Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66523 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bintang Knight
"Kawat bronjong adalah kawat dengan struktur anyam yang terbuat dari baja galvanis. Penggunaan kawat bronjong sering diaplikasikan sebagai pondasi ataupun penahan anti korosi untuk mencegah bencana erosi, tanah longsor, dan abrasi. Adapun baja galvanis terdiri dari baja sebagai substrat yang dilindungi oleh lapisan pelindung seng. Akan tetapi performa lapisan seng dalam melindungi baja galvanis bergantung dari beberapa faktor, salah satunya kekasaran permukaan lapisan. Pada penelitian ini akan membahas pengaruh kekasaran permukaan lapisan seng terhadap ketahanan korosi. Variabel yang digunakan terdiri dari tiga sampel (BAL, BAI, dan BJ) dengan masingmasing bentuk heliks dan non-heliks Setiap sampel memiliki nilai kekasaran permukaan masing-masing yaitu BAL (2,185 μm); BAI (2,068 μm); dan BJ (2,775 μm). Proses ketahanan korosi menggunakan metode immersion test dengan larutan korosif HCl 1 M selama 21 hari. Hasil immersion test kemudian ditimbang dan dilakukan karakterisasi menggunakan mikroskop optik (OM) dan mikroskop elektron (SEM-EDS). Berdasarkan immersion test, sampel BJ dengan bentuk heliks menghasilkan laju korosi tertinggi. Kemudian kemampuan mekanis material sebelum dan setelah korosi mengalami perubahan dalam aspek kekerasan. Pengujian kekerasan menggunakan mesin microvickers dengan indentasi 25 gf dan waktu selama 10 detik. Berdasakan hasil kekerasan, didapatkan bahwa sampel BAI dengan kandungan seng tertinggi cenderung paling lunak. Di lain sisi, produk korosi yang terbentuk di permukaan tiap sampel menyebabkan material menjadi lebih keras dan brittle.

Gabion wire is woven wire made of galvanized steel. It is often used as a foundation or corrosion-resistant barrier to prevent erosion, landslides, and abrasion. Galvanized steel consists of steel as the substrate protected by a zinc coating. However, the performance of the zinc coating in protecting the galvanized steel depends on several factors, one of which is the surface roughness of the coating. This study discusses the influence of zinc coating surface roughness on corrosion resistance. The variables used consist of three samples (BAL, BAI, and BJ) with each having both helical and non-helical forms. Each sample has a specific surface roughness: BAL (2.185 μm); BAI (2.068 μm); and BJ (2.775 μm). The corrosion resistance process uses the immersion test method with 1 M HCl corrosive solution for 21 days. The immersion test results were then weighed and characterized using Optical Microscopy (OM) and Scanning Electron Microscopy with Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Based on the immersion test, sample BJ with a helical form showed the highest corrosion rate. Subsequently, the mechanical properties of the material before and after corrosion showed changes in hardness. The hardness test used a microvickers machine with a 25 gf indentation and a dwell time of 10 seconds. According to the hardness results, sample BAI, which had a highest zinc content, tended to be the softest. On the other hand, the corrosion products formed on the surface of each sample made the material harder and more brittle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Prameswari
"Struktur baja yang dipendam dalam tanah seperti perpipaan memiliki desain pada pemakaian hingga puluhan tahun sehingga memerlukan proteksi korosi seperti lapis galvanis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas lapis galvanis pipa baja ASTM A53 terhadap ketahanan korosi pipa baja ASTM A53 di dalam tanah. Efektifitas lapis galvanis didapatkan dengan membandingkan laju korosi baja tanpa pelapis (bare steel) dengan baja lapis galvanis yang ditanam dalam dua jenis tanah yang memiliki resistivitas berbeda yaitu daerah Bekasi dan Depok dengan metode kehilangan berat (weight loss) , polarisasi serta analisa derajat kerusakan (karat) lapisan tersebut.
Hasil penelitian untuk nilai laju korosi eksternal pipa baja galvanis di kedua daerah jauh lebih rendah yaitu 0,6074 mpy untuk tanah Bekasi dan 0,5235 mpy untuk tanah Depok. Dengan demikian baja lapis galvanis lebih efektif digunakan pada aplikasi bawah tanah daripada bare steel, yang memberikan nilai laju korosi 5,7887 mpy untuk tanah Bekasi dan 6,1773 mpy untuk tanah Depok. Kerusakan lapisan Zn yang didapatkan merupakan jenis general rust dengan tingkat kerusakan skala 3 (>10-16 % rusted) hingga skala 4 (> 3,0-10 % rusted).

Structural steel buried in soil such as pipeline has a lifetime design for several years and corrosion protection, such as galvanized coating. This experiment is purposed to evaluate the effectiveness of galvanized coating in ASTM A53 steel pipe by corrosion resistant of ASTM A53 steel pipe. The effectiveness of galvanized coating is occured by comparing external corrosion rate of bare steel pipe with galvanized steel pipe which buried in two types of soil with different resistivity in Bekasi and Depok by weight loss method, polarization and analizing the degree of rusting in the coating.
The results of this experiment show that external corrosion rate of galvanized steel in both areas is significantly lower e.g 0,6074 mpy for Bekasi soil and 0,5235 mpy for Depok soil. This indicates that galvanized steel is more effective to be used in underground application than bare steel which has 5,7887 mpy for Bekasi soil and 6,1773 mpy for Depok soil. Type of zinc coating degradation is general rust with the degree of rusting scale 3 (>10 -16 % rusted) to scale 4 (> 3,0-10 % rusted).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51083
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Astuti Kurniasari
"Hot Dip Galvanizing merupakan salah satu jenis proses pelapisan baja dengan logam lain yaitu seng cair. Proses ini dilakukan dengan cara mencelupkan baja kedalam bak yang berisi seng cair. Tahapan proses galvanizing terdiri dari degreasing, pickling, fluxing, dipping dan quenching. Pembentukan fasa Fe-Zn akan terjadi selama proses galvanizing. Mekanisme pelekatan seng pada baja merupakan proses difusi. Pembentukan fasa Fe-Zn tergantung pada komposisi baja dan logam cair serta waktu pencelupan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu pencelupan dan kadar kromium yang terkandung didalam baja terhadap lapisan yang terbentuk. Baja dengan kadar kromium yang berbeda, digalvanisasi pada temperature 470°C dengan komposisi seng cair 1,5% Fe, 0,90% Pb, 0,35% Al and 97,25% Zn. Waktu pencelupan yang digunakan adalah 3, 15 dan 50 detik.
Penelitian mengenai pengaruh kromium pada baja dilakukan dengan pengujian kekerasan lapisan, ketebalan lapisan dan analisa struktur mikro. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kromium akan mempengaruhi kekerasan tetapi tidak berpengaruh terhadap ketebalan. Nilai kekerasan paling tinggi didapatkan pada baja dengan kadar 0,32 % Cr. Mekanisme kekerasan kromium pada lapisan galvanisasi adalah solid solution dengan substitusi. Ketebalan lapisan yang terbentuk tidak tergantung pada lamanya waktu pencelupan tetapi tergantung pada ketebalan sampel dan konsentrasi silikon (Si).
Penambahan 0,35% Al pada bak galvanizing, akan menghasilkan lapisan intermetalik Fe2Al5. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada mikroskop optic menunjukkan bahwa hanya pada waktu pencelupan yang sangat singkat yaitu 3 detik, fasa intermetalik terdapat pada semua sampel. Fasa ini akan mempengaruhi kekerasan lapisan dimana dihasilkan kekerasan lapisan tertinggi pada waktu celup 3 detik.

Hot Dip Galvanizing is one of steel coating process with molten zinc. This process is done by immersing steel in bath which content of liquid zinc. The steps of this process consist of degreasing, pickling, fluxing, dipping and quenching. Zinc-iron phases may develop at the steel substrate during the hot-dip galvanizing process. The mechanism of zinc plating to the steel is diffusion mechanism. The formation of Fe-Zn phase depends on many factors, such as the chemical composition of both the bath and the steel, and immersion time.
The aim of the research was to investigate the influence of both immersion time and chromium contents of the steel substrate on coating characteristics. Thus, steels which had different chromium contents, were galvanized at 470°C and the compositions of liquid metal are 1,5% Fe, 0,90% Pb, 0,35% Al and 97,25% Zn. The immersion time was varied between 3, 15 and 50 seconds.
In this study, the influence of chromium on the zinc coating was investigated with micro hardness testing, thickness testing and microstructure analysis. From the investigation showed that Chromium would affect the hardness but it did not affect the thickness. The hardness values of steel with 0,32% Cr was the highest. The hardness mechanism of chromium in coating layer was substitution solid solution. The thickness of the coatings was not strongly dependent on the immersion time but it was dependent on the thickness of steel and the concentration of Silicon (Si).
Adding 0,35% of aluminum to the galvanizing bath, will produce a thin layer of intermetallic, Fe2Al5. From the cross-section of samples were observed by optic microscopy showed that, only for very short immersion time (3 second), all of samples had intermetallic phase. This phase will affect to the hardness of the coating which in this immersion time is produced the highest value of hardness."
2008
S41720
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Windu Sari
"Metal Active Gas adalah salah satu proses pengelasan yang digunakan untuk menyambung logam yang termasuk ke dalam jenis fusion welding. Proses pengelasan ini dapat dilakukan secara otomatis maupun semi-otomatis. Dengan menggunakan logam pengisi berjenis E70S-6 dan gas CO2 sebagai pelindung. Penelitian dilakukan terhadap baja karbon rendah dengan kadar 0,12%C yang sebelumnya telah dilapis dengan menggunakan seng. Proses pelapisan yang digunakan adalah celup panas, Hot Dip Galvanizing. Pengelasan dilakukan dengan metode transfer logam: dip transfer atau semi-circuit transfer. Dengan variasi kecepatan pengelasan yaitu: 24, 26, 28 (310, 450, 486 mm/dtk). Tegangan yang digunakan yaitu 20 volt dengan arus sebesar 140 ampere. Pengujian yang dilakukan yaitu: uji tarik, uji tekuk, uji kekerasan, uji komposisi, serta pengamatan struktur mikro. Hasil yang diperoleh adalah kekuatan mekanis terbaik dimiliki oleh sambungan dengan kecepatan pengelasan tertinggi. Hasil sambungan memiliki struktur mikro yang sangat halus dan kuat. Uji kekerasan menunjukkan sampel dengan kecepata pengelasan yang tinggi memiliki nilai kekerasan yang tinggi. Uji komposisi menunjukkan adanya peningkatan kadar seng mempengaruhi sifat mekanis baja. Jika dibandingkan dengan baja karbon yang belum dicelup, maka kekuatan baja galvanis lebih rendah. adanya inklusi seng di dalam baja menurunkan nilai kuat tarik baja."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhil
"Ketahanan korosi SS 316L pada variasi konsentrasi lingkungan NaCl diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Perlakuan panas dilakukan pada suhu 1100oC. Pengamatan struktur mikro menggunakan Optical Microscope. Larutan NaCl mensimulasikan kondisi air laut tempat pengaplikasian SS316L, variasi konsentrasi larutan NaCl yaitu ; 1%, 2%, 3,5%, 4%, dan 5%. Ion klorida pada NaCl dapat menyerang lapisan pasif pada permukaan SS. Penetrasi ion klorida ini yang bepengaruh terhadap ketahanan korosi pada SS316L.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada konsentrasi 3,5% NaCl memiliki ketahanan korosi yang paling rendah. Kelarutan oksigen dalam air paling optimum pada ion Cl 3-3,5%. Pengamatan perubahan struktur mikro menggunakan larutan 3,5% NaCl sebagai pembanding ketahanan korosi sebelum dan setelah dilakukannya perlakuan panas. Hasilnya menunjukkan ketahanan korosi sesudah diberikan perlakuan panas jauh lebih rendah. Struktur mikro saat sesudah mengalami sensitasi pada batas butirnya dan ketidaksamaan besar butir.

Corrosion resistance of Austenitic Stainless Steel 316L in variation of NaCl environment was investigated using Electochemical Impedance Spectroscopy test. Heat treatment was done at temperature 1100oC. The microstructure was studied by Optical Microscopy. NaCl solution demonstrated seawater environment, conctentrations varying from 1% to 5%. Ion chloride can penetration through passive film. The penetration of chloride affected corrosion resistance of SS316L.
The result showed that the corrosion resistance of concentration of 3,5% NaCl had the lowest corrosion resistance. Optimum oxygen dissolved occured in concentration 3 ? 3,5% NaCl. The studied of changed of microstructure used 3,5% NaCl solution to compared corrosion resistance of before and after heat treatment. The result demonstrated tha corrosion resistance after heat treatment was lower than the before one. The microstructure after heat treatment suffered sensitization and dissimilarity of grain on microstructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisty Setyari Putri
"Tujuan: Mini implan ortodontik berbahan titanium alloy sebagai penjangkaran skeletal diketahui memiliki ketahanan korosi yang tinggi, namun beberapa penelitian menemukan adanya perubahan ketahanan korosi setelah berkontak dengan larutan kumur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan topografi permukaan dan perubahan komposisi elemental mini implan ortodontik titanium alloy setelah pemaparan dengan tiga jenis larutan kumur. Metode: Sebanyak 28 mini implan ortodontik dibagi menjadi empat kelompok secara merata dan direndam selama 28 hari dalam larutan klorheksidin glukonat 0.2%, sodium fluoride 0.2%, dan kitosan 1.5%, dan air destilasi. Topografi permukaan bagian kepala dan leher mini implan ortodontik diperiksa menggunakan scanning electron microscopy (SEM) dan komposisi elemental dinilai menggunakan energy-dispersive x-ray spectroscopy energi (EDS). Hasil: Topografi permukaan mini implan ortodontik pada semua kelompok menunjukkan beberapa iregularitas permukaan karena cacat manufaktur, tetapi tidak ditemukan korosi celah maupun korosi lubang. Mini implan ortodontik yang direndam dalam kitosan menunjukkan permukaan yang lebih halus. Komposisi elemental hanya menunjukkan perbedaan bermakna pada elemen titanium dan aluminium antara kelompok sodium fluorida dan kitosan. Kesimpulan: Mini implan ortodontik titanium alloy menunjukkan ketahanan korosi yang baik setelah pemaparan dalam larutan klorheksidin glukonat, sodium fluoride, dan kitosan selama 28 hari. Mini-implan ortodontik yang direndam dalam kitosan menunjukkan permukaan yang lebih halus dan komposisi elemen titanium dan aluminium yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain.

Objectives: Orthodontic mini-implants are widely used as an intraoral skeletal anchorages. Titanium alloy orthodontic mini-implants are known to have high corrosion resistance, but studies have found some corrosion behavior after contact with mouthwashes. The current in- vitro study aimed to examine surface topography and elemental composition as parameters of corrosion resistance for titanium alloy orthodontic mini-implants after being immersed in three different types of mouthwashes. Methods: A total of 28 titanium alloy orthodontic mini- implants were divided equally into four groups and immersed for 28 days in chlorhexidine gluconate 0.2% mouthwash, sodium fluoride 0.2% mouthwash, chitosan 1.5% mouthwash, and distilled water. All the orthodontic mini-implants’ heads and necks were then examined for surface topography using a scanning electron microscopy (SEM) and the elemental composition was assessed using energy-dispersive x-ray spectroscopy (EDS). Results: Surface topography of the orthodontic mini-implants immersed in chlorhexidine gluconate, sodium fluoride, chitosan, and distilled water exhibited some manufacturing defects and rough surfaces, but no signs of crevices or pitting corrosion on the heads and necks. The elemental composition of all groups was comparable, but there was a statistically significant difference between titanium and aluminum (at%) between the sodium fluoride group and the chitosan group. Conclusion: Titanium alloy orthodontic mini-implants exhibited good corrosion resistance after immersion for 28 days in chlorhexidine gluconate 0.2%, sodium fluoride 0.2%, and chitosan 1.5%. Orthodontic mini-implants immersed in chitosan showed a smoother surface and higher titanium and aluminum (at%) than other groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Minyak dan gas adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting saat ini, mengingat kontribusinya untuk memenuhi kebutuhan energi. Untuk memmenuhi permintaan dari kenaikan kebutuhan energi, alat produksi yang lebih canggih, jadi eksplorasi dan pengeboran minyak dan gas dapat dilakukan pada lokasi-lokasi yang memiliki keadaan lebih ekstrem. Umbilical merupakan alat yang digunakan pada industri minyak dan gas sebagai suatu penghubung antara stasiun kontrol platform dan wellhead. Selain itu, umbilical juga dapat digunakan untuk menginjeksi zat kimia ke sumur laut dalam. Baja tahan karat hyperduplex 3207 adalah material baru yang dipercaya memenuhi syarat yang diperlukan untuk aplikasi sebagai umbilical. Akan tetapi, studi lebih jauh terkait ketahanan korosi celah diperlukan mengingat kondisi service yang mengandung banyak ion Cl-dan memiliki temperatur operasi yang tinggi. Pengujian-pengujian yang dilakukan pada penelitian ini, antara lain pengujian polarisasi, EIS, dan weight loss. Pengujian-pengujian tersebut menunjukan ketahanan korosi celah yang baik dari baja tahan karat hyperduplex 3207. Temperatur kritis terjadinya korosi celah pada baja tahan karat hyperduplex 3207 adalah 70o C., Oil and gas is one of the most crucial natural resources nowadays, considering its contribution to fulfill human's necessity of energy. In order to be able to meet the demand of the increasing necessity of energy, the more advanced production tools are needed, so that explorations and drillings of oil and gas can be done in locations which have more extreme conditions. Umbilical is a tool used in oil and gas industry as a connection between platform control stations and the wellheads. Besides, it can be used to inject chemicals to the subsea wells. 3207 hyperduplex stainless steel is a new material which is believed to meet the requirements for umbilical application. However, the further study of crevice corrosion resistance is needed, due to the service conditions containing much Cl- ions and having high temperature. Several testings, such as polarization, EIS, and weight loss are conducted. They shows a good crevice resistance of 3207 hyperduplex stainless steel. The critical crevice temperature of 3207 hyperduplex stainless steel is 70o C.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triadhi P. Tiggor
"Adanya pemilihan material yang repat unmk pengaplikasian di dunia pengolahan minyak bumi sangat bergzma karena umumnya sumur penghasil minyak bumi ini bersU`ar sangat korosj sehfngga dengan penggunaan material yang tepat maka kim akan mendapatkan hasil se-efisien mungkin. Pengujfan dilalcukan dengan menggunakan merode polarisasi ya/mi dengan metode cyclic polarization dan dynamic polarization, pada lfngkungan yang mengandung Narrium Klorida (NaC`l)a’an gas C03, Serta pada remperarur wang, medium (6o”C;, dan /o0“C, aengan henna lgf AP; 5L_ 304 Ss, 316 ss, Duplex S51 dan lncoloy 825. Dari pengujian ini diharapkan didapaflcan besar laju korosi dari masing-masing material. Hasil pengujian menurjukkan bahwa logam lncoloy 825 memiliki tingkar laju korosiffras (corrosion rate) yang lebih rendah dibandingkan logam lainnya, pada lingkungan yang mengandung gas C03 dan lemperalur l000C` laju k0r‘0Sl dar! logam ini 0.001 afmpy. Pada lingkungan yang mengandung 2%NaCl. gas CO; dan remperarur 100° C, laju korosirgza 0,5662 mp. Pada lingkungan yang merlgrmdung gas C Og, dan Iemperafm' 60"C, lqju l<0r0.s‘inyG 0. 0004 mpy, scdangankan pada ling/:ungan yang mengandung gas C0g,, l.5%NaCI, clan temperatur 600C laju ko:-osinya 1,0115 mpy. Pada ternperarur ruang, dengan pemberlan gas CO3 Serra 0.5% NaCl laju korosi logam ini 0,8=l93mpy. Dan pada remperarure ruang dengan pemberian gas C 0; Serra 1.5% NaCl 0,31 I 4 mpy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnadi Irawan
"Kondenser uap adalah instalasi yang digunakan untuk mengubah uap air menjadi air. Atas pertimbangan teknis dan ekonomis, kondenser uap PLTU Tanjung Priok menggunakan air Iaut sebagai media pendinginnya. Material yang tligunakan harus memililci ketahanan terhadap korosi yang ditimbulkan oleh air laut yang mengandung banyak ion ldorida., jenis korosi yang mungkiftimbul adaiah korosi celah yang biasanya tetjadi pada celah yang tidak dapat dihindari pada disain kondenser uap. Ion ldorida dan temperatur kelja sangat berperan pada terjadinya inisiasi dan propagasi korosi celah pada media air laut.
Baja tahan karat Duplex SAF2205 diduga dapat digunakan sebagai material pada aplikasi tersebut. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan pengujian polarisasi, terdapat beberapa parameter pengujian polarisasi yang dapat digunakan untulc mengetahui lcetahanan logam terhadap korosi celah yaitu pofeusial korosi, potensial rupmre, dan porensial proleksi. Apabila potensial ruprure lebih kecil dari porensial korosi logam maka akan terjadi inisiasi lcorosi celah., dan bila polensial korosi lebih besar dari patensial proleksi mal-ta akan teljadi propagasi korosi celah. Pengujian CCT (crevice critical temperatur) dapat digunakan untuk mengetahui lcetahanan material secara relatitf.
Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan ketahanan terhadap korosi celah, baja tahan karat Duplex SAF2205 dapat digunakan sebagai material kondenser uap dengan media air laut Jawa daerah Tanjung Priok pada suhu dibawah so°c. Penggunaan pada suhu diatas 50°C dapat dilakukan., akan tetapi tidak dianjurkan lcarena semakin tinggi suhu semakin rentan material terhadap korosi celah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Aqila
"Dalam dunia industri, metode perlindungan dilakukan untuk memperpanjang umur pemakaian material dengan tujuan memperlambat laju korosi pada material. Adapun metode perlindungan yang sering digunakan adalah metode pelapisan(coating). Metode pelapisan merupakan metode perlindungan dengan melapisi material substrat menggunakan material pelapis guna mencegah terjadinya kontak antara material substrat dengan lingkungan. Pada penelitian ini, material substrat yang digunakan adalah Baja ASTM A36 dan material pelapis yang digunakan adalah cat Surface Tolerant Epoxy. Adapun variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini terletak pada metode preparasi permukaan yang terdiri atas : solvent cleaning, hand tool cleaning, power tool cleaning, power tool to bare metal cleaning, dan abrasive blast cleaning. Perbedaan metode preparasi menghasilkan perbedaan kekasaran dan juga tingkat kebersihan dari permukaaan. Hal tersebut dapat mempengaruhi perubahan sifat mekanis dari material pelapis, seperti ketahanan terhadap korosi dan kekuatan adhesi. Berdasarkan uji ketahanan korosi didapatkan hasil metode abrasive blast cleaning dan power tool to bare metal cleaning menghasilkan sifat tahan korosi tertinggi dikarenakan keduanya memiliki rating number 8 pada hasil pengujian salt spray. Berdasarkan uji kekuatan adhesi didapatkan hasil bahwa metode abrasive blast cleaning juga menghasilkan kekuatan adhesi tertinggi. Kesimpulan ini mengacu pada hasil pengujian tape x-cut dimana sampel tersebut menghasilkan rating number 5A dimana sampel tidak mengalami pengelupasan usai dilakukan pengujian. Selain itu, metode abrasive blast cleaning menghasilkan kekuatan adhesi tertinggi pada pengujian pull-off, yakni 7,16 Mpa. Dengan begitu, metode abrasive blast cleaning menjadi metode preparasi permukaan paling efektif bagi baja ASTM A36 sebelum dilapisi dengan material pelapis. Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa semakin tinggi kekasaran permukaan sampel maka ketahanan korosi maupun kekuatan adhesi yang dihasilkan juga semakin baik.

In the industrial world, to extend the service life of materials, protection methods are carried out to slow down the material's corrosion rate. The protection method that is often used is the coating method. The coating method is a protection method by coating the substrate material using a coating material to prevent contact between the substrate material and the environment. In this research, the substrate material used is ASTM A36 steel and the coating material used is Surface Tolerant Epoxy paint. The independent variable used in this study lies in the surface preparation method which consists of: solvent cleaning, hand tool cleaning, power tool cleaning, power tool to bare metal cleaning, and abrasive blast cleaning. Different preparation methods result in different roughness and cleanliness of the surface. This can affect changes in the mechanical properties of the coating material, such as corrosion resistance and adhesion strength. Based on the corrosion resistance test, it is found that the abrasive blast cleaning and power tool to bare metal cleaning methods produce the highest corrosion resistance properties because both have a rating number of 8 in the salt spray test results. Based on the adhesion strength test, it is found that the abrasive blast cleaning method also produces the highest adhesion strength. This conclusion refers to the results of the tape x-cut test where the sample produces a rating number 5A where the sample does not experience peeling after testing. In addition, the abrasive blast cleaning method produced the highest adhesion strength in the pull-off test, which was 7.16 Mpa. Thus, the abrasive blast cleaning method is the most effective surface preparation method for ASTM A36 steel before being coated with the coating material. In addition, it can also be concluded that the higher the surface roughness of the sample, the better the corrosion resistance and adhesion strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>