Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97494 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nibroosa Yumna Hajar
"Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan sampah perkotaan adalah dengan mengubah sampah menjadi sumber energi terbarukan yang dikenal dengan konsep waste to energy baik melalui pembakaran langsung maupun dalam bentuk bahan bakar seperti SRF (Solid Recovered Fuel). Namun tidak semua sampah mudah diproses menajdi SRF, salah satunya karena kadar airnya yang relatif tinggi. Di TPA Cipayung Depok kadar air sampah mencapai 51,18%. Diperlukan proses pre-treatment terhadap sampah tersebut untuk menurunkan kadar airnya yaitu melaluii proses bio-drying. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi sampah TPA Cipayung yang diolah menggunakan teknologi bio-drying sehingga dapat dimanfaatkan sebagai SRF. Perhitungan timbulan dan pengukuran komposisi sampah diukur menggunakan metode SNI 19-3964-1994, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini berupa variasi waktu tinggal dan variasi perlakuan bio-drying. Adapun variabel terikat yang diamati adalah perubahan pada treatment bio-drying yaitu volume reduction, suhu dan proximate analysis. Kemudian dengan menggunakan ultimate analysis dan uji nilai kalor maka dapat ditentukan potensi sampah yang bisa dijadikan SRF. Studi ini menemukan bahwa bio-drying bisa menurunkan kadar air dari 64% menjadi 28% dan fixed carbon 6,05% menjadi 5,92%. Sebaliknya menaikkan kadar abu dari 2,92% menjadi 9,30% dan volatile matter dari 26,17% menjadi 53%. Secara keseluruhan nilai kalor naik dari 1,670 MJ/kg menjadi 16,159 MJ/kg. Meskipun demikian hasil bio-drying ini belum memenuhi standar SRF untuk industri semen. Optimasi proses diperlukan agar sampah TPA CIpayung bisa diolah memenuhi standar SRF.

One solution for dealing with the large amount of municipal waste is to convert waste into a renewable energy source, known as the waste to energy concept, either through direct combustion or in the form of fuel such as SRF (Solid Recovered Fuel). However, not all waste is easily processed into SRF, one of which is because its water content is relatively high. At the Cipayung Depok landfill, the moisture content of waste reached 51.18%. A pre-treatment process such as a bio-drying process is needed for the waste processing to reduce its moisture content. This research was conducted to determine the potential of Cipayung landfill waste which is processed using bio-drying technology to be used as SRF. Calculation of waste generation and measurement of waste composition were measured using the SNI 19-3964-1994 method, while the independent variables in this study were variations in residence time and variations in bio-drying treatment. The dependent variables observed were changes in the bio-drying treatment which are volume reduction, temperature and proximate analysis. Then, by using ultimate analysis and calorific value tests, the potential for waste that can be used as SRF can be determined. This research found that bio-drying can reduce water content from 64% to 28% and fixed carbon from 6.05% to 5.92%. Additionally, it increases the ash content from 2.92% to 9.30% and volatile matter from 26.17% to 53%. The calorific value of waste increased from 1,670 MJ/kg to 16,159 MJ/kg. However, the bio-drying results do not meet the SRF standards for the cement industry yet. Process optimization is needed so that Cipayung landfill waste can be recycled to meet SRF standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hirobi Kafka Iswara
"Berdasarkan penelitian sebelumnya, pada tahun 2012, jumlah sampah yang dihasilkan di TPA Cipayung sebesar 128.048,1 kg/hari dengan komposisi sampah yang didominasi oleh sampah organik (63,59%) dan anorganik (36,41%). Sampah anorganik terdiri dari 26,70% sampah anorganik recyclable  dan 9,70% sampah anorganik non-recyclable, termasuk plastik yang tidak dapat didaur ulang. Konteks dari “sampah recyclable” dalam skripsi ialah sampah yang memiliki nilai ekonomi bagi pemulung. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi sampah anorganik yang un­­-recyclable tanpa harus menghambat sumber pendapatan utama pemulung. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah SNI 19-3964-1994 selama 8 hari untuk menentukan komposisi sampah plastik yang tidak memiliki nilai jual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi sampah plastik yang tidak memiliki nilai jual ialah sebesar 23,6% dengan komposisi sampah plastik multilayer (PP, LDPE, dan lembaran aluminium), PS, dan Mika PVC, dengan rasio 81% plastik multilayer, 10% PS, dan 9% Mika PVC. Pirolisis digunakan untuk memproses sampah plastik un-recyclable dengan hasil yang ditemukan ialah 5,3% cairan, 0,3% arang, dan 94,34% gas dari 6 g sampel. Studi ini memaparkan kebutuhan akan metode pengolahan sampah yang efektif untuk meminimalisir sampah anorganik yang tidak dapat didaur ulang dengan memanfaatkan metode pirolisis.

Based on previous research, in 2012, the amount of waste generated in Cipayung Landfill was 128,048.1 kg/day with a waste composition dominated by organic waste (63.59%) and inorganic waste (36.41%). The inorganic waste includes 26.70% recyclable inorganic waste and 9.70% non-recyclable inorganic waste, including non-recyclable plastics. This study aims to reduce non-recyclable inorganic waste without interfering with scavenger’s main income source. The standard and method used for this paper was SNI 19-3964-1994 for 8 days to determine the composition of non-value plastic waste. It was found that the composition of plastic waste that has no price value is 23.6% with composition consisted of multilayer plastic waste (PP, LDPE, and aluminum sheets), PS, and PVC Mica, with a ratio of 81% multilayer plastic, 10% PS, and 9% PVC Mica. Pyrolysis was used to process the non-recyclable plastic waste, yielding 5.3% liquid, 0.3% char, and 94.34% gas from a 6 g sample. The study highlights the need for effective waste treatment methods to minimize non-recyclable inorganic waste by utilizing pyrolysis method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regia Purnama Shofriyah
"ABSTRACT
Pemanfaatan sampah seabgai sumber energi dapat menjadi salah satu solusi untuk menanggulangi tingginya timbulan sampah serta memenuhi kebutuhan energi alternatif yang ramah lingkungan. Namun, hal tersebut dibatasi dengan tingginya kadar air pada sampah khususnya sampah organik yang mempengaruhi nilai kalor yang terkandung pada sampah. Biodrying merupakan suatu metode yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk menghasilkan panas yang mampu menurunkan kadar air dengan bantuan injeksi udara. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh dari kadar air awal terhadap proses biodrying. Dengan memanfaatkan sampah organik berupa sampah makanan dan sampah halaman sebagai feedstock, akan dibuat 3 buah reaktor skala laboratorium dengan volume 168 dm3 yang terbuat dari styrofoam dengan kadar air masing ndash; masing reaktor adalah 51,07 , 63,96 dan 71,06 . Dengan durasi percobaan selama 21 hari, diperoleh hasil bahwa ketiga reaktor menunjukkan kadar air akhir yang signifikan berbeda namun dengan nilai volatile solid yang identik. Perubahan karakteristik seperti rasio C:N, FAS, dan nilai kalor juga berubah setelah proses biodrying. Perbedaan kadar air awal juga berpengaruh terhadap lamanya penegringan untuk mencapai kadar air akhir.

ABSTRACT
The use of solid waste can be a good solution for increasing waste generation and alternative energy demand which is environmentally friendly. However, it is limited by the high moisture content, especially organic waste which affects the heat value of the waste. Biodrying is a method by utilizing microbial activities to produce heat in order to decrease the moisture content which helped by the air injection. The experiment will discuss about the effects of wastes rsquo initial moisture content on biodrying process. By using organic waste consist of food wastes and garden wastes as feedstock, there will be 3 laboratory scale reactors with volume 168 dm3 made by styrofoam. Feedstocks were made into 3 initial moisture content variations which were 51,07, 63,96, and 71,06 wt w with air flow rate 10 L min.kg. After 21 days, it was shown that moisture content among 3 reactors are significantly different while the volatile solids are identic. Also, C N ratio, free air space and heat value change after biodrying process. Different initial moisture content causing different duration to dry the organic waste until the moistures reache."
2017
S69307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yul H. Bahar
Jakarta: Waca Utama Pramesti, 1986
628.168 YUL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Yenni Inaya
"Perilaku manusia dapat memicu peningkatan produksi sampah yang melebihi kemampuan untuk mengelola dan membuang sampah yang dihasilkan. Tanggung jawab pengelolaan sampah rumah tangga sebagai hasil dari kegiatan sehari-hari di dalam keluarga mayoritas menjadi tanggung jawab ibu rumah tangga. Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan perilaku ibu rumah tangga dalam pemilahan sampah di Kelurahan Pondok Kelapa. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pengambilan sampel secara simpel random sampling dengan rumus uji dua proporsi sejumlah 90 sampel dipilih sesuai kriteria inklusi yaitu ibu rumah tangga di kelurahan Pondok Kelapa RW 04, 09 dan 014 yang bekerja maupun tidak bekerja. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Faktor yang mungkin berhubungan adalah umur responden, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, sarana, pengawasan dan peraturan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 52,2% ibu rumah tangga melakukan pemilahan di rumahnya. Secara statistik, ditemukan adanya hubungan signifikan pada ketersediaan sarana, pengawasan dan peraturan terhadap perilaku pemilahan sampah (p = 0,000), sementara untuk umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap dan kebiasaan tidak memiliki hubungan signifikan terhadap perilaku pemilahan sampah.

Human behavior can trigger an increase in waste production that exceeds the ability to manage and dispose of the generated waste. The responsibility for managing household waste as a result of daily activities in the majority of families is most responsibility of housewives. The main objective of this research is to describe the behavior of housewives in waste sorting in Pondok Kelapa Subdistrict. This study used a cross-sectional study design with simple random sampling with a two-proportion test formula with a total of 90 samples selected according to inclusion criteria, namely housewives in Pondok Kelapa RW 04, 09 and 014 who worked or did not work. Data collection was carried out using a questionnaire. Factors that may be related are the age of the respondent, level of education, knowledge, attitudes, habits, facilities, supervision and regulations. The results showed that 52.2% of housewives did waste sorting at their home. Statistically, it was found that there was a significant relationship between the availability of facilities, supervision and regulations on waste sorting behavior (p = 0.000), while age, education level, knowledge, attitudes and habits had no significant relationship to waste sorting behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ayu Brahmanti
"Pengelolaan sampah merupakan salah satu masalah yang pelik untuk diselesaikan pemerintah. Salah satu tempat pengelolaan sampah yang cukup mendapatkan perhatian adalah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST Bantargebang yang dimiliki oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Fungsi dari adanya tempat pengelolaan sampah terpadu tersebut untuk menampung serta mendaur ulang sampah-sampah warga DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan sampah DKI Jakarta oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST Bantargebang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Bantargebang masih belum terlaksana dengan baik dilihat dari mekanisme pengelolaan, fasilitas pengelolaan dan dampak lingkungan serta sosial.

Waste management is one of the complicated issues the government needs to deal with. One of the waste management facilities which sufficiently received concern is Integrated Waste Treatment Facility at Bantargebang. The function of the facility is to accommodate and reduce the waste of DKI Jakarta's residents. This study's purpose is to analyze the waste management in Integrated Waste Treatment Facility at Bantargebang. This study's approach is qualitative with method of depth interview and document study. The result of this study showed that waste management in Bantargebang did not fully well materialize, it shows from how the mechanism of waste management, the waste management facility, and the environmental and social impact to the people around the facility. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnowati Wahyuning Dyas Tuti
"ABSTRAK
Volume sampah di DKI Jakarta yang cukup besar sekitar 21.234: m3 per hari (1988) memerlukan pengelolaan yang lebih baik. Sedangkan sarana prasarana yang dimiliki oleh Pemda untuk mengelola sampah tersebut masih terbatas. Namun demikian Pemda tetap harus menanganinya, karena selain sampah merupakan masalah lingkungan yang cukup serius juga karena Pemda adalah pengemban fungsi "Public Service" yang harus mampu menangani kebersihan sampah secara menyeluruh. Oleh karena itu Pemda mengambil inisiatif mengadakan swastanisasi sarnpah. Keberadaan Swasta sebagai mitra Pemda dalam pengelolaan sarnpah ini sangat dibutuhkan. Dari jumlah kelurahan yang ada di DKI Jakarta sebanyak 261 kelurahan pada tahun 1988/1989 baru 8 kelurahan dan Kawasan Monas yang diswastakan, dengan dikelola oleh empat (4) Perseroan Terbatas (PT). Penambahan daerah pelayanan yang dikelola oleh Swasta kurang cepat, terbukti hingga tahun 1994/1995 baru 28 kelurahan dan Kawasan Monas sedangkan volume sampah bertambah dengan cepat dan sudah mencapai 25.715 m3 (1994/1995). Hal inilah yang antara lain mendorong Penulis memilih topik ini, bagaimanakah efektivitas pengelolaan sampah oleh Swasta ?
Tujuan penelitian ini adalah ingin mendapatkan gambaran tentang efektivitas swasta dalam mengelola sarnpah. Ingin mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektif atau tidak efektifnya pengelolaan sampah oleh Swasta. Ingin mengetahui apakah kebijaksanaan Swastanisasi pengelolaan sampah ini dapat diteruskan, ditingkatkan dan diperluas daerah pelayanannya atau justru sebaliknya. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan pada Pemerintah Daerah dalam mengevaluasi kebijaksanaan tentang Penanganan Dan Penanggulangan Sampah Oleh Swasta. Bagi Swasta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rangsangan untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi kerja. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada perkembangan Ilmu Lingkungan, khususnya pada perkembangan Menejemen Persampahan.
Untuk maksud tersebut, dilakukan penelitian pustaka, penelitian lapangan yang difokuskan pada Swasta dan Pemda di lima Wilayah Kota, dengan jenis penelitian "Policy Research" jika dilihat dari pendekatan penelitian dan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif jika dilihat dari data yang diperoleh.
Populasi penelitian ini adalah Pemda, pihak Swasta dan Rumah Tangga yang dilayani oleh Pemda maupun Swasta. Sampel ditarik dari populasi yang ada dengan Teknik "Cluster Purposif Sampling". Responden penelitian ini ditentukan dengan "Quota Random Sampling" pada karyawan PT Swasta, Pegawai Pemda dan Masyarakat yang jasa kebersihan sampahnya dilayani Swasta maupun Pemda.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan studi pustaka serta analisis dokumen mengenai pengelolaan sampah di DKI Jakarta. Cara pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis komparatif untuk membandingkan antara Swasta dengan Swasta di lima Wilayah Kota dan anatara Pemda dengan Pemda di lima Wilayah Kota dan akhirnya antara Swasta dengan Pemda.
Dari hasil analisis diperoleh temuan, bahwa secara umum ternyata Swasta lebih efektif dibandingkan Pemda, dimana dari lima Wilayah Kota, empat diantaranya mendapat nilai lebih tinggi dari Pemda. Kenyataan ini dibuktikan dengan keadaan empat wilayah kota yang cukup bersih dan rapi. sementara satu wilayah kota yaitu Jakarta Utara masih terlihat sampah menumpuk di sumber sampah dan di LPS.Dengan demikian tesis ini memberikan rekomendasi agar semakin banyak kelurahan yang diswastanisasikan jasa kebersihan sampahnya, dengan peningkatan pengawasan dari Pemda, agar yang cukup efektif meningkat menjadi sangat efektif.;

ABSTRACT
Waste volume in DKI Jakarta is tremendous (about 21.234 m 3/day) and need better management. The infrastructure owned by the Local Government to manage the waste is limited. However, the local Government cannot evade the issue. Besides an environmental problem, the local Government function is to provide public service that must be capable of handling comprehensive cleanliness. Therefore, the local Government took the initiative in privatizing waste. The presence of private enterprises as the local Government partner in managing this waste is very much needed. From amount of 261 villages in DKI Jakarta on the year 1988/1989, only 8 villages and Monas zone are privatized, the management which is carried out by some 4 limited enterprises. Adding of services area by private management is too slow until on year 1994/1995 just 28 villages and Monas zone are proved while the volume of waste increase 25.715 m3 (1994/1995) fastly. This is, among others, that pushed the author to choose this topic, how the private enterprises to waste manage effectively.
The objectives of this study are to get a picture about the effectiveness of private enterprises in managing waste. In addition, the factors influencing the effectiveness or ineffectiveness of waste management by private enterprises, the privatization policy on waste management, could it be continued, promoted or their services extended to other areas or the reverse should be done. This study is hoped to be useful as input to the local Government in assessing its policy on handling and solving the waste problem by private enterprises.
For the enterprises, this study may be used as a stimulus to raise their work effectively and efficiency. The results of this study may contribute to the development of environmental science, especially the development of waste management.
To achieve results, literature study, field study focused on both private and government in five municipalities were undertaken. The approach taken was policy research. However, seen from the data obtained, it is a qualitative and quantitative study.
The population of this study is the local government and private enterprises and the households served by both the local government and private enterprises. The sample was taken by cluster purposive sampling technique. The respondents in this study were deter-mined by quota random sampling on personnel of PT Swasta, local government and the community whose waste cleanliness was served by either of the two.
Data collection technique was by using a questionnaire as instrument, interview, observation and literature study as well as documentary analysis on the management of waste in DKI Jakarta. The processing and analysis of data were carried out by comparative analysis to compare private and government achievements in the five municipalities and finally between the private enterprises and local government.
The findings obtained include that; in general, private enterprises are more effective compared to the local government. In the five municipalities, four have scored higher than the local government. This fact was proven that four municipalities are clean and ordered, whereas one municipality, namely North Jakarta, showed heaped of waste at the source and temporary locations. It is therefore recommended that more villages became privatized in the field of waste cleansing service. With increasing supervision from the local administration, the sufficiently effective accomplishment would eventually be fully effective.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Jansen Oloan
"Gedung gedung perkantoran yang terdapat di Jakarta adalah penyumbang potensial dalam menambah beban timbulan sampah Pemda DKI Jakarta. Hingga saat ini belum satupun gedung atau kawasan perkantoran yang menerapkan sistem pengelolaan sampah terpadu, sehingga timbulan sampah dari gedung atau kawasan perkantoran cukup besar volumenya.
Persepsi dan pemahaman pengelola gedung dan masyarakat umumnya tentang pengolahan sampah adalah suatu investasi yang mahal dan merepotkan, menyebabkan pengelola tidak mau mengolah sendiri sampahnya. Untuk mengurangi beban sampah ini dibutuhkan inovasi dan strategi pengelolaan sampah terpadu yang dapat diterima oleh semua pihak, mampu mengatasi masalah dengan meminimisasi sampah di lokasi dimaksud secara ekonomis dan berwawasan lingkungan, biaya operasi dan pemeliharaan yang tidak terlalu membebani pengelola gedung, serta dapat dioperasikan dengan mudah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan altematif teknologi pengolahan sampah terpadu yang berwawasan lingkungan dan dari segi kelayakan proyek dapat diterapkan di gedung perkantoran di DKI Jakarta, khususnya di Gedung BPPT. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi bagi pengelola gedung, masyarakat dan pengusaha tentang teknologi pengolahan sampah terpadu yang sesuai untuk diterapkan gedung-gedung perkantoran di DKI Jakarta, dapat dikelola secara mandiri dan berwawasan lingkungan.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder adalah pengujian langsung terhadap jumlah timbulan sampah, komposisi sampah, dan komposting. Data proyeksi untuk mengkaji kelayakan proyek teknologi pengolahan sampah terpadu di Gedung BPPT menggunakan survei dengan teknik wawancara langsung kepada pengelola gedung, Perusahaan jasa kebersihan yang merupakan rekanan dari BPPT, pakar dibidang persampahan yang berkantor di BPPT. Selain itu dilakukan juga pengambilan kuesioner untuk mengetahui respon dan persepsi pegawai BPPT terhadap alternatif teknologi pengolahan sampah terpadu yang direncanakan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan proyek yang diperluas dengan memasukkan unsur-unsur lingkungan (extended benefit cast analysis) dan analisis ekonomi.
Gedung BPPT merupakan salah satu gedung perkantoran yang terletak di Jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat, memiliki 1 (satu) TPS (Tempat Pengumpulan Sementara) dengan luas 25 m2 dan melayani tower 1 dan 2, kantin, parkir, dan taman dengan jumlah karyawan sebanyak 4.635 orang serta 8 (delapan) lantai perparkiran.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara langsung kepada 100 (seratus) karyawan BPPT sebagai responden, 100% mengetahui manfaat pengolahan sampah terpadu dan 85% respon dari responden baik terhadap pengolahan sampah terpadu. Respon dan persepsi pegawai BPPT terhadap keberadaan, manfaat, upaya dan hasil kegiatan pengolahan sampah terpadu, serta rencana kegiatan pengolahan sampah terpadu ini sangat baik dan bila diterapkan akan mendapat dukungan dan mudah dalam pelaksanaannya.
Rata-rata volume sampah yang masuk ke TPS setiap harinya 1,78 m3 dan berat 281.43 kg. Selain itu terdapat sampah kertas dan kardus yang diambil langsung oleh petugas kebersihan sebelum ke TPS. Sampah kertas yang diambil rata rata 700 kg/minggu dan sampah kardus sebanyak 70 kg/minggu. BJ sampah sebesar 0.158, berarti dapat dikategorikan sebagai sampah perkotaan yang memiliki kandungan komponen organik sedikit dibandingkan komponen sampah lainnya.
Komposisi sampah terdiri atas 10 komponen, yaitu sampah organik, plastik (plastik keras, plastik lunak), kertas (HVS, boncos, kardus), tekstil, kaca/gelas, kaleng, styrofoam, kayu, logam, dan campuran. Komponen sampah yang paling banyak berdasarkan % volume adalah sampah organik sebesar 21,517%, yang berasal dari kantin, sisa makanan pegawai (yang dibawa dari rumah atau dibeli dari luar kantin), dan sampah taman. Setelah itu styrofoam sebesar 17,978%., sedangkan jenis sampah yang paling sedikit adalah kaleng dan kaca/gelas sebesar 0,562%. Berdasarkan % berat, komponen sampah yang paling banyak adalah HVS 38,073 %, kemudian sampah organik sebesar 35,469%, sedangkan jenis sampah yang paling sedikit adalah logam sebesar 0,711%. Hal yang menarik bahwa sampah di gedung ini didominasi oleh styrofoam dalam % volume. Styrofoam ini berasal dari kemasan makanan, peralatan elektronik dan mebeuler. Banyaknya kemasan makanan yang terbuat dari styrofoam menggambarkan bahwa produsen makanan dan konsumennya masih memiliki kesadaran lingkungan yang rendah.
Manfaat yang diperoleh adalah total manfaat langsung dari penjualan kompos sebanyak 9.125 kg/tahun dan sampah komersil sebanyak 43.129 kg/th sebesar Rp. 40.854.000,00; serta manfaat lingkungan, yaitu ruang tidak terpakai dan selisih biaya kontrak angkutan sampah ke TPA Rp. 44.000.000,00. Biaya yang dianalisis pada penelitian ini menggunakan metode extended benefit cost analysis, yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasional dan perawatan sebesar Rp. 72.513.000,00; biaya perlindungan lingkungan Rp. 1.600.000,00; dan biaya lingkungan sebesar Rp. 2.400.000,00/th.
Berdasakan hasil perhitungan analisis proyeksi rugi/laba, terlihat bahwa usaha ini menguntungkan. Laba perusahaan sesudah pajak pada analisa ekonomi sebesar Rp. 16.840.000,00/th dan dengan memasukkan manfaat lingkungan menjadi sebesar Rp. 32.660.000,00/th. Ditinjau dari segi ekonomi dengan menganalisis kelayakan proyek, nilai NPV analisis ekonomi dan extended analysis = Rp. 44.251.000,00 dan Rp. 110.660.000,00; NBCR analisis ekonomi dan extended analysis = 2,68 dan 5,20; IRR analisis ekonomi dan extended analysis = 64% dan 124%; payback period analisis ekonomi dan extended analysis = 1 tahun 8 bulan dan 1/bulan, maka usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu gedung perkantoran ini layak dilaksanakan.
Berdasarkan kajian altematif teknologi, lingkungan, dan sosial pada penelitian ini, maka teknologi pengolahan sampah yang sesuai diterapkan di gedung BPPT adalah komposting dan sistem 3 R yang dilakukan secara terpadu. Alternatif teknologi ini akan memberikan manfaat yang terbaik secara lingkungan, sosial, dan ekonomi, karena lahan, bangunan, dan tenaga kerja yang ada dapat digunakan secara bersamaan, dapat meminimalisasi sampah yang dibuang ke TPA, menambah nilai estetika lingkungan, dan layak secara ekonomi.
Daftar Kepustakaan: 27 (1976 - 2002)

Feasibility Analysis on Integrated Solid Wastes Handling Technology of Office Buildings: Case Study in BPPT Building, Center JakartaThe office buildings in Jakarta are potential waste contributors for Pemda DKI Jakarta. Up to now there is no office building or office area has managed their solid wastes by using integrated system, hence the volume of waste is quite large.
The building management and community have a perception that the waste process is an expensive investment and also troublesome, therefore the management refused to process their building's own waste. To minimize this waste problem, an innovated and strategic integrated waste management, which accepted, by stakeholders are required, can overcome the problem through minimizing the waste economically and environmentally, with reasonable operational and maintenance cost, and can be easily operated by low skill labor.
This research purposes to find a technological alternative of integrated wastes handling based on environment standard that can be applied in Jakarta's office building, especially in BPPT building. The usage of this research are to give some information to building organizer, the community and businessmen about technology of the waste handling in office buildings in Jakarta, so it can be self handled and environmentally safe.
The experiment method is used to collect the waste volume and composition. The survey method using direct interview technique to the BPPT building manager is used to study the feasibility of the integrated waste process technology. The cleaning service company as the counterpart of BPPT is a waste expertise which office is in BPPT. The researcher also has interviewed BPPT staff members to analyze their response and perceptions about the plan.
The project feasibility with extended benefit cost analysis on environment and economic analysis is used for data processing.
BPPT Building is one among offices in MH Thamrin Street, Center Jakarta, has 25m2 TPS (collection site) and serves 1 and 2 towers, canteen, parking lot, and garden with 4.635 staffs and also has 8 floor parking lots.
The questioner and interview result of 100 BPPT staff respondents showed that 100% knew the benefit .of integrated waste handling and 85% agreed with the integrated waste handling. BPPT staffs have good responds and perceptions to the availability, benefit, effort and outcome of the integrated waste handling and they will support the program.
The average of solid waste quantity in volume is 1, 78 m3 or 281.43 kg daily. The papers and cardboard were directly taken by the cleaning service before it reaches collection site. About 700 kg papers and 70 kg cardboard are handled weekly. The density of waste is 0,158, it can be categorized to municipal waste that has lower organic components compare to others.
The wastes composition contain of 10 components, which are organic wastes (food waste), plastics of all types (hard plastic, soft plastic), paper of all types (HVS, mixed papers, cardboard, textiles, glass, cans, Styrofoam, wood, metals and mixed wastes. Based on volume percentage, the largest waste component is organic waste (21,517 %) collected from the canteen, the staffs leftovers food (which brought from home or bought from out of the canteen), and parks, followed by the Styrofoam (17,978%), and the smallest waste is cans and glasses (0,562%). Based on the weight percentage, the` largest waste is HVS (38,073%), followed by organic waste (35,468%), and the smallest is metal (0,711%). The interesting part is that Styrofoam dominates the waste from this building on volume percentage. The sources of Styrofoam are from food, electronic and furniture packages. The high used on Styrofoam food packages showed that the food producers and consumers as well have low environmental awareness.
Benefits of this project are total direct benefit estimation of compost sale (9,125 kg/year) and commercial wastes (43.129 kg/year) = Rp. 40.854.000, 00. Indirect benefit is calculated from environmental benefit, i.e. cost of effectively usage of open area and cost of contract transportation to final disposal equal to Rp. 44.000.000, 00. Cost analysis in this research used extended benefit cost analysis, which are consist of the capital cost, operating and maintenance costs are equal to Rp. 72.513.000,001year; cost of protection of environment is Rp. 1.600.000,00/year; and cost of environment is equal to Rp. 2.400.000,00/year.
Based on the result of calculating estimation profit analysis, this project has profit after tax Rp. 16.840.000,001 year and by including environmental benefit become Rp. 32.660.000,001year. Based on economic analysis of feasibility study of this project, the value of NPV economic analysis = Rp. 44.251.000, 00, and extended analysis = Rp. 110.660.000, 00; NBCR economic analysis = 2, 68 and extended analysis = 5, 20; IRR economic analysis = 64% and extended analysis 124%; payback period economic analysis = 1 year 8 months and extended analysis 11 months, this project is feasible.
Based on technology alternative, environment, and social analysis, combining 3 R systems and composting compatible to be applied as an alternative technology to solve wastes problem in BPPT. This technology gives best benefits in terms of environment, social and economic because existing land, building, man power could be used together, could minimize wastes, improve sanitation and aesthetic.
References: 27 (1976 - 2002)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Tri Wardhani
"Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian dari Metropolitan Bandung yang mengalami perkembangan pesat akibat pertumbuhan penduduk. Wilayah ini memiliki proyek hunian kota mandiri Kota Baru Parahyangan yang menjadi kompleks hunian terbesar di wilayah Bandung Raya. Sayangnya, Kota Baru Parahyangan masih belum memiliki fasilitas pengelolaan sampah anorganik yang menyebabkan sekitar 6,3 ton sampah setiap harinya langsung diangkut menuju TPA tanpa adanya proses pemanfaatan terlebih dahulu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan dan komposisi sampah, mengevaluasi sistem pengelolaan sampah, dan memberikan rekomendasi terhadap sistem pengelolaan sampah di Kota Baru Parahyangan. Pengukuran timbulan dan komposisi sampah dilakukan di TPS Kota Baru Parahyangan dengan menggunakan metode load-count analysis dan metode quartering yang mengacu pada SNI 19-3964-1994. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume sampah kawasan perumahan Kota Baru Parahyangan adalah sebesar 2,31 liter/orang/hari. Komposisi sampah kawasan perumahan terdiri dari 46,04% sampah organik; 22,83% sampah plastik, 8,88% sampah residu, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil evaluasi yang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.3/PRT/M/2013, diperoleh tingkat keberhasilan pengelolaan sampah di Kota Baru Parahyangan sebesar 83,33%. Dengan demikian, masih terdapat ruang yang perlu diperbaiki. Rekomendasi utama yang diberikan adalah mengoptimalkan sarana pewadahan dan armada pengumpul untuk mendukung program pemilahan dari sumber.

West Bandung Regency is part of the Bandung Metropolitan area experiencing rapid development due to population growth. In this area, there is Kota Baru Parahyangan, an independent city housing project, which is the largest residential complex in the Bandung Raya area. Unfortunately, Kota Baru Parahyangan still lacks facilities for managing inorganic waste, resulting in approximately 6.3 tons of waste being directly transported to the landfill every day without any prior utilization process. Therefore, this study aims to analyze the volume and composition of waste, evaluate waste management system, and provide recommendations for the waste management system in Kota Baru Parahyangan. Waste generation and composition measurements were conducted at the Kota Baru Parahyangan transfer station using the load-count analysis and quartering methods based on SNI 19-3964-1994. The results indicate that waste generations of the residential area of Kota Baru Parahyangan is 2.31 liters/person/day. Based on the evaluation referring to Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.3/PRT/M/2013, the waste management success rate in Kota Baru Parahyangan is 83.33%. Therefore, there is still room for improvement. The primary recommendation is to optimize the facilities for waste collection and the fleet of collectors to support the waste segregation program from the source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frizta Riza Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang
dilakukan untuk keberlanjutan organisasi bank sampah Malaka Sari, Duren Sawit,
Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif deskriptif. Dengan itu, penelitian ini menyajikan pemaparan
dari bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yang nyata berupa partisipasi tenaga,
waktu, pikiran, keahlian dan modal serta keterbukaan pengurus dalam berjalannya
suatu organisasi bank sampah Malaka Sari. Penelitian ini menemukan bahwa
bentuk-bentuk partisipasi tersebut mendukung keberlanjutan dari bank sampah
Malaka Sari yaitu bentuk partisipasi sebagai media sosialisasi, kegiatan yang
mendorong partisipasi untuk perkembangan organisasi bank sampah Malaka Sari,
dan mendorong keterjangkauan dalam berpartisipasi.

ABSTRACT
This study discusses the forms of community participation in the sustainability
organization of waste banks Malaka Sari, Duren Sawit, East Jakarta. This research
was conducted by using descriptive qualitative research approach. Then, this
study presents the exposure of the forms of concrete public participation in the
form of participation of energy, time, thoughts, expertise and capital also official
acceptance in the passage of a garbage bank organization Malaka Sari. The study
found that the forms of participation that supports the sustainability of the waste
bank Malaka Sari is a form of participation as a socialization, activities that
encourage participation for the development of waste bank organization Malaka
Sari, and affordability in participating."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>