Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6076 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zalfa Salsabila
"TOD Manggarai merupakan sebuah daerah pembangunan perkotaan yang didesain untuk memaksimalkan jumlah ruang perumahan, bisnis, dan rekreasi dalam jarak berjalan kaki dari transportasi umum di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan dengan penduduk mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah. Pemadatan penduduk yang tidak dapat terelakkan pada konsep TOD membuat komunitas eksisting memerlukan tempat publik yang dapat menunjang mereka pada perspektif baru. Bidang kuliner merupakan salah satu aspek penting yang melekat pada keseharian neighborhood di Jakarta dan dapat juga menjadi pemersatu penduduk pada tingkat kesejahteraan yang beragam. Manggarai Meal Centre adalah sebuah kitchen studio dengan communal kitchen sebagai program utamanya, yang berfungsi sebagai pusat komunitas untuk mengembangkan minat, bakat, dan keterampilan di bidang kuliner. Desain bangunan mid-rise ini merespons interaksi manusia dengan ruang urban, khususnya untuk penduduk yang telah direlokasi dari rumah tapak akibat perencanaan TOD. Pusat ini juga mengatasi masalah keberlanjutan dengan menangani limbah makanan yang sering terjadi dari berbagai pasar dan produsen bahan pokok di sekitar area tersebut.

Manggarai TOD is an urban development area designed to maximize the amount of residential, business, and recreational space within walking distance of public transportation in Manggarai, Tebet, South Jakarta, with a majority of low-income residents. The inevitable population density in the TOD concept requires existing communities to have public spaces that support them from a new perspective. The culinary field is an important aspect of daily life in Jakarta neighborhoods and can also unite residents of diverse socioeconomic levels. The Manggarai Meal Centre is a kitchen studio with a communal kitchen as its main program, serving as a community hub for developing interests, talents, and skills in the culinary field. The design of this mid-rise building responds to the human interaction with urban spaces, particularly for residents who have been relocated from landed houses due to TOD planning. It also addresses the issue of sustainability by tackling food waste that often occurs from various markets and staple food producers around the area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan Fachreza
"Bangunan compound ini berfungsi sebagai pusat komersial dan sosial yang terintegrasi, menonjolkan aksesibilitas dan keberlanjutan. Desainnya mencakup jalur pedestrian nyaman, ruang terbuka hijau, dan fasad dengan material lokal. Ventilasi dan pencahayaan alami meningkatkan kenyamanan. Foodcourt dengan area duduk fleksibel mendorong interaksi sosial, sementara toko-toko lokal mendukung ekonomi dan budaya lokal. Bangunan ini menggabungkan belanja, makan, dan ruang komunitas dalam satu lingkungan yang ramah lingkungan dan estetis. Manggarai Curated Compound memberikan fungsi aktifitas ruang yang menyatu antara kedua fungsi komersil lapak makanan dan juga lapak penjual barang dan baju, memberi kesan kesatuan dengan konteks fungsi blok sekitar sebagai penunjang fasilitas komersil dan leisure area pada area blok kawasan.

This compound building functions as an integrated commercial and social center, highlighting accessibility and sustainability. Its design includes comfortable pedestrian pathways, green open spaces, and a façade made of local materials. Natural ventilation and lighting enhance comfort. The food court with flexible seating areas encourages social interaction, while local shops support the local economy and culture. The building combines shopping, dining, and community spaces in an environmentally friendly and aesthetically pleasing environment. Manggarai Curated Compound provides a unified space for both food stalls and shops selling goods and clothing, giving a sense of unity with the context of the surrounding block's function as a commercial and leisure area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sagita Devi
"Gejala suburbanisasi atau urban sprawl menjadikan kawasan perkotaan meluas secara acak dan tidak terkendali ke kawasan di sekitar kota. Hal ini menyebabkan kawasan terbangun menjadi lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan penduduk sehingga jarak pergerakan yang harus ditempuh penduduk kota menjadi lebih panjang. Hal ini menyebabkan meningkatnya ketergantungan penduduk yang tinggal di pinggiran kota terhadap kendaraan pribadi yang akhirnya menyebabkan masalah lain seperti kemacetan lalu lintas, peningkatan konsumsi energi, hilangnya waktu karena terlalu lama berada di perjalanan bagi penduduk komuter, semakin sedikitnya lahan untuk berjalan kaki dan bersepeda, serta pencemaran udara yang menurunkan kualitas ruang kota.
Sebagai jalan keluar, diperlukan peningkatan terhadap fasilitas transportasi umum yang ada sehingga penduduk dapat mengurangi ketergantungan mereka terhadap kendaraan pribadi dan beralih menggunakan transportasi umum. Untuk mempermudah penduduk mencapai lokasi yang mereka tuju, terciptalah modamoda transportasi yang menjadi titik pertemuan beberapa angkutan umum yang ada. Selain itu, konsep penataan kota dengan sistem TOD (Transit Oriented Development) juga dikembangan dengan mengutamakan perbaikan di sekitar titik transit sehingga menjadi ruang publik yang nyaman.
Area transit yang menjadi ruang publik kota menjadi sebuah tempat berkegiatan bagi penduduk kota dari berbagai latar belakang. Permasalahan yang terjadi adalah seringkali terjadi privatisasi terhadap bagian dari ruang transit yang seharusnya menjadi ruang publik. Selain itu seringkali terdapat disorder seperti penyalahgunaan fungsi ruang dan penempatan sesuatu yang tidak pada tempatnya sehingga membuat ruang transit menjadi tidak teratur dan tidak nyaman bagi para penggunanya.

Suburbanisation or urban sprawl makes urban areas expanded randomly and uncontrolled into the region around the city. It causes the built area becomes greater than the population growth rate, so the distance of movement of city dwellers becomes longer. This led to the increasing dependence on private vehicles for the people who are living in the suburbs, that eventually lead to another problems such as traffic congestion, increased energy consumption, loss of time due to spending long hours in travel for commuter population, the least land for walkers and cyclists, as well as air pollution that degrade the quality of urban space.
As a way out, we need some improvements to the existing public transport facilities so that people switch to using public transportation and reduce their dependence on private vehicles. To facilitate the population reaching their destination, there are some modes of transportation which become a meeting point of several public transportations. In addition, the concept of urban settlement system with TOD (transit Oriented Development) is also developed by giving priority to transit improvements that it becomes a comfortable public space.
Transit area as a public space in the city becomes a place to do some activities for the city residents from different backgrounds. But, in public space, there are many people who place their private space in public space, and make that space as disorder space. In addition, there are also some disorder such as the transition function of space and the placement of something that is not in its place and make a transit area become irregular and inconvenient for its users.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S901
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Dimas Nugroho
"Manggarai adalah sebuah daerah yang terkenal atas dua hal: Kedudukannya dalam kota Jakarta sebagai simpul besar transportasi umum Jakarta, dan keberadaan daerah Pasar Rumput, yaitu suatu kawasan komersil yang memiliki ikatan erat dengan penjualan barang bekas berupa toilet, perabotan, kendaraan roda, dll. Maka, daerah Manggarai cocok untuk dibangun menjadi daerah TOD (Transit Oriented Development), yang mengedepankan mobilitas rakyat menggunakan transportasi alternatif, seperti kendaraan umum, ridesharing, dan berjalan kaki. Namun, lingkup daerah TOD Manggarai cukup luas dan hampir melebihi batas kenyamanan pejalan kaki. Oleh karena itu, dinilai dibutuhkan bantuan untuk menyukseskan penghubungan seluruh daerah Manggarai demi mewujudkan TOD yang baik. Bantuan ini diusulkan dalam bentuk menyediakan pusat mobilitas mobii.us yang memanfaatkan aspek komersil kendaraan roda lokal Manggarai untuk menyediakan opsi transit.

Manggarai is an area known for two things: Its position in Jakarta as one of the major transit hubs of the city, and the presence of Pasar Rumput, a grassroots commercial area with strong connections to secondhand items such as sanitary items, furniture, transportation, etc. Therefore, Manggarai is considered suitable for development into a TOD (Transit Oriented Developmen) area, which prioritises mass mobility using alternative means of transportation such as mass transit, ridesharing, and walkability. However, the size of the Manggarai TOD Area is considered borderline too large to be fully traversable by foot. Thus, the Manggarai TOD Area requires transportation alternatives within the area itself to support the growth of the far reaches of the TOD. This alternative solution is provided by the mobii.us Mobiluty Hub, connecting the secondhand transport availability in the local area with the need for faster and easier transport within Manggarai.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Rosabella Arianto
"Manggarai Community Center hadir sebagai wadah bagi masyarakat kampung wadas dan masyarakat pendatang yang akan tinggal disekitar daerah TOD manggarai untuk memiliki ruang publik yang dapat mewadahi berbagai-macam kegiatan kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan Mangarai akan berkembang menjadi kawasan TOD dimana berdasarkan data kependudukan, kepadatan penduduk di kawasan manggarai sendiri telah mencapai kurang lebih 42 ribu orang per km2. Sehingga dengan padatnya penduduk dalam kawasan tersebut menyebabkan keterbatasan ketersediaan lahan yang berujung pada minimnya ruang publik yang dapat mewadahi kegiatan kemasyarakatan. Bangunan ini diharapkan dapat mewadahi kegiatan komunal masyarakat sekitar, seperti: tempat kumpul bagi masyarakat, rapat RT/RW, bakti sosial, posyandu, bukber, acara kebersamaan warga, pemilu, donor darah dan lain sebagainya. Fasilitas yang ditawarkan dalam bangunan antara lain, ruang serbaguna, ruang membaca dan belajar, meeting room, ruang komunal dan mushola.

The Manggarai Community Center is a space designed for the residents of Kampung Wadas and newcomers who will live in the TOD Manggarai area to have a public space that can accommodate various community activities. This is because Manggarai will develop into a TOD area where, based on population data, the population density in the Manggarai area itself has reached approximately 42,000 people per km2. As a result, the dense population in the area has led to limited land availability, resulting in a lack of public spaces that can accommodate community activities. This building is expected to be able to accommodate communal activities for the surrounding community, such as: a gathering place for the community, RT/RW meetings, social services, posyandu, bukber, community events, elections, blood donation and so on. The facilities offered in the building include a multipurpose room, a reading and study room, a meeting room, a communal room and a mushola.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Wulan Sari
"Kawasan Manggarai adalah lingkungan tersibuk di Jakarta karena adanya pemukiman dan fasilitas publik. Tulisan ini adalah untuk menganalisis keamanan dan kenyamanan jalur pedestrian di daerah Manggarai berdasarkan persepsi pejalan kaki. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif melalui kuesioner kepada responden yang benar-benar dan berpotensi menggunakan jalur pejalan kaki dan didukung oleh observasi dan dokumentasi. Temuan menunjukkan bahwa hampir semua area jalur pejalan kaki membuat pejalan kaki merasa tidak aman, dan ketika berpapasan dengan kendaraan bermotor yang dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan infrastruktur untuk faktor keamananan. Pejalan kaki merasakan kehadiran pedagang kaki lima sebagai aspek kenyamanan berdasarkan fasilitas jalur pejalan kaki.

Manggarai area is the busiest zone in Jakarta due to the presence of densely populated settlements and transport facilities. This study is to analyze the safety and comfort of pedestrian pathway in Manggarai area based on the perception of pedestrians. This research uses a quantitative research design through questionnaire to the respondents who actually and potentially utilize the pedestrian path as well as supported by observation, and documentation. That almost all the pedestrian paths areas make pedestrians feel threatened whereas pedestrians occur when they are feeling threatened by the passage of motor vehicles in pedestrian pathways. Besides that, the pedestrians perceive that the presence of street foods that interfere with pedestrian paths.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Wirastomo
"Kota Tua Jakarta di tengah fungsinya seba gai tempat hidup manusia dalam melakukan kegiatan kota, juga menjadi tempat kegiatan-kegiatan perayaan. Hal ini terjadi karena Kota Tua Jakarta berisi oleh peninggalan-peninggalan arsitektur kolonial dan kebudayaannya pada masa itu sehingga menarik minat manusia untuk melakukan kegiatan wisata, salah satunya kegiatan perayaan. Tempat kegiatan perayaan yang berlangsung di ruang-ruang terbuka umun dan frekuensi kegiatannya yang tidak berlangsung setiap hari menimbulkan permasalahan perancangan sehingga perlunya ada sebuah usulan mengenal ruang yang bersifat fieksibel yang mampu menampung kegiatan perayaan, sekaligus dapat berfungsi kembali sebagai ruang kehidupan keseharian manusia di Kota.

Jakarta Old Town (Kota Tua Jakarta) has been a place for daily-urban-living. It also a place for festival activities. This is because Jakarta Old town is fulfilled by colonial architecture heritage which attracted people to do activities there, festival activity is one of them. The Festival activities are placed in public and outdoor areas and happen only on special occasions. That will cause a architectural problem which has to be solved with a flexible place that has two functions, a place for festival and every-day-living.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24279
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Revianti Oksinta
"Remaja mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dengan kelompoknya dalam mengisi waktu luang mereka. Kelompok remaja yang berkegiatan di kota memiliki tujuan untuk bertemu dengan kelompok remaja lainnya serta masyarakat luas sehingga mereka dapat menunjukkan identitas mereka bersama kelompoknya sekaligus belajar dari masyarakat kota itu sendiri. Kegiatan berkumpul yang dilakukan pada suatu ruang publik kota ini disebut sebagai kegiatan hang out. Umumnya kegiatan hang out ini dilakukan dengan disertai pengekspresian semangat dan ciri budaya populer melalui kegiatan atau ciri yang ditampilkan oleh mereka.
Ruang publik kota yang digunakan dalam melakukan kegiatan hang out mempunyai karakteristik tertentu yang berhubungan dengan kondisi fisik, psikologis dan sosial mereka sebagai remaja. Karakteristik tersebut bisa diklasifikasikan berdasarkan empat aspek, yaitu: aspek ukuran, batas, aksesibilitas dan lokasi, serta dimensi kegiatan. Sebagai studi kasus dilakukan survey untuk menelusuri kondisi pemanfaatan ruang publik terbuka oleh remaja pada tiga ruang publik terbuka di Jakarta, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, yaitu ruang luar GOR Bulungan, Taman Situ Lembang dan Taman Surapati.
Berdasarkan hasil survey dan analisis, ketiga tempat tersebut memiliki karakter serta kondisi pemanfaatan yang berbeda satu sama lain. GOR Bulungan merupakan contoh dari ruang publik yang bisa memfasilitasi remaja dalam berkegiatan hang out sekaligus mengekspresikan budaya populer mereka dalam berbagai aktivitas terutama olahraga dan seni sehingga kondisi pemanfaatannya oleh remaja pun bisa dikatakan bervariasi. Sedangkan pada Taman Surapati, sesuai dengan sifatnya sebagai one dimensional space, sangat sedikit dikunjungi. Kondisi yang bertentangan terlihat pada Taman Situ Lembang sebagai one dimensional space yang tidak sesuai dengan karakteristik ruang publik bagi remaja, tetapi justru pada kenyataannya tempat ini ramai dikunjungi oleh kelompok-kelompok remaja.
Dari kondisi yang terjadi pada beberapa ruang publik di Jakarta sehubungan dengan pemanfaatannya oleh remaja, dapat disimpulkan bahwa tidak semua karakteristik dari suatu ruang publik kota bagi remaja mutlak harus dipenuhi supaya menjadi area publik yang ramai oleh remaja.

Teenagers have tendency to crowd around their peer groups during their leisure time. Groups of teenagers who crowd in the city have purpose to meet other peer groups and wide society so they can show their group identity and also learn from the society itself. This kind of gathering activity takes place in the city public space and is called hang out. Generally, in this hang out activity, teenagers do not only gathered, but also express themselves by doing the activity and showing the feature of popular culture.
The city public space that is used by teenagers has several characteristics due to the teenager's physical, psychological and social condition. As a case study, surveys are done to three public spaces in the city of Jakarta, which are outdoor space of GOR Bulungan, Taman Situ Lembang and Taman Surapati.
Based on the surveys and analysis, these three public spaces have different characters and also different condition of the usage by the teenagers. Outdoor space of GOR Bulungan is one example of public space that can facilitate teenagers in hang out activities and the expression of popular culture, especially sport and art, all at once. Meanwhile, Taman Surapati as a one dimensional space, is less visited by the teenagers. In contradiction, Taman Situ Lembang, as a one dimensional space that is not suitable for the characteristic of public space for teenagers, is visited by many of groups of teenagers.
From these conditions, we can conclude that in Jakarta, public space doesn't have to fulfill all of the characteristics of suitable public space for teenagers in order to be a teenager's place for hang out.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nurul Aini
"ABSTRAK
Kota Tanjungpinang adalah kota pesisir yang terletak di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami fenomena pertambahan penduduk setiap tahunnya yang memicu peningkatan konversi lahan menjadi kawasan terbangun dan penggunaan transportasi. Peningkatan penggunaan transportasi diduga meningkatkan konsentrasi CO2 di udara dan turut meningkatkan suhu udara. Tingginya konsentrasi CO2 di udara dapat diturunkan melalui penyerapan CO2 oleh tumbuhan agar suhu udara kembali normal. Hanya saja, tidak semua jenis tumbuhan dapat menyerap CO2 yang sama banyaknya sehingga perlu memilih jenis tumbuhan penyerap CO2 terbanyak berdasarkan nilai serapan CO2 oleh masing-masing jenis tumbuhan per satuan waktu tertentu yang diestimasi dari volume pohon yang berkaitan dengan ukuran diameter pohon. Hasil riset menunjukkan bahwa vegetasi Taman Pamedan Ahmad Yani dengan variasi ukuran diameter antara 30-185 cm dapat menyerap CO2 yang lebih banyak (391,9 ton/menit/ha) dibandingkan vegetasi Taman Laman Boenda dengan variasi ukuran diameter antara 20-117 cm (22,47 ton C/menit/ha). Walau begitu, serapan CO2 oleh tumbuhan memberikan pengaruh sangat kecil bagi penyejukan udara. Pengembangan tumbuhan berdaun tipis yang berukuran kecil perlu dilakukan karena kondisi fisik tumbuhan tersebut memiliki kemampuan penyejukan udara yang lebih baik.

ABSTRACT
Tanjungpinang is a coastal city in Bintan Island, Riau Island Province that experiences population growth phenomenon each year that raises land conversion activity into built areas and the transportation usage among city inhabitant. The raising of transportation usage was assumed to be the driving factor of high air temperature within city area and needs to be tackled by absorbing CO2 to reduce its concentration in the atmosphere and normalize air temperature. Unfortunately, the CO2 absorption capability of each species is varied, so it is necessary to select some species with the capability of absorbing much CO2 per specific time by estimating the trees volume. The findings indicate that vegetation within Pamedan Ahmad Yani Park (30-185 cm dbh) could absorb much CO2 (391,9 ton/minute/ha) than vegetation within Laman Boenda Park (22,47 ton C/minute/ha). Nevertheless, CO2 absorption by plants provides minor effect on cooling effect. Expanding plantation cover with thin-small sized plants leaves is highly recommend to be employed immediately because it has the better capability of cooling down the air temperature."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Ilmu Lingkungan, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Hafidaty Rahma Kautsar
"Pembangunan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) ditahun 1970-an meningkat dratis karena didukung pemerintah melalui Nota Dinas Gubernur DKI Jaya (DKI Jakarta), sehingga banyak taman (ruang terbuka hijau atau RTH) dialihfungsikan menjadi SPBU. Kini untuk memenuhi target RTH (13,94% RTH berdasarkan RTRW DKI Jakarta 2010), kebijakan tersebut berubah melalui Keputusan Gubernur Nomor 728 tahun 2009 dan Instruksi Gubernur Nomor 75 tahun 2009. Tercatat 27 unit SPBU harus dikembalikan fungsi lahannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian alihfungsi SPBU-Taman menjadi RTH berdasarkan pendekatan site and situation. Penelitian dibatasi pada SPBU-SPBU yang belum sepenuhnya menjadi RTH. Metode yang digunakan adalah kombinasi metode AHP dan metode rangking. Site untuk variabel rawan banjir, luas dan status SPBU, status tanah. Situation untuk variabel ruang publik lain, ketersediaan SPBU lain, pelayanan SPBU, segmen jalan, dan proporsi ruang terbangun. Analisa penelitian menggunakan analisa deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tiga dari lima SPBU sesuai dialihfungsikan menjadi taman (RTH).

The construction of public refueling stations (gasoline stations) in 1970 increased drastically due to the government support through a Memorandum Office of the Governor of DKI Jaya (DKI Jakarta), which lead to a number of the park (green open space or RTH) converted into a gasoline station. Now, to meet the target of RTH (13.94% RTH based RTRW DKI Jakarta 2010), the policy was replaced by Decree No. 728 of 2009 and Governor Instruction No. 75 of 2009. It was recorded that land function of 27 gasoline stations unit must be returned.
The aim of this study is to determine the suitability of change of function of gasoline stations-Park with green open space using site and situation based approach. The method used is a combination of AHP and ranking method. Site for flood-prone variable, space of the gasoline station, the status of the land. Situation for variables of other public space, the availability of other gasoline stations, service gasoline stations, road segments, and the proportions of the room built. Analysis of the research used quantitative descriptive analysis. The results showed that three of the five gasoline stations were suitably to be converted into a green open space (RTH).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>