Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lintang Wisesa Atissalam
"PT XYZ adalah salah satu perusahaan telekomunikasi dengan lebih dari 34.3 juta pengguna di Indonesia. PT XYZ mengadopsi kerangka kerja Scrum dalam tiga proyek pengembangan aplikasi MyXYZ. Persentase keterselesaian masing-masing proyek dalam setiap sprint selama setahun terakhir tidak mencapai 100%. Hal ini mengindikasikan adanya masalah dalam tiap sprint yang berpotensi memperlambat waktu rilis fitur terbaru dan membuang potensi pendapatan yang lebih tinggi. Scrum Maturity Model digunakan untuk mengukur tingkat kematangan penerapan Scrum di PT XYZ. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Scrum Assessment Questionnaire yang terdiri atas 70 pertanyaan. Kuesioner diberikan kepada 1 orang Scrum Master, 2 orang product owner dan 4 orang development team dari masingmasing proyek. Data kuesioner kemudian dianalisis dengan key process area rating Agile Maturity Model. Hasilnya, implementasi Scrum di PT XYZ berada di level 3. Perlu standardisasi dan pelaksanaan sprint retrospective yang disiplin untuk dapat meningkatkan tingkat kematangan ke level selanjutnya.

PT XYZ is a telco company with more than 34.3 million users in Indonesia. PT XYZ adopted the Scrum framework in 3 projects of MyXYZ application development. The percentage of completion of each project in each sprint during the last year didn't reach 100%. This indicates there are problems in each sprint that could be slow down the release time of the newest feature and waste higher revenue potential. The Scrum Maturity Model is used to measure the maturity level of Scrum implementation. Data collection was carried out using the Scrum Assessment Questionnaire which consists of 70 questions. The questionnaires were given to 1 Scrum Master, 2 Product Owners and 4 Development Team members from each project. The data was then analyzed using the Agile Maturity Model key process area rating. As a result, Scrum implementation at PT XYZ is at level 3. Standardization and disciplined implementation of sprint retrospectives are needed to be able to raise the maturity level to the next level."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Honassan, Gregorio Gringo
"Sebagai fungsi yang memegang kendali perangkat lunak di PT XYZ IT Solution memiliki peranan penting dalam menjaga manajemen pengembangan perangkat lunak agar berjalan sesuai rencana yang sudah dirumuskan bersama dengan para stakeholder. Pengembangan perangkat lunak menggunakan metodologi waterfall yang belum optimal menjadi kendala untuk dapat men deliver setiap proyek perangkat lunak sesuai requirements jadwal dan anggaran user. Untuk mengatasi hal tersebut IT Solution melakukan piloting proyek pengembangan perangkat lunak menggunakan metodologi Scrum yang diharapkan dapat lebih agile dalam pengembangan perangkat lunak. Namun dalam proses implementasi Scrum masih ditemukan permasalahan.
Tujuan penelitian ini adalah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi IT Solution dan memperbaiki proses pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum. Penelitian ini menilai dan menemukan akar permasalahan sekaligus rekomendasi perbaikan dalam implementasi Scrum di IT Solution sesuai dengan kerangka kerja Scrum Maturity Model.

IT Solution as part of PT XYZ has an important role in software development to meet stakeholder request ini the company Nowadays waterfall methodology which adopted by PT XYZ was not optimal. It was a constraint to deliver software project which should meet with software requirements schedule and budget. Therefore IT Solution did piloting software development project using Scrum .It expects be more agile in software development. However they still found problems in implementing Scrum.
The purpose of this research is to solve the problems faced on IT Solutions and to improve the software development process using Scrum. This research will assess and find the root causes to give recommendations for improvements in the implementation of Scrum in IT Solution based on Scrum framework Maturity Model.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
William Adjandra Hogan N
"PT XYZ adalah salah satu perusahaan teknologi rintisan terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang e-commerce. Selain di bidang e-commerce, PT XYZ juga melakukan eksplorasi bisnis baru pada bidang teknologi finansial. Tim investasi dan asuransi (Investment and Insurance, IIS) adalah salah satu tim yang mengembangkan produk asuransi dan investasi pada PT XYZ. Dalam proses pengembangan perangkat lunak, IIS menggunakan kerangka kerja Scrum agar dapat beradaptasi dengan cepat sesuai dengan kebutuhan pasar. Dalam pelaksanaannya, ditemukan bahwa deliverable produk mengalami keterlambatan dan objective and key result (OKR) yang tidak terpenuhi. Data pendukung juga memaparkan bahwa rata-rata penyelesaian pada setiap sprint masih berada pada angka 44%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah, salah satunya adalah proses acara Scrum yang belum dilakukan sesuai dengan Scrum Guides. Untuk dapat memperbaiki permasalahan ini, penelitian melakukan evaluasi tingkat kematangan pengembangan perangkat lunak dengan Scrum Maturity Model (SMM) dan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) C untuk melakukan penilaian terhadap praktik Scrum. Hasil dari evaluasi ini, ditemukan bahwa IIS masih berada pada level 1 melalui penilaian SMM dengan rentang level 1 hingga 5. Terdapat satu goal yang belum fully achieved, masih terdapat satu goals basic Scrum management dengan penilaian 67,86% (largely achieved) yang menyebabkan organisasi belum dapat mencapai level 2. Selanjutnya, hasil penilaian SCAMPI C digunakan sebagai acuan untuk memilih praktik SMM yang sesuai dengan pertanyaan penelitian dan menyusun usulan rekomendasi perbaikan. Hasil akhir penelitian adalah lima belas rekomendasi terkait acara Scrum. Rekomendasi disusun dan divalidasi dengan harapan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja proses pengembangan perangkat lunak sehingga dapat tercapai target OKR sesuai dengan harapan perusahaan
PT XYZ is one of the leading technology start-ups in Indonesia engaged in e-commerce. Apart from e-commerce, PT XYZ also explores new businesses in the field of financial technology. The investment and insurance team (Investment and Insurance, IIS) is one of the teams that develops insurance and investment products at PT XYZ. In the software development process, IIS uses the Scrum framework to quickly adapt to market needs. In its implementation, it was found that the product deliverables were delayed, and the objectives and key results (OKR) were not met. Supporting data also explains that the average completion of each sprint is still at 44%. This is influenced by several root causes, one of which is the Scrum event process that has not been carried out in accordance with the Scrum Guides. To be able to fix this problem, the research evaluates the maturity level of software development using the Scrum Maturity Model (SMM) and Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) C to assess Scrum practices. The results of this evaluation, it was found that IIS is still at level 1 through the QMS assessment with a range of levels 1 to 5. There is one goal that has not been fully achieved, there is still one basic goal of Scrum management with an assessment of 67.86% (largely achieved) which causes the organization has not been able to reach level 2. Furthermore, the results of the SCAMPI C assessment are used as a reference for selecting QMS practices that are in accordance with the research questions and formulating recommendations for improvement. The results of the study are fifteen recommendations related to Scrum events. Recommendations are compiled and validated with the hope of being able to improve and improve the performance of the software development process so that OKR targets can be achieved in accordance with company expectations."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Basic Dirgantara Bayu Aji Pamungkas
"Perusahaan penyedia layanan TI yang fokus pada pengembangan produk (perangkat lunak), tentu akan memperhatikan sekali proses atau metode pengembangan perangkat lunak yang diterapkan. Dengan memodifikasi platform/produk yang sudah tersedia, tidak semata-mata menjadikannya mudah. Perusahaan harus jeli dalam menyusun strategi untuk mengubahnya demi memenuhi permintaan klien yang berbanding lurus dengan kebutuhan pasar. Untuk itu kelincahan (agile) tim akan perubahan kebutuhan sangat dibutuhkan. Scrum merupakan salah satu metode agile yang dapat mengakomodasi kelincahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kematangan penerapan scrum di PT Kemana Teknologi Solusi, sebuah perusahaan TI yang mengembangkan B2B dan B2C e-commerce untuk kliennya. Selain itu juga disusun langkah peningkatan metodologi penerapan scrum sebagai usulan perbaikan yang diajukan kepada perusahaan. Dengan tujuan untuk memberikan pedoman berisi langkah-langkah yang lebih tepat dalam memperbaiki penerapan scrum di Kemana. Kematangan penerapan scrum diukur dengan menggunakan Scrum Maturity Model (SMM). Dengan data yang didapat dari instrumen berupa kuesioner, diisi oleh seluruh anggota tim pengembang TI yang ada di perusahaan. Sedangkan usulan perbaikan disusun dengan mengacu pada Scrum Body of Knowledge (SBoK) dan Scrum Guide. Hasilnya, diketahui tingkat kematangan penerapan Scrum berada pada level 1, tidak memenuhi harapan yang ditargetkan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya adalah tidak terpenuhinya penerapan 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3. Maka dari itu peneliti memberikan 12 usulan yang perlu dilakukan perusahaan untuk memperbaiki proses pengembangan produk menggunakan metode Scrum.

An an IT services provider company that focuses on product (software) development, will surely pay attention to the applied software development process or method. By modifying existing platforms/products, it doesn't mean that everything goes easy. Companies must be observant in devising strategies to change them in order to meet client demands that are directly proportional to market needs. For this reason, the agility of the team regarding changing needs is very much needed. Scrum is an agile method that can accommodate this agility. This research was conducted to measure the maturity level of Scrum implementation at Kemana, an IT company that develops B2B and B2C e-commerce for its clients. In addition, steps are made to improve the methodology for implementing Scrum as recommendations submitted to the company. With the aim of providing guidelines containing more precise steps in improving the application of Scrum at Kemana. The maturity of the scrum application is measured using the Scrum Maturity Model (SMM). With the data obtained from the instrument in the form of a questionnaire, all members of the IT development team in the company are filled in. Meanwhile, recommendations are prepared by referring to the Scrum Body of Knowledge (SBoK) and Scrum Guide. As a result, it is known that the maturity level of the application of Scrum is at level 1, not meeting the expectations according to company management. The factors that cause the implementation of 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3 are not fulfilled. Therefore, the researcher provides 12 changes that the company needs to make to improve the product development process using the Scrum method."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nala Freedrikson Arifin
"PT. Telekomunikasi Selular merupakan salah satu penyedia jasa layanan jaringan Internet dengan jangkauan paling luas, yang menjangkau hingga daerah terpencil, pulau terluar hingga perbatasan wilayah negara. Tahun 2019 PT Telekomunikasi Selular meluncurkan produk by.U, yang ditujukan untuk segmen anak muda yang bebas. Produk by.U sendiri memiliki slogan “SemuanyaSemaunya”, yang menggambarkan paket kepada pelanggan tanpa di-bundle seperti produk telekomunikasi lainnya. Dalam pengembangan produknya, tim by.U menggunakan Scrum sebagai pedoman. Hal ini dikarenakan sifat Scrum yang cepat dalam merespon perubahan. Namun dalam pelaksanaannya terjadi beberapa masalah, sehingga tujuan awal digunakannya Scrum tidak dapat tercapai. Proses identifikasi masalah menunjukkan bahwa salah satu akar permasalahan yang terjadi adalah penambahan Sprint Backlog di tengah Sprint. Selain itu terjadi perubahan konten Sprint Backlog di tengah sprint yang menyebabkan beban kerja tim development bertambah. Hal ini membuat estimasi beban kerja di awal sprint tidak tercapai, serta menimbulkan beban kerja tambahan untuk Sprint berikutnya. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengukuran kematangan proses Scrum dengan menggunakan Scrum Maturity Model, yang telah diperbarui berdasarkan Scrum Guide 2017 dan SBOK v3. Hasil penilaian menunjukkan tim produk by.U memperoleh tingkat kematangan satu (Initial). Setelah itu disusun rekomendasi perbaikan seluruh praktik yang belum mencapai peringkat Fully Achieved, serta dikelompokkan berdasarkan komponen Scrum, yaitu Scrum Roles, Scrum Artifacts, dan Scrum Events. Kemudian praktik tersebut dipetakan ke Scrum Guide 2017, SBOK v3, dan pengalaman pakar Scrum. Dengan demikian diperoleh dokumen rekomendasi perbaikan implementasi Scrum, sesuai dengan kondisi tim produk by.U. Dokumen tersebut dapat menjadi dasar untuk melakukan perbaikan praktik Scrum pada tim produk by.U.

PT. Telekomunikasi Selular is one of the Internet network service providers with the broadest range that reaches to remote areas, outer islands to the borders of the country. In 2019, PT. Telekomunikasi Selular launches by.U products aimed at the free youth segment. The by.U product itself has the slogan "Everything at Will", which describes the package given to the customer without being bundled like other telecommunications products. In developing their products, the by.U team used Scrum as a guide. It is due to the nature of Scrum, which is fast in responding to changes. However, several problems occurred in the implementation. As a result, the initial purpose of using Scrum cannot be achieved. The problem identification process shows that one of the root causes is the addition to the Sprint Backlog or changes in the Sprint Backlog content in the middle of the sprint. As a result, it increases the development team's workload. It makes the estimated workload at the beginning of a sprint missed. Consequently, it raises the workload for the next sprint. Therefore, this study measures the maturity of the Scrum process using the updated Scrum Maturity Model based on the 2017 Scrum Guide and SBOK v3. The assessment results show that by.U product team gets a maturity level of one (Initial). Recommendations for improvement are made for all practices, which are not in the Fully Achieved level, are grouped based on Scrum components. These are Scrum Roles, Scrum Artifacts, and Scrum Events. The practice is mapped to the 2017 Scrum Guide, SBOK v3, and the experience of Scrum experts. Therefore, the recommendations for improvement of the Scrum implementation following the conditions of the by.U product team. This document is the basis for improving Scrum practices on the by.U product team."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Nabilah Muhammad
"Perusahaan XYZ merupakan perusahaan tech-based yang berfokus pada pembangunan solusi digital. Dengan adanya kebutuhan akan produk digital Human Resource (HR) dan pengalaman serta resources yang dimiliki, perusahaan membangun aplikasi PX. PX melakukan otomatisasi proses HR yang mencakup dari awal seseorang berstatus kandidat hingga karyawan yang ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Pada pengembangan PX, digunakan Scrum sebagai framework dalam mengembangkan perangkat lunak. Implementasi Scrum pada pengembangan PX ternyata terdapat kendala yang menyebabkan target Sprint Backlog tidak tercapai sehingga menghambat penyelesaian employee journey PX. Pada identifikasi masalah menunjukkan bahwa salah satu akar permasalahnnya adalah praktik Scrum belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengukuran kematangan Scrum pada pengembangan produk PX dengan menggunakan Scrum Maturity Model yang acuannya telah diperbarui dari Scrum Guide 2010 menjadi Scrum Guide 2020. Peneliti menggunakan wawancara, studi dokumen, observasi, dan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah untuk menghasilkan tingkat kematangan Scrum dan data kualitatif digunakan sebagai data pendukung dalam memperkuat data kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa Tim PX memperoleh tingkat kematangan satu (Initial). Setelah didapatkan hasil pengukuran, peneliti memberikan sasaran perbaikan untuk praktik wajib yang belum mendapatkan interpretasi Fully Achieved yaitu 15 praktik pada tingkat dua (Managed) dan 16 praktik pada tingkat tiga (Defined). Rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Scrum Guide 2020, SBoK v3, dan pendapat pakar Scrum eksternal. Hasil penelitian ini berupa dokumen rekomendasi perbaikan praktik yang telah divalidasi oleh praktisi Scrum di PX yaitu Product Owner. Dokumen ini dapat menjadi dasar perbaikan praktik Scrum pada Tim PX.

XYZ Company is a tech-based company that focuses on building digital solutions. With the need for Human Resource (HR) digital products and the experience and resources they have, the company builds the PX application. PX automates HR processes, from candidates to employees who want to leave the company. In PX development, Scrum is used as a framework for developing software. The implementation of Scrum in PX development turned out to have obstacles that caused the Sprint Backlog target not to be achieved, thus hampering the completion of the PX employee journey. The problem identification shows that one of the root problems is that Scrum practices have not been implemented well. Therefore, this study measures Scrum maturity in PX product development using the Scrum Maturity Model, whose reference has been updated from Scrum Guide 2010 to Scrum Guide 2020. Researcher used interviews, document studies, observations, and questionnaires as research instruments. The study used qualitative and quantitative data. Quantitative data is processed to produce Scrum maturity level and qualitative data is used as supporting data in strengthening quantitative data. The results showed that the PX Team obtained a maturity level one (Initial). After obtaining the measurement results, the researcher provides improvement targets for required practices that have not received a Fully Achieved interpretation, namely 15 practices at level two (Managed) and 16 practices at level three (Defined). Recommendations for improvement are based on the Scrum Guide 2020, SBoK v3, and the opinions of external Scrum experts. The results of this study are in the form of a practice improvement recommendation document that Scrum practitioners have validated at PX, namely the Product Owner. This document can be the basis for improving Scrum practices for the PX Team."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Istidana Harjanti Ismed
"Dengan memanfaatkan teknologi perangkat lunak sebagai enabler, PT BZCI (BZCI) mengembangkan sebuah situs jual beli daring (online marketplace) berkonsep business to business (B2B) sebagai produk dari model bisnisnya. Dalam proses pengembangan produknya, BZCI memilih menerapkan metode Scrum. Namun, dalam mengimplementasi Scrum ternyata tidak semudah mempelajari teorinya, banyak masalah yang terjadi di BZCI dalam menjalankan praktik Scrum seperti keterlambatan waktu rilis dari setiap Sprint, individu dalam tim yang merasa praktik Scrum tidak begitu penting dilaksanakan sepenuhnya karena dirasa banyak menyita waktu. Maka agar dapat mengatasi berbagai kendala terkait implementasi Scrum di BZCI, dilakukan pengukuran tingkat kematangan implementasi Scrum di BZCI menggunakan Scrum Maturity Model (SMM). Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan pengamatan lapangan menggunakan SMM pada tingkat 2 dan 3 yang praktiknya telah disesuaikan dengan Scrum Guide tahun 2017 dan Scrum Body of Knowledge (SBoK) v.3. Kemudian pengolahan data menggunakan perhitungan KPA Rating pada Agile Maturity Model.
Hasil pengolahan data menunjukan bahwa BZCI memperoleh nilai kematangan tingkat 1 (Initial) yang mana pada tingkat ini proyek dalam organisasi seringkali menghadapi keterlambatan dan perubahan requirements yang sulit dikendalikan, sehingga dibuat rekomendasi perbaikan implementasi Scrum pada tingkat 2 (Managed) dan 3 (Defined). Terdapat total 26 praktik pada tingkat 2 (Managed) dan 3 (Defined) yang bernilai rendah dan tidak sesuai dengan panduan Scrum sebagai praktik yang perlu diperbaiki. Kemudian peneliti memetakan praktik yang perlu diperbaiki tersebut dengan teori dari Scrum Guide tahun 2017, SBoK v.3 dan pendapat praktisi Scrum sehingga menghasilkan dokumen rekomendasi perbaikan implementasi Scrum sesuai dengan kondisi organisasi di BZCI. Dokumen ini kemudian dapat diimplementasi untuk memperbaiki jalannya praktik Scrum di BZCI."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdi Ahmadi Muzakkiy
"PT XYZ sebagai perusahaan internet inovatif yang fokus pada pengembangan solusi perdagangan online, juga memiliki divisi Manajemen Risiko. Divisi ini bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko yang mungkin berdampak pada operasional perusahaan. Dalam konteks pengembangan perangkat lunak menggunakan metode Scrum, ketidaksesuaian antara Tujuan Sprint dan Objective Key Results (OKRs) telah menunjukkan tantangan yang perlu ditangani. Penelitian Mixed Method ini dilakukan untuk mengevaluasi tingkat kematangan proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ, dengan fokus khusus pada Divisi Bisnis Risk Management. Penelitian ini merekomendasikan proses implementasi melalui pendekatan yang menggabungkan Scrum Maturity Model (SMM) dan Agile Maturity Model (AMM). Informasi dikumpulkan melalui wawancara, survei terhadap 4 tim dengan total 29 responden, dan pemantauan intensif atas metode, dokumen, dan alat yang digunakan dalam proses pengembangan perangkat lunak. Untuk memahami dan menafsirkan temuan ini, penilaian Key Process Area (KPA) dari Agile Maturity Model digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan proses implementasi Scrum pada Divisi Bisnis Risk Management di PT XYZ berada pada level 1 dengan total 60% terpenuhi dari total 79 practice. Untuk meningkatkan tingkat kematangan ini, PT XYZ disarankan untuk menerapkan 31 praktik yang disarankan di berbagai tingkat kematangan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang berguna untuk mengevaluasi tingkat kematangan dan memberikan rekomendasi praktis bagi Divisi Bisnis Risk Management di perusahaan start-up lain dalam industri yang sama.

PT XYZ, as an innovative internet company focused on developing online trading solutions, also has a Risk Management division. This division is responsible for identifying, measuring, and managing risks that may impact the company's operations. In the context of software development using the Scrum method, discrepancies between Sprint Goals and Objective Key Results (OKRs) have presented challenges that need to be addressed. This Mixed Method research was conducted to evaluate the maturity level of software development processes at PT XYZ, with a particular focus on the Risk Management Business Division. This research recommends a process implementation through an approach that combines the Scrum Maturity Model (SMM) and the Agile Maturity Model (AMM). Information was gathered through interviews, surveys of 4 teams with a total of 29 respondents, and intensive monitoring of the methods, documents, and tools used in the software development process. To understand and interpret these findings, the Key Process Area (KPA) assessment from the Agile Maturity Model was used. The research results show that the maturity level of Scrum implementation processes in the Risk Management Business Division at PT XYZ is at level 1, with a total of 60% of the 79 practices fulfilled. To increase this maturity level, PT XYZ is recommended to implement the 31 suggested practices at various maturity levels. This research is expected to serve as a useful reference for evaluating maturity levels and providing practical recommendations for Risk Management Business Divisions in other startup companies in the same industry."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Chandra Abimaulana
"PT XYZ mengimplementasikan Scrum dalam proses pengembangan perangkat lunaknya. Hal ini bertujuan agar software delivery dapat sesuai dengan requirements dan jadwal yang ditentukan sebagai upaya PT XYZ agar dapat bersaing di bidang Education Technology. Namun dalam penerapannya masih terdapat permasalahan dimana Sprint Goal yang telah ditetapkan dalam Objective Key Result (OKR) tidak tercapai. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi dan perbaikan proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ menggunakan Scrum Maturity Model. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan proses wawancara, kuesioner, dan observasi untuk kemudian diolah menggunakan metode KPA Rating dari Agile Maturity Model. Hasil Analisa digunakan sebagai rekomendasi perbaikan proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ belum mencapai level 2 tingkat kematangan Scrum Maturity Model. Hal ini dikarenakan masih adanya praktik-praktik yang belum dijalankan dalam setiap sasaran umumnya. Rekomendasi perbaikan yang dihasilkan digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki proses pengembangan perangkat lunak di PT XYZ.

PT XYZ implements Scrum in its software development process. This aims so that the delivery software can be in accordance with the requirements and schedule specified as an effort of PT XYZ in order to compete in the field of Education Technology. However, in its application, there are still problems where the Sprint Goal set out in the Objective Key Result (OKR) is not achieved. In this research, evaluation and improvement of the software development process at PT XYZ was carried out using Scrum Maturity Model. Data collection method is done by interviewing, questionnaire, and observation processed using KPA Rating from Agile Maturity Model. The results of the analysis are used as recommendation for improvement of the software development process at PT XYZ. The result of this study shows that the software development process at PT XYZ has not reached level 2 maturity of Scrum Maturity Model. This is because there are still practices that have not been implemented in every target generally. The Improvement Recommendations result are used as a reference for improving the software development process at PT.XYZ."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jalaluddin
"Software House XYZ menggunakan Scrum sebagai salah satu proses pengembangan perangkat lunaknya. Namun, Software House XYZ memiliki beberapa masalah dalam penerapan Scrum sehingga menyebabkan keterlambatan pada rilis produk mereka. Terdapat 2 masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini yaitu pengendalian tim Scrum dengan ukuran yang besar dan pengendalian komitmen pekerjaan tim. Scrum at Scale adalah kerangka kerja yang dipilih menjadi solusi kedua permasalahan tersebut. Sebelum menerapkan Scrum at Scale, perlu dilakukan penilaian tingkat kematangan Scrum yang saat ini diterapkan oleh Software House XYZ. Scrum Maturity Model yang disesuaikan dengan Scrum Guide 2020 dipilih sebagai metode yang dapat menilai seberapa baik perusahaan menerapkan Scrum. Kuesioner yang berisi 81 praktik disebar ke 40 tim pengembang. Data hasil kuesioner yang valid sebanyak 10 kuesioner. Dari hasil penilaian menggunakan Scrum Maturity Model, kematangan penerapan Scrum di Software House XYZ saat ini berada di tingkat 1 Initial. Sebanyak 61 praktik diusulkan sebagai perbaikan proses Scrum. Rekomendasi rancangan Scrum at Scale dapat diterapkan apabila perbaikan proses Scrum telah dilakukan. Rekomendasi disusun mengikuti kerangka kerja yang ada di Scrum at Scale Guide 2022. Validasi terhadap rekomendasi rancangan Scrum at Scale telah dilakukan peneliti melalui wawancara dengan perwakilan dari Software House XYZ. Dari hasil validasi, perusahaan tertarik untuk mencoba menerapkan Scrum at Scale. Namun, perusahaan setuju untuk meningkatkan proses Scrum yang ada diperusahaan terlebih dahulu sebelum menerapkan Scrum at Scale secara utuh.

Software House XYZ utilizes Scrum as one of its software development processes. However, the company encounters some challenges in implementing Scrum, leading to delays in their product releases. This research focuses on two identified issues: controlling a large Scrum team and managing team commitment to tasks. Scrum at Scale is chosen as the framework to address these problems. Before implementing Scrum at Scale, an assessment of the current Scrum maturity level at Software House XYZ is deemed necessary. The Scrum Maturity Model, aligned with the Scrum Guide 2020, is selected as the method to evaluate the company's Scrum implementation. A questionnaire containing 81 practices is distributed to 10 development team members. Valid data from 10 questionnaires are collected. The assessment using the Scrum Maturity Model reveals that the current Scrum maturity level at Software House XYZ is at the Initial stage. Sixty-one practices are proposed for improving the Scrum process. Recommendations for the Scrum at Scale design can be implemented once these process improvements in Scrum are carried out. The design recommendations adhere to the framework outlined in the Scrum at Scale Guide 2022. The researcher validates the Scrum at Scale design recommendations through interviews with representatives from Software House XYZ. The validation results indicate the company's interest in trying out Scrum at Scale. However, the company agrees to enhance its existing Scrum processes first before fully adopting Scrum at Scale."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>