Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144941 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Raihan Mumtaz
"Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi efek konsentrasi dan temperatur pencampuran terhadap sifat rheologi dan morfologi dari campuran poly(L-lactic acid) (PLLA) dan agar-agar untuk aplikasi implan yang dapat terdegradasi. Studi ini menggunakan metode pencampuran melt-blending dengan variasi komposisi agar-agar (0%, 4%, 8%, dan 12%) pada dua suhu pencampuran berbeda, yaitu 160°C dan 180°C. Karakterisasi dilakukan melalui pengujian rheologi osilasi dan rotasional, serta pengamatan morfologi permukaan dan patahan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil pengujian menunjukkan bahwa viskositas campuran PLLA dan agar-agar menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi agar-agar dan suhu pencampuran. Pada suhu 180°C, viskositas menurun lebih signifikan dibandingkan pada 160°C. Pengujian rheologi osilasi menunjukkan bahwa modul penyimpanan (G') dan modul kehilangan (G") dari campuran cenderung menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi agar-agar, yang menunjukkan penurunan kekakuan dan peningkatan sifat viskoelastis dari material. Pengamatan morfologi permukaan dan patahan dengan SEM menunjukkan bahwa penambahan agar-agar menghasilkan distribusi partikel yang lebih homogen, tetapi juga meningkatkan jumlah retakan pada permukaan material. Pada suhu pencampuran yang lebih tinggi (180°C), material menunjukkan homogenitas yang lebih baik, namun dengan peningkatan jumlah retakan dan kekosongan (voids). Penelitian ini menyimpulkan bahwa komposisi campuran PLLA dan agar-agar serta suhu pencampuran memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat rheologi dan morfologi dari material. Campuran dengan komposisi 96% PLLA dan 4% agar-agar pada suhu 160°C menunjukkan sifat mekanik dan morfologi terbaik untuk aplikasi implan mampu luruh. Sampel P96A4T1 yang memiliki nilai torsi yang meningkat secara bertahap tetapi tetap dalam rentang yang dapat dikelola, dimulai dari nilai torsi awal adalah 204 Nm pada detik ke-17 dan mulai stabil pada detik ke-34 dengan nilai torsi sebesar 94 Nm. Selain itu, hasil SEM menunjukkan bahwa Pada P96A4T1, struktur permukaan terlihat lebih homogen dengan sedikit retakan dibandingkan dengan sampel lain.

This research aims to investigate the effects of concentration and mixing temperature on the rheological and morphological properties of poly(L-lactic acid) (PLLA) and agar blends for degradable implant applications. The study employed the melt-blending method with varying agar concentrations (0%, 4%, 8%, and 12%) at two different mixing temperatures, 160°C and 180°C. Characterization was performed through oscillatory and rotational rheology tests, as well as surface and fracture morphology observations using Scanning Electron Microscopy (SEM). The results indicated that the viscosity of the PLLA and agar blends decreased with increasing agar concentration and mixing temperature. At 180°C, the viscosity decreased more significantly compared to 160°C. Oscillatory rheology tests showed that the storage modulus (G') and loss modulus (G") of the blends tended to decrease with increasing agar concentration, indicating a reduction in stiffness and an increase in the viscoelastic properties of the material. Surface and fracture morphology observations using SEM revealed that the addition of agar resulted in more homogeneous particle distribution but also increased the number of surface cracks. At the higher mixing temperature (180°C), the material exhibited better homogeneity but with an increase in cracks and voids. The study concludes that the composition of PLLA and agar blends and the mixing temperature significantly affect the rheological and morphological properties of the material. The blend with 96% PLLA and 4% agar at 160°C exhibited the best mechanical and morphological properties for degradable implant applications. The blend of 96% PLLA and 4% agar at 160°C showed the best mechanical and morphological properties for implant shedding applications. Sample P96A4T1 had a torque value that increased gradually but remained within a manageable rang,. In addition, the SEM results show that in P96A4T1, the surface structure looks more homogeneous with few cracks compared to the other samples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Wahyu Diasmika
"Tulang tengkorak berfungsi untuk membentuk struktur kepala dan melindungi organ-organ penting di dalamnya. Keretakan tulang tengkorak dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mental, dan bahkan kematian. Polilaktida (PLA) telah menjadi salah satu bahan implan yang paling banyak digunakan untuk keretakan tulang tengkorak. Hal ini dikarenakan PLA memiliki sifat toksisitas yang rendah, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas, serta sifat mekanis yang baik. Salah satu turunan dari PLA adalah PLLA (poli(L-laktida)) dengan struktur semi-kristalin yang digunakan pada penelitian ini. PLLA tersebut perlu dilakukan alterasi supaya sifat mekanis dan sifat degradasi sesuai dengan aplikasi pelat fiksasi patah tulang kraniomaksilofasial. Bahan yang ditambahkan dalam matriks PLLA merupakan agar-agar dengan struktur amorf. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh komposisi campuran yang optimal dari variasi campuran agar-agar, yaitu 4%, 8%, dan 12%. Pencampuran menggunakan metode melt-blending yaitu mencampurkan dan mengaduk bahan dalam kondisi lelehan. Sampel dicetak dengan dimensi 80×10×4 mm sesuai standar ISO 178 untuk pengujian kekuatan tekuk polimer. Sampel dilakukan karakterisasi FTIR, TGA, DSC, three-point bending UTM. Hasil karakteriasi dengan FTIR menunjukan terdapat gugus C=O, C-H simetris dan asimetris, C-O, C-COO, serta pergeseran nomor gelombang karena pengaruh suhu yang lebih tinggi. Selain itu, karakteriasi termal TGA menunjukan bahwa campuran dengan konsentrasi agar-agar yang lebih tinggi menunjukkan degradasi yang lebih besar pada suhu campuran 180°C. Suhu yang lebih tinggi juga mempercepat degradasi agar-agar dalam campuran. Hasil DSC menunjukan bahwa semakin tinggi penambahan agar-agar dalam matriks PLLA, maka titik leleh dan %Xc dari PLLA akan semakin menurun. Hal tersebut juga berdampak dengan hasil pengujian sifat mekanis, di mana kekuatan tekuk semakin menurun seiring bertambahnya agar-agar. Nilai dari kekuatan tekuk dan regangan cenderung terus menurun dari 0,87 hingga 0,35 MPa seiring dengan bertambahnya kadar agar-agar dalam matriks PLLA baik untuk T1 (160oC) maupun T2 (180oC).

The skull functions to form the structure of the head and protect the vital organs within it. Skull fractures can cause various health issues, mental disturbances, and even death. Polylactide (PLA) has become one of the most widely used implant materials for skull fractures due to its biocompatibility, biodegradability, low immunogenicity and toxicity, and good mechanical properties. The main material used is poly(L-lactide) (PLLA) with a semi-crystalline structure. The PLLA needs to be altered to achieve the appropriate mechanical and degradation properties for craniomaxillofacial fracture fixation plates. Agar-agar with an amorphous structure is added to the PLLA matrix. This study aims to obtain the optimal composition from the variations of agar-agar mixtures, namely 4%, 8%, and 12%. The mixing is done using the melt-blending method, which involves mixing and stirring the materials in a molten state. Samples are molded to dimensions of 80×10×4 mm according to ISO 178 standards for polymer bending strength testing. The samples are characterized using FTIR, TGA, DSC, and three-point bending UTM. The FTIR characterization results show the presence of C=O, symmetric and asymmetric C-H, C-O, C-COO groups, and shifts in wave numbers due to the influence of higher temperatures. Additionally, the TGA thermal characterization shows that mixtures with higher agar-agar concentrations exhibit greater degradation at a mixing temperature of 180°C. Higher temperatures also accelerate the degradation of agar-agar in the mixture. DSC tests indicate that the higher the addition of agar-agar in the PLLA matrix, the more the melting point and %Xc of PLLA decrease. This also impacts the mechanical properties test results, where the bending strength decreases with increasing agar-agar content. In the mechanical properties test, the values of bending strength and strain tend to continuously decrease with increasing agar-agar content in the PLLA matrix for both T1 (160oC) and T2 (180oC)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh Waqyan Ghani Fahmi
"ABSTRAK
Perkembangan biomaterial berbasis Mg dan Fe dalam satu dekade terakhir telah dipelajari secara ekstensif sebagai material biodegradable untuk aplikasi medis. Namun perkembangan material ini mengalami keterbatasan atau stagnan dalam hal kesesuaiannya untuk aplikasi klinis. Dalam tiga tahun terakhir, paduan berbasis Zn mulai menjadi alternatif untuk diteliti sebagai pengganti biomaterial berbasis Mg dan Fe. Paduan berbasis Zn memiliki laju degradasi yang sedang namun memiliki sifat mekanik yang rendah, sehingga perlu ditambahkan unsur lain untuk memperbaiki sifat mekaniknya. Pada penelitian ini unsur yang ditambahkan yaitu zirkonium (Zr) dengan variasi komposisi sebesar 0.5%, 1%, dan 2%. Metode pemaduan yang digunakan yaitu pengecoran dengan temperatur sebesar 550°C. Dari hasil analisa struktur mikro, penambahan Zr pada paduan Zn akan membentuk presipitat di pinggiran dekat dengan batas butir dan semakin banyak kadar Zr yang ditambahkan, ukuran butir yang terbentuk semakin kecil. Ukuran butir dari Zn murni sampai penambahan 2%Zr secara berurutan yaitu 266.40µm, 20.16µm, 16.70µm, 15.85µm. Dari hasil analisa XRD, penambahan Zr sebesar 0.5%, 1%, 2%, akan membentuk fasa Zn dan fasa Zn22Zr. Nilai kekerasan yang dihasilkan dari Zn murni sampai penambahan 2%Zr secara berurutan yaitu 35.162HV, 41.988HV, 42.324HV, 57.112HV. Semakin banyak kadar Zr yang ditambahkan pada paduan Zn maka nilai kekerasan yang dihasilkan semakin besar.

ABSTRACT
The development of Mg and Fe based biomaterials in the past decade has been extensively studied as biodegradable material for medical applications. The development of this material is limited or stagnant in terms of suitability for clinical applications. In the past three years ago, Zn-based alloys began to be an alternative to be studied as a substitute for Mg and Fe based biomaterials. Zn-based alloys have a moderate degradation rate but have a low mechanical properties, so other elements need to be added to improve their mechanical properties. In this study the added element is zirconium (Zr) with a composition variation of 0.5%, 1%, and 2%. The alloying method used is casting with a temperature of 550°C. The results of the microstructure analysis, the addition of Zr to Zn alloys will form precipitates in the side the grain boundaries and more addition of Zr composition, the smaller grain size formed. The grain size from pure Zn until the addition of 2% Zr in sequence are 266.40µm, 20.16µm, 16.70µm, 15.85µm. The XRD analysis, from addition of Zr of 0.5%, 1%, 2%, will form the Zn phase and the intermetallic phase Zn22Zr. The hardness value obtained from pure Zn until 2% Zr in sequence are 35.162HV, 41.988HV, 42.324HV, 57.112HV. The more Zr composition are added to the Zn alloy, the greater value of the hardness formed."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hardhini
"Latar belakang: Akurasi hasil pencetakan merupakan hal penting dalam pembuatan gigi tiruan terutama pada gigi tiruan lengkap dukungan implan. Tinjauan sistematik ini disusun untuk membandingkan akurasi hasil pencetakan digital menggunakan pemindai intra oral dibandingkan dengan pencetakan konvensional.
Metode: Tinjauan sistematik ini disusun berdasarkan literatur penelitian klinis berdasarkan Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) dan teregistrasi pada PROSPERO dengan nomor CRD42023478021. Terdapat empat database dan sistem pencarian manual yang digunakan dalam periode 2008-2023. Literatur yang dievaluasi merupakan penelitian yang membahas tentang akurasi hasil pencetakan gigi tiruan dukungan implan secara digital dan konvensional yang dilakukan pada kasus dengan minimal empat implan terpasang pada rahang yang telah kehilangan seluruh gigi. Penilaian risiko bias dilakukan dengan menggunakan Cochrane RoB-2 dan ROBINS-I.
Hasil: Total 368 literatur diperoleh dari empat database dan 297 literatur diseleksi berdasarkan judul dan abstrak setelah eliminasi duplikat. Total tujuh literatur dari database memenuhi kritera inklusi dan digabungkan dengan satu literatur hasil pencarian manual. Delapan literatur dilakukan analisis. Akurasi hasil pencetakan secara tiga dimensi memiliki nilai yang bervariasi namun masih dalam rentang yang dapat diterima secara klinis (200μm). Gigi tiruan yang dihasilkan juga memiliki passive fit yang baik. Secara radiografis, mayoritas gigi tiruan yang dihasilkan tidak memiliki celah di antara superstruktur dengan implan. Hasil analisis Grading of Recommendation Assessment Development and Evaluation (GRADE) seluruh kualitas literatur yang diperoleh memiliki kualitas yang tergolong tinggi. Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis tersebut, hasil pencetakan digital memiliki keakurasian yang setara dengan pencetakan konvensional dalam aplikasi klinis.

Background: Accuracy of the impression is important in making dentures, especially in implant-supported complete dentures. This systematic review conducted to compare accuracy of digital impressions using intra-oral scanners and conventional impressions.
Method: This systematic review followed the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) and registered on PROSPERO with number CRD42023478021. Four databases and a manual search system limited to publication date 2008-2023 period. Literature evaluated based on data discusses accuracy of digital and conventional implant-supported denture impressions carried out in cases with minimum four implant on fully edentulous jaw. Risk of bias assessment was performed using the Cochrane RoB-2 and ROBINS-I.
Result: A total of 368 literature was obtained from four databases and 297 literature was selected based on title and abstract after duplicate removal. A total of seven literature from the database met the inclusion criteria and was combined with one literature resulting from a manual search. Eight literature were analyzed. Three- dimensional accuracy of impressions varies but is still within the clinically acceptable range (200μm). Dentures from all impressions also has a good passive fit. Radiographically, the majority of dentures produced do not have voids between the superstructure and the implant. Quality assessment with Grading of Recommendation Assessment Development and Evaluation (GRADE) shows high level of quality evidence for all literature.
Conclusion: Based on the results of this analysis, conventional and digital impressions results have comparable accuracy in clinical applications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Prasetyo
"ABSTRAK
Biomaterial mampu luruh berbasis Fe-Mn-C diproduksi melalui proses
metalurgi serbuk besi, mangan dan karbon diteliti dengan paduan Fe-26Mn-1,4C
dan Fe-33Mn-2,6C. Biomaterial mampu luruh berbasis Fe-Mn-C telah diteliti
dengan pengujian struktur mikro dan fasa, kekerasan Rockwell A, serta polarisasi
dan pencelupan pada larutan Hanks? dan ringer laktat. Struktur mikro dan fasa
yang terbentuk adalah austenit-ferit dengan austenit yang dominan terbentuk pada
kedua paduan. Kekerasan sampel paduan Fe-26Mn-1,4C adalah 50 HRA dan
paduan Fe-33Mn-2,6C adalah 58 HRA karena porositas yang terbentuk pada
paduan Fe-26Mn-1,4C lebih banyak (9,8%) dibandingkan dengan paduan Fe-
33Mn-2,6C (4,7%). Laju korosi yang didapatkan lebih tinggi pada paduan Fe-
26Mn-1,4C dibandingkan dengan Fe-33Mn-2,6C pada pengujian polarisasi
dengan larutan Hanks? dan ringer laktat. Laju korosi paduan Fe-26Mn-1,4C dan
paduan Fe-33Mn-2,6C pada pengujian pencelupan mengalami penurunan dengan
waktu pencelupan yang bertambah.

ABSTARCT
Biodegradable material based on Fe-Mn-C produced by powder
metallurgy process of iron, manganese and karbon is observed by Fe-26Mn-1,4C
alloy and Fe-33Mn-2,6C alloy. Biodegradable material based on Fe-Mn-C has
been studied with microstructure and phase examination, Rockwell A hardness
test and polarization and immersion test with Hanks? solution and ringer lactate.
The microstructure and phase formed is austenite-ferrite with austenite as
dominant phase on both alloys. The Rockwell A hardness for Fe-26Mn-1,4C alloy
is 50 HRA and for Fe-33Mn-2,6C alloy is 58 HRA because the porosity is higher
in Fe-26Mn-1,4C alloy (9.8%) than in Fe-33Mn-2,6C alloy (4.7%).The corrosion
rate is higher for Fe-26Mn-1,4C alloy compared to Fe-33Mn-2,6C alloy by using
polarization test with Hanks? solution and ringer lactate. The corrosion rate Fe-
26Mn-1,4C alloy and Fe-33Mn-2,6C alloy by using immersion test with Hanks?
solution is decreased while the time of immersion increased."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42285
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikbal
"ABSTRAK
Latar belakang : Keberhasilan gigi tiruan dukungan implan sangat ditentukan oleh stabilitas awal (primary stability) pada saat pemasangan, sehingga terjadi
osseointegrasi. Stabilitas tersebut dipengaruhi oleh beban oklusal yang diterima melalui restorasi sementara. Beban oklusal yang diterima implant pada , dapat secara langsung pada saat implantasi (immediateloading) atau setelah terjadi osseointegrasi (delayed loading). Masih banyak kontroversi mengenai pengaruh besar beban pada stabilitas implan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian seberapa besar pengaruh kontak oklusal pada restorasi terhadap stabilitas implan yang dipasang secara immediate loading.
Metode : Pada tiga ekor Macacafascicularis, dilakukan pemasangan Sembilan implant gigi. Segera setelah implant ditanam pada tulang, restorasi sementara dipasang pada implant dengan kontak ingan, normal dan tanpa kontak. Nilai stabilitas implant diukur menggunakan Ostell ISQ segera setelah pemasangan implan, bulan pertama dan
kedua setelah pemasangan implan.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna dari nilai
stabilitas implan (p<0,05) antara kelompok kontak oklusal normal dengan tanpa
kontak; dan kontak oklusal normal dengan kontak ringan. Namun tidak ditemukan perbedaan bermakna (p>0,05)pada kenaikan nilai stabilitas implan yang terjadi antara periode baseline, bulan pertama dan bulan kedua pada seluruh kelompok kontak oklusal.
Simpulan: Terdapat pengaruh kontak oklusal restorasi sementara pada implan yang dipasang secara immediateloading terhadap stabilitas implan dan kontak oklusal yang menghasilkan nilai stabilitas paling besar setelah pemasangan implan adalah restorasi tanpa kontak.

ABSTRACT
Introduction: successful of dental implant were determined by primary stability when placement. The stability were influnced by occlusal loading thriugh provisional restoration. There are two types of loading protocol that usually used, immediate and delayed loading. But there are still controversies about the influence of occlusal loading on implant's stability. Therefore, it was necessary to study the influence of immediate loading to implant's stability.
Method: Nine dental implants were placed on the mandibular of three Macacafascicularis. Provisional restorations with various occlusal contacts (no contact, light, and normal contact) were placed to the implant. Implant stability was measured using the Ostell ISQ three times, immediately (baseline), first month and second month after implant placement.
Result: Implant stability between implant with no occlusal contact and normal contact and also light occlusal and normal occlusal contact were found significantly different (p<0,05). However, there was no significant increased (p>0,05) found on implant stability measured at baseline, first and second month after implant placement for all occlusal contact groups.
Conclusion: There were influence of immediate loading to implant's stability and provisional restoration of implant without occlusal contact showed highest implant good stability result.
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Febriyanto Nugraha
"Polylactic acid merupakan material biopolimer yang memiliki keunggulan karena kekuatannya yang tinggi namun memiliki kekurangan yakni laju kristalisasinya yang rendah sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam proses. Penambahan plasticizer diketahui memiliki pengaruh dalam meningkatkan derajat kristalinitas polimer dan sifat termalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan diethylene glycol dibenzoate terhadap sifat termal dan derajat kristalinitas polylactic acid. Plasticizer triacetine digunakan sebagai pembanding. Proses pencampuran polylactic acid dilakukan dengan pelarut organik Dichlorometane dengan menggunakan magnetic stirrer selama 2 jam, kemudian ditambahkan plasticizer dengan persentase 0wt%, 5wt%, 10wt% dan 20wt% dengan proses mixing selama 5 menit. Seluruh sampel dilakukan proses hotpress dengan suhu 180°C dan beban 8 ton selama 5 menit.
Interaksi antara molekul polylactic acid dengan plasticizer diamati dengan uji FTIR, sifat termal dan kristalinitas polylactic acid diamati dengan uji DSC dan kristalinitas dikonfirmasi dengan XRD. Perlakuan annealing diberikan untuk melihat laju kristalisasi polylactic acid setelah penambahan plasticizer. Hasilnya, dengan penambahan diethylene glycol dibenzoate 5-20wt% memberikan perubahan sifat termal polylactic acid dengan nilai Tg dari 46,5°C menjadi 39,4-21,1°C, Tcc dari 112,8°C menjadi 107,5-84,6°C, Tm dari 170,6°C menjadi 167-160°C, dan derajat kristalinitasnya dari 5,05% menjadi 7,47-17,20%. Penambahan triacetine 5-20wt% memberikan perubahan sifat termal dengan nilai Tg dari 46,5°C menjadi 42,1-32,4°C, Tcc dari 112,8°C menjadi 100,7-88,4°C, Tm dari 170,6°C menjadi 168,3-163,1°C dan derajat kristalinitasnya 5,05% menjadi 8,38-15,05%.

Polylactic acid is a biopolymer which have an exellence strength but low rate of crystallization so it will take long cycle time in mass production. The addition of plasticizer known to have an influence in increasing the degree of crystallinity of the polymer and its thermal properties. This research aims to study the effect of the addition of diethylene glycol dibenzoate on the thermal properties and the degree of crystallinity of polylactic acid. Triacetine used as plasticizer for comparation. Polylactic acid mixed by organic solvent, Dichloromethane, by magnetic stirrer for 2 hours and then added by 0wt%, 5wt%, 10wt% and 20wt% plasticizer for 5 minutes. All of samples was hot pressed at 180°C by 8 ton load for 5 minutes.
Molecular interaction between polilactic acid and the plasticizers observed by FTIR testing, thermal properties and crystallinity of polylactic acid observed with DSC testing and confirmation by XRD. Annealing treatment given to see the rate of crystallization of polylactic acid after the addition of plasticizer. The result, diethylene glycol dibenzoate change polylactic acid thermal properties with Tg values from 46,5°C to 39,4-21,1°C, Tcc from 112,8°C to 107,5-84,6°C, Tm from 170,6°C to 167-160°C, and the degree of crystallinity from 5,05% to 7,47-17,20%. Triacetine 5-20wt% change polylactic acid thermal properties with Tg values from 46,5°C to 42,1-32,4°C, Tcc from 112,8°C to 100,7-88,4°C, Tm from 170,6°C to 168,3-163,1°C and the degree of crystallinity from 5,05% to 8,38-15,05%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E.R. Gunardi
"Abstrak
The use of levonorgestrel implants as a contraceptive method have undergone changes in the number of implants used, beginning from six rods in the early methods to two rods in the present method and have been proven effective. This study aims to evaluate the efficacy of single rod implant (Monoplant®) by measuring serum levonorgestrel concentration and cervical mucus quality.
Methods: Thirty healthy women, aged 20-40 year old, and have been proven fertile, underwent single rod implant insertion. Levonorgestrel serum levels was measured every month and cervical mucus viscosity was examined every three month, until six months.
Results: Levonorgestrel serum concentration was consistently above minimum effective level (200 pg/mL), from month 3 to 6 respectively 338.9 pg/mL, 424.8 pg/mL, 320.3 pg/mL, and 337.5 pg/mL. Almost all of the acceptors (96.7%) had good cervical mucus viscosity since three months following implant insertion.
Conclusion: Levonorgestrel serum concentration in Monoplant® users was still above minimum contraceptive level until the sixth month. Viscosity of cervical mucus increased immediately following implant insertion. This indicates that single rod levonorgestrel implant is effective as a contraceptive method.
"
Jakarta: Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2014
610 UI- MJI 23:1 (2014) (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Semiramis Zizlavsky
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Octavianus Jonathan
"ABSTRAK
Paduan biner Mg-Gd memiliki potensi sebagai material implan yang mudah larut dalam tubuh. Penambahan sedikit gadolinium dapat memperbaiki sifat mekanik dan laju korosi sehingga memenuhi syarat sebagai material implan yang sesuai kondisi tubuh. Pada penelitian ini paduan Mg-Gd diberikan perlakuan ekstrusi panas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi temperatur ekstrusi terhadap karakteristik dan mekanisme laju degradasi material Mg-1,6Gd. Karakterisasi dan mekanisme degradasi dari sampel Mg-1.6Gd didapatkan dengan dilakukan pengujian dengan beberapa metode. Karakterisasi material dianalisa menggunakan Optical Microscope , SEM, dan EDAX. Mekanisme degradasi diukur dalam larutan Kokubo Simulated Body Fluid (SBF) dengan metode EIS dan polarisasi. Sedangkan laju degradasi diuji menggunakan metode imersi dan evolusi hidrogen. Paduan Mg-1,6Gd membentuk senyawa intermetalik (Mg5Gd) menyebar di dalam dan dibatas butir untuk semua variasi temperatur ekstrusi. Penambahan temperatur ekstrusi menghasilkan ukuran butir yang lebih besar yaitu mencapai 20 untuk ekstrusi 550. Pada pengukuran laju degradasi didapatkan hasil laju degradasi terendah dimiliki sampel dengan temperatur ekstrusi 550 dengan laju degradasi mencapai 2,4 mm/year menggunakan metode imersi. Dari pengujian polarisasi dan evolusi hidrogen didapatkan seiring bertambahnya waktu perendaman laju korosi cenderung menurun dikarenakan telah terbentuk lapisan pasif. Hal ini dapat dilihat dengan adanya gerak garis anodik pada pengujian polarisasi. Penyataan ini juga didukung dengan besarnya nilai tahanan pada Rangkaian Ekuivalen berdasarkan hasil pengujian EIS.

ABSTRACT
Mg-Gd alloy has the potential as an implant material that dissolves easily in the body. The addition of a gadolinium can improve mechanical properties and reduce corrosion rate time so that it qualifies as an implant material that matches the body's condition. In this study the Mg-Gd alloy was given hot extrusion treatment. This study aims to examine the effect of extrusion temperature variations on the characteristics and mechanism of the degradation rate of Mg-1.6Gd material. The characterization and degradation mechanism of the Mg-1.6Gd sample was obtained by testing with several methods. Material characterization was analyzed using Optical Microscope, SEM, and EDAX. The degradation mechanism was measured in a Kokubo Simulated Body Fluid (SBF) solution by EIS and polarization methods. Whereas the degradation rate was tested using the immersion method and hydrogen evolution. Mg-1,6Gd alloys form intermetallic compounds (Mg5Gd) spread inside and on the grain boundaries for all variations of extrusion temperature. The higher extrusion temperature results in a larger grain size which reaches 20μm for extrusion of 550℃. In the degradation rate measurement, the lowest degradation rate is obtained by the sample with an extrusion temperature of 550 ℃ with a degradation rate of 2.4 mm/year using the immersion method. From the polarization testing and hydrogen evolution, it was found that with increasing immersion time the corrosion rate tended to decrease, because a passive layer had formed. This can be seen by the presence of anodic passive line in polarization testing. This statement is also supported by the value of the resistance in the Equivalent Circuit on the EIS test result."
[Depok;;;, ]: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>