Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171274 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofiatul Hardiah
"Tulisan ini membahas ketimpangan multispesies yang terjadi pada tiga lanskap antroposen di Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sejak perubahannya dari perairan menjadi daratan sedimentasi, ekosistem alam Kampung Laut menghadirkan lanskap mangrove, sawah sedimentasi, dan kebun Nusakambangan. Lanskap-lanskap itu menawarkan daya tarik bagi petani untuk bercocoktanam maupun pelaku industri untuk berinvestasi. Namun, ini berpotensi menjadi magnet ketimpangan sosial-ekologis antarpetani maupun antarspesies non-manusia. Pendekatan antroposen tambal sulam (patchy anthropocene) menawarkan analisis terhadap struktur yang tersemat pada lanskap antroposen dengan fokus pada ketimpangan sosial yang nampak pada aktivitas manusianya. Berbeda dari studi kepingan antroposen yang pernah ada, tulisan ini mengeksplorasi struktur yang tersemat di antara lanskap-lanskap antroposen yang menimbulkan ketimpangan multispesies. Tulisan ini mengumpulkan data melalui teknik pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan dokumentasi visual. Tulisan ini berargumentasi bahwa akumulasi kekerabatan dan mode kapital lingkungan pada pengelolaan lanskap-lanskap antroposen menghasilkan ketimpangan yang multispesies. Kekerabatan dan kapitalisasi spesies adalah struktur lanskap utama yang memberikan akses berupa modal sosial-ekonomi kepada petani tertentu sekaligus memungkinkannya mengontrol petani lainnya, sementara akses itu juga dikontrol oleh konstruksi global tentang krisis iklim. Rezim karbon menempatkan mangrove sebagai lanskap sekaligus spesies non-manusia yang mendominasi mode produksi sekaligus memicu ketimpangan multispesies terhadap lanskap sawah sedimentasi dan kebun Nusakambangan yang berlangsung secara tumpang tindih dalam proses antroposen di Kampung Laut.

This paper discusses the multispecies inequality that occur in three anthropocene landscapes in Kampung Laut, Cilacap Regency, Central Java. Since its transformation from water to sedimentation land, Kampung Laut's natural ecosystems have featured mangrove landscapes, sedimentation rice fields, and Nusakambangan gardens. These landscapes offer an attraction for farmers to cultivate and industry players to invest. However, this has the potential to become a magnet for social-ecological inequality between farmers and non-human species. The patchy Anthropocene approach offers an analysis of the structures embedded in anthropocene landscapes with a focus on the social inequalities evident in human activities. Unlike previous patchy anthropocene studies, this paper explores the embedded structures among anthropocene landscapes which results in multispecies inequalities. It collects data through the techniques of participant observation, in-depth interviews, and visual documentation. This paper argues that the accumulation of kinship and environmental capital modes in the management of anthropocene landscapes results in multispecies inequality. Kinship and species capitalization are the landscape structures that provide access to socio-economic capital to certain farmers while allowing them to control others, while that access is also controlled by global constructions of the climate crisis. The carbon regime positions mangroves as both a landscape and a non-human species that dominates modes of production and triggers multispecies inequalities in the overlaying landscapes of sedimented rice fields and Nusakambangan gardens in the anthropocene of Kampung Laut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Terdapat sekelompok masyarakat yang terkena dampak akibat adanya perubahan ekosistem .Mereka adalah sekelompok masyarakat yang tinggal di Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap,Propinsi Jawa Tengah....."
PATRA 9(1-2) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Mahromatul Ulya
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika sosial keluarga sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup dalam menghadapi dampak perubahan bentang alam yaitu sedimentasi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menerapkan teknik observasi, pengamatan terlibat, dan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data. Keluarga sebagai unit sosial terkecil setelah individu menjadi satu alat kebertahanan yang cukup kuat dalam menjalani proses adaptasi di Desa Klaces. Salah satu caranya yaitu dengan memanfaatkan sumber daya, baik yang tersedia di darat maupun di laut, menjadi sumber mata pencaharian. Pemanfaatan (SDA) ini juga didukung dengan pengelolaan (SDM) yang mendukung guna mendatangkan keuntungan di sektor ekonomi. Demi menjaga kestabilan hubungan kerja sama, masyarakat Desa Klaces juga menjadikan hubungan jaringan sosial berasaskan kekeluargaan sebagai landasan bertahan hidup. Tujuannya adalah untuk mengikat hubungan kerja sama antar keluarga, contohnya dengan memberikan bantuan dalam bentuk barang atau jasa yang diharapkan suatu waktu akan dibalas sesuai yang diberikan.

This thesis aims to understand family social dynamics as one way to survive in the face of the impact of landscape change (sedimentation). This is a qualitative research, which applies observation technique, observation involved, and in-depth interview as data collection method. The family as the smallest social unit after the individual becomes a powerful defense tool in undergoing adaptation process in Klaces Village. One way is to utilize the resources, both available on land and at sea, into a source of livelihood. Utilization (SDA) is also supported by the management (HR) is qualified to bring profits in the economic sector. In order to maintain the stability of cooperative relations, Klaces villagers also make social networking relationships based on kinship as the foundation of survival. The goal is to tie the relationship of cooperation between families, for example by providing assistance in the form of goods or services expected one time will be rewarded as given.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alberta Prabarini
"Manusia tidak mungkin bisa terpisah dari alam di sekitarnya. Hal ini menjadi landasan dasar pemikiran culture-nature yang menekankan pada keterkaitan manusia dan alam yang sangat kuat, baik dalam hal resiprokal, beradaptasi, atau sesederhana tinggal dan hidup bersama. Oleh sebab itu, penghargaan pada keragaman makhluk hidup atau dalam unit kecil disebut spesies merupakan hal yang penting untuk ditelisik. Studi ini melihat bagaimana perempuan dan mangrove saling berinteraksi dalam kerangka multispesies dan gender. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Kampung Laut, Cilacap. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan. Temuan penelitian menunjukkan, bahwa perempuan Kampung Laut yang tinggal di daerah dengan dinamika kenampakan alam yang tinggi berimplikasi pada model interaksi yang dijalin dengan spesies di sekitarnya, termasuk mangrove. Beragam interaksi yang terjalin dari waktu ke waktu juga membentuk indentitas sendiri bagi keduanya. Lebih dari sekedar interaksi, namun keintiman yang dijalin membuat mereka memiliki identitas bersama dan saling menguatkan. Berdasarkan temuan penelitian ini, saya berargumentasi melalui perspektif etnografi multispesies, bahwa dalam melihat interaksi antara perempuan dan tumbuhan, tak bisa hanya melihat agensi dari perempuan sebagai manusianya saja melainkan juga tumbuhan. Sebab, bias manusiawi akan menghilangkan peran tumbuhan yang sebenarnya juga memiliki agensi. Hal ini pada akhirnya menjadi salah satu sumbangsih refleksi bagaimana manusia bisa menempatkan spesies lain sebagai bagian dari kehidupan masyarakat.

Human cannot be separated from their nature, this is the stepping stone of culture-nature logic, emphasizing the strong relationship between human and nature, be it reciprocal, adaptive, or as simple as cohabitation. Therefore, the appreciation for diverse kind of living beings or what we call species are very important things to scrutinze. This study see how women and mangrove interact in multispecies and gende framework. This research was done to the people of Kampung Laut, Cilacap. To gain the information and data needed, I use participant observation technique and in-depth interview. The findings show that women in Kampung Laut where natural appearances varies highly, resulted in a specific mode of interaction developed in the presence of various species, including mangrove. Various interactions that developed over time also establish a sense of identity for both the women and the mangrove species. More than interaction, they both carry a shared identity that strenghten their bonds. From multispecies ethnography prespective, i argue that in seeing the relationship between women and mangrove, we cannot be biased with the human agency, for mangrove as a species also have it righteous agency. In the end, this hopefully become a reflecting material on how human can include other species as a part of their social life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nurul Izzati D.
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perubahan sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Desa Klaces akibat perubahan lingkungan alam yang terjadi di kawasan Segara Anakan serta dampaknya terhadap relasi, solidaritas, dan kepercayaan trust antar masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Penelitian ini menunjukan bahwa meskipun telah mengalami perubahan pola hidup yang besar, tetapi masyarakat Desa Klaces memiliki modal sosial yang cukup kuat untuk mempertahankan eksistensi mereka. Relasi, kebersamaan, dan kepercayaan menjadi aspek yang disoroti untuk memahami modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Desa Klaces dan bagaimana hal tersebut membantu mereka menghadapi segala perubahan dalam kehidupan mereka.

ABSTRACT
The focus of this study is social changes in the lives of rural communities in Klaces that occurs due to changes in the natural environment at Segara Anakan, and their impact on relations, solidarity, and trust between communities. This study is an ethnography research. This study shows that although has undergone great changes in life patterns, but the villagers social capital is strong enough to sustain their existence. Relationships, togetherness, and trust becomes highlighted aspects for understanding social capital of community in Klaces and how it has helped them face all the changes in their lives."
2017
T47054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Makassar: Nas Media Pustaka, 2020
MK-Pdf
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiatul Hardiah
"Penelitian ini hadir untuk memperlihatkan makna dan upaya yang dilakukan oleh petani perempuan dan laki-laki (suami-istri) dalam merespons kerentanan produksi pertanian tanah timbul menggunakan perspektif multispesies dan gender. Data pada penelitian ini dihimpun melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam dengan bantuan kepekaan lima indera (sensory awareness) dan arts of noticing. Temuan dari penelitian ini adalah proses identifikasi makna, tindakan, dan relasi antara manusia dengan ‘alam’ tidak dapat ditentukan satu arah. Tindakan dan relasi yang muncul adalah pertukaran resiprokal oleh manusia dan alam yang merepresentasikan keterhubungan mereka sebagai “self” dan “other” melalui pengoperasian pengalaman hidup dan relasi gender yang kompleks dengan entitas- entitas yang berkenaan, baik manusia perempuan dan laki-laki, spesies non-manusia, lingkungan abiotik, dan sebagainya. Proses identifikasi makna dan relasi antara petani perempuan dan laki-laki di Kampung Laut dengan air asin, padi, dan air tawar melibatkan pengalaman hidup dan opersionalisasi gender di ruang lingkup mikro dan meso yang kompleks dan dinamis. Dengan demikian, nature dan culture yang hidup dalam kosmologi mereka bersifat cair berdasarkan dinamika sosial ‘alam’ pertanian tanah timbul dan proses pemaknaan yang terhubung secara resiprokal. Telaah pada konsep nature dan culture menjadi sebuah pijakan untuk melihat dan memahami dunia secara holistik dan seimbang.

This research is here to discuss the meaning and efforts of women and men (husband and wife) farmers in responding to soil-emerging agricultural production using multispecies and gender perspective. The data in this study were collected through participant observation and in-depth interviews with the help of the sensitivity of the five senses (sensory awareness) and the art of attention. The findings of this study are the process of gathering meanings, actions, and relations between humans and 'nature' which cannot be determined in one direction. Actions and relationships that emerge are reciprocal exchange by humans and nature that represent their connection as "self" and "other" through discussion of complex life experiences and gender relations with related entities, both male and female, non-human species, abiotic environment, and so on. The process of taking meaning and the relationship between female and male farmers in Kampung Laut with sea water, rice, and freshwater bargains life experiences and the operationalization of gender in the complex and dynamic realm of micro and meso aspects. Thus, the nature and culture that live in their cosmology change fluidly based on the social dynamics of 'natural' in soil-emerging agricultural and the process of meaning that is connected reciprocally. Reviewing the concepts of nature and culture is the basis for seeing and completing a holistic and balanced world."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Nur Hidayat
"ABSTRAK
Kampung Laut merupakan daerah yang mengalami perubahan bentang alam, dari wilayah perairan menjadi wilayah daratan. Perubahan bentang alam tersebut juga membawa perubahan di masyarakat antara lain terkait pengelolaan sumber daya, dari common menjadi private. Tulisan ini menguraikan bagaimana pengelolaan wisata trekking mangrove dalam dinamika pengelolaan sumber daya di Kampung Laut. Penelitian menggunakan metode etnografi dan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi partisipatif, serta focus group discussion FGD . Tulisan ini mencoba menunjukkan pengelolaan wisata trekking mangrove secara common. Di sini juga akan dijelaskan mengenai dampak wisata dari segi ekonomi, bagaimana wisata trekking mangrove berkontribusi bagi ekonomi masyarakat setempat.

ABSTRACT
Kampung Laut is a region that already had landscape change, from estuary to land. Landscape change also bring alteration to the people there, resources management among others, from common to private. This thesis try to explain about mangrove tourism in terms of land changing and change of resource management in Kampung Laut. The research conducted with ethnography methodology and data collection method that been used are in depth interview, partisipatory observation, and focus group discusiion FGD . This thesis try to explain mangrove tourism management in lsquo common rsquo way. This also will explain about the impact of mangrove tourism from the economic side, how mangrove tourism contribute to local people rsquo s economy."
2017
S69555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Opyn Mananta
"Penelitian ini membahas tentang gambaran tingkat kesamaan diagnosis klinis kasus DBD oleh petugas medis di puskesmas dan RSUD Cilacap serta faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan diagnosis klinis kasus DBD di Kabupaten Cilacap Provinsi. Desain penelitian ini adalah studi potong lintang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kesepakatan diagnosis klinis kasus DBD antara petugas medis di Puskesmas dan RSUD Cilacap tergolong sangat baik (nilai kappa 0,82), dimana pelatihan, pengetahuan, sikap dan motivasi merupakan faktor yang berhubungan dalam penetapan diagnosis klinis kasus DBD. Untuk itu perlu di lakukan sosialisasi, pelatihan dan supervisi serta penyediaan sarana untuk pemeriksaan diagnostik kasus DBD.

This study about reliability of DHF diagnosis in PHC and Cilacap Hospital and determinant of DHF diagnosis in Cilacap District. The study was cross sectional study. This study found that the agreement of clinical diagnosis of dengue cases among the medical doctors in PHC and Cilacap hospital classified as verry good (kappa value 0.82). training, knowledge, attitude and motivation factor of the most were determinant of the agreement of clinical diagnosis of DHF cases. The study recommended to socialize the results of the study,conducting training on clinical diagnosis and condunting supervision regularly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30705
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Zakia Anwar
"Sabung Ayam atau adu ayam dalam antropologi adalah tradisi di mana manusia bersaing sabung ayam mereka dengan satu sama lain untuk kepentingan pribadi atau budaya. Banyak penelitian tentang sabung ayam yang masih antroposentris hanya fokus pada aspek budaya. Bahkan hubungan timbal balik antara manusia dan alam dan unsur-unsur alami (hewan) adalah diabaikan. Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus pada perspektif baru, yaitu multispesies Perspektif antropologis yang menganggap manusia dan non-manusia sama analisis. Penelitian ini dilakukan pada beberapa pria di Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah. Data diambil dengan wawancara mendalam dan observasi partisipan. Berdasarkan temuan di lapangan, pria dari Kampung Laut telah lama hidup berdampingan dengan sabung ayam. Ini dibuktikan oleh fakta bahwa tradisi sabung ayam telah ada sejak Kampung Laut masih di Segara Anakan. Dari dulu sampai sekarang, para pejuang ayam yang bertarung dalam adu ayam di Kampung Laut tidak pernah mati. Bukti ini bahwa para lelaki di Kampung Laut menyadari jika sabung ayam juga merupakan makhluk hidup, maka harus demikian diawetkan. Interaksi antara pria dan sabung ayam menciptakan perasaan emosional diantara mereka. Perlakuan baik laki-laki terhadap sabung ayam menciptakan kebalikan hubungan dalam mutualisme simbiosis. Pria mendapat manfaat karena adu ayam, dan juga sebaliknya sebaliknya, sabung ayam juga mendapat manfaat dari sabung ayam. Apalagi, sabung ayam juga
berkontribusi bagi masyarakat Kampung Laut. Saya berpendapat bahwa etnografi multispecies Perspektif yang digunakan dalam penelitian ini akan memberikan kerangka kerja baru dalam membuat holistik penjelasan tentang hubungan manusia dengan unsur-unsur alam dan hewan. Karena dalam penelitian ini, manusia bukan satu-satunya subjek utama, tetapi begitu juga sabung ayam. Spesies non-manusia juga memiliki hak dan hak yang sama dengan manusia.

Cockfighting or cockfighting in anthropology is a tradition where humans compete their cockfights with one another for personal or cultural interests. Many studies of cockfighting that are still anthropocentric only focus on cultural aspects. Even the mutual relationship between humans and nature and natural elements (animals) is ignored. Therefore, this research will focus on a new perspective, namely anthropological perspectives that consider humans and non-humans the same analysis. This research was conducted on several men in Kampung Laut, Cilacap, Central Java. Data were collected by in-depth interviews and participant observation. Based on findings in the field, men from Kampung Laut have long lived side by side with cockfights. This is evidenced by the fact that the cockfighting tradition has existed since Kampung Laut is still in Segara Anakan. From the beginning until now, the chicken fighters who fought in chicken fights in Kampung Laut have never died. This evidence is that the men in Kampung Laut realize that cockfights are also living things, so they must be preserved. The interaction between men and cockfighting creates emotional feelings between them. The good treatment of men towards cockfighting creates the opposite relationship in symbiotic mutualism. Men benefit from cock fighting, and vice versa on the contrary, cockfights also benefit from cockfights. Moreover, cockfighting too contribute to the Kampung Laut community. I argue that the ethnographic multispecies perspective used in this study will provide a new framework for making holistic explanations about the relationship of humans with the elements of nature and animals. Because in this study, humans are not the only main subject, but so are cockfights. Non-human species also has the same rights and rights as humans."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>