Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risma Fitriyanti
"Dalam beberapa tahun terakhir, desain komputasional telah mengubah paradigma desain tradisional dengan memungkinkan penciptaan desain yang lebih efisien melalui teknik digital. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi arsitek di era digital ini adalah tantangan dalam menghasilkan desain berkelanjutan untuk menjaga keberlangsungan hidup antara manusia dan alam. Biomimetik, pendekatan yang meniru strategi dan prinsip alam, dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan ini. Studi ini membahas implementasi pendekatan biomimetik dalam desain komputasional untuk menghasilkan sebuah visualisasi proses desain biomimetik hingga akhirnya dapat menghasilkan desain inovatif berbasis alam. Studi ini dilakukan melalui studi literatur, kuesioner, dan studi kasus. Studi kasus dilakukan dengan mengimplementasi pendekatan biomimetik dalam proses desain komputasional, sehingga dapat menciptakan envelope bangunan yang adaptif terhadap konteks lingkungan terutama intensitas cahaya matahari. Proses ini akan melibatkan tiga tahap utama yaitu knowledge, abstraction, dan application. Ketiga tahap ini dilewati dengan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip biologis dan adaptasinya dalam konteks desain arsitektur. Tujuan dari studi ini adalah mengivestigasi potensi integrasi pendekatan biomimetik dengan desain komputasional, serta memberikan visualisasi proses desain komputasional yang mengimplementasikan pendekatan biomimetik dalam menghasilkan sebuah envelope bangunan yang mengadaptasi prinsip alam.

In recent years, computational design has transformed the traditional design paradigm by enabling the creation of more efficient designs through digital techniques. One of the main challenges faced by architects in this digital era is the need to produce sustainable designs to maintain the coexistence between humans and nature. Biomimetic, an approach that mimics the strategies and principles of nature, can provide a solution to this challenge. This study discusses the implementation of the biomimetic approach in computational design to produce a visualization of the biomimetic design process, ultimately leading to innovative nature-based designs. The study is conducted through literature review, questionnaires, and case studies. The case study involves implementing the biomimetic approach in the computational design process to create a building envelope that adapts to the environmental context, particularly sunlight intensity. This process involves three main stages: knowledge, abstraction, and application. These stages are undertaken with a deep understanding of biological principles and their adaptation in the context of architectural design. The aim of this study is to investigate the potential integration of the biomimetic approach with computational design and provide a visualization of the computational design process that implements the biomimetic approach in creating a building envelope that adapts natural principles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Djaya Atmadja
"Skripsi ini membahas peran sketsa dalam tahapan merancang arsitektur terkait dengan penyajian pesan yang ingin disampaikan. Sketsa yang dibuat langsung menggunakan tangan dengan kualitas cepat dan bebas, merupakan salah satu representasi dan komunikasi ide arsitektur dalam proses perancangan. Sketsa merupakan proses berpikir visual terkait eksternalisasi mental image arsitek dalam penggagasan ide-ide arstekturnya. Ide arsitektur ini dieksternalisasi dalam perwujudan elemen visual yang ada pada sketsa. Hal ini berkaitan dengan potensi dan peranan sketsa yang mungkin digunakan dalam berbagai tahapan merancang.

This study discusses about the role of sketches in architectural design process associated with the presentation of the idea. Sketches, drawing that are made directly by hand with fast and free qualities, is one of the representation and communication of architecture ideas in design process. Sketches are visual thinking process related to externalization of architect's mental image in initiating his her architectural ideas. The architectural idea is externalized in the embodiment of visual elements that exist in the sketch. It relates to the potential and role of sketches that may be used in various stages of architectural design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatussaadiyah Anar
"Skripsi ini membahas perancangan parametrik dalam arsitektur sebagai salah satu bentuk penggunaan logika dalam proses perancangan. Mulai dari definisi parameter dalam perancangan, faktor pembentuk, proses pembentukan hingga metode modifikasinya. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang perancangan menggunakan parameter sebagai alat pembentuk rancangan. Menggunakan metode studi literatur yang bersumber dari buku, majalah, jurnal, tesis dan media elektronik untuk mendalami teori tentang parameter dan menganalisis studi kasus untuk melihat praktik nyata perancangan parametrik. Studi memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan parameter dalam perancangan dibandingkan dengan perancangan konvensional.

Focus on this study is about parametric design in architecture as a form of using logic in design process. Begin with the definition of parameter in design, forming factors, forming process and modification methods. The aims of this study is to know more about design that using parameter as a tools to create form. Doing literatures study method using books, magazines, journals, thesis and digital media as a source of references to understand the theories about paramater and case study to see a real work of parametric design. Study shows some advantages of using parameters in design instead of none."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42713
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Hendrata Pratama
"Skripsi ini menjelaskan bagaimana pengetahuan second order cybernetics berlaku dalam proses desain arsitektur. Saya mengamati bahwa ide yang terbentuk dalam proses desain arsitektur berasal dari proses komunikasi antar subjek dalam proses desain tersebut. Komunikasi ini terjadi dalam sebuah siklus yang coba saya hubungkan dengan pengetahuan dalam bidang cybernetics yakni Black Box Theory dan Conversation theory. Dengan mengetahui cara kerja komunikasi dalam proses desain arsitektur melalui konsep second order cybernetics, kita dapat memahami bagaimana sebuah ide arsitektur muncul beserta variabelvariabel yang memengaruhinya.

This paper describes how the knowledge in second order cybernetics applies in the process of architectural design. I observed that the idea formed in the process of architectural design comes from the communication process between subjects in design process. This communication occurs in a cycle that I'm trying to connect with knowledge in the field of cybernetics like Black Box Theory and Conversation theory. By knowing how the communication in the architectural design process, through the concept of second order cybernetics, we can understand how an idea of architecture appear with variables that influence it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S65854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Smithies, Kenneth W.
Bandung: Intermedia, 1982
729 SMI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tesis ini mengungkap salah satu aspek penyusun atmosfer dalam arsitektur, yaitu quasi. Ide ini berawal dari problematika diskursus materialitas yang selalu berkutat pada form dan hardware dari arsitektur, namun masih sedikit yang berbicara mengenai aspek materialtas dan karakteristik ruang yang menghubungkan antara manusia dengan arsitektur. Quasi dalam atmosfer kemudian menjadi penting, sebab kehadiran quasi mampu menghadirkan arsitektur yang bersifat immaterial, amorphic, dan transcendental, yang mengubah material dan things dalam atmosfer menjadi Quasi-Material dan Quasi-Things. Kemampuan yang dimiliki oleh Quasi-Material dan Quasi-Things dapat dikembangkan menjadi sebuah Metode Desain Arsitektur yang menghubungkan arsitektur dengan manusia. Metode desain arsitektur dengan menggunakan Quasi-Material dan Quasi-Things dapat memindahkan fokus desain, dari atmosfer yang terbentuk secara accidental, menjadi intentional. Metode ini memberikan kebebasan pada arsitek untuk bereksplorasi dalam merancang atmosfer yang dituju tanpa harus memikirkan bentuk. Posisi form dalam metode ini adalah hasil dari rancangan atmosfer yang terbentuk dalam arsitektur. Melalui rangkaian eksperimen dan skenario alur lintasan matahari sebagai batasan desain, arsitektur yang dirancang dengan menggunakan metode Quasi-Material dan Quasi-Things mampu menghadirkan atmosfer yang terdesain untuk mempertahankan kualitas atmosfer ruangnya sehingga dapat memaksimalkan pengalaman sensori manusia.

This thesis unveils quasi as one of the components of atmospheres inside architecture. This idea emerges from problematical discourse in materiality, which likely talks about form and the hardware of architecture. However, the literature on aspects of materiality and spatial characteristics that connect humans with architecture is still less adequate. Quasi as the component of the atmosphere became important because the presence of quasi could project an immaterial, amorphic, and transcendental architecture that could turn material and things (in the atmosphere) into quasi-material and quasi-things. The capability of those quasi-material and quasi-things can be developed into architecture design methods that could connect the relationship between humans and architecture. Quasi-material and quasi-things as architecture design methods could shift the design focus from an accidental-formed atmosphere into an intentional-formed atmosphere. This method removes the architect’s circumscription to explore and design their own desired atmosphere without concern about form. This method makes form as a result of the atmospheric design that is formed in the architecture. Through several experiments and scenarios of the sun’s path as a design limitation, architecture designed using the quasi-material and quasi-things method is able to present a design atmosphere to maintain the quality of the spatial atmosphere and maximize the human sensory experience."
[Depok;Depok, Depok]: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2023
T-pdf;T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilona Tigita Atsarina
"ABSTRAK
PT GO-JEK Indonesia merupakan perusahaan start-up berbasis aplikasi digital dengan layanan jasa antar atau transportasi melalui ojek. Salah satu fitur layanan yang dimilikinya adalah layanan Go-Food atau jasa pemesanan dan pengantaran makanan. Dalam perkembangannya, layanan Go-Food mengalami berbagai masalah akibat tidak adanya interaksi tiga arah antara customer atau pemesan makanan, driver atau supir ojek pengantar pesanan, dan merchant atau pemilik tempat makan yang dipesan. Oleh karena itu, PT GO-JEK Indonesia ingin mengembangkan suatu layanan yang dirasa dapat mengatasi masalah tersebut, yaitu Go-Resto sebagai layanan yang dibuat untuk memudahkan para merchant dalam menangani pesanan dari layanan Go-Food. Aplikasi Go-Resto harus dapat terintegrasi dengan aplikasi Go-Food dan aplikasi driver. Mempertimbangkan kompleksitas yang ditimbulkan dalam rancangan ini, maka pendekatan Service Systems Engineering lebih tepat untuk mengembangkan arsitektur sistem layanan tersebut. Secara umum, penggunaan SSE dapat memberikan gambaran lebih lengkap terhadap komponen-komponen yang dibutuhkan dalam perancangan arsitektur sistem, yaitu daftar user and system requirements, dokumen concept of operations, diagram use case, tampilan interface, dan functional modelling.

ABSTRACT
GO JEK Indonesia is a digital start up from Indonesia that partners with a group of experienced and trustworthy ojek drivers to deliver a one stop shop convenience. One of their main service is Go Food, which is an online food ordering and delivery system. In their development, Go Food has encountered few problems due to lack of interactions with the restaurant or the merchant itself. Hence, PT. GO JEK Indonesia is planning to make a new application build for merchants to be able to handle their orders from Go Food. This new application, called Go Resto, has to be integrated with Go Food and also driver rsquo s application. Furthermore, this study purposes to design the system architectural of Go Resto by using Service Systems Engineering approach considering to the complexity of this system design. In general, SSE approach could give a better understanding toward components needed in the elaboration of this study, which are list of user and system requirements, concept of operations document, use case diagram, application interface, and functional modeling. "
2016
S66259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Muhammad Fatchurrahman
"Sepanjang sejarah, hewan telah dipandang sebagai spesies kelas sekunder oleh manusia. Kecenderungan ini juga tercermin dalam perlakuan manusia terhadap hewan, yang sebenernya telah mengakibatkan berbagai masalah etika dan isu-isu lingkungan hidup. Oleh karena itu, revisi dalam bagaimana manusia melihat dan memperlakukan spesies yang mirip namun berbeda dengan mereka jelas dibutuhkan, karena pada kenyataan-nya manusia telah ditakdirkan untuk hidup berdampingan dengan hewan dalam ekosistem Planet Bumi. Pertanyaan tentang perlakuan terhadap hewan dan keterlibatan mereka belakangan ini muncul dalam berbagai bidang studi, seperti filsafat, etika global, keberlanjutan, dan arsitektur, yang melahirkan paradigma baru 'post-humanisme' yang merupakan pengalihan dari 'humanisme' dengan kecenderungan antroposentris-nya. Namun, hanya sedikit yang telah benar-benar menyadari masalah ini dalam dunia praktis arsitektur. Maka dari itu, pertanyaan yang menetap adalah, haruskah hewan terlibat dalam perkembangan arsitektur? Jika ya, maka apa manfaat dari keterlibatan ini dan bagaimana seharusnya arsitek merancang arsitektur untuk hewan?

Throughout history, animals have been relegated as a secondary class species by humankind. This tendency is also reflected in human treatments upon animals, which have resulted in various ethical and environmental issues. Therefore, there is a dire needs for a revision of how humans see and treat the species that is similar, yet different to them, since humans are inevitably destined to coexist with animals in the Earth's ecosystem. Questions regarding animal treatments and involvement have subsequently arise in many fields of study, such as philosophy, global ethics, sustainability, and architecture, which brings forth the novel paradigm 'post humanism' which is an anti thesis from'humanism' anthropocentric tendencies. However, few have actually realize this problems in the practical world of architectural developments. So the question remains, should animals be involved in architectural developments If yes, then what is the benefits of this involvement and how should architect design an architecture for animals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duerk, Donna P.
New York: Van Nostrand Reinhold, 1993
720.28 Due a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hermando Firgus
"Arsitektur masa kini mulai kehilangan jati dirinya. Arsitektur yang tadinya berperan besar dalam kemanusiaan malah menjadi korban globalisasi. Ini membuat arsitektur yang tadinya ramah terhadap lingkungan menjadi dingin dan egois. Kita perlu mengenal lingkungan sekitar dan menjadikannya landasan dalam merancang. Oleh karena itu, kita perlu memahami terlebih dahulu bagaimana konteks atau lingkungan sekitar kita dapat berpengaruh pada desain. Untuk mencapai tujuan itu, diambillah objek studi Tamansari Gua Sunyaragi di daerah Cirebon dan Peziarahan Gua Maria Lourdes Sendangsono di Yogyakarta.
Tulisan ini membahas mengenai bagaimana pengaruh konteks yang hadir dalam lingkungan sekitar terhadap sebuah desain arsitektur yang berlandaskan konteks. Pendekatan terhadap keseluruhan proses penulisan dimulai dari tinjauan pustaka, pengamatan lapangan, wawancara, dan pengolahan data. Setelah mendapatkan pemahaman terhadap teori dan pemaparan data-data yang relevan, maka dilakukanlah analisis. Lewat analisis kasus, pola-pola yang hadir karena adanya konteks dipaparkan. Pola-pola ini kemudian dilihat bagaimana peranannya dalam membentuk elemen arsitektur menjadi satu kesatuan yang memiliki makna, desain arsitektur kontekstual.

Nowadays architecture has already lost its identity. Architecture which was putting great effort in humanity has already been victimized by globalization. This, made architecture which was humble to environment, become cold and egoistic. We need to learn about our surrounding environment and make it as our base for design. Therefore, first we need to understand how the context will be influencing the design of contextual architecture. To achieve that goal, Tamansari Gua Sunyaragi in Cirebon and Pilgrimage of Maria Lourdes Cave Sendangsono in Yogyakarta will be taken as objects of study.
This writing mostly study about how context which present in surrounding environment influences a contextual architecture design. The approach taken to the whole writing process starts with literacy studies, field observations, interviews, and data processing. After acquire understanding of the theory and show the relevant data, analysis can be done. From the case analysis, patterns which exist will be explained. Then, there will be explanation how these patterns influence in making the good configuration of whole architectural elements, contextual architecture design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52289
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>