Campbell, Craig S.
New York: Wiley, 1999.
628.35 CAM c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sulistyowati
"Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya dalam mengelola limbah cair menggunakan IPAL dengan sistem biofilter aerob-anaerob pada tahun 2014. Penelitian ini membahas efektifitas Instalasi Pengolahan Air Limbah di Rumah Sakit Ibu dan Anak Resti Mulya. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskripsi observasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil Penelitian terhadap kualitas effluent untuk parameter TSS, COD, BOD, minyak dan lemak tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Pergub DKI Jakarta No. 69 tahun 2013 dan MenLH No. 05 tahun 2014. Sedangkan untuk parameter amonia dan total Coliform melebihi baku mutu yang ditetapkan. Rata-rata kualitas effluent untuk masing-masing parameter adalah : TSS 22,96 mg/L, amonia 8,90 mg/L, minyak dan lemak 0,995 mg/L, COD 50,61 mg/L, BOD 15,43 mg/L, dan total Coliform adalah sebesar 5.838 MPN/100 ml. Sedangkan berdasarkan analisis hasil laboratorium, efisiensi penurunan kadar pencemar untuk setiap parameter adalah : TSS 25,27 , amonia 56,26 , minyak dan lemak 50,37 , COD 54,36 , BOD 34,17 , dan total Coliform sebesar 60.81 . Persentase efisiensi IPAL dapat diketahui tidak hanya berdasarkan hasil outlet melainkan dengan menguji inlet secara berkala. Apabila parameter amonia, BOD, dan COD melebihi baku mutu yang telah ditetapkan , maka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem aerasi dan melakukan treatment dengan menambahkan zat penetral seperti PAC.

Resti Mulya Mother and Child Hospital in managing Waste Water Treatment Plant WWTP with aerob anaerob biofilter system in 2014. This research discuss effectiveness of Waste Water Treatment Plant Installation at Resti Mulya Hospital. This research is an observational description with cross sectional approach. The result of the research on the effluent quality for TSS, COD, BOD, Oil and fat parameters do not exceed the quality standard specified by Jakarta governor regulation No. 69 2013 and regulation of environment minister number 05 2014. As for amonia and total Coliform parameters exceeded standard Quality set. The average quality of effluent for each parameter are TSS 22,96 mg L, amonia 8,90 mg L, oil and fat 0,995 mg L, COD 50,61 mg L, BOD 15,43 mg L, and the total Coliform is 5,838 MPN 100 ml. While based on laboratory analysis, efficiency of decreasing pollutant level for each parameter are TSS 25,27 , ammonia 56,26 , oil and fat 50,37 , COD 54,36 , BOD 34,17 and total colimorm amounted to 60,81 . The percentage of WWTP efficiency can be known not only based on outlet results but by regularly testing the inlet. If the ammonia, BOD, and COD parameters exceed the predefined quality standard, then the action that can be done is to improve the aeration system and perform treatment by adding a neutralizing agent such as PAC. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dithamara Badzlin
"ABSTRAK
Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan air limbah dengan kriteria biaya yang ekonomis dan mudah diaplikasikan. Namun, pada sistem lahan basah buatan konvensional, proses degradasi polutan oleh mikroorganisme dari air limbah seringkali terbatas pada ketersediaan oksigen terlarut. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan modifikasi lahan basah buatan melalui sistem aerasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan efisiensi penyisihan polutan dari air limbah kantin dengan menggunakan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi. Penelitian ini menerapkan lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan secara batch dengan menggunakan tanaman Canna indica dan kombinasi media berupa kerikil dan pasir. Pada lahan basah buatan dengan sistem aerasi, dipasang aerator di bagian inlet dan outlet reaktor yang dioperasikan selama 4 jam/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi penyisihan polutan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi masing-masing adalah sebesar 83,02 dan 94,62 untuk COD, 90,10 dan 97,84 untuk TSS, 60,74 dan 84,17 untuk amonia, 32,26 dan 33,06 untuk minyak lemak, serta 89,16 dan 92,24 untuk MBAS. Dari hasil tersebut, maka lahan basah buatan dengan modifikasi berupa sistem aerasi dapat menyisihkan polutan pada air limbah kantin secara lebih optimal jika dibandingkan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi.

ABSTRACT
Constructed wetlands is a simple and cost effective technology alternative for wastewater treatment. However, oxygen supply in conventional constructed wetlands cannot fully meet the requirement for the process of wastewater pollutants degradation by microorganisms. Artificial aeration system is proposed as a solution to enhance the oxygen availability in constructed wetland beds. The aim of this study is to analyze and compare removal rate of pollutant in canteen wastewater by conventional constructed wetland and modified constructed wetland with artificial aeration. This study applied horizontal subsurface flow constructed wetlands with batch system planted with Canna indica and the types media used are gravel and sand. In modified constructed wetland, aerators located in the bed inlet and outlet which are operated for 4 hours day. The results shows that the average removal rate with conventional and modified constructed wetland are respectively 83,02 and 94,62 for COD, 90,10 and 97,84 for TSS, 60,74 and 84,17 for ammonia, 32,26 and 33,06 for grease, also 89,16 and 92,24 for MBAS. According to the results, modified constructed wetland with artificial aeration is more efficient to remove pollutants in canteen wastewater than conventional constructed wetland without artificial aeration. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Qisthi
"ABSTRAK
Hingga saat ini kasus pencemaran air limbah tailing akibat pertambangan emas rakyat di Pongkor, Jawa Barat masih termasuk dalam kategori yang cukup memprihatinkan. Tingginya kadar merkuri pada air limbah yang melebihi baku mutu lingkungan, membuat kebutuhan pengolahan air limbah tambang emas rakyat menjadi penting untuk dilaksanakan. Pada penelitian ini, metode constructed wetland dengan menggunakan tanaman Phragmites Australis digunakan untuk mengurangi kadar merkuri pada air limbah tersebut. Air limbah yang digunakan pada penelitian terdiri dari limbah asli tambang emas rakyat Pongkor dengan kadar 27 ppb dan limbah buatan dengan kadar 30 ppb, 60 ppb dan 90 ppb. Hasil penelitian menunjukkan tingkat efisiensi penurunan kadar merkuri yang dihasilkan adalah sebesar 99,8% pada air limbah buatan dengan kadar 60 ppb dan 90 ppb, serta sebesar 99,6% pada air limbah asli dan air limbah buatan kadar 30 ppb. Tingkat akumulasi Hg tertinggi ditemukan di bagian akar tanaman dengan konsentrasi merkuri total pada bagian akar, batang dan daun tanaman adalah sebesar 3,502 mg/kg, 5,102 mg/kg dan 12,066 mg/kg pada air limbah buatan kadar 30 ppb, 60 ppb dan 90 ppb.

ABSTRACT
Water contamination due to artisanal and small-scale gold mine activity at Pongkor, West Java is still in an alarming condition. The high level of mercury in gold mine tailing wastewater in Pongkor, West Java, has exceeded government regulations on the standard of wastewater quality. This has increased the need for the implementation of wastewater treatment. In this study, a constructed wetland method was applied to reduce the levels of mercury (Hg) in gold mine tailing with Phragmites Australis. Wastewater which was used in this study consisted of original gold mine tailing wastewater that was contaminated by mercury up to 27 ppb and artificial wastewater consisting of various doses of mercury in 30 ppb, 60 ppb and 90 ppb levels. The results showed that the efficiency levels of mercury after treatment reached 99.6% in both the original wastewater as well as 30 ppb wastewater of mercury, while the efficiency levels for wastewater of 60 ppb and 90 ppb levels of mercury reached 99.8%. This study also showed that the highest accumulation of mercury was found in the roots, with a total accumulation mercury in Phragmites Australis of 3.502 mg/kg, 5.102 mg/kg and 12.066 mg/kg in artificial wastewater at 30 ppb, 60 ppb and 90 ppb levels."
2015
S59521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasman
"Untuk mengetahui adanya persaingan dalam pemanfatan tumbuhan air sebagai pakan oleh Pila sp. dan Pomacea sp. telah dilakukan suatu penelitian deskriptifeksperimental di green house Biologi FMIPA UI, Depok. Dalam penelitian, digunakan Pila sp. dan Pomacea sp. yang masing-masing dikelompokkan berdasarkan ukuran tinggi cangkang yaitu kelompok 1 (0-1,49 cm), kelompok I I (I ,5-2,49 cm), kelompok I I I (2,5-3,49 cm), kelompok 1V (3,5-4,49 cm), kelompok V (4,5-5,49 cm). Masing-masing kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan 3 Jenis tumbuhan air yaitu daun padi, daun teratai dan Hydrilla sebagai pakannya. Pengamatan kecepatan makan masing-masing kelompok dilakukan setiap 24 jam selama 5 hari.
Kesimpulan yang dapat diambil dari data hasil pengamatan adalah: Tumbuhan Hydrilla merupakan tumbuhan air yang paling banyak dikonsumsi; Kecepatan makan rata-rata Individu masing-masing kelompok terhadap Hydrilla baru terlihat berbeda pada kelompok III (2,5-3,49 cm); Kecepatan makan rata-rata Pita sp. per hari semakin meningkat sesuai dengan pertambahan ukuran tinggi cangkang (sampai dengan ukuran tinggi cangkang 3,5-4,49 cm) kemudian menurun dan cenderung konstan pada ukuran tinggi cangkang 4,5-5,49 cm); Kecepatan makan rata-rata Pomacea sp. per hari semakin meningkat sesuai dengan pertambahan ukuran tinggi cangkang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>