Ditemukan 173607 dokumen yang sesuai dengan query
Chatherine Rafa Amadea
"TikTok adalah media sosial dengan tujuan utama menciptakan dan menyebarkan video berdurasi pendek. Ada beberapa faktor yang mungkin berkorelasi dengan konsumsi TikTok, termasuk injunctive norms dan sense of belonging seorang individu. Maka dari itu, studi ini dilaksanakan untuk menemukan hubungan antara konsumsi TikTok dengan injunctive norms serta sense of belonging. Studi korelasional ini melibatkan 281 partisipan yang direkrut melalui convenience sampling. Hasil analisis korelasi Pearson menemukan korelasi positif antara konsumsi TikTok dan injunctive norms, namun konsumsi TikTok tidak memiliki korelasi dengan sense of belonging. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan pengaruh dari ekspektasi sosial, dan rasa memiliki seorang individu mungkin tidak ditentukan oleh penggunaan TikTok. Akan tetapi, dibutuhkan studi lebih lanjut untuk memastikan.
TikTok is a social media with a main focus on creating and sharing short videos. There are several factors that may be correlated with TikTok consumption, including injunctive norms and an individual's sense of belonging. Therefore, this study was conducted to find the correlation of TikTok consumption with injunctive norms and the sense of belonging. This correlational study involved 381 participants recruited through a convenience sampling. Results of Pearson’s correlational analyses found a positive correlation between TikTok consumption and injunctive norms, but no correlation between TikTok consumption and a sense of belonging. Based on the results, it can be concluded that there is a possible influence of social expectations, and that an individual's sense of belongingness may not necessarily be determined solely by TikTok usage. However, further research is needed to investigate the topic further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Maria Christabella Anjani
"Penggunaan aplikasi TikTok semakin merajalela di Indonesia. TikTok menciptakan platform yang dinamis untuk berbagi konten singkat dan kreatif. Fenomena ini mengundang perhatian terhadap bagaimana beberapa pengguna di Indonesia berekspresi ataupun menyampaikan pemikirannya sebagai orang Cina-Indonesia (Cindo) atau kelompok etnis Tionghoa melalui medium ini. Dalam sejarahnya, orang Cindo pernah mengalami diskriminasi. Berakhirnya era Orde Baru dan dengan ditetapkannya kebijakan-kebijakan politik yang lebih inklusif pada era Reformasi membuat orang Cindo menjadi lebih bebas dalam berekspresi, terutama untuk maksud memperkenalkan budayanya. Dalam artikel tugas akhir ini, penulis meninjau orang Cindo di TikTok menggunakan metode kualitatif berbasis budaya. Temuan utama yang dapat diungkap di antaranya adalah terdapat berbagai macam cara berekspresi, yaitu melalui konten pengetahuan, jawaban atas stereotip yang tertanam, dan keluhan. Melalui konten-konten ini, orang Cindo mengungkapkan keinginan mereka untuk diakui sebagai bagian dari bangsa Indonesia tanpa dibedakan berdasarkan penampilan atau aspek luar lainnya.
The use of the TikTok application is increasingly widespread in Indonesia. TikTok creates a dynamic platform for sharing short and creative content. This phenomenon draws attention to how some users in Indonesia express themselves or convey their thoughts as Chinese-Indonesians (Cindo) or ethnic Chinese through this medium. Historically, Cindo people have experienced discrimination. The end of the New Order era and the implementation of more inclusive political policies in the Reform era have allowed Cindo people greater freedom to express themselves, particularly to introduce their culture. In this thesis article, the author examines Cindo people on TikTok using a qualitative, culture-based method. The main findings reveal various ways of expression, including through educational content, responses to ingrained stereotypes, and complaints. Through these contents, Cindo people express their desire to be recognized as part of the Indonesian nation without being differentiated based on appearance or other external aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Fella Naziq Ganis
"This study investigates the impact of social media micro-influencers on Drumstairs sales, specifically examining the mediating role of characterization among Gen-Z TikTok users in the JaBoDeTaBek region. Utilizing quantitative approach, the research collected quantitative data through surveys. The findings reveal that micro-influencers significantly influence purchasing decisions, with characterization playing a crucial mediating role. Notably, authenticity, relatability, and the perceived credibility of influencers enhance their effectiveness. These insights offer valuable implications for marketers aiming to leverage micro-influencers in targeting Gen-Z consumers.
Penelitian ini menyelidiki dampak micro-influencer media sosial terhadap penjualan Drumstairs, khususnya memeriksa peran mediasi dari karakterisasi di kalangan pengguna TikTok Gen-Z di wilayah JaBoDeTaBek. Menggunakan pendekatan metode campuran, penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif melalui survei dan wawasan kualitatif melalui diskusi kelompok terfokus. Temuan mengungkapkan bahwa micro-influencer secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian, dengan karakterisasi memainkan peran mediasi yang penting. Terutama, keaslian, keterkaitan, dan kredibilitas yang dirasakan dari influencer meningkatkan efektivitas mereka. Wawasan ini menawarkan implikasi berharga bagi pemasar yang bertujuan untuk memanfaatkan micro-influencer dalam menargetkan konsumen Gen-Z."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vina Aprilia
"Shopee menciptakan Program Shopee Affiliates sebagai salah satu strategi dalam mempromosikan produknya di masa pandemi Covid-19. Program Shopee Affiliates merupakan suatu program yang memberikan kesempatan kepada content creator atau influencer untuk mendapatkan komisi atau penghasilan tambahan hanya dengan mempromosikan produk-produk yang ada di platform Shopee ke sosial media yang dimiliki. Studi-studi terdahulu cenderung melihat pekerjaan influencer sebagai suatu pekerjaan yang memiliki prospek kerja yang menjanjikan dan menguntungkan. Berbeda dengan studi terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis bentuk-bentuk kerentanan yang dialami oleh pekerja influencer dalam Program Shopee Affiliates di platform digital TikTok. Penelitian ini berargumen bahwa hadirnya Program Shopee Affiliates memunculkan kelompok pekerja imaterial yaitu pekerja influencer yang dinilai fleksibel tidak adanya ikatan ruang dan waktu, justru memposisikan pekerjaan influencer ini ke dalam kondisi pekerja yang rentan. Penelitian ini menggunakan konsep immaterial labour yang dikemukakan oleh Maurizio Lazzarato dan konsep precarious work yang dikemukakan oleh Guy Standing, dimana kategori-kategori yang telah disebutkan, pekerja influencer tergolong ke dalam jenis pekerjaan yang menghasilkan suatu produk yang bersifat imaterial atau tidak berwujud yang memiliki risiko kerja yang rentan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya fleksibilitas dalam bekerja dan ketidakpastian kontrak kerja menyebabkan influencer Program Shopee Affiliates di TikTok mengalami kondisi kerja yang rentan, seperti ketidakpastian kontrak kerja, ketiadaan perlindungan hak cipta terhadap konten digital yang telah dibuat, ketiadaan perlindungan jaminan sosial dan kesehatan, ketidakpastian jam kerja, ketidakstabilan pendapatan, dan ketiadaan serikat pekerja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menggambarkan dan mengkaji kerentanan-kerentanan yang dialami oleh pekerja influencer dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam semi-terstruktur, observasi digital, data sekunder, dan studi pustaka.
Shopee created the Shopee Affiliates program as one of the strategies to promote its products during the Covid-19 pandemic. The Shopee Affiliates program is a program that provides opportunity for content creators or influencers to earn commission or additional income only by promoting products from Shopee using their personal social media. Previous studies tend to view influencer work as a promising and lucrative career prospect. However, this research aims to critically analyze the forms of vulnerability experienced by influencer workers in the Shopee Affiliates Program on the TikTok digital platform. This study argues that the introduction of the Shopee Affiliates Program has given rise to a group of immaterial workers, namely influencer workers, who are considered flexible due to the absence of spatial and temporal constraints. However, this flexibility actually places influencer work in a vulnerable condition. The study adopts the concept of immaterial labor proposed by Maurizio Lazzarato and the concept of precarious work put forth by Guy Standing. Within these categories, influencer work is classified as a type of work that produces intangible or immaterial products, which entails risks and vulnerabilities. The findings of the research indicate that the flexibility of work and the uncertainty of employment contracts contribute to the vulnerability of influencers in the Shopee Affiliates Program on TikTok. They experience precarious working conditions, including uncertain employment contracts, lack of copyright protection for their digital content, absence of social security and health benefits, uncertain working hours, income instability, and the absence of labor unions. This research uses qualitative research methods to describe and study the precarities which are experienced by influencers, while also doing semi-structured in-depth interview, digital observation, and uses secondary data and literature study as the data collection technique."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Danau Antariksa Tumengkol
"
ABSTRAKMakalah ini membahas pengaruh anonimitas terhadap cyberbullying di platform Social Media. Makalah ini merupakan tinjauan terhadap studi Barlett Gentile 2012 dan Hinduja Patchin 2006 mengenai korelasi antara cyberbullying dan anonimitas. Hasil peninjauan terhadap studi-studi tersebut menunjukkan bahwa anonimitas menyebabkan tingkat kecenderungan kita untuk berpikir sebelum bertindak di dunia online, dan menunjukkan efek cyberbullying yang bergantung pada pengetahuan korban atas identitas pelaku.
ABSTRACTThe focus of this paper is the effect of anonymity on cyberbullying, in relation to Social Media platforms. This paper will review and analyse past studies of Barlett Gentile 2012 and Hinduja Patchin 2006 on the correlation between cyberbullying and anonymity. The results of the reviewed studies indicated that anonymity effects the tendency to reflect on our actions, and that the effects of the cyberbullying depends on whether the victim knows the perpetrator. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Sheila Al Wahida
"
ABSTRAKTeknologi digital sudah mengubah banyak sekali aktivisme sosial yang terjadi dalam dunia daring (dalam jaringan); salah satu aktivitas tersebut adalah penggunaan memes yang sudah menjadi hal yang umum dan cukup melekat untuk masyarakat. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisa bagaimana penggunaan memes dalam kampanye Movember dan juga mengukur seberapa efektif kampanye Movember berdasarkan aspek-aspek fidelity, fecundity, longevity, replicability dan searchability. Metode yang akan digunakan dalam tulisan ini adalah dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis tulisan ini juga akan menganalisa bagaimana kegiatan daring (memes) sering digunakan dengan tujuan untuk membantu mencapai tujuan dari sebuah kampanye, misalnya dengan menarik perhatian masyarakat dan juga mendapatkan partisipasi dari masyarakat. Selain daripada itu, tulisan ini juga akan menganalisa bagaimana dampak dari kegiatan aktivisme daring terhadap aktivisme social dalam kehidupan luring
ABSTRACTDigital technology has changed a lot of social activism that happens in the online world, one of the activities is the use of memes which is already being a common thing in our environment. This paper aims to examine the use of memes for an online activism, Movember Campaign, and to measure how effective the Movember Campaign is based on the aspects of fidelity, fecundity, longevity, replicability and searchability. The methods used for this paper is quantitative and qualitative content analysis. The analysis is going to demonstrate how online activism (memes) are used often in order to help achieving the goals of the campaign, such as gathering people awareness and participation. Apart from that, this paper will also examine how the impact of online activism can change the off-line activism."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Valentine Ruth Pebrina
"Media sosial menjadi salah satu bentuk media baru yang paling diminati dewasa ini bagi sejumlah orang ataupun kelompok tertentu dalam merepresentasikan diri mereka. Untuk kondisi ini sangat terlihat jelas sekali dari kehidupan para beauty influencer di media sosial yang menunjukkan intensitas penggunaan media sosial dalam upaya memperoleh engagement atau self curated melalui bentuk konten yang mereka unggah. Tidak bisa dipungkiri dalam menggunakan media sosial tersebut, para beauty influencer memiliki berbagai keyakinan tentang media maupun teknologi baru yang nampak membuat mereka menyadari pilihan medium yang dapat digunakan dalam bermedia sosial. Hal ini yang kemudian menjadi menarik perhatian karena dalam praktiknya para beauty influencer ketika memilih media mereka tidak hanya terpaku pada satu macam media sosial saja, melainkan memiliki media lain yang mereka gunakan sehingga kerap dapat dilihat dalam kaca mata praktik media switching. Berdasarkan fokus media yang menjadi perhatian saya dalam hal ini adalah terkait dengan penggunaan media sosial Instagram dan juga Tik Tok. Terlebih praktik yang diperlihatkan dalam kasus ini berhubungan selama pandemi Covid-19 yang menunjukkan tingginya penggunaan media sosial di masyarakat. Maka berangkat dari itu dalam temuan lapangan saya di penelitian ini dengan melihat berbagai bentuk ideologi media yang terlihat dari pengalaman, pemahaman, dan proses yang diilhami oleh para beauty influencer ketika bermedia sosial seyogianya dapat memperlihatkan bagaimana mereka senantiasa menggunakan media sosial pilihannya untuk mengekspresikan dan menampilkan diri.
Social media has become one of the most sought after media as of late for a number of people or certain groups in representing themselves. For this condition, it seems clear from the lives of beauty influencers on social media who shows the intensity of using social media in an effort to get engagement or self-curated through the forms of content they upload. It can’t be put aside that in using social media the beauty influencers themselves also have various beliefs on the new media and technology which makes them aware of the choices in which medium can be used for social media. This is what is then interesting because in their practice of choosing media they are not limited to one single social media, there are other social medias that they use and from that it is often seen through the practice of social media switching. Based on the media focused on in this, my focus is related to the use of the social media Instagram and Tik Tok. Moreover, the practices shown in this case are related during the Covid-19 pandemic which shows the high use of social media in society. Therefore, from that, within the findings of this research, by looking at the various forms of media ideology seen from the experiences, understandings, and processes of the beauty influencers when using social media it can be seen how they continuously use the social media of their choice to express and present themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Putri Sarah Andiani
"
ABSTRAKDengan banyaknya merek kosmetik, persaingan antara masing-masing merek pun tak terhindarkan. Tidak sedikit dari merek kosmetik yang berlomba-lomba untuk mengeluarkan beragam produk dan menarik perhatian konsumennya melalui beragam cara. Kini beauty vlogger yang hadir sebagai social media influencer dijadikan sebagai referensi dalam mencari informasi mengenai berbagai merek kosmetik, salah satunya pada produk Maybelline Fit Me. Melalui video review yang diunggah ke dalam YouTube, beauty vlogger menyampaikan pengetahuan dan pendapatnya mengenai produk kosmetik yang kemudian membantu pembentukan persepsi konsumen dari produk tersebut. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivis dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh pesan beauty vlogger sebagai social media influencer terhadap pembentukan persepsi konsumen atas produk Maybelline Fit Me. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online kepada 100 responden. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari beauty vlogger sebagai social media influencer yang cukup kuat dalam pembentukan persepsi atas produk Maybelline Fit Me.
ABSTRACT<>br>
With so many cosmetic brands, the competition between each brand was inevitable. Most of the cosmetic brands are competing to exclude a variety of products and attract the attention of consumers through various ways. Now beauty vlogger known as a social media influencer serve as a reference in finding information about various brands of cosmetic, and one of them is is Maybelline Fit Me products. Through a video review uploaded onto YouTube, beauty vlogger conveys their knowledge and opinions on cosmetic products that then can help shape consumer perceptions of the product. The paradigm used in this research is positivist with quantitative approach. This quantitative study was conducted to analyze the influence of beauty vlogger messages as social media influencers on the formation of consumer perceptions of Maybelline Fit Me products. Data collection was done by using an online questionnaire to 100 respondents. The result in this study indicate the influence of beauty vlogger as a social media influencer is strong enough in the formation of perceptions of Maybelline Fit Me products. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adrieka Ferisko Muzzaki
"Fenomena sport influencer di media sosial telah menjadi strategi pemasaran digital yang efektif dalam memengaruhi perilaku konsumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang memengaruhi efektivitas sport influencer di media sosial melalui tinjauan 10 jurnal yang relevan. Temuan memperlihatkan adanya lima aspek utama yang memengaruhi keterlibatan audiens : parasocial relationships (PSR), source credibility, content quality, engagement metrics, dan team identification. Dari kelima aspek tersebut, dua variabel utama, yaitu exercise intention dan purchase intention, muncul sebagai indikator keberhasilan konten yang diunggah oleh sport influencer di media sosial. Temuan juga menunjukkan adanya peran platform media sosial seperti, Instagram dan YouTube dalam penyampaian konten visual yang interaktif. Serta pengaruh yang berbeda terhadap gender perempuan dan laki-laki. Studi ini tidak hanya memberikan wawasan strategis bagi pemasaran digital berbasis influencer, tetapi juga mendorong eksplorasi lebih lanjut mengenai pengaruh gender, platform baru seperti TikTok, dan peran emosional dalam interaksi audiens dengan sport influencer
The phenomenon of sport influencers on social media has become an effective digital marketing strategy in influencing consumer behavior. This study uses a literature review approach to identify the aspects that affect the effectiveness of sport influencers on social media through a review of 10 relevant journals. The findings reveal five key aspects that influence audience engagement: parasocial relationships (PSR), source credibility, content quality, engagement metrics, and team identification. Among these aspects, two main variables, exercise intention and purchase intention, emerge as indicators of content success uploaded by sport influencers on social media. The findings also highlight the role of social media platforms such as Instagram and YouTube in delivering interactive visual content, as well as the different influences on male and female audiences. This study not only provides strategic insights for influencer-based digital marketing but also encourages further exploration of the impact of gender, new platforms like TikTok, and the emotional role in audience interaction with sport influencers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Etik Pristiyani
"
ABSTRAKPenelitian ini menjelaskan pengaruh media sosial Instagram, VK, dan Twitter terhadap popularitas MBAND sebagai boyband pendatang baru Rusia. Penelitian ini menggunakan teori media baru dan metode etnografi media virtual. Dari hasil analisis diketahui bahwa media sosial memiliki pengaruh besar terhadap popularitas MBAND sebagai boyband pendatang baru Rusia dalam memenangkan penghargaan-penghargaan. Media sosial dapat menyatukan masyarakat, menciptakan rasa saling memiliki, dan berinteraksi. Media sosial digunakan MBAND untuk berinteraksi dan memberikan kabar tebaru mereka kepada para penggemar.
ABSTRACTThis study describes the influence of social media Instagram, VK, and Twitter on popularity of MBAND as a new comer Russian boyband. This study uses new media theory and virtual media ethnography method in collecting, classifying, and analysing data. The findings of this study showed the power of social media has give a huge impact to MBAND’s popularity as they receive a newcomer award in Rusia. Social media can integrate society, create sense of belonging and interactions. MBAND has been used social media to interact and give their new update to fans."
Depok: [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, ], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library