Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Haikal
"Microneedle adalah teknologi kesehatan berukuran mikro untuk menginjeksikan cairan atau obat ke lapisan luar kulit. Pendekatan hybrid milling dan biomachining diharapkan meningkatkan efisiensi dan presisi dalam pembuatan microneedle dengan dimensi mikro dan akurasi tinggi. Hybrid milling menggabungkan teknik pemesinan konvensional dengan biomachining, menggunakan bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans untuk mengurangi dimensi material sesuai rencana. Penelitian ini menguji dua jenis material, tembaga dan nikel, untuk menentukan material optimal berdasarkan aspek rasio (diameter terhadap ketinggian). Hasil menunjukkan bahwa hybrid milling dan biomachining dapat menghasilkan microneedle yang sangat mendekati ukuran ideal pada material tembaga, namun tembaga tidak disarankan untuk aplikasi medis karena mudah korosi, yang dapat membahayakan pasien. Maka dari itu, tembaga hanya digunakan sebagai perbandingan dengan nikel dan cocok untuk proses biomachining. Sebaliknya, nikel menunjukkan performa lebih baik dalam hal kekuatan dan ketahanan korosi, menjadikannya pilihan lebih aman dan efektif. Akan tetapi, hasil penelitian pada material nikel masih kurang maksimal. Penelitian pada proses biomachining dilakukan selama 72 jam dengan ukuran pola dalam proses maskless photolithography sebesar 800 μm. Selanjutnya, terdapat hasil diameter dan ketinggian dari material tembaga setelah dilakukan proses biomachining, yaitu 713 μm dan 1777,625 μm. Selain itu, pada material nikel memiliki hasil diameter dan ketinggian, yaitu 800,21 μm dan 1854,75 μm. Aspek rasio yang dihasilkan pada material tembaga dan nikel, yaitu sebesar 0,401 dan 0,431.

Microneedle technology, designed for micro-scale health applications, injects fluids or drugs into the outer skin layer. The hybrid milling and biomachining approach aims to enhance efficiency and precision in manufacturing microneedles with micro dimensions and high accuracy. Hybrid milling combines conventional machining techniques with biomachining, using Acidithiobacillus ferrooxidans bacteria to reduce material dimensions as planned. This study tests two types of materials, copper and nickel, to determine the optimal material based on the aspect ratio (diameter to height). Results indicate that hybrid milling and biomachining can produce microneedles that closely approach the ideal size in copper. However, copper is not recommended for medical applications due to its susceptibility to corrosion, which can endanger patients. Therefore, copper is used only for comparison with nickel and is suitable for the biomachining process. Conversely, nickel demonstrates better performance in terms of strength and corrosion resistance, making it a safer and more effective choice. However, the results for nickel are still not optimal. The biomachining process was conducted for 72 hours with a pattern size of 800 µm in the maskless photolithography process. The copper material resulted in a diameter and height of  713 µm and 1777,625 µm, respectively, after biomachining. Additionally, the nickel material showed a diameter and height of  800,21 µm and 1854,75 µm. The aspect ratios for copper and nickel materials were 0,401 and 0,431."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihansyah Nurhakim
"Proses Biomachining merupakan pemesinan yang masih awam bagi sektor industri. Penggunaan biomachining dapat menjadi alternatif dalam mikrofabrikasi jika dilihat dari penggunaan mikroorganisme sebagai cutting tools. Mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan yaitu salah satunya adalah Acidithiobacillus ferrooxidans, dimana bakteri ini dapat memproses material nikel. Pada penelitian ini, hal yang menjadi fokus utama adalah pemanfaatan material nikel dalam rekayasa pembuatan microneedle dengan menggunakan proses hybrid milling biomachining untuk mengetahui apakah akan mendapatkan hasil yang presisi dan membuat proses biomachining menjadi efisien. Penelitian ini akan menggunakan material nikel dengan strategi proses yang berbeda antara satu dengan lainnya, dimana pada material pertama akan menggunakan strategi material turun kedalam larutan biomachining sedangkan untuk material kedua akan menggunakan strategi material naik dari dalam larutan biomachining. Perbedaan strategi proses ini yaitu untuk mengetahui apakah dengan menambahkan hal ini dapat membuat pemakanan akan menjadi lebih optimal dan sesuai dengan aspek rasio yang dibutuhkan untuk pembuatan microneedle atau tidak. Penelitian dilakukan selama 72 jam dengan ukuran pola menggunakan maskless photolithography sebesar 800 μm. Hasil yang didapatkan dari kedua strategi proses ini saling bertolak belakang, dimana untuk strategi proses turun memiliki profil diameter yang lebih besar, dan untuk strategi proses naik memiliki profil kedalaman yang lebih besar. Nilai dari diameter dan kedalaman untuk strategi turun yang dihasilkan secara berturut-turut adalah 872,5 μm dan 1.880,25 μm, sedangkan untuk diameter dan kedalaman pada strategi naik yang dihasilkan secara berturut-turut adalah 830 μm dan 1.887,75 μm. Aspek rasio yang dihasilkan untuk strategi turun dan naik, yaitu sebesar 0,49 dan 0,44.

The Biomachining process is still relatively unfamiliar to the industrial sector. The use of biomachining can be an alternative in microfabrication considering the use of microorganisms as cutting tools. One such microorganism that can be utilized is Acidithiobacillus ferrooxidans, which can process nickel material. This study focuses on the utilization of nickel material in the engineering of microneedles using a hybrid milling biomachining process to determine whether precise results can be obtained and whether the biomachining process can be made efficient. The study will use nickel material with different process strategies. In the first strategy, the material will be submerged into the biomachining solution, while in the second strategy, the material will rise from within the biomachining solution. The purpose of these different process strategies is to determine whether this adjustment can make the machining more optimal and meet the aspect ratio required for microneedle fabrication. The research will be conducted over 72 hours using a pattern size of 800 µm created by maskless photolithography. The results obtained from the two process strategies are contrasting: the downward process strategy yields a higher diameter profile, while the upward process strategy yields a higher depth profile. The diameter and depth values for the downward strategy are 872,5 µm and 1.880,25 µm, respectively. For the upward strategy, the diameter and depth values are 830 µm and 1.887,75 µm, respectively. The aspect ratios produced for the downward and upward strategies are 0.49 and 0.44, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Gani Maulana
"Pembuatan mini impeller telah dikembangkan sebagai jawaban atas kebutuhan terhadap mini turbine untuk pembangkit listrik mini. Mini impeller yang dibuat dapat digunakan sebagai rotor turbin ataupun kompresor pada pengembangannya. Tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu melakukan pengembangan lintasan pahat untuk mini impeller dan melihat sejauh mana mesin milling 5-axis berukuran makro dapat digunakan untuk membuat mini impeller.
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu membuat desain impeller, melakukan pengembangan lintasan pahat dan simulasi, dan melakukan pembuatan komponen melalui proses pemesinan 5-axis. Dari lintasan pahat dan parameter pemesinan yang dikembangkan, dua buah mini impeller dengan diameter 54 mm dan 27 mm berhasil diproduksi. Hasil proses pemesinan menunjukkan mini impeller dengan diameter 54 mm memiliki blade dengan ketebalan 0.6 mm sedangkan mini impeller dengan diameter 27 mm memiliki blade dengan ketebalan 0.3 mm. Geometri impeller hasil proses pemesinan telah sesuai dengan desain pada saat pemodelan.

The development of mini impeller has been made in response to the needs of the mini-turbine for mini power plant. The mini impeller that has been made has diameter of 54 mm and blade thickness of 0.6 mm that can be used as a compressor or turbine rotor in its development. There are two purpose of this study, to develop the tool path generation for mini impellers and to see how far the macro size 5-axis milling machine can be used to make mini impellers.
This research was conducted with several stages, such as designing the impeller, Developing and simulating the tool path generation, and making the component by using 5-axis milling machine. From the tool path generation and machining parameters developed, two mini impellers with diameter of 54 mm and 27 mm respectively have been successfully produced. The machining result shows that mini impeller with diameter of 54 mm has blade with thickness of 0.6 mm meanwhile another one with diameter of 27 mm has blade with thickness of 0.3 mm. The geometry of mini impellers by machining processes is in accordance to the modeling design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Yuniasih Suhendar
"Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, salah satunya adalah teknik fabrikasi. Saat ini, teknik fabrikasi telah mencapai skala mikro dan terus dilakukan pengembangan. Adanya dampak negatif dari penggunaan teknik mikrofabrikasi konvensional, baik pada benda kerja yang digunakan, maupun untuk lingkungan mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai konsep green manufacturing. Teknik alternatif yang saat ini sedang dikembangkan adalah biomachining, yaitu proses permesinan yang dilakukan dengan memanfaatkan makhluk hidup sebagai media cutting tool. Dalam hal ini, salah satunya adalah bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan karakterisasi terhadap profil rekayasa microneedle yang terbentuk melalui proses biomachining. Optimalisasi temperatur proses dengan rentang 300C - 350C dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi temperatur lingkungan habitat bakteri yang digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar diameter rekayasa microneedle menggunakan material nikel yang dapat dicapai dengan parameter waktu yang berbeda. Pola yang digunakan sebesar 300 μm melalui photolithography menghasilkan diameter rata-rata sebesar 200 μm setelah proses biomachining. Data yang didapatkan dari proses biomachining yang dilakukan berupa perbandingan profil permukaan antarparameter, dimana berdasarkan nilai variansi diketahui tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap kedalaman pemakanan pada proses biomachining selama 24 jam dan 48 jam. Oleh sebab itu, perlu diadakan kajian lebih jauh mengenai hubungan profil permukaan terhadap waktu proses, sehingga dapat dihasilkan keseragamanan hasil pada setiap penelitian yang dilakukan.

Science and technology have evolved over the years, one of them is a fabrication technique. Currently, fabrication techniques have achieved micro scale and continue to develop. The negative impacts of conventional microfabrication techniques on the workpiece being used and environment, encourage researchers to create further research on the concept of green manufacturing. Alternative techniques are currently being developed is biomachining, the machining process is done by microbacteria organisms as cutting tools. In this case, one of them is Acidithiobacillus ferrooxidans. In previous studies, it has been done characterization of engineering profile microneedle formed through a process biomachining. Optimization of the process temperature range of 30°C – 35°C to adjust to ambient temperature conditions habitat bacteria used. This study was conducted to determine how large diameter microneedle using nickel material that can be achieved with different time parameters. Pattern used is 300 μm by photolithography and produce an average diameter of 200 μm after biomachining process. Data were obtained from biomachining process was done are presenting in the form of comparison of surface profile from each parameters, which is based on the variance values are not known there is a significant difference in the depth of biomachining result for 24 hours and 48 hours. Therefore, should be further studies related surface profile and processing time, so it can produce uniformly result in any research.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugerah Indraji
"Perkembangan teknologi yang sangat pesat pada zaman ini menuntut ilmu fabrikasi mikro untuk berkembang lebih pesat lagi. Dewasa ini, sedang dikembangkan teknik mikrofabrikasi menggunakan mikroorganisme (biomachining). Bakteri yang digunakan adalah bakteri jenis Achidithiobacilus ferooxidans. Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya dengan menambahkan parameter inklinasi dan aliran udara (aerasi) pada prosesnya. Sudut yang digunakan adalah variasi dari 200, 300, dan 400. Benda kerja berupa material nikel diberi sebuah pola melalui proses photolithography dan dimasukkan ke dalam cairan medium kultur dalam posisi bersudut yang sudah terisi bakteri, dan dijaga temperatur ruangannya menggunakan inkubator serta dialirkan udara. Percobaan dilakukan selama 24 jam. Pengolahan data dilakukan menggunakan SURFCOM dan foto SEM. Hasil yang didapat bahwa tingkat kekasaran (Ra) sangat bergantung kepada kondisi bakteri
The rapid development of technology in this day and age require microfabrication knowledge to grow more rapidly again. Today, the technique is being developed by using microorganisms (biomachining). The bacteria used is Achidithiobacilus ferooxidans types of bacteria. This study continues the previous research by adding the inclination and airflow parameters (aeration) in the process. The angle used is a variation of the 200, 300, and 400. Workpiece material in the form of nickel given a pattern through a photolithography process and put into liquid culture medium in the angular position of the bacteria that are already filled, and kept the room temperature using an incubator and air flows. The experiments were conducted for 24 hours. Data processing was performed using Surfcom and SEM. The results that the degree of roughness (Ra) is very dependent on the condition of the bacteria"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Nurhidayat
"ABSTRAK
Kolesterol memiliki fungsi fisiologis yang luas dalam tubuh manusia, namun jika konsentrasinya melebihi batas normal maka dapat memicu penyakit seperti arteriosklerosis. Oleh karena itu metode penentuan kolesterol yang cepat dan akurat dikembangkan. Dari semua metode, sensor enzimatik banyak mendapat perhatian, namun sensor ini memilik kekurangan seperti mudah terdenaturasi. Oleh sebab itu penentuan kadar kolesterol menggunakan sensor non-enzimatik saat ini banyak dikembangkan. Perangkat sensor kolesterol non-enzimatik yang dibuat dalam penelitian ini yaitu screen printed electrode SPE yang dideposisi Cu, Ni, dan CuNi yang terhubung dengan potensiostat. Elektrodeposisi Cu, Ni, dan CuNi masing ndash; masing dilakukan pada potensial -0,512 V, -0,326 V, dan -0,804 V dengan variasi waktu deposisi 60 s, 30 s, dan 5 s. Waktu deposisi optimum yang didapatkan yaitu 60 s berdasarkan nilai linearitas, LOD, dan sensitivitas yang didapat dari deteksi kolesterol sistem batch. Cu/SPE, Ni/SPE, CuNi/SPE kemudian diterapkan dalam sistem Flow Injection Analysis FIA . Kinerja sensor optimum diperoleh pada sistem FIA dengan laju alir 0,5 mL/menit dan konsentrasi KOH 1 M. Sensor Cu/SPE, Ni/SPE, dan CuNi/SPE dalam sistem FIA masing ndash; masing memiliki LOD sebesar 1,08, 13,59, 1,24 M dan sensitivitas sebesar 3.584,97, 465,98, 3.258,54 A mM-1 cm-2. Sensor Cu/SPE, Ni/SPE, CuNi/SPE memiliki repeatabilitas yang baik dengan nilai RSD masing ndash; masing 0,68 1,58, dan 1,16. Sensor Cu/SPE, Ni/SPE, CuNi/SPE memiliki reprodusibilitas yang baik dengan nilai RSD masing ndash; masing 0,72, 1,76, dan 0,91. Sensor memiliki stabilitas yang baik yang diukur selama lima hari berturut ndash; turut dengan nilai RSD masing ndash; masing 0,66, 1,54, dan 0,93. Sensor juga selektif terhadap kolesterol dari zat penginterferensi umum yaitu glukosa, sukrosa, fruktosa, asam askorbat, dan NaCl. Cu/SPE, Ni/SPE, dan CuNi/SPE berhasil menentukan kadar kolesterol dalam sampel susu kemasan dan menunjukkan perbedaan hasil 1,88 , 3,59 , dan 3,05 serta recovery 99,79 , 98,61 dan 99,02 berturut ndash; turut.

ABSTRACT
Cholesterol has a wide physiological function in the human body, but if the concentration exceeds the normal limit it can trigger diseases such as arteriosklerosis. So rapid and accurate method of determining cholesterol is developed. Of all the methods, enzymatic sensors have received much attention, but these sensors have such deficiencies as easily denatured. Therefore, the determination of cholesterol levels using non enzymatic sensors is now widely developed. The non enzymatic cholesterol sensor device made in this study is a screen printed electrode SPE deposited with Cu, Ni, and CuNi connected to a potentiostat. The electrodeposition of Cu, Ni, and CuNi were each performed at a potential of 0.512 V, 0.326 V, and 0.804 V with variations of deposition time of 60 s, 30 s, and 5 s. The optimum deposition time obtained was 60 s based on linearity, LOD, and sensitivity obtained from batch system cholesterol detection. Cu SPE, Ni SPE, CuNi SPE are then applied in the Flow Injection Analysis FIA system. The optimum sensor performance was obtained in FIA system with 0.5 mL min flow rate and KOH concentration of 1 M. Cu SPE, Ni SPE, and CuNi SPE sensors in FIA system each have LOD of 1.08, 13.59, 1.24 M and sensitivity of 3,584.97, 465.98, 3,258.54 A mM 1 cm 2. Cu SPE, Ni SPE, CuNi SPE sensors have good repeatability with RSD values of 0.68 1.58 and 1.16, respectively. Cu SPE, Ni SPE, CuNi SPE sensors have good reproducibility with RSD values of 0.72, 1.76, and 0.91, respectively. The sensors have good stability measured for five consecutive days with RSD values of 0.66, 1.54, and 0.93, respectively. Sensors are also selective against cholesterol from common interfering substances such as glucose, sucrose, fructose, ascorbic acid, and NaCl. Cu SPE, Ni SPE, and CuNi SPE succeeded in determining cholesterol levels in packaging milk samples and showing a difference of 1.88 , 3.59 , and 3.05 and 99.79 , 98.61 And 99.02 respectively."
2017
S68000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugerah Indraji
"Perkembangan teknologi yang sangat pesat pada zaman ini menuntut ilmu fabrikasi mikro untuk berkembang lebih pesat lagi. Dewasa ini, sedang dikembangkan teknik mikrofabrikasi menggunakan mikroorganisme (biomachining). Bakteri yang digunakan adalah bakteri jenis Achidithiobacilus ferooxidans. Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya dengan menambahkan parameter inklinasi dan aliran udara (aerasi) pada prosesnya. Sudut yang digunakan adalah variasi dari 200, 300, dan 400. Benda kerja berupa material nikel diberi sebuah pola melalui proses photolithography dan dimasukkan ke dalam cairan medium kultur dalam posisi bersudut yang sudah terisi bakteri, dan dijaga temperatur ruangannya menggunakan inkubator serta dialirkan udara. Percobaan dilakukan selama 24 jam. Pengolahan data dilakukan menggunakan SURFCOM dan foto SEM. Hasil yang didapat bahwa tingkat kekasaran (Ra) sangat bergantung kepada kondisi bakteri.

The rapid development of technology in this day and age require microfabrication knowledge to grow more rapidly again. Today, the technique is being developed by using microorganisms (biomachining). The bacteria used is Achidithiobacilus ferooxidans types of bacteria. This study continues the previous research by adding the inclination and airflow parameters (aeration) in the process. The angle used is a variation of the 200, 300, and 400. Workpiece material in the form of nickel given a pattern through a photolithography process and put into liquid culture medium in the angular position of the bacteria that are already filled, and kept the room temperature using an incubator and air flows. The experiments were conducted for 24 hours. Data processing was performed using Surfcom and SEM. The results that the degree of roughness (Ra) is very dependent on the condition of the bacteria."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Prasidhatama
"Biomachining diperlukan untuk merekayasa logam dengan bantuan mikroorganisme berupa bakteri, salah satunya adalah Acidithiobacillus ferrooxidans. Bakteri tersebut digunakan untuk merekayasa material tembaga melalui proses biomachining. Tembaga tersebut direkayasa dengan membuat pola agar bakteri memakan tembaga mengikuti pola yang dibuat. Pembuatan pola dilakukan menggunakan gambar yang diproyeksikan menggunakan sinar UV (ultraviolet), metode ini dinamakan maskless photolithography. Penelitian ini berfokus pada tembaga single crystal. Data profil permukaan tembaga hasil biomachining diambil dari data literatur .Pengolahan data dilakukan dengan mencari trendline pada hasil interpolasi tiap data. Trendline tersebut digunakan untuk memperoleh pola pemakanan bakteri dan dapat memprediksi lama waktu biomachining yang dibutuhkan untuk membuat microneedle. Data profil permukaan tersebut juga digunakan untuk mendapatkan perbedaan kekasaran permukaan pada tembaga single crystal dan tembaga polycrystalline yang kemudian digunakan parameter pada pengujian heat exchanger. Hasil yang didapatkan adalah penggunaan tembaga single crystal melalui proses biomachining mungkin dilakukan pada pembuatan microneedle. Sedangkan, penggunaan tembaga single crystal pada pembuatan micro-channel heat exchanger melalui proses biomachining tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan dengan tembaga polycrystalline

Biomachining is needed to engineer metals with the help of microorganisms in the form of bacteria, one of which is Acidithiobacillus ferrooxidans. The bacteria are used to fabricate copper material through the process of biomachining. The copper is engineered by making a pattern so that bacteria eat copper following the pattern made. Pattern making is done using images projected using UV (ultraviolet) light, this method is called maskless photolithography. This research focuses on single crystal copper. Copper surface profile data from biomachining results were taken from literature data. Data processing was done by looking for trends in the interpolation results of each data. The trendline was used to obtain bacterial eating patterns and can predict the length of biomachining required to make microneedles. The surface profile data is also used to obtain differences in surface roughness in single crystal copper and polycrystalline copper which are then used parameters in the heat exchanger test. it is possible to use single crystal copper through the process of biomachining in the manufacture of microneedles, whereas the use of single crystal copper in the manufacture of micro-channel heat exchangers through the process of biomachining does not provide a significant difference with copper polycrystalline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Najih Amin
"Hingga saat ini, mikrofabrikasi sudah terus berkembang hingga beragam jenis dan tekniknya. Salah satunya adalah mikrofabrikasi dengan memanfaatkan mikroorganisme (bakteri), dimana teknik ini dikenal dengan sebutan biomachining. Terdapat beberapa jenis bakteri yang dapat dimanfaatkan untuk teknik tersebut, salah satunya adalah Acidithiobacillus ferrooxidans. Bakteri ini dapat melakukan pemakanan terhadap beberapa material, dimana salah satunya adalah material nikel.
Material nikel terbukti dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bidang, salah satunya adalah bidang kedokteran, lebih spesifik lagi adalah untuk pembuatan microneedle. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan rekayasa pembentukan microneedle dengan parameter waktu 24 jam dan 48 jam, dimana hasil dari diameter dan ketinggian microneedle yang dihasilkan belum maksimal, sehingga tidak bisa didapatkan prediksi aspek rasio yang maksimal.
Maka dari itu pada penelitian kali ini akan dicoba parameter waktu yang lain yaitu 48 jam dan 72 jam, serta parameter ukuran pola yang dicetak 750 µm dan 1000 µm. Pola microneedle dicetak diatas permukaan benda kerja dengan metode maskless photolithography, kemudian benda kerja dimasukkan dalam cairan medium kultur bakteri selama 48 jam, dan 72 jam. Data profil, diameter serta ketinggian yang didapat dengan alat SURFCOM kemudian dibandingkan dengan hasil biomachining dengan parameter 24 jam dari hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini yaitu sampel dengan waktu pemakanan 48 jam dan 72 jam dapat menghasilkan ketinggian yang lebih dari penelitian sebelumnya. Tren untuk ketinggian yang dihasilkan yaitu sampel 72 jam>48 jam>24 jam dan 1000>750>300 µm.

Microfabrication has develop into many different types and methods. One of them is microfabrication with microorganism, known as biomachining. There are several bacteria that can be utilized for this method, one of them is Acidithiobacillus ferrooxidans. This bacteria can do the fabrication process at some materials, one of which is nickel.
Nickel has been proven to be used at various field, one of them is medical field, specifically to microneedle manufacturing process. From recent research, microneedle has been engineered with process time parameter 24 hours and 48 hours, but the results was not satisfying. Therefore, in this research, another process time parameter will be tried, 48 hours and 72 hours, and the patten dimensions parameter, which are 750 µm and 1000 µm.
The microneedle pattern printed on the material surface with maskless photolithography method, and then dipped on bacteria medium for 48 hours and 72 hours. Surface countour, diameter and height of the microneedle will be obtained with SURFCOM, where the datas will be compared to recent research. The result is with more time process, the height of the microneedle obtained will be higher. The trend for the height of microneedle is 72 hours sample>48 hours>24 hours.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>