Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154768 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Michael Loreantz Steven
"Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi desain seismik berbasis performa pada sebuah struktur laboratorium dengan alternatif sistem lantai konvensional dan alternatif sistem lantai posttensioned flat slab (PTFS). Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi hasil desain linier kedua alternatif struktur dengan pendekatan metode pushover analysis dan non-linear time history analysis. Model non-linier dibangun dengan mendefinisikan sendi plastis yang sesuai dengan klausul yang berlaku. Khusus pada model PTFS, dilakukan simplifikasi model analisis menggunakan equivalent beam width. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil desain kedua alternatif struktur sudah memenuhi level performa life safety (LS). Lebih lanjut diketahui performa elemen equivalent beam width pada sistem PTFS masih berada pada level immediate occupancy (IO), menunjukkan sistem struktur posttensioned flat slab masih dapat diterima di wilayah dengan aktivitas seismik yang tinggi bila didesain dan dievaluasi dengan baik.

In this research, a performance-based seismic design evaluation is used to a laboratory building structure with conventional floor system alternative and posttensioned flat slab (PTFS) floor system alternative. The research is  conducted by evaluating the resulting linear design of the two alternatives using pushover analysis and non-linear time history analysis. Non-linear models are constructed by defining plastic hinges adhering to building codes.  Specific to the PTFS model, simplified analysis model using equivalent beam width is used. The result of this study shows that both structural system alternatives have fulfilled the life safety (LS) performance level. It is further known that the equivalent width model in the PTFS system still complies the immediate occupancy (IO) level, showing that posttensioned flat slab structural system may be acceptable in a high seismic activity with proper design and evaluation procedures. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Parlin Aprijal Immanuel
"Indonesia merupakan daerah rawan gempa, oleh karena itu dibutuhkan bangunan yang memiliki kekakuan, kekuatan, dan daktilitas yang sesuai dengan peraturan yang ada. Struktur konfigurasi bresing kosentrik khususnya K-EBF merupakan salah satu bangunan tahan gempa dimana ada elemen link yang menyerap energi gempa. Untuk mengetahui sifat suatu bangunan hingga inelastis dilakukan analisis pushover. Penelitian menggunakan ETABS untuk pengecekan struktur terhadap beban gravitasi dan beban gempa dan program DRAIN-2DX untuk analisa pushover. Variasi profil yang digunakan adalah Baja WF dan HSS CFST dimana kekakuan Baja WF lebih besar dibandingkan HSS CFST dan daktilitas HSS CFST lebih tinggi dibandingkan Baja WF. Pengaruh rigiditas sambungan adalah semakin rigid sambungan maka semakin kaku bangunan tersebut. Kekakuan dan daktilitas suatu struktur adalah berbanding terbalik.

Indonesia is an area prone to earthquakes, therefore it requires buildings that have rigidity, strength, and ductility in accordance with existing regulations. Eccentric bresing configuration structure especially K EBF is one of earthquake resistant building where there is link element that absorbs earthquake energy. To know the nature of a building until inelastic done pushover analysis. The study used ETABS for structural checks on gravity loads and earthquake loads and the DRAIN 2DX program for pushover analysis. The profile variations used are WF Steel and HSS CFST where the stiffness of WF Steel is greater than HSS CFST and CFSS HSS ductility is higher than WF Steel. The effect of connection rigidity is the more rigid the connection the more rigid the building. The stiffness and ductility of a structure is inversely proportional.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Trenggono Muhammad
"
ABSTRAK
Penggunaan survei seismik 3 dimensi telah menjadi metode unggulan dalam eksplorasi hidrokarbon. Geometri yang umum digunakan sebagai desain survei seismik 3D adalah penggunaan geometri Orthogonal di mana receiver line dan source line membentuk sudut 90o. Dalam penelitian ini geometri Orthogonal dikomparasikan menggunakan 3 geometri lain, yaitu Brick, Slanted dan Zig-Zag. Sedangkan model geologi yang digunakan adalah model sintetik dengan 3 lapisan horizon dan 1 patahan sebesar 500. Komparasi dihitung dalam 4 parameter yang berbeda, yaitu layout pengukuran, Bin Fold, ray tracing parameter dan pembuatan seismic section secara sintetik. Layout pengukuran menjelaskan secara umum parameter permukaan yang ada. Bin Fold menjelaskan parameter fold yang dihasilkan dari geometri. Semakin banyak Fold membuat CMP yang dapat di stack menjadi lebih banyak dan memberikan data yang lebih baik. Ray tracing atribut menjelaskan atribut dari jejak gelombang seismik yang terpantulkan pada bidang reflektor. Synthetic seismic section memberikan data seismik yang dapat diamati. Penelitian ini sebagian besar berurusan mengenai variasi aspek dari geometri survei desain dan dampaknya pada parameter permukaan dan juga Illumination Study dari ray tracing attribute serta sintetik seismic section.

ABSTRAK
The use of Seismic 3D method has been the most useful way in hydrocarbon exploration. In the acquisition, the most common geometry is the Orthogonal geometry where the receiver line and source line form a 90o angle. In this research, Orthogonal geometry is being compared to other 3 geometries, which are Brick, Slanted and Zig Zag. The geological model which is used in this research is using a synthetic geological model. The model is contained of 3 major layers and a normal fault structure with a 50o angle. The comparation is valued with 4 parameters, which are the acquisition layout, Bin Fold, ray tracing attribute and synthetic seismic section. The layout is defining about the surface parameter which deals about source and Receiver parameter. Bin Fold is about the Fold which is generated by the variety of the geometry. The higher Fold gives more stacked CMP and it will give more a good data. Ray tracing explain about the raytrace of the seismic wave which reflected from the reflector. Synthetic Seismic Section generate the seismic data which can be observed. This study deals with the various aspects of the geometry survey design and its impact to the surface parameter and the illumination study in ray tracing attribute to generate synthetic seismic section."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Dzulfikar
"Struktur flat plate pada wilayah gempa tinggi di Indonesia masih jarang digunakan karena lemah terhadap geser pada sambungan kolom-slab. Dengan demikian dalam melakukan perencanaan struktur flat plate pada wilayah gempa tinggi harus dikombinasikan dengan sistem struktur penahan beban lateral yaitu kombinansi dinding geser struktural khusus dan perimeter frame SRPMK. Struktur flat plate hanya didesain sebagai struktur penahan beban gravitasi. Hubugan kolom-slab harus memiliki kapasitas untuk mampu mengikuti deformasi yang telah diperbesar oleh faktor defleksi Cd akibat beban gempa. Proporsi dimensi kolom akan menentukan besarnya gaya lateral yang diterima oleh kolom tersebut. Semakin kecil dimensi kolom maka semakin kecil gaya lateral yang diterima oleh kolom tersebut. Pada wilayah gempa menengah struktur flat plate dapat digunakan sebagai bagian dari sistem penahan beban lateral. Dalam perencanaan ini struktur flat plate dimodelkan sebagai equivalent slab-beam yang merupakan bagian sistem rangka pemikul momen menengah. Sistem penahan beban lateral pada perencanaan pada wilayah gempa menengah merupakan kombinasi dari dinding geser struktural khusus, perimeter frame SRPMM dan slab-column frame SRMM . Dari hasil analisa didapatkan bahwa jika perencanaan mengikuti kaidah perencanaan tersebut maka flat plate dapat digunakan pada wilayah gempa tinggi dan menengah dan struktur masih bersifat daktail.

Flat plate structure for high seismic risk region in Indonesia is not commonly used because it has high risk on shear failure on the slab column connection. Therefore the building design in high seismic risk region should be combined with lateral resisting system, a dual system combining shearwall and perimeter frame SMRF . Flat plate structure is only designed as gravity resisting system. Slab column connection should have capacity to follow the bigger deformation by deflection factor Cd caused by lateral force. The proportion of the interior column dimension would determine the amount of lateral force received. The smaller the column dimension, the smaller the lateral force accepted by the column itself. In an region with medium seismic risk, flat plate structure can be used as component to resist lateral force. In this kind of design, flat plate is modeled as equivalent slab beam which also a part of slab column moment frames. Lateral resisting system component in the medium seismic risk region is a combination of shear wall and slab column moment frames IMRF . From this design, the writer found that if the design follow the guidelines plan, the flat plate can be used both in high seismic risk region and medium seismic risk region and structure is still ductile.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardzhanishvili, M. A.
New Delhi : Oxonian Press, 1984
693.852 MAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cillius Adrianto
"ABSTRAK
Isolasi seismik adalah merupakan salah satu cara dari banyak cara yang
digunakan untuk mengurangi pengaruh gaya gempa pada bangunan. Prinsip utama dan
bekerjanya isolasi seismik adalah menggeser periode bangunan daerah yang gaya
gempanya dominan ke daerah yang gaya gempanya kecil sehingga mengurangi
kerusakan yang dapat terjadi pada bangunan tersebut.
Sistem isolasi seismik secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu sistem
elastomeric bearings, sliding dan hybrid. Sistem elastomeric bearings terdiri dan
komponen-komponen yang bahannya sebagian besar terbuat dari karet clan sisanya
logam. Sistem mi mengisolasi struktur dari lendutan horizontal yang diakibatkan oleh
pergerakan tanah dengan cara membuat kekakuan yang rendah antara elemen-elemen
struktur atas dan pondasi. Sistem sliding bekerja berdasarkan asumsi bahwa tingkat
friksi yang rendah akan membatasi transfer gaya lintang melalui isolator, semakin
rendah koefisien friksi, semakin kecil gaya lintang yang ditransfer. Sistem mi dapat
dibentuk dari bermacam-macam bahan antara lain stainless steel dan teflon.
Sistem isolasi seismik mempunyai kelebihan dan kelemahan antara lain:
kelebihan:
1. memperkecil besarnya simpangan antar lantai (interstorey drift)
2. mengurangi percepatan maximum yang terjadi pada struktur
3. mencegah perambatan gaya gempa yang terjadi kepada struktur atas bangunan
sehingga dapat mengurangi persyaratan kekuatan elastis yang dibutuhkan oleh
elemen-elemen struktur bangunan
kekurangan:
1. lendutan yang tei:jadi besar
2. kemampuan struktur untuk menahan momen guling terutama akibat angin kecil
Dalam tesis mi dibahäs MrJ canaan baniiiah tahan gempa secara non-linier.
Non-linier dapat dibagi dalam dua bagian yaitu bahan dan geometri. Non-linier
geometri dapat dibagi dua yaitu lendutan besar-regangan kecil dan lendutan besarregangan besar. Metode penyelesaian dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
analitik, pertubasi dan numerik.
Untuk melakukan perencanaan perlu ditentukan modelisasi yang akan
digunakan. Dalam tesis mi dibahas modelisasi bangunan dan isolator secara tiga
dimensi dan non-linier dengan mengasumsikan hanya 3 DOF yang terdapat pada
modelisasi mi.
Studi banding terhadap perencanaan bangünan dengan isolasi seismik dilakukan
berdasarkan referensi dan peraturan-peraturan yang berlaku serta cara-cara perencanaan
bangunan tahan gempa secara konvensional. Analisa respon bangunan dilakukan
dengan menggunakan program 3D-Basis Tabs sehingga perbandingan respon bangunan
konvensional dan isolasi seismik dapat dilakukan.
Hasil dari output program memperlihatkan bahwa lendutan, gaya geser,
percepatan, gaya dalam pada balok, dan gaya dalam pada kolom dapat dikurangi secara
berarti. Pengurangan yang paling besar teijadi pada lendutan yaitu kurang lebih 42%
sampai dengan 45%.
Pemakaian sistem isolasi seismik pada perencanaan bangunan tahan gempa
sesuai dengan trend yang sedang dikembangkan yaitu perencanaan bangunan tahan
gempa yang berdasarkan kinerja bangunan (performance base design).
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Suryani Brahmana
"Penelitian ini membahas tentang bangunan tinggi yang terdiri dari podium dan tower dengan sistem lantai flat slab dan balok di perimeter bangunan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa efek perubahan posisi sistem penahan lateral terhadap karakteristik dinamik bangunan dan respon struktur akibat gempa bumi. Struktur bangunan merupakan struktur beton bertulang 10 lantai dengan tinggi antar lantai 2,8 m. Sistem penahan lateral adalah sistem rangka (kolom-balok perimeter) dan dinding geser. Pembebanan, faktor reduksi beban, faktor kekakuan, faktor reduksi gempa, respon spektrum mengacu pada peraturan- peraturan yang berlaku. Modelisasi struktur dengan bantuan program ETABS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi terhadap 3 variasi , yaitu variasi terhadap jarak perimeter podium-tower, variasi terhadap jumlah lantai podium, dan variasi sistem lantai (shell dan membrane). Parameter-parameter yang akan ditinjau adalah periode getar, rasio partisipasi massa, gaya geser dasar, lendutan, gaya geser tingkat, simpangan antar tingkat, momen guling dan gaya-gaya dalam pada elemen struktur (kolom, balok, dinding geser, atap podium). Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa akibat perubahan jarak perimeter podium-tower maka lendutan, gaya geser dasar, gaya geser tingkat, simpangan antar tingkat, momen guling dan gaya-gaya dalam semakin besar sedangkan periode getar, partisipasi rasio massa semakin kecil. Akibat perubahan jumlah lantai podium diperoleh bahwa gaya geser dasar semakin besar. Sistem lantai menggunakan shell menghasilkan periode getar, lendutan, simpangan antar tingkat lebih besar daripada membrane, sedangkan gaya geser dasar, gaya geser tingkat, momen guling, gaya-gaya dalam lebih kecil daripada membrane.

This research is about high rise building which consists of the podium and the tower with a flat slab floor system and beam at the perimeter of the building. The objective of this research is to analyze the effect of the modification of lateral resistance system position to the building dynamic characteristic and response structure due to eartquake . The building s tructure is 10 floors reinforced concrete structure with 2.8 m height between the floors. The lateral resistance system is the framework system (column-beam perimeter) and shear walls. The loading, the load reduction factor, stiffness factor,earthquake reduction factor, spectrum response are referring to the applicable regulations. The structure modelitation by using ETABS program. In this research will be conducted a simulation with three variations, namely the variation of the podium-tower perimeter distance, the variation of the podium floor number, and the variation of the floor systems The parameters to be considered are vibration period, mass participation ratio, base shear force, deflection, story shear, (shell and membrane), story drift, overturning moments and internal forces in the structure element (column, beam, shear wall, podium roof). Based on the conducted research, concluded that due to the modification of the podium-tower perimeter distance so that deflection, base shear force, story shear, story drift, overturning moment and internal forces are increased, while vibration period, . Due to the modification of the podium floor concluded that the base shear force is increased. The floor system using shell produces greater vibration period, deflection, story drift than using the membrane, whereas the base shear force, level shear force, overturning moment and the internal forces are smaller than the membrane."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1069
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Yohannes Arief Nindita
"Perancangan struktur tahan gempa berdasarkan atas tiga parameter utama, yaitu kekuatan, kekakuan, dan daktilitas. Daktilitas menggambarkan kemampuan struktur untuk menerima beban gempa dalam respon inelastis. Dengan memanfaatkan sifat daktilitas, perancangan bangunan akan lebih efisien. Faktor reduksi gempa R mempunyai hubungan langsung dengan daktilitas, faktor kuat lebih, dan redundansi. Faktor reduksi gempa R digunakan pada perancangan struktur untuk mereduksi gempa rencana yang digunakan dalam perancangan struktur.
Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) telah menetapkan nilai faktor reduksi gempa R untuk beberapa sistem struktur. Pada struktur ganda yang mempunyai dua subsistem dengan nilai R yang berbeda, maka nilai R yang digunakan untuk perancangan struktur adalah nilai R berbobot. Pada peraturan lain, International Building Code (IBC), nilai R yang akan digunakan untuk struktur ganda adalah nilai R terkecil dari masing-masing subsistem itu. Perbedaan ini akan dikaji dan dibandingkan dengan nilai R perlu dari struktur. Pengaruh nilai R rencana juga dikaji terhadap bangunan tinggi, sedang, dan rendah.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan integrasi Newmark dengan metode Newton Raphson untuk menyelesaikan persamaan non-linear. Variasi yang dilakukan adalah variasi terhadap nilai R, rasio Periode getar struktur (Tn) dan Periode getar gempa (Tg), Kekakuan masing-masing subsistem, dan percepatan gempa. Percepatan gempa yang digunakan yaitu percepatan gempa sinusoidal dan El Centro.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan nilai R terkecil (sesuai IBC) akan lebih mendekati nilai R perlu pada struktur ganda yang terdiri dua subsistem dengan nilai R yang berbeda. Sedangkan penggunaan nilai R berbobot sesuai SNI mendekati nilai R perlu pada bangunan tinggi dan sedang. Nilai R yang digunakan untuk sistem tunggal pada bangunan tinggi lebih mendekati nilai R perlu.

The design of seismic resistance structure is based on three major parameters, which are strength, stiffness and ductility. Ductility describes the structural ability to withstand seismic load in inelastic response. By using the ductility principle, a structure design will be more efficient. Seismic reduction factor R has direct correlation with ductility, overstrength factor and redudancy. Seismic reduction factor R is used in the structure design to reduce seismic load, that is used in the structure design.
Indonesian Standard General Rules (SNI-Peraturan Standar Nasional Indonesia) has determined the value of seismic reduction factor R in the two structure systems (dual system and single system). In the case of dual system that has two sub-systems with different R value, the value of R used in the structure design is the value of R equivalent. As in another rule, International Building Code (IBC), the value of R used in dual system is the least value of R from each subsystem. This difference would be evaluated and compared with the R value of the structure. The influence of the value of R design is also evaluated on high, medium and low building.
The evaluation is made by using newmark integration with Newton Raphson method to solve non-linear problem. The variation made is the variation through R value, the ratio of structure natural period (Tn) and seismic natural period (Tg), the stiffness of each subsystem, and seismic acceleration. The seismic acceleration used is Sinusoidal and El Centro seismic acceleration.
The result of this research shows that the use of the least R value (based on IBC) will be closer to actual R value of the dual system, which consists of two subsystem with different R value. The use of R equivalent value (based on SNI) is closer to the actual R value of the high and medium building. The R value used for the single system on the high building is closer to actual R value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35273
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ericko Rinanto Pratama
"Estimansi desain parameter merupakan hal yang tepat dilakukan sebelum melakukan akuisisi seismik. Menentukan geometri desain akuisisi yang tepat sesuai dengan kondisi lapangan dapat meningkatkan proses akuisisi yang efektif, menghasilkan data seismik berkualitas bagus, meningkatkan signal-to-noise ratio, dan menekan biaya operasional akuisisi. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan desain parameter akuisisi seismik 2D yang dapat memberikan resolusi gambar bawah permukaan yang baik sesuai dengan data seismik terdahulu. Penelitian ini dimulai dengan membuat model kecepatan sintetik yang sesuai dengan informasi data geologi sebenarnya. Parameter desain dibuat dengan perbedaan jarak shotpoint dan jarak receiver. Opsi pertama dibuat dengan interval shotpoint sebesar 150 meter dan interval receiver sebesar 60 meter. Opsi kedua dibuat dengan interval shotpoint sebesar 115 meter dan interval receiver sebesar 60 meter. Opsi ketiga dibuat dengan interval shotpoint sebesar 100 meter dan interval receiver sebesar 40 meter. Dari ketiga opsi tersebut, dilakukan penjalaran gelombang akustik dengan menggunakan sinyal ricker sebesar 40 Hz dan panjang perekaman sebesar 6 detik. Hasilnya ditunjukkan dengan data gather yang berbeda tiap parameter. Hasil data gather yang menunjukkan kualitas bagus terdapat pada opsi ketiga dengan interval shotpoint sebesar 100 meter dan interval receiver sebesar 40 meter.

Parameter design estimation is the key of success to do before seismic acquisition. Determining the appropriate acquisition design geometry in accordance with field conditions can improve the effectiveness of acquisition process, produce good quality seismic data, increase signal-to-noise ratio, and reduce acquisition operational costs. This research was conducted to determine the design of 2D seismic acquisition parameters that can provide good subsurface image resolution in accordance with previous seismic data. This research begins by creating a synthetic velocity model that matches the actual geological data information. Design parameters are made with the difference in shotpoints interval and receiver interval. The first option is made with a shotpoints interval of 150 meters and a receiver interval of 60 meters. The second option is made with a shotpoints interval of 115 meters and a receiver interval of 60 meters. The third option is made with a shotpoints interval of 100 meters and a receiver interval of 40 meters. Of the three options, acoustic wave propagation is performed using a ricker signal of 40 Hz and a recording length of 6 seconds. The results are shown with different data gather for each parameter. The results of the data gather showing good quality are found in the third option with a shotpoint interval of 100 meters and a receiver interval of 40 meters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Damar Al Chamid
"Penelitian ini membahas mengenai metode desain sistem ganda dari struktur portal - dinding geser beton bertulang akibat beban gempa dengan analisis pushover. Tujuan penggunaan sistem ganda adalah untuk menghasilkan desain yang efisien dan efektif dalam perencanaan bangunan tahan gempa. Untuk memperoleh sistem ganda yang sesuai dengan peraturan gempa Indonesia, diterapkan tiga metode desain, yaitu : struktur portal dengan memperhitungkan keberadaan boundary element dari dinding geser, struktur portal dengan properti dinding geser yang dimodifikasi, dan struktur portal-dinding geser berinteraksi dengan pembesaran gaya geser tingkat berdasarkan faktor skala dari gaya geser dasar portal.
Pada penelitian ini ditinjau bangunan 8 lantai pada lokasi gempa di Jakarta dengan tanah lunak yang dirancang sebagai sistem ganda dengan faktor reduksi R = 6,5 (SRPMM). Simulasi numerik dengan analisis pushover menunjukkan bahwa pendekatan struktur portal dengan memperhitungkan keberadaan boundary element dari dinding geser menghasilkan kinerja struktur yang paling baik dan yang paling mendekati dengan asumsi desain dibandingkan dengan 2 metode lainnya.

This thesis discussed about method of design of a reinforced concrete shear wall - frame structure as dual system due to earthquake load using pushover analysis. The purpose of using dual system structure is to produce an efficient and effective design in the planning of earthquake resistant buildings. In determining dual system structure based on Indonesia Building Code, some methods of design such as frame structure by considering the existence of boundary element of shear wall, frame structure with modification set modifiers of shear wall, and interaction of shear wall - frame structure with enlargement of story shears based on scale factor of base shear.
In this thesis an 8-story building located in Jakarta and built on soft soil was designed as dual system with reduction factor R = 6,5 (IMRF). Numerical simulations using pushover analysis show that frame structure by considering the existence of boundary element of shear wall approach results the best performance and the most closely with the design assumptions compared with other methods.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>