Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119640 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samuel Bagas Wahyu Santoso
"Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dan mencegah potensi deposisi wax pada pipa transportasi minyak bumi PT. XYZ. Dalam konteks ini, dugaan panas yang hilang selama transportasi minyak bumi melalui pipa mendorong perlunya penerapan heat tracing dengan insulasi untuk mengkompensasi panas yang hilang. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak OLGA untuk memodelkan kondisi operasional dan memeriksa dampak penerapan sistem heat tracing pada perubahan temperatur minyak bumi. Penelitian ini mencakup analisis terhadap panas yang hilang yang dapat terjadi selama transportasi minyak bumi dan bagaimana penerapan heat tracing dapat memitigasi masalah tersebut. Pengaruh insulasi juga dievaluasi untuk menentukan sejauh mana dapat mempertahankan temperatur optimal dalam pipa dan mencegah deposisi wax. Studi ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman praktis dan aplikatif dalam industri minyak dan gas terkait pencegahan deposisi wax pada pipa transportasi minyak bumi. Rekomendasi disajikan untuk memandu pengembangan sistem heat tracing yang lebih efisien dan efektif untuk mencegah deposit wax selama transportasi minyak bumi. Studi baseline (Case 1) menunjukkan profil temperatur yang konservatif dengan nilai konduktivitas termal (K) sebesar 0,575 W/m°C, titik WAT di KP 600, dan titik PPT di KP 5+500. Hasil simulasi menunjukkan selama proses transportasi crude oil melalui pipa sepanjang 10,751m ditemukan adanya heat loss sebesar 26,91 W/m berdasarkan perhitungan IEEE dan 24,88 W/m berdasarkan simulasi OLGA. Solusi terbaik untuk menjaga temperatur minyak di atas WAT dan PPT adalah penggunaan heat tracing tipe skin effect dengan daya pemanasan 15 W/m yang diinsulasi dengan aerogel setebal 2 inci (Case 2), yang mampu mempertahankan temperatur minyak di receiver sebesar 157,34°F (69,6°C).

This research aims to investigate and prevent the potential wax deposition on the crude oil transportation pipeline at PT. XYZ. In this context, the suspicion of heat loss during the crude oil transportation through the pipeline necessitates the installation of heat tracing with insulation to compensate for the lost heat. Simulations were conducted using the OLGA software to model operational conditions and examine the impact of implementing the heat tracing system on the changes in the crude oil temperature. The study includes an analysis of the potential heat loss during crude oil transportation and how the implementation of heat tracing can mitigate this issue. The influence of insulation is also evaluated to determine the extent to which it can maintain the optimal temperature within the pipeline and prevent wax deposition. This study contributes to practical and applicable knowledge in the oil and gas industry related to wax deposition prevention on crude oil transportation pipelines. Recommendations are presented to guide the development of more efficient and effective heat tracing systems for preventing wax deposition during crude oil transportation. Simulation results indicate that during the transportation process of crude oil through a 10,751m pipeline, a heat loss of 26.91 W/m was observed based on IEEE calculations and 24.88 W/m based on OLGA simulations. The best solution to maintain the oil temperature above the WAT and PPT is the use of skin effect heat tracing with a heating power of 15 W/m insulated with 2-inch thick aerogel (Case 2), which can maintain the oil temperature at the receiver at 157.34°F (69.6°C)."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martalena
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menilai risiko keselamatan pipa transmisi minyak/ main oil line (MOL). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode semi kuantitatif. Penelitian ini mengamati pipa 24? dan 20?, mulai dari lapangan C sampai ke terminal pengumpul sejauh kurang lebih 20 km. Pengolahan data dilakukan dengan mengacu kepada perhitungan penilaian risiko pada pipa yang dikembangkan oleh Kent. Muhbauer. Variabel yang dimasukkan ke dalam perhitungan adalah indeks kerusakan pihak ketiga, indeks korosi, indeks desain dan indeks kesalahan operasional. Dari hasil data yang dikumpulkan dan perhitungan, terlihat bahwa dapat disimbulkan bahwa variabel indeks desain adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap risiko keselamatan pipa, yang kemudian diikuti oleh indeks pihak ketiga dan indeks kesalahan operasi. Nilai faktor dampak kebocoran terbesar berada pada daerah yang dekat dengan hunian penduduk. Hal ini diakibatkan aktifitas penduduk dapat menyebabkan pipa menjadi retak/bengkok sehingga kebocoran pada pipa dapat terjadi. Dalam rangka menjaga keselamatan jalur pipa minyak sepanjang 20 km, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan pemeliharaan yang berhubungan dengan masing-masing variabel.

ABSTRACT
The aim of this study is to analyze the oil transmission pipeline/main oil line risk for safety. This study is analytic descriptive research by using quantitative method. This study is observing the 24? and 20? pipeline, starting from field C up to collecting terminal 20km long. The data tabulation will be referring to the pipeline risk assessment methodology, which was developed by Kent. Muhbauer. The variables, which are, use such as third party index, corrosion index, design index and incorrect operational index. The result of data collecting and calculation shows that the index design is the most significant value that can interfere to the pipeline safety risk, than followed by third party index and in correctional operation index. The leak impact factor biggest value were lies near the local resident. The local resident activity can cause the pipeline become dent/cracked so the pipeline leakage can be happened. In order to keep the safety of 20 km oil pipeline, then the maintenance activity should be done according to each variable.
"
Depok: Fakulitas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Raissa Qurata Aiun
"Pada sistem transportasi minyak mentah melalui sistem perpipaan sering dijumpai permasalahan yang dapat mengganggu pendistribusian minyak mentah. Oleh karena itu, prediksi yang tepat dari karakteristik pengendapan lilin diperlukan untuk mengontrol pengendapan lilin di dalam pipa. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi karakteristik pengendapan lilin dengan menganalisis pengaruh variasi tekanan dan temperatur minyak mentah. Tekanan divariasikan pada 1,5 bar, 2,5 bar, 5 bar, 8 bar, dan 12 bar untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap ketebalan dan laju pengendapan lilin. Selanjutnya dilakukan variasi suhu dengan variasi 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, dan 60°C. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software aliran multi fasa OLGA untuk mendapatkan profil ketebalan endapan (mm). Sedangkan analisis ekonomi mengacu pada studi kelayakan. Beberapa skenario dibandingkan untuk menentukan intervensi terbaik yang akan diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah wax yang terdeposit menurun seiring dengan meningkatnya tekanan, sedangkan temperatur yang lebih tinggi menghasilkan gradien temperatur yang lebih besar. Analisis kelayakan ekonomi hanya dilakukan pada skenario satu dan dua yang membutuhkan penggunaan pompa. Skenario satu, yang mencakup pompa tambahan, memiliki NPV 199.882 dan IRR 30%. Skenario dua, mengganti pompa eksisting dengan pompa berkapasitas lebih tinggi, memiliki NPV 328.192 dan IRR 40%. Akibatnya, skenario dua disarankan untuk mengurangi jumlah deposit lilin

In the crude oil transportation system through the pipeline system, problems caused by wax are often encountered that can disrupt the distribution of crude oil, thus flow assurance is not achieved. Therefore, the correct prediction of wax deposition characteristics is needed to control the deposition of wax in the pipe. This study aims to predict the characteristics of wax deposition by analysing the effect of pressure and temperature variations of crude oil. Pressure was varied at 1.5 bar, 2.5 bar, 5 bar, 8 bar, and 12 bar to evaluate the effect on the thickness and deposition rate of wax. Furthermore, temperature variations were carried out with variations of 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, and 60°C. The simulations were carried out using multi-phase flow software OLGA to obtain a deposit thickness profile (mm). Meanwhile, the economical-analysis refers to feasibility study. Several scenarios are compared to determine the best intervention to be applied. The results shows that the amount of wax deposited decreases as the pressure increases, while higher temperature resulting in a greater the temperature gradient. The economic feasibility analysis is only carried out in scenario one and two, which require the usage of pumps. Scenario one, which includes an extra pump, has an NPV of 199,882 and an IRR of 30%. Scenario two, replacing the existing pump with a higher-capacity pump, has an NPV of 328,192 and an IRR of 40%. As a result, scenario two is advised to reduce the amount of wax deposited."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdio Giffary
"Pengolahan minyak mentah membutuhkan kilang minyak dengan investasi yang sangat besar. Pencampuran atau blending minyak mentah, yang dilakukan pada kilang yang sudah beroperasi, adalah proses yang umum dilakukan di dunia migas untuk penghematan biaya. Salah satu industri minyak dan gas di Indonesia berencana untuk melakukan pencampuran minyak mentah dari sebuah sumur minyak berat dan minyak ringan pada kilang minyak yang berada di Sumatera. Namun, minyak campuran tersebut diprediksi dapat menimbulkan masalah baru pada proses transportasi menggunakan pipa. Minyak campuran dikhawatirkan tidak dapat mengalir dalam pipa akibat pengendapan wax, sehingga flow assurance   tidak tercapai. Penelitian ini mengusulkan studi tentang pengaruh pencampuran dua jenis minyak mentah terhadap fenomena mengendapnya wax pada pipa atau disebut wax deposition. Minyak berat "X" dengan karakteristik 24.1 °API dan 15% wax content dicampur minyak ringan "Y" dengan karakteristik 41.1 °API dan 0.121% wax content. Terdapat 2 variabel utama yang akan divariasikan yaitu rasio blending dan penambahan pemanas sebelum pemompaan. Selanjutnya dilakukan variasi terhadap temperatur pemanas untuk diketahui pengaruhnya terhadap pengendapan wax disepanjang pipeline. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak aliran multi-fase dinamis, OLGA v.2017.2.0, untuk mendapatkan profil wax deposition. Rasio blending minyak ringan "Y" dan minyak berat "X" akan divariasikan pada nilai 7:1, 5:1, 3:1; 1:1, 1:3, 1:5, dan 1:7, masing-masing pada kondisi tanpa pemanas dan dengan pemanas. Pemanas di atur pada temperatur 45 oC dan temperatur ambient pada 26 oC.  Variasi berikutnya dilakukan pada temperatur pemanas dengan nilai 35 oC, 40 oC, 50 oC, dan 55 oC dengan rasio blending diatur tetap pada 1:1. Hasil menunjukkan peningkatan rasio blending, penambahan pemanas, dan peningkatan temperatur pemanas menghasilkan penurunan jumlah wax yang mengendap. Semua variasi parameter operasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap fenomena pengendapan wax pada pipa.

Crude oil processing requires an oil refinery with massive investment. The Crude oil blending process in an existing refinery is a common process to overcome this problem. One of Indonesia's oil and gas producer is planning to blend crude heavy and light oil in an oil production facility located in Sumatra. It is anticipated that the oil mixture would encounter transportation problems due to the existence of wax deposition, resulting in a flow assurance problem. This research is conducted to examine the wax deposition as the effect of blending 24.1 °API heavy crude and 41.1 °API light crude oil with 15% and 0.121% of wax content. This research also takes two main experiment variables, the blending ratio and initial temperature. The effect of the heater addition's and its operating temperature were also examined. This study used a dynamic multi-phase flow software, OLGA v.2017.2.0, to obtain a wax deposition profile. The blending ratio of light oil and heavy oil varies 7:1, 5:1, 3:1; 1:1, 1:3, 1:5, and 1:7, each samples was examined in both ambient and heated conditions. The heater was set at 45 oC and ambient temperature at 26oC. The heating temperature was variated at 35oC, 40oC, 50oC, and 55oC with a blending ratio fixed to 1:1. Results showed that with higher light crude oil ratios, the addition of a heater, and higher heater temperatures resulted in lowering the number of waxes that appeared. All variations of the operating parameters show a significant effect on the wax deposition on the pipeline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Arina
"Transportasi minyak bumi dari offshore ke daratan melalui pipa sering kali mengalami hambatan. Karena pada suhu dingin terjadi pengkristalan wax. Untuk mengurangi pembentukan kristal wax ini dilakukan penambahan zat aditif alkil benzena sulfonat (ABS). Pada penelitian ini aditif ABS ditambahkan ke dalam model crude oil yang terdiri bensin, kerosin, oli, wax dan asphaltene. Konsentrasi ABS divariasikan 2%, 5%, dan 10% dengan variasi volume (20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, dan 500 μL ), kemudian diuji pour point dan viskositas. Untuk mengamati pertumbuhan kristal wax dengan penambahan aditif menggunakan Cross Polarized Microscopy (CPM). Interaksi antara wax dengan aditif di analisis menggunakan FTIR. Dari hasil penelitian 15 model crude oil, model 1-3 tidak stabil karena terbentuk dua fasa. Penurunan pour point optimum dicapai hingga suhu 7°C mulai dari 21°C. Untuk mencapai penurunan pour point 7°C, ABS 2% membutuhkan 450 μL, ABS 5% membutuhkan 250 μL dan ABS 10% membutuhkan 150 μL. Aditif ABS mampu mendeagregasi wax dibuktikan dengan analisa CPM. Hasil spektrum FTIR memperlihatkan adanya interaksi antara aditif dengan wax maupun asphaltene.

Transportation of oil from offshore to the mainland through a pipeline often encounter obstacles. Due to cold temperatures occur crystallization of wax. To reduce the formation of wax crystals is the addition of additives alkyl benzene sulfonate ( ABS ). In this study ABS additives are added into the model consisting of crude oil gasoline, kerosene, oil, wax and asphaltene. Concentration ABS varied 2 %, 5 %, and 10 % by volume variation ( 20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, and 500 mL ), and then tested pour point and viscosity. To observe the wax crystal growth with the addition of additives using Cross Polarized Microscopy ( CPM ). The interaction between the wax additives in using FTIR analysis. From the research, 15 models of crude oil, models 1-3 unstable since formed two phases. Achieve optimum pour point decline to 7 ° C from 21 ° C. To achieve a reduction in pour point 7 ° C, ABS 2 % requires a 450 mL, ABS 5 % requires 250 mL and ABS 10 % requires 150 mL. Additives ABS able mendeagregasi wax evidenced by CPM analysis. The results of FTIR spectra showed the interaction between additives with wax and asphaltene."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanri Noer Thaher
"Minyak mentah yang memiliki kandungan wax tinggi dapat menyebabkan timbulnya permasalahan selama proses transportasi berlangsung. Jika titik awal pembentukan deposisi dapat diprediksi dengan baik dan laju pengendapan dapat dihitung secara akurat maka strategi penanganannya akan tepat sasaran. Dalam penelitian ini, pembentukan deposisi wax diprediksi dengan menggunakan simulasi OLGA. Uji laboratorium atas sampel dari sumur Bravo dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui komposisi fluida, nilai WAT, jumlah fraksi wax dan viskositas. Karakterisasi dan tuning dilakukan dengan bantuan perangkat lunak PVTsim menggunakan hasil pengujian laboratorium. Hasil karakterisasi ini selanjutnya digunakan sebagai input bagi OLGA untuk memprediksi titik awal deposisi serta menghitung laju pengendapannya. Simulasi dilakukan pada laju alir 80000 bpd pada beberapa periode waktu. Kemudian dilakukan juga beberapa variasi laju alir untuk melihat pengaruhnya terhadap titik awal deposisi wax serta tingkat ketebalannya. Untuk kasus lapangan Charlie-Bravo dengan laju alir 80000 bpd, titik awal deposisi wax terbentuk pada jarak 4 km pada temperatur 31,1 oC. Laju pengendapan akan terus meningkat seiring berjalannya waktu dan akan mencapai ketebalan 1 mm pada jarak 6,87 km setelah 82 hari. Rekomendasi untuk melakukan pigging dikeluarkan apabila ketebalan wax pada dinding pipa mencapai 1 mm agar peningkatan laju pengendapan dapat dikurangi.

The presence of wax in crude oil can lead to the formation of wax deposit on the wall of pipelines. If we can predict the starting point for the formation of wax deposition and calculate the rate accurately then the appropriate mitigation can be well developed. In this study, the wax deposition was predicted using OLGA simulation. Laboratory test from Bravo wells to determine the fluid composition, WAT, amount of wax fraction and viscosity shall be done first. This laboratory test result was then characterized and tuned using the PVTsim. The result was used as an input for OLGA to calculate the rate of wax deposition in pipelines. Simulation was conducted at a flow rate of 80000 bpd with the time of 1-60 days. The same thing was also done at several flow rates to see the effect of wax formation and its level of thickness. In the case of Charlie-Bravo field that produce 80000 bpd of liquid, wax began to precipitate at a distance of 4 km and temperature 31.1 oC. The deposition rate will continue to increase over the time and will get a thickness of 1 mm at the distance of 6.87 km after flowing for about 82 days Pigging is recommended if the wax thickness in the pipe achieves 1 mm. This is as a preventive maintenance to reduce an escalation of rate deposition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Novitasari
"Tulisan ini membahas kerusakan lingkungan yang terjadi akibat illegal tapping of pipeline oil dan lebih jauh memahami hak-hak lingkungan terkait dengan kerusakan lingkungan dalam kasus tersebut. Data yang digunakan dalam penulisan tugas karya akhir ini adalah data sekunder terkait dengan pemasalahan penulisan. Hasil analisis menunjukkan bahwa illegal tapping of pipeline oil telah mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa pencemaran terhadap air, tanah dan udara yang kemudian mengancam hak-hak lingkungan. Hak-hak lingkungan yang dimaksud adalah terkait manusia dan lingkungan, di mana manusia memiliki hak untuk mendapatkan udara bersih, air, ruang juga pasokan sumber daya alam dan lingkungan memiliki hak untuk tidak terancam dari segala kegiatan manusia.

This paper explains about environmental harm caused by illegal tapping of pipeline oil and further understand environmental rights concept that related to environmental harm in this case. This paper used secondary data that related to the issues. The analysis shows that illegal tapping of pipeline oil lead to environmental harm such as water, soil and air pollution which then threatening environmental rights. Environmental rights is about human and environment, that human have rights to the access of clean air, water, space, and supply of natural resources, then environment have rights to unthreatened by all human activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vani Arliani
"Penelitian ini dilakukan di PT X, yang memiliki proyek pipa gas di Indonesia. Proses desain pipa gas merupakan desain khusus yang cukup kompleks ditinjau dari segi teknis, karena karakteristik gas dan penggunaan gas akan menentukan filosofi desain pipa gas tersebut. Tahap perencanaan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas desain pipa gas. Selain faktor kualitas, faktor estimasi waktu perencanaan harus meimiliki tingkat akurasi yang baik karena terdapat batasan waktu kapan suatu pipa gas harus mulai dapat beroperasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengulas mengenai penentuan penilaian kinerja konsultan perencana yang baik.

This research was conducted at PT. X, which has many gas pipeline project in Indonesia. Gas pipeline project has the specific and high complexity technical design, because of the gas design philosphy are depend on gas characteristics and gas utilization. Technical design is the main factor that influence the project quality. Meanwhile, the project time performance also has an important role because of time constraint when the gas field should start to operate. Select a design consultant with sufficient performance will be needed and this research will focus on it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T42632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganjar Ali Setiawan
"Kendala operasional transportasi minyak mentah melalui pipa yang dihadapi PT X adalah penyumbatan pipa akibat terbentuknya endapan minyak mentah (wax) di dalam pipa. Studi dilakukan pada kasus penyumbatan yang terjadi pada tahun 2022 dan salah satu usaha yang dilakukan untuk menghancurkan wax di dalam pipa tersebut adalah melalui kegiatan pigging. Karena wax terlampau banyak, pig yang diluncurkan tidak sanggup mendorong endapan tersebut, menyebabkan pipa tersumbat dan aliran minyak terhenti. Identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis dan menghasilkan 7 variabel yang menjadi akar penyebab masalah yaitu posisi pipa yang terendam air, minyak mentah kehilangan panas, interval kegiatan pigging, tidak adanya wax inhibitor, kemampuan pompa yang terbatas, tidak ada fasilitas untuk intervensi kondisi minyak mentah, dan karakteristik minyak mentah. Disimpulkan bahwa penyebab dominan terjadinya penyumbatan aliran minyak mentah pada pipa adalah karena temperatur minyak mentah yang turun menyentuh temperatur pour point menyebabkan munculnya wax yang mengendap dan menyumbat aliran minyak mentah. Mitigasi dapat dilakukan dengan kegiatan pigging rutin setiap 7 hari sekali, menambahkan bahan kimia sebanyak 500 ppm untuk memodifikasi karakteristik minyak mentah, serta memasang sistem pemanas elektrik pada pipa menggunakan teknologi heat tracing constant wattage sepanjang 3 km. Berdasarkan perhitungan keekonomian, pemasangan sistem pemanas elektrik pada pipa akan memberikan efisiensi 3 miliar Rupiah per tahun, dengan IRR 18,87% dan periode pengembalian investasi selama 7 tahun jika dibandingkan dengan melakukan pembelian bahan kimia selama 20 tahun operasional pipa. Sehingga solusi yang paling efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pemasangan sistem pemanas elektrik pada pipa tersebut.

The main operational obstacle to transportation of crude oil via pipeline faced by PT X is a wax depostion lead to pipe blockage. A case study was conducted on a blockage case that occurred in 2022 and one of the efforts made to destroy the wax in the pipe was through pigging activities. The pig that is launched is unable to push through the deposits and causes the pipe clogged and the oil flow to stop. Problem identification was carried out using the Fault Tree Analysis method and produced 7 variables which were the possible root cause of the problem, namely the position of the pipe submerged in water, crude oil heat loss, pigging activity interval, absence of wax inhibitor, limited pump capacity, no facilities for condition intervention, and characteristics of crude oil. So it was concluded that the root cause of pipe blockage was because the temperature of the crude oil dropped during transport process below the pour point temperature, causing the appearance of wax which settled inside the pipe and blocked the flow of crude oil. Mitigation can be done by carrying out routine pigging activities every 7 days, adding 500 ppm of chemicals to modify the characteristics of petroleum, and installing an electric heating system on the pipe using constant wattage heat tracing technology over a length of 3 km. Based on economic calculations, installing an electric heating system on pipes will provide savings of 3 billion Rupiah per year, with an IRR of 18.87% and a return on investment period of 7 years compared to purchasing chemicals during 20 years of pipe operation. So the most effective and efficient solution to overcome this problem is to install an electric heating system on the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Saadilah
"ABSTRAK
Fasilitas minyak dan gas bumi yang telah mengalami penuaan atau aging beresiko mengalami kerusakan atau dalam bahasa ilmu material sebagai kegagalan. Kegagalan ini dapat menyebabkan kerugian yang besar. Salah satu penyebab terbesar dari kegagalan pada anjungan minyak dan gas terutama pada sistem perpipaan adalah korosi. Manajemen korosi diperlukan supaya menjaga sistem perpipaan dari kegagalan, salah satu bentuknya adalah perlakuan inspeksi. Penggunaan inspeksi dengan metode dengan berbasis resiko RBI disebutkan lebih efisien dan tepat dibandingkan metode inspeksi yang sebelumnya. Dalam melaksanakan RBI memerlukan beberapa data, terutama RBI pada sistem perpipaan seperti data kondisi lingkungan, data kondisi operasi perpipaan, kecepatan aliran pipa, data inspeksi pemeliharaan, ditambah dengan data primer yang terkini. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan RBI peneliti dapat mengetahui tingkatan resiko pada pipa menunjukkan pada medium-high, efek dari kegagalan pipa BA yaitu tumpahan fluida dengan luas daerah sebesar 9714 ft2, pipa BA lebih berpeluang terjadi kegagalan dikarenakan korosi. Resiko pipa BA bisa diturunkan dengan menurunkan tingkat korosifitas fluida yang mengalir di dalam pipa dan menambahkan jenis mitigasi.

ABSTRACT
Oil and gas facilities that have aging having risk of damage or in materials science called a failure. This failure can cause a great loss. One of the biggest causes of failures on oil and gas platforms, especially in piping systems are corrosion. Corrosion management is required in order to keep the pipeline of the failure, one of the work to do is the inspection. Using risk based inspection RBI is the more efficient and precise than previous inspection methods. In implementing the RBI requires some data, particularly RBI in pipeline systems such as environmental conditions data, the data pipeline operating conditions, maintenance inspection data, coupled with recent primary data. The results says that with RBI writer can understand the risk of pipe ba was medium high, the effect of failure on ba pipe is flood of its fluids with area of 9714 ft2, he risk of ba pipe could be decreased if the corrosivity of the fluid is lowered, and adding some other corrosion mitigation."
2018
T49013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>