Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168484 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mega Maharani
"Keberadaan Antimicrobial Resistance (AMR) di lingkungan mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu. AMR mulai ditemukan terkandung pada air tanah sebagai salah satu pencemar mikrobiologis. Kota Metro sebagai mayoritas pengguna air tanah dari sumur bor dan gali, yakni mencapai 90% perlu waspada terhadap keberadaan AMR. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi E. coli dan E. coli resistan terhadap cefotaxime serta rasio perbandingannya, menganalisis pengaruh faktor curah hujan, suhu, kelembaban, pH, total padatan terlarut, dan kekeruhan terhadap kadar konsentrasi, serta memberikan rekomendasi tindakan pengelolaan air tanah berdasarkan prevalensi bakteri E. coli dan E. coli resistan di Kota Metro. Penelitian ini dilakukan di 11 lokasi selama bulan November – Februari menggunakan IDEXX Colilert-18 dan Quanti-Tray/2000 untuk mendeteksi konsentrasi E. coli dan E. coli resistan melalui penggunaan antibiotik cefotaxime. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 67% air tanah mengandung E. coli dan sebanyak 27% di antaranya bersifat resistan terhadap cefotaxime. Persentase keberadaan (1) E. coli dan (2) E. coli resistan dengan kategori risiko sangat tinggi (>100 MPN/100 ml) mencapai (1) 24% dan (2) 0%; risiko tinggi (>10 – 100 MPN/100 ml) (1) 13% dan (2) 2%; risiko menengah (1 – 10 MPN/100 ml) (1) 31% dan (2) 16%; dan risiko rendah (<1 MPN/100 ml) (1) 33% dan (2) 82%. Peningkatan konsentrasi E. coli berkorelasi dengan faktor curah hujan, suhu, dan kekeruhan sedangkan peningkatan konsentrasi E. coli resistan berkorelasi dengan faktor curah hujan. Hubungan korelasi didapatkan melalui uji peringkat Spearman berdasarkan signifikansi (p-value) < 0,05. Berdasarkan hasil prevalensi, masyarakat dapat meminimalisasi konsentrasi dengan cara memodifikasi kondisi fisik sumur agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian PUPR dan SNI. Masyarakat juga dapat menggunakan filter sederhana, misalnya filter granular untuk memfiltrasi air sebelum digunakan. Walaupun langkah tersebut dilakukan, perlu diingat bahwa terdapat faktor pengaruh lain yang dapat memengaruhi konsentrasi E. coli dan E. coli resistan, salah satunya adalah kontaminan di sekitar sumur, seperti feses manusia, feses hewan ternak, dan sisa air buangan rumah tangga. Maka, peran pemerintah dalam penyediaan layanan fasilitas air bersih menjadi salah satu langkah untuk mengurangi penggunaan air tanah yang terkontaminasi.

The prevalence of Antimicrobial Resistance (AMR) in the environment has been increasing over time. AMR has been detected in groundwater as one of the microbiological pollutants. Metro City, where the majority relies on groundwater from boreholes and wells, accounting for 90%, must be vigilant against AMR. This study aims to analyze the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli, along with their ratio, to analyze the influence of rainfall, temperature, humidity, pH, total dissolved solids, and turbidity on concentration levels, and to provide recommendations for groundwater management based on the prevalence of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli in Metro City. The research was conducted at 11 locations from November to February using the IDEXX Colilert-18 and Quanti-Tray/2000 to detect the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli through the use of antibiotics. The results showed that 67% of the groundwater contained E. coli, with 27% being resistant to cefotaxime. The percentage of presence of (1) E. coli and (2) cefotaxime-resistant E. coli with very high-risk categories (>100 MPN/100 ml) reached (1) 24% and (2) 0%; high risk (>10 – 100 MPN/100 ml) (1) 13% and (2) 2%; moderate risk (1 – 10 MPN/100 ml) (1) 31% and (2) 16%; and low risk (<1 MPN/100 ml) (1) 33% and (2) 82%. The increase in E. coli concentration correlated with rainfall, temperature, and turbidity, while the increase in cefotaxime-resistant E. coli concentration correlated with rainfall. Correlation relationships were determined through Spearman rank tests based on significance (p- value) < 0.05. Based on the prevalence, the community can minimize concentrations by modifying the physical conditions of wells to meet the standards set by the Ministry of Public Works and SNI. The community can also use simple filters, such as granular filters, to filter water before use. Despite these measures, it should be noted that there are other influencing factors that can affect the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli, such as contaminants around the well, such as human feces, livestock feces and household wastewater. Therefore, the government's role in providing clean water facilities becomes one of the steps to reduce the use of contaminated groundwater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Allysha Diandra
"Indonesia rentan terhadap perubahan iklim dan kualitas air tanah. Di Kota Metro, air tanah sebagai sumber air utama rentan tercemar oleh bakteri E. coli dari fasilitas sanitasi seperti cubluk dan tangki septik, terutama saat hujan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh intensitas hujan, jarak horizontal, dan muka air tanah terhadap pencemaran E. coli pada air tanah di sekitar fasilitas sanitasi di Kelurahan Yosodadi, Kota Metro. 17 sumur pantau atau piezometer diinstalasikan pada jarak horizontal 2 m dan 5 m dari tangki septik pada 3 rumah tangga. Pengujian E. coli yang berjumlah 130 dilakukan pada bulan Januari-Februari 2024 menggunakan IDEXX Colilert-18. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 3 rumah tangga, tingkat risiko pencemaran air tanah sekitar fasilitas sanitasi 24 jam setelah hujan sebesar 46% dalam kategori sangat tinggi, 17% dalam kategori tinggi, 18% dalam kategori sedang, dan 18% dalam kategori rendah. Berdasarkan uji statistik, intensitas hujan, jarak, dan muka air tanah memiliki hubungan signifikan dengan pencemaran E. coli yang terjadi di sekitar tangki septik dengan hasil p-value <0,05. Pencemaran E. coli melebihi 1000 MPN/100 mL pada air tanah sekitar fasilitas sanitasi memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk terjadi setelah kejadian hujan deras (>20 mm/jam) dibandingkan hujan ringan (<20 mm/jam). Konsentrasi E. coli pada jarak 2 m antara piezometer dengan tangki septik lebih tinggi dibandingkan pada jarak 5 m. Tinggi muka air tanah memiliki korelasi dengan pencemaran E. coli pada air tanah, konsentrasi E. coli lebih besar ketika muka air tanah tinggi. Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian hujan dapat meningkatkan pencemaran E. coli pada air tanah sehingga diharapkan ada kerjasama diantara pemerintah dan masyarakat Kota Metro untuk melakukan perbaikan terhadap konstruksi tangki septik, melakukan program pengolahan air tanah berskala rumah tangga, melakukan perubahan perilaku masyarakat dengan prinsip sanitasi aman, serta mengganti layanan air menjadi PDAM dari air tanah.

Indonesia is vulnerable to climate change and groundwater quality issues. In Metro City, groundwater, the primary water source, is prone to contamination by E. coli bacteria from sanitation facilities such as pit latrines and septic tanks, especially during rain. This study was conducted to analyze the influence of rain intensity, horizontal distance, and groundwater table on E. coli contamination in groundwater around sanitation facilities in Yosodadi Village, Metro City. Seventeen monitoring wells or piezometers were installed at horizontal distances of 2 meters and 5 meters from septic tanks in three households. A total of 130 E. coli tests were conducted in January-February 2024 using IDEXX Colilert-18. Based on the analysis conducted on three households, the groundwater contamination risk around sanitation facilities 24 hours after rain was 46% in the very high category, 17% in the high category, 18% in the medium category, and 18% in the low category. Statistical tests indicated that rain intensity, distance, and groundwater table have a significant relationship with E. coli contamination around septic tanks, with a p- value <0.05. E. coli contamination exceeding 1000 MPN/100 mL in groundwater around sanitation facilities is 3.74 times more likely to occur after heavy rain (>20 mm/hour) compared to light rain (<20 mm/hour). E. coli concentrations at a 2-meter distance between the piezometer and septic tank were higher than at a 5-meter distance. The groundwater table height correlates with E. coli contamination in groundwater, with higher concentrations when the groundwater table is high. The findings of this study suggest that rainfall can increase E. coli contamination in groundwater, so cooperation between the government and the Metro City community is needed to improve septic tank construction, implement household- scale groundwater treatment programs, promote safe sanitation practices, and switch from groundwater to PDAM water services."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Allysha Diandra
"Indonesia rentan terhadap perubahan iklim dan kualitas air tanah. Di Kota Metro, air tanah sebagai sumber air utama rentan tercemar oleh bakteri E. coli dari fasilitas sanitasi seperti cubluk dan tangki septik, terutama saat hujan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh intensitas hujan, jarak horizontal, dan muka air tanah terhadap pencemaran E. coli pada air tanah di sekitar fasilitas sanitasi di Kelurahan Yosodadi, Kota Metro. 17 sumur pantau atau piezometer diinstalasikan pada jarak horizontal 2 m dan 5 m dari tangki septik pada 3 rumah tangga. Pengujian E. coli yang berjumlah 130 dilakukan pada bulan Januari-Februari 2024 menggunakan IDEXX Colilert-18. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 3 rumah tangga, tingkat risiko pencemaran air tanah sekitar fasilitas sanitasi 24 jam setelah hujan sebesar 46% dalam kategori sangat tinggi, 17% dalam kategori tinggi, 18% dalam kategori sedang, dan 18% dalam kategori rendah. Berdasarkan uji statistik, intensitas hujan, jarak, dan muka air tanah memiliki hubungan signifikan dengan pencemaran E. coli yang terjadi di sekitar tangki septik dengan hasil p-value <0,05. Pencemaran E. coli melebihi 1000 MPN/100 mL pada air tanah sekitar fasilitas sanitasi memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk terjadi setelah kejadian hujan deras (>20 mm/jam) dibandingkan hujan ringan (<20 mm/jam). Konsentrasi E. coli pada jarak 2 m antara piezometer dengan tangki septik lebih tinggi dibandingkan pada jarak 5 m. Tinggi muka air tanah memiliki korelasi dengan pencemaran E. coli pada air tanah, konsentrasi E. coli lebih besar ketika muka air tanah tinggi. Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian hujan dapat meningkatkan pencemaran E. coli pada air tanah sehingga diharapkan ada kerjasama diantara pemerintah dan masyarakat Kota Metro untuk melakukan perbaikan terhadap konstruksi tangki septik, melakukan program pengolahan air tanah berskala rumah tangga, melakukan perubahan perilaku masyarakat dengan prinsip sanitasi aman, serta mengganti layanan air menjadi PDAM dari air tanah.

Indonesia is vulnerable to climate change and groundwater quality issues. In Metro City, groundwater, the primary water source, is prone to contamination by E. coli bacteria from sanitation facilities such as pit latrines and septic tanks, especially during rain. This study was conducted to analyze the influence of rain intensity, horizontal distance, and groundwater table on E. coli contamination in groundwater around sanitation facilities in Yosodadi Village, Metro City. Seventeen monitoring wells or piezometers were installed at horizontal distances of 2 meters and 5 meters from septic tanks in three households. A total of 130 E. coli tests were conducted in January-February 2024 using IDEXX Colilert-18. Based on the analysis conducted on three households, the groundwater contamination risk around sanitation facilities 24 hours after rain was 46% in the very high category, 17% in the high category, 18% in the medium category, and 18% in the low category. Statistical tests indicated that rain intensity, distance, and groundwater table have a significant relationship with E. coli contamination around septic tanks, with a p- value <0.05. E. coli contamination exceeding 1000 MPN/100 mL in groundwater around sanitation facilities is 3.74 times more likely to occur after heavy rain (>20 mm/hour) compared to light rain (<20 mm/hour). E. coli concentrations at a 2-meter distance between the piezometer and septic tank were higher than at a 5-meter distance. The groundwater table height correlates with E. coli contamination in groundwater, with higher concentrations when the groundwater table is high. The findings of this study suggest that rainfall can increase E. coli contamination in groundwater, so cooperation between the government and the Metro City community is needed to improve septic tank construction, implement household- scale groundwater treatment programs, promote safe sanitation practices, and switch from groundwater to PDAM water services."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kintari Faza
"Kota Bekasi memiliki cakupan pelayanan PDAM hanya sebanyak 40% pelanggan. Pelayanan air bersih yang belum menyeluruh menyebabkan masyarakat di Kota Bekasi menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih dan air minum. Pembangunan maupun pengelolaan sumur yang tidak tepat dapat menyebabkan air tanah rentan terkontaminasi E. coli. Penelitian ini dilakukan, untuk mengetahui kualitas air tanah dan air minum di musim kemarau, pada parameter pH, TDS, Total Coliform, dan E. coli. Pengujian konsentrasi Total Coliform dan E. coli menggunakan metode Most Probable Number (MPN), dengan menggunakan IDEXX Colilert-18. Tujuan kedua, yaitu melakukan analisis faktor yang mempengaruhi E. coli, seperti jenis sumur, jarak sumur dan tangki septik, dan kejadian hujan 1 - 7 hari sebelum pengambilan sampel. Selain itu, perbandingan konsentrasi E. coli dilakukan pada air tanah dan air minum di musim kemarau dan musim hujan dengan metode Wilcoxon. Berdasarkan hasil pengecekan, didapatkan rata-rata kualitas air bersih dan air minum secara berurutan sebagai berikut: (1) rata-rata pH sebesar 5,9 dan 7; (2) konsentrasi Total Coliform memiliki rata-rata sebesar 775,9 MPN/100 mL, dan 805,4 MPN/100 mL; (3) rata-rata konsentrasi E. coli adalah sebesar 158,1 MPN/100 mL dan 10,56 MPN/100 mL; (4) dan rata-rata TDS sebesar 155 Mg/l dan 112 Mg/l. Ketiga lokasi studi memiliki 52% E. coli >100 MPN/100 mL di musim kemarau. Pengolahan data menggunakan Generalized Linear Model memiliki hasil, bahwa sumur gali berpotensi meningkatkan E. coli ≥1 MPN/100 mL sebanyak 0,309 kali lebih besar dibandingkan sumur bor. Kejadian hujan 3 hari sebelum pengambilan data terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap E. coli >10 MPN/100 mL, yaitu sebanyak 3,480 kali lebih besar saat tidak terjadinya hujan. Pengolahan data menggunakan Wilcoxon menghasilkan adanya hubungan variasi musim terhadap tingkat E. coli di Kelurahan Jatirangga pada sumber air bersih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, TDS dan pH pada sumber air bersih dan air minum memenuhi standar baku mutu. Variabel sumur gali dan tidak terjadinya hujan saat 3 hari sebelum pengambilan data, memiliki potensi peningkatan konsentrasi E. coli di musim kemarau. Adapun strategi dalam pengelolaan sumber air bersih dan air minum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan daerah sekitar sumur, kebersihan wadah, dan pembangunan infrastruktur sanitasi yang baik. Selain itu, untuk mengoptimalkan pengurangan E. coli dapat menggunakan ozone generator pada kedua sumber.

Bekasi City only has covered 40% of PDAM service. Clean water services that have not been comprehensive have caused people in Bekasi City to use groundwater as a source of clean water and drinking water. Construction or proper management of wells can make the soil vulnerable to E. coli contamination. This research was conducted to determine the quality of groundwater and drinking water in the dry season, on the parameters of pH, TDS, Total Coliform, and E. coli. Testing the concentration of Total Coliform and E. coli using the Most Probable Number (MPN) method, using IDEXX Colilert-18. The second objective was to analyze the factors that influence E. coli, such as the type of well, the distance between the well and the tangki septik, and the event of rain 1-7 days before sampling. In addition, comparisons of E. coli concentrations were carried out in groundwater and drinking water in the dry and rainy seasons using the Wilcoxon method. Based on the inspection, the average quality of clean water and drinking water is obtained sequentially as follows: (1) average pH of 5.9 and 7; (2) the concentration of Total Coliform has an average of 775.9 MPN/100 mL, and 805.4 MPN/100 mL; (3) the average concentration of E. coli was 158.1 MPN/100 mL and 10.56 MPN/100 mL; (4) and the average TDS of 155 Mg/l and 112 Mg/l. The third study site had 52% E. coli >100 MPN/100 mL in the dry season. Data processing using the Generalized Linear Model has the result that dug wells can increase E. coli 1 MPN/100 mL 0.309 times greater than drilled wells. The incidence of rain 3 days before data collection proved to have a significant effect on E. coli >10 MPN/100 mL, which was 3,480 times greater when there was no rain. Data processing using Wilcoxon resulted in a relationship between seasonal variations and the level of E. coli in Jatirangga Village on clean water sources. Thus, it can be said that TDS and pH in clean water sources and drinking water meet quality standards. Variable dug wells and the absence of rain during 3 days before data collection, have the potential to increase the concentration of E. coli in the dry season. The strategy for managing clean water and drinking water sources can be done by maintaining the cleanliness of the area around the well, the cleanliness of the container, and the development of good sanitation infrastructure. In addition, to optimize the reduction of E. coli can use an ozone generator in the second source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrina Rasyada
"

Air tanah Kota Bekasi dan Metro mayoritas digunakan sebagai bahan baku air bersih dan minum. Terdapat beberapa permasalahan air tanah kota penelitian, yaitu kandungan bakteri, besi, dan asam organik tinggi. Penelitian WFW pada tahun 2020-2022 berupa data kualitas air tanah WFW berupa TDS, kekeruhan, TC, Escherichia Coli, pH, dan temperatur diuji dengan hasil kuesioner, yaitu faktor ekonomi (pengeluaran masyarakat per bulan dan kepemilikan hewan ternak), sosial (pendidikan, kepemilikan rumah, dan jumlah penghuni rumah), dan lingkungan (kepemilikan toilet, metode penyediaan air tanah, dan pengosongan tangki septik), dan persepsi dan tingkat kepuasan. Penelitian menggunakan analisis statistik (analisis deskriptif, t-test paired sample, crosstabs, Spearman Rank, dan regresi biner) dan studi literatur. Analisis deskriptif menghasilkan parameter di musim berbeda memiliki nilai berbeda. T-test paired sample Kota Bekasi (E. Coli, TC, dan pH) menghasilkan nilai Sig. (2 tailed) < 0,05 atau terdapat perbedaan parameter di beda musim. Uji crosstabs dilaksanakan untuk mengetahui variansi data faktor penelitian. Uji Spearman dan regresi biner menghasilkan hanya faktor metode pengambilan air tanah berkorelasi dengan parameter pH, temperatur, dan TC dengan nilai Sig. (2 tailed) < 0,05. Rekomendasi metode penyediaan air tanah berupa borehole dan protected well.


The majority of Bekasi City and Metro ground water is used as a raw material for clean and drinking water. There are several problems with the research city groundwater, namely the high content of bacteria, iron, and organic acids. WFW research in 2020-2022 in the form of WFW groundwater quality data in the form of TDS, turbidity, TC, Escherichia Coli, pH, and temperature were tested with the results of a questionnaire, namely economic factors (monthly community spending and livestock ownership), social (education, house ownership, and number of occupants), and environment (toilet ownership, methods of groundwater supply, and emptying of septic tanks), and perceptions and levels of satisfaction. The study used statistical analysis (descriptive analysis, paired sample t-test, crosstabs, Spearman Rank, and binary regression) and literature studies. Descriptive analysis produces parameters in different seasons have different values. T-test paired samples of Bekasi City (E. Coli, TC, and pH) yielded Sig. (2 tailed) < 0.05 or there are different parameters in different seasons. The crosstabs test was carried out to determine the variance of the research factor data. Spearman's test and binary regression yielded only groundwater abstraction method factors correlated with pH, temperature, and TC parameters with Sig values. (2 tailed) < 0.05. Recommendations for groundwater supply methods are in the form of boreholes and protected wells.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gitta Reno Cempako
"ABSTRAK
Latar belakang: Anak dengan gizi buruk tak hanya rentan terhadap infeksi, keparahan infeksi dan angka kematian akibat infeksi juga meningkat. Sefotaksim merupakan antibiotik empiris yang paling sering digunakan pada anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM tanpa melihat status gizi. Hingga saat ini data mengenai rsepon terhadap sefotaksim pada anak gizi buruk di RSCM serta fokus infeksi dan etiologinya masih terbatas. Tujuan: Mengetahui respon pemberian antibiotik sefotaksim sebagai terapi empiris pada anak gizi buruk yang dirawat inap berikut karakteristik, fokus infeksi, profil kuman dan sensitifitasnya terhadap sefotaksim. Metode: Penelitian prospektif observasional pada anak gizi buruk usia 10 ?g/L dan juga semua subyek dengan HIV positif yang mengalami sepsis tidak berespon dengan terapi sefotaksim. Simpulan: Enam puluh lima persen infeksi pada anak gizi buruk tidak memberikan respon terhadap terapi empiris sefotaksim. Antibiotik sefotaksim sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi empiris pada anak gizi buruk dengan sepsis berat atau HIV positif yang mengalami sepsis.
ABSTRACT Background Children with severe malnutrition is vulnerable to infection, increase in its severity and death rate. Cefotaxime has been widely used as empirical antibiotic for children in Cipto Mangunkusumo General Hospital, regardless their nutritional status. However there is little data about etiology of infection in our population and the response to empirical antibiotic cefotaxime. Aim To evaluate the response to empirical antibiotic cefotaxime in children with severe malnutrition, its characteristic, diagnosis of infection, and antibiotic susceptibility profile. Method Children 18 year old hospitalized from October to December 2016 with severe malnutrition and received cefotaxime as empirical antibiotic were included and followed for 5 days. A clinical examination, complete blood count, urinalysis, procalcitonin PCT , c reactive peptide CRP , blood and urine culture were performed systematically on admission. Stool and sputum culture were also done as indicated. Repeated PCT and CRP were done between day 3 to 5. Result Among 40 children included in the study, 50 has more than one infection. The most frequent infection is urinary tract infection 50 , followed by pneumonia 47,5 and acute diarrhea 32,5 . Blood culture was positive only in 4 subjects, 4 5 isolates were gram positive bacteria. Escherecia coli was the most common pathogen in urine 30 . Only 9,5 of all isolated bacteria were sensitive to cefotaxime. Overall, only 35 responded to antibiotic cefotaxime. All patient with PCT 10 g L on admission, and those with HIV positive and sepsis did not respond. Conclusion Sixty five children with severe malnutrition and infection did not respond to empirical antibiotic cefotaxime. Clinician must reconsider giving cefotaxime as empirical antibiotic in severely malnourished children, especially those with severe sepsis and HIV with sepsis.
"
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Tri Ambarwati
"Cekungan Air Tanah Jakarta merupakan daerah penyimpan air tanah yang memiliki manfaat sebagai sumber air baku pemenuhan segala kebutuhan air bersih di DKI Jakarta dan sekitarnya. Penggambaran kondisi potensi air tanah di CAT Jakarta perlu dilakukan untuk mengetahui potensi air yang tersimpan mengalami kondisi berlebih (surplus) atau mengalami kondisi kekurangan sumber daya air tanah (defisit). Dalam penelitian ini, dilakukan analisis potensi cadangan air tanah berdasarkan analisis menggunakan Metode Thiessen Polygon untuk memperoleh cakupan area luasan hujan, Metode Modifikasi Penman untuk mengetahui besar nilai evapotranspirasi potensial, dan Metode F.J. Mock untuk mengetahui besar nilai neraca air di CAT Jakarta. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data curah hujan, data klimatologi (data suhu udara, lama penyinaran matahari, kelembapan udara relatif, kecepatan angin rata-rata, dan letak stasiun pengukuran), data tutupan lahan, dan data kependudukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi geologi (porositas) terhadap besar ketersediaan air tanah, mengetahui besar potensi debit ketersediaan air tanah di CAT Jakarta sebagai pemenuh kebutuhan air bersih di DKI Jakarta dan sekitarnya, dan mengetahui kondisi indeks kekritisan air tanah di CAT Jakarta. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi untuk kondisi cadangan air tanah di CAT Jakarta sebagai upaya konservasi dan mengontrol penggunaan air tanah di CAT Jakarta. Berdasarkan hasil analisis perhitungan neraca air, diperoleh potensi air tanah di CAT Jakarta mengalami kondisi defisit/kekurangan sumber daya air dengan debit sebesar -875.330.761,41 m3/tahun pada tahun 2019. Debit kebutuhan air tanah untuk kebutuhan domestik di CAT Jakarta mencapai angka sebesar 1.031.257.969,5 m3/tahun pada tahun 2018. Kondisi air tanah di CAT Jakarta pada tahun 2016 – 2020 berada dalam kondisi indeks kekritisan air >100% yang terklasifikasi ke dalam kondisi sangat kritis. Disimpulkan bahwa potensi air tanah di CAT Jakarta tidak mampu memenuhi kebutuhan air domestik di DKI Jakarta dan sekitarnya serta kondisi di mana air tanah tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga membutuhkan sumber air bersih alternatif sebagai pemenuh kebutuhan air domestik.

The Jakarta Groundwater Basin is a groundwater storage area that has benefits as a source of raw water to meet all clean water needs in DKI Jakarta and its surroundings. It is necessary to describe the condition of groundwater potential at the Jakarta CAT to determine the potential for stored water to be in excess (surplus) or experiencing a shortage of groundwater resources (deficit). In this study, an analysis of the potential for groundwater reserves was carried out based on the analysis using the Thiessen Polygon Method to obtain the coverage area of the rain area, the Penman Modification Method to determine the potential evapotranspiration value, and the F.J. Mock method to find out the value of the water balance in the Jakarta CAT. The data used in this study are rainfall data, climatological data (air temperature data, duration of sunshine, relative humidity, average wind speed, and the location of the measurement station), land cover data, and population data. This study aims to determine the effect of geological conditions (porosity) on the availability of groundwater, to determine the potential discharge of groundwater availability in the Jakarta CAT as a source of clean water in DKI Jakarta and its surroundings, and to determine the condition of the groundwater criticality index in the Jakarta CAT. This research is expected to be a recommendation for the condition of groundwater reserves in the Jakarta CAT as an effort to conserve and control the use of groundwater in the Jakarta CAT. Based on the results of the analysis of the water balance calculation, it was found that the groundwater potential in the Jakarta CAT is in a state of deficit/lack of water resources with a discharge of -875,330,761.41 m3/year in 2019. The discharge of groundwater needs for domestic needs in the Jakarta CAT reached a number of 1,031,257,969.5 m3/year in 2018. Groundwater conditions in the Jakarta CAT in 2016 – 2020 are in a condition of water criticality index >100% which is classified into very critical condition. It is concluded that the groundwater potential in the Jakarta CAT is not able to meet the domestic water needs in DKI Jakarta and its surroundings and the conditions in which groundwater cannot be utilized by the community, thus requiring alternative sources of clean water to meet domestic water needs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Tasih
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan kebijakan pengendalian pemanfaatan air tanah di Kabupaten Sukabumi dan kendala yang dihadapi dalam melakukan pengendalian. Penelitian kualitatif ini menggunakan pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Pemerintah Kabupaten Sukabumi mengeluarkan tiga kebijakan terkait pengendalian pemanfaatan air tanah. Kebijakan pertama adalah Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No 14 Tahun 2010 Tentang Air Tanah. Bagian penting dari peraturan daerah tersebut adalah perizinan, kegiatan pengendalian dan pengawasan. Kebijakan kedua adalah Peraturan Bupati No 28 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Perhitungan Nilai Perolehan Air (NPA) yang di dalamnya mengatur denda bagi pemegang izin yang menggunakan air tanah melebihi debit yang diizinkan. Kebijakan ketiga adalah Keputusan Bupati No 546.2/Kep.430- DPESDM/2013 Tentang Harga Air Baku (HAB) yang menetapkan kenaikan HAB, dan kendala yang dihadapi dalam melakukan kebijakan tersebut adalah perubahan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang berdampak pada hilangnya kewenangan Kabupaten Sukabumi dalam melakukan pengendalian air tanah.

This study describes about the policy of controlling the use of groundwater in Sukabumi and its obstacles. This study using qualitative method by in-depth interviews and literarure study. The results of this study found that the Government of Sukabumi issued Results of the study found that the Government of Sukabumi issued three related policies controlling the use of groundwater. The first policy is Local Regulation No 14 Year 2010 about Groundwater. An important part of the local legislation is the licensing, monitoring and control activities. The second policy is the Regent Regulation No 28 Year 2011 about Procedure for Calculating the Value of Acquisition of Groundwater (NPA) in which set fines for license holders who use groundwater exceed the permitted discharge. The third policy is the Regent Decree No546.2/Kep.430-DPESDM /2013 about Standard Water Price (HAB) which sets the rise of HAB, and the obstacles encountered in conducting the policy is a change of Law No. 32 of 2004 into Law No. 23 of 2014 which impact to the loss of authority in Sukabumi Regency to control groundwater.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Benyamin Suharto
"ABSTRAK
Air tanah di Kota Jakarta beberapa tahun terakhir mulai dirasakan sebagai masalah yang perlu ditangani secara serius. Masalah air tanah tersebut secara jelas terlihat dari semakin menurunnya muka air tanah, inirusi air laut yang sudah mencapai sekitar 15 km dari pantai, amblesan muka tanah di beberapa bagian kota, serta penurunan kualitas air tanah (Direktorat Gcologi Tata Lingkungan, 1995).
Dugaan kuat sampai dengan saat ini, faktor yang berpengaruh pada masalah air tanah, terutama yang menyangkut penurunan kuantitas air tanah, adalah pengambilan air tanah yang terlampau berlebihan, baik air tanah dalam maupun dangkal.
Namun sebenarnya selain pengambilan air tanah, besarnya air larian dan evapotranspirasi (penguapan total) diduga juga menjadi faktor penyebab berkurangnya simpanan air tanah.
Studi ini bermaksud meneliti sampai sejauh mana pengaruh ke-3 faktor tersebut (pengambilan air tanah, air larian dan evapotranspirasi) pada perubahan volume simpanan air tanah di Kota Jakarta. Penelitian ini ditujukan tidak saja untuk kondisi simpanan air tanah tahunan, tetapi lebih jauh diteliti juga kondisi simpanan air tanah pada bulan-bulan basah, lembab dan kering.
Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Walaupun secara tahunan dan pada bulan-bulan basah (Januari, Februari, Maret, April, Mai, Oktober, November dan Desember), simpanan air tanah di kota Jakarta mengalami suplesi (penambahan), namun pada bulan-bulan kering (Juli dan September) serta pada bulan-bulan lembab (Juni dan Agustus), simpanan air tanah mengalami deplesi (pengurangan) hampir di seluruh wilayah Jakarta
2. Untuk rata-rata tahunan di seluruh Jakarta serta pada bulan-bulan basah, faktor yang paling kuat pengaruhnya pada deplesi simpanan air tanah adalah pengambilan air tanah. Lain halnya pada bulan-bulan kering dan lembab, penguapan total (evapotranspirasi) adalah faktor yang terkuat.
3. Air larian ternyata adalah faktor yang paling kecil pengaruhnya pada deplesi simpanan air tanah dibandingkan dengan faktor evapotranspirasi dan pengambilan air tanah. Pada bulan-bulan basah misalnya, faktor ini yang semula diduga menjadi salah satu penyebab banjir (dengan anggapan semakin menciutnya area penyerapan air hujan karena semakin meluasnya permukaan tanah yang kedap air akibat pembangunan), ternyata hasil studi ini menunjukkan kenyataan yang berbeda.
Kesimpulan di atas diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi pelaksanaan upaya-upaya konservasi air tanah, antara lain dalam bentuk :
1. Pembatasan pengambilan air tanah yang perlu lebih ditingkatkan, antara lain dengan memperluas dan memperbaiki pelayanan air PAM, sehingga diharapkan pengguna air tanah akan beralih menjadi pengguna air PAM
2. Memperkecil evapotranspirasi (penguapan), yang dapat dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut :
- Penetapan luas serta pemilihan jenis tanaman yang tepat. di dalam penghijauan kota. Sebaiknya dipilih jenis tanaman yang memiliki transpirasi yang kecil, sehingga hal ini dapat memperkecil evapotranspirasi.
- Pengendalian penggunaan jenis-jenis bahan bangunan (melalui perizinan/IMB) yang dapat menyebabkan evapotranspirasi besar. Misalnya, gedung-gedung bertingkat sebaiknya tidak terlalu banyak menggunakan kaca, karena diduga kaca dapat mempercepat dan memperbesar laju evapotranspirasi.
Perlu juga diterapkan peraturan agar dilakukan penanaman tanaman menjalar pada beberapa bagian dinding gedung-gedung bertingkat, yang diduga hal ini akan memperkecil penguapan.

ABSTRACT
Groundwater in Jakarta, in the last few years, has become one of the city problems that should be handled seriously by the local government. Clearly, groundwater problems can be seen through decreasing water table, sea water intrusion that has reached about 15 km inland, land subsidence in some part of the city, and decreasing quality of groundwater (Directorate of Geology and Environment, 1995).
been predicted as one of the factors causing flood (assume that recharge area become smaller due to enlargement of built up area), in fact, this study proofed otherwise.
The conclusions above could be one input for groundwater conservation actions, such as in the form of:
1. Uncontrolled groundwater extraction should be restricted. By improving services from Pipewater Supply Company and broadening its service area, groundwater users could be motivated to become pipe water users.
2. Decreasing the evapotranspiration rate, that could be realized by these actions :
a. Establish an appropriate area for planting trees in city regreening plan. The plant in question should be selected that naturally have little transpiration, hence this could cause decrease evapotranspiration
b. Control the use of building material (through building licences/ regulations) that can cause great evapotranspiration. For instance. high rise building is prohibited in using glass at exterior walls, since glass could increase and accellerate evapotranspiration.
Regulations should be established so that building are required to be covered with creepers, which could decrease evapotranspiration.
Bibliography: 32 (1972 - 1996)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The utilization of groundwater as raw water source on east flores Nusa Tenggara was done for long time. This water spring is used for irigation purposes, donmestic use and other needs...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>