Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149858 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juise Fennia Putri
"Penyimpanan termasuk ke dalam salah satu dari sembilan aspek CDOB yaitu operasional. Penyimpanan yang tidak tepat atau tidak efektif membuat obat kedaluwarsa tidak terdeteksi dan dapat merugikan rumah sakit, apotek, dan perusahaan besar farmasi. Salah satu obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus adalah produk rantai dingin. Suhu penyimpanan merupakan salah satu parameter kritis pada penyimpanan sediaan CCP (Cold Chain Product), hal ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kestabilan obat untuk mempertahankan atau menjaga khasiat, mutu dan efikasi. Data yang digunakan diperoleh dari penelusuran pustaka, wawancara, dan observasi terhadap kondisi gudang PT. Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2. Penelusuran pustaka diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang cara distribusi obat yang baik dan pedagang besar farmasi. Sistem penyimpanan cold chain produk di PT Kimia Farma Trading & Distribution cabang Jakarta 2 mayoritas telah sesuai dengan CDOB. Kata Kunci : Penyimpanan, Produk Rantai Dingin, Cara Distribusi Obat yang Baik dan Benar.

Storage is included in one of the nine aspects of CDOB, namely operations. Improper or ineffective storage allows expired medications to go undetected and can be detrimental to hospitals, pharmacies, and large pharmaceutical companies. One drug that requires special storage conditions is cold chain products. Storage temperature is one of the critical parameters in storing CCP (Cold Chain Product) preparations, this is a factor that greatly influences the stability of the drug to maintain or maintain efficacy, quality and efficacy. The data used was obtained from literature searches, interviews, and observations of PT warehouse conditions. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta branch 2. The literature search was obtained from applicable laws and regulations regarding proper distribution of medicines and pharmaceutical wholesalers. The majority of product cold chain storage systems at PT Kimia Farma Trading & Distribution, Jakarta 2 branch are in accordance with CDOB.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Edwatri Maulia
"Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat harus mematuhi peraturan perundang-undangan. Salah satu kegiatan pemantauan yang dapat dilakukan oleh fasilitas distribusi farmasi adalah dengan pemetaan atau mapping suhu gudang penyimpanan. Untuk memastikan bahwa distribusi suhu penyimpanan produk di gudang chiller pharma (2-8°C) memenuhi persyaratan dan,mengidentifikasi titik terpanas dan titik terdingin yang akan digunakan sebagai acuan titik pemantauan suhu gudang, perlu dibuat protokol pemetaan suhu sebagai acuan dalam melakukan pengujian pemetaan suhu. Protokol pemetaan suhu dibuat untuk memastikan proses pelaksanaan pemetaan suhu yang dilakukan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Penyusunan protokol pemetaan suhu pada gudang Chiller Pharma dengan rentang suhu 2-8°C membutuhkan 14 data logger yang masih terkalibrasi menggunakan alat termometer Testo 174-T. Penempatan titik thermometer pada bagian bawah 0,5 m dari lantai, bagian tengah 1,15 m dari lantai, dan bagian atas 1,8 m dari lantai. Jarak termometer pada bagian rak seluruhnya terdapat 3 titik (1, 3, dan 6 m). Uji pemetaan dilakukan selama 3 hari kalender.

Storage and handling of drugs and/or drug ingredients must comply with laws and regulations. One of the monitoring activities that can be carried out by pharmaceutical distribution facilities is by mapping the temperature of the storage warehouse. To ensure that the distribution of product storage temperatures in the pharma chiller warehouse (2-8°C) meets the requirements and identifies the hottest and coldest points that will be used as a reference for warehouse temperature monitoring points, a temperature mapping protocol needs to be created as a reference in conducting temperature mapping tests. The temperature mapping protocol is created to ensure that the temperature mapping process is carried out in accordance with applicable regulations. The preparation of a temperature mapping protocol in the Chiller warehouse with a temperature range of 2-8°C requires 14 data loggers that are still being calibrated using a Testo 174-T thermometer. The placement of thermometer point at the bottom is 0.5 m from the floor, the middle is 1.15 m from the floor, and the top is 1.8 m from the floor. The distance between the thermometers on the shelves is 3 points in total (1, 3, and 6 m). The mapping test was done for 3 calendar days.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putriyanny Ratnasari
"Obat LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan obat-obatan yang secara penampilan dan/atau bunyi mirip. Obat–obatan LASA termasuk dalam obat – obat high alert, yaitu obat yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Penyimpanan obat–obat LASA sesuai aturan menjadi penting untuk diterapkan dalam rangka menjaga keselamatan pasien. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan tahapan: pendataan obat LASA dari data “Master Obat Puskesmas Kecamatan (PKC) Duren Sawit per Mei 2023 untuk kategori “Nama Sama Kekuatan Berbeda”, “Nama Sama Sediaan Berbeda”, dan “Tall Man Lettering”; Observasi dan pendataan obat LASA kategori “Nama Berbeda Bentuk Kemasan Serupa” di ruang farmasi PKC Duren Sawit; observasi bagaimana penyimpanan obat LASA; evaluasi penyimpanan terhadap Petunjuk Teknis Standar Pelayanaan kefarmasian di Puskesmas tahun 2019. Hasilnya, obat LASA di PKC Duren Sawit terdiri dari obat: “Nama Sama Kekuatan Berbeda”, “Nama Berbeda Kemasan Serupa”, “Nama Sama Sediaan Berbeda”, dan Obat Tall Man lettering (Nama Berbeda Pengucapan Mirip). Mayoritas pasangan obat LASA telah diletakkan dijeda dengan non-LASAnya, diberi stiker LASA pada wadah obat, serta memisahkan letak penyimpanan jika berbeda sediaan atau syarat suhu penyimpanan. Namun penerapan Tall Man Lettering belum dilakukan sehingga perbaikan perlu dilakukan. Penyimpanan beberapa obat LASA di PKC Duren Sawit telah memenuhi aspek umum dan beberapa telah memnuhi aspek khusus dalam aturan penyimpanan pada Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
LASA (Look Alike Sound Alike) drugs are drugs that are similar in appearance and/or sound. LASA drugs are high alert drugs because they need to be carefully watched because of the serious errors that can happen and have a high risk of causing undesirable effects. LASA drugs storage’s rule is important to implement to maintain patient safety. This research was descriptive observational, with stages: recording LASA drug from data from the Duren Sawit District Health Center Medicine (PKC Duren Sawit) Master Data as of May 2023 for the categories "Same Name, Different Strength", "Same Name, Different Dosage Form", and "Tall Man Lettering"; Observation and data collection on LASA drugs in the "Different Names and Similar Packaging" category in the PKC Duren Sawit pharmacy room; observing how LASA medication is stored; storage evaluation towards the Standard Technical Instructions for Pharmaceutical Services at Community Health Centers in 2019. As a result, LASA drugs at PKC Duren Sawit consisted of drugs: "Same Name, Different Strengths", "Different Names, Similar Packaging", "Same Name, Different Preparations", and Tall Man Medication. lettering (Different Names Pronounced Similar). The majority of LASA drug pairs have been placed separately from their non-LASA counterparts, given a LASA sticker on the drug container, and separated storage locations if there are different preparations or storage temperature requirements. However, the implementation of Tall Man Lettering has not been carried out so improvements need to be made. The storage of several LASA drugs at PKC Duren Sawit has fulfilled the general aspects and some have fulfilled the specific aspects storage rules in the Standard Technical Instructions for Pharmaceutical Services at Community Health Centers"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Rizqi Nursyifa
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) bertugas mendistribusikan obat dan atau alat kesehatan dengan memastikan mutu tetap terjamin saat sampai di tangan konsumen. Dalam rangka mencapai hal tersebut, diperlukan pedoman yang terstandarisasi dalam rangkaian kegiatan distribusi dan pengendalian mutu untuk menjamin produk yang didistribusikan memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaannya. Tugas khusus ini ditulis dengan tujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam terkait penerapan CDOB dan CDAKB dalam proses validasi tempat penyimpanan dan kalibrasi alat monitoring suhu di PT MJG. Pelaksanaan tugas ini dilakukan dengan metode studi literatur dan perolehan informasi melalui sesi penyampaian materi, serta pengamatan langsung terhadap kegiatan operasional di PT MJG. Berdasarkan studi literatur, serta pengamatan, dan wawancara yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa PT MJG telah menerapkan aspek validasi penyimpanan, dan kalibrasi alat monitoring suhu dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah yang diatur dalam pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB).

Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are tasked with distributing drugs and/or medical devices by ensuring that quality remains as guaranteed when they reach consumers. In order to achieve this, standardized guidelines are needed in a series of distribution and quality assurance activities to ensure that distributed products meet the requirements set according to their intended use. This special assignment was written with the aim that the author can understand more deeply the application of CDOB and CDAKB in the validation process of storage and calibration of temperature monitoring devices at PT MJG. The implementation of this assignment was carried out using the literature study method and obtaining information through material delivery sessions, as well as direct observation of operational activities at PT MJG. Based on the literature study, as well as observations, and interviews that the author has conducted, it can be concluded that PT MJG has implemented aspects of storage validation, and calibration of temperature monitoring devices properly in accordance with the rules regulated in the guidelines for Good Drug Distribution Practices (CDOB) and Good Medical Device Distribution Practices (CDAKB).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Risky Aprilenia
"Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari terjadinya kekosongan stok maupun stok obat yang berlebih. Stok obat yang berlebih dapat menyebabkan kondisi dead stock. Suatu obat dapat dikategorikan sebagai dead stock ketika persediaan obat tidak digunakan sama sekali dalam waktu tiga bulan berturut-turut. Obat keadaan darurat medis merupakan daftar jenis obat yang diperlukan untuk penanganan kasus pasien dalam keadaan darurat medis sebagai pedoman atau gambaran pada tempat praktik mandiri dokter dan klinik yang tidak menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Obat ini harus selalu tersedia di dalam fasilitas pelayanan kesehatan karena termasuk obat dengan kategori lifesaving. Terdapat 330 jenis obat yang tergolong ke dalam kategori dead stock di depo farmasi IGD RSUI, dan dua diantaranya termasuk kedalam daftar obat keadaan darurat medis yaitu, lidokain 2% 2 mL injeksi dan dobutamine 250 mg/20 mL inj. Dead stock dapat terjadi karena beberapa alasan antara lain, obat, perencanaan obat yang kurang tepat sehingga stock obat berlebih, dan kurangnya langkah tindak lanjut untuk menangani obat dengan penggunaan dan perputaran yang rendah.

The process of planning requirements involves determining the quantity and procurement period of pharmaceuticals, medical equipment, and Disposable Medical Supplies in accordance with the results of the selection process to ensure the fulfillment of criteria including the right type, right amount, right timing, and efficiency. Planning is conducted to avoid both stock shortages and excessive drug supplies. Excessive drug supplies can lead to a condition known as dead stock. An item is categorized as dead stock when the inventory of that item remains unused for three consecutive months. Emergency medical condition drugs comprise a list of medications necessary for handling patient cases in emergency medical situations. This list serves as a guideline or reference in independent medical practice settings and clinics that do not provide pharmaceutical services. These medications must always be available in healthcare facilities due to their categorization as lifesaving drugs. Within the pharmacy depot of the Emergency Department at the University of Indonesia Hospital, there are 330 types of drugs categorized as dead stock, and two of these are also included in the emergency medical condition drugs list: lidocaine 2% 2 mL injection and dobutamine 250 mg/20 mL inj. Dead stock can occur due to several reasons, including inappropriate drug planning resulting in excess stock, and a lack of follow-up measures to address drugs with low usage and turnover."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dheasandra Nur Azzahra
"Penyimpanan obat merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan harus diperhatikan untuk meminimalisir kejadian medication error. Penyimpanan obat di Apotek dapat mengikuti pedoman yang diatur dalam Permenkes Nomor 73 Tahun 2016. Pembuatan tugas khusus ini dilakukan melalui observasi yang kemudian dievaluasi terhadap penyimpanan obat di Apotek Roxy Biak menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 untuk mengetahui kesesuaian penyimpanan obat dengan regulasi tersebut. Penyimpanan obat di Apotek Roxy Biak diklasifikasikan berdasarkan bentuk sediaan, efek farmakologis, cara penggunaan, suhu dan stabilitas, golongan obat, serta waktu kadaluwarsa. Sebanyak 17 dari 20 aspek atau 85% aspek atau kriteria penyimpanan obat menurut PMK 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek telah terpenuhi oleh Apotek Roxy Biak. Pengeluaran obat di Apotek Roxy Biak saat ini belum menggunakan sistem First In First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO) yang mana sistem ini sebenarnya sangat berguna untuk menghindari obat kadaluwarsa pada saat penyimpanan yang tentunya akan menimbulkan kerugian bagi apotek karena obat tersebut tidak dapat dipasarkan kembali dan pasien apabila terjadi kesalahan dalam pemberian obat yang telah kadaluwarsa. Apotek Roxy Biak juga belum memiliki lemari atau rak khusus untuk penyimpanan obat high alert dan tidak diberikan penandaan high alert. Selain itu, Penyimpanan obat LASA/NORUM masih diletakkan saling berdekatan dan pada beberapa obat belum terdapat label khusus sehingga kecenderungan medication error lebih besar sehingga beberapa aspek tersebut masih perlu diperhatikan kembali agar mutu pelayanan kefarmasian di Apotek Roxy Biak dapat sesuai dengan regulasi dan semakin meningkat.

Drug storage is a crucial aspect that must be carefully considered to minimize medication errors. Drug storage in pharmacies can adhere to the guidelines set forth in Ministry of Health Regulation Number 73 of 2016. This specialized task was carried out through observation and subsequent evaluation of drug storage at Roxy Biak Pharmacy according to the regulations specified in Ministry of Health Regulation Number 73 of 2016 to determine the compatibility of drug storage with these regulations. Drug storage at Roxy Biak Pharmacy is classified based on dosage form, pharmacological effects, usage instructions, temperature and stability, drug classification, and expiration date. A total of 17 out of 20 aspects or 85% of the criteria for drug storage, as outlined in the Regulation Number 73 of 2016 concerning Pharmacy Services Standards at Pharmacies, have been fulfilled by Roxy Biak Pharmacy. The dispensing of drugs at Roxy Biak Pharmacy currently does not utilize the First In First Out (FIFO) or First Expired First Out (FEFO) system, which is actually highly useful to prevent the dispensing of expired drugs. This could lead to losses for the pharmacy since such drugs cannot be resold, and there is a risk for patients if expired drugs are mistakenly administered. Roxy Biak Pharmacy also lacks specialized cabinets or shelves for storing high-alert medications and does not provide high-alert labeling. Furthermore, the storage of Look-Alike Sound-Alike (LASA)/Narrow Therapeutic Index (NORUM) drugs is still situated closely together, and some drugs lack specific labels, increasing the likelihood of medication errors. Therefore, these aspects need to be revisited to ensure that the quality of pharmaceutical services at Roxy Biak Pharmacy aligns with regulations and continues to improve."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nopita Eka Rizna
"Pengelolaan obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang harus dilakukan dengan baik dan benar. Pengelolaan obat yang ada di apotek dapat berupa perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan serta pemusnahan obat. Penyimpanan merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan obat, dimana  penyimpanan obat bertujuan untuk menjamin mutu dan memastikan sediaan farmasi terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia. Oleh karena itu pengamatan terhadap evaluasi penyimpanan ini sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuo Gambaran dan melakukan pengelolaan penyimpanan obat dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek. Dari hasil observasi bahwa sistem penyimpanan obat di apotek kimia farma kahfi II telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Medication management is one of the pharmaceutical jobs that must be done well and correctly. Management of medicines in pharmacies can include planning, procurement, receiving, storage, distribution, recording and reporting as well as destruction of medicines. Storage is an important aspect in drug management, where drug storage aims to guarantee quality and ensure that pharmaceutical preparations are protected from physical and chemical damage. Therefore, it is very important to observe this storage evaluation with the aim of knowing the description and managing drug storage in the hope of improving the quality of pharmaceutical services in pharmacies. From the results of observations, the drug storage system at Kimia Farma Kahfi II Pharmacy is in accordance with the provisions stipulated in the Minister of Health Regulation No.72 in 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards in Pharmacies.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Wajdilfarah
"Departemen pemastian mutu merupakan salah satu departemen kunci di industri farmasi. Pemastian mutu adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memvalidasi dan memastikan bahwa produk yang diproduksi aman dan memenuhi syarat yang diberikan oleh otoritas regulasi dari bahan baku hingga produk jadi. Departemen pemastian mutu memiliki tugas untuk memvalidasi setiap metode dan proses yang dilakukan memberikan hasil yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dalam pembuatan produk obat, bahan baku merupakan unsur yang penting. Pemastikan kualitas bahan baku menjadi tahap awal penentu obat yang diproduksi dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Sebelum dipindahkan ke area produksi, bahan baku yang telah ditimbang akan disimpan di area staging sehingga selama masa penyimpanan kualitias bahan baku harus dapat dipastikan dengan cara menetapkan lamanya periode waktu tunggu penyimpanan bahan baku sebelum diproses ke tahap selanjutnya. Waktu tunggu dapat didefinisikan sebagai periode waktu yang ditetapkan untuk bahan obat yang disimpan di bawah kondisi dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pelaksanaan studi waktu tunggu pada bahan baku obat dan bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas obat yang diproduksi, serta menyusun protocol studi waktu tunggu pada bahan baku obat. Hasil dari tugas khusus ini adalah pelaksanaan studi waktu tunggu pada bahan baku obat bertujuan untuk memberikan lama periode waktu tunggu yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan baku di area staging sehingga tetap memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Protokol studi waktu tunggu pada bahan baku obat telah disusun sebagai bentuk dokumentasi dan pembuktian terhadap bahan baku yang telah ditimbang tetap memberikan hasil sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan setelah disimpan dalam periode waktu tertentu sebelum diproses ke tahap selanjutnya. 

The quality assurance department is one of the key departments in the pharmaceutical industry. Quality assurance is a process carried out to validate and ensure that the products produced are safe and meet the requirements given by regulatory authorities from raw materials to finished goods. The quality assurance department has the task of validating each method and process carried out to produce results that comply with predetermined standards. In the pharmaceutical industries, raw materials are an important element. Ensuring the quality of raw materials is the initial stage in determining whether the drugs produced can meet the specified specifications. Before being moved to the production area, the raw materials that have been dispensed will be stored in the staging area so that during the storage period the quality of the  raw materials must be ensured by determining the length of the holding period for dispensed raw materials to be stored before they are processed to the next stage. Holding time can be defined as a defined period of time for dispensed raw materials to be stored under established conditions and specifications. This special task aims to determine the purpose of carrying out holding time studies on dispensed raw materials and how they affect the quality of the drugs produced, as well as preparing a protocol for holding time study on dispensed raw materials. The result of this special task is the implementation of a holding time study on dispensed raw materials with the aim of providing a long holding time period that can be used to store dispensed raw materials in the staging area so that it still provides results in accordance with predetermined specifications. The holding time study protocol for raw materials has been prepared as a form of documentation and proof that raw materials that have been dispensed still produce results in accordance with predetermined specifications after being stored for a certain period of time before being processed to the next stage.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Hiththah Bama Bihurinin
"Waktu tunggu didefinisikan sebagai jangka waktu dimana bahan (bahan awal yang dikeluarkan, produk antara dan dalam jumlah besar menunggu pengemasan akhir) dapat ditahan pada kondisi tertentu dan akan tetap berada dalam spesifikasi yang telah ditentukan. Studi waktu tunggu menetapkan batas waktu untuk menyimpan bahan pada berbagai tahap produksi. Hal ini memastikan bahwa kualitas produk tidak memberikan hasil di luar kriteria penerimaan selama waktu tunggu. PT Guardian Pharmatama sebagai industri farmasi harus memastikan bahwa produk yang mereka hasilkan aman, efektif, dan berkualitas sesuai dengan penggunaan yang dimaksudkan dengan cara membuat prosedur tetap, protokol, serta laporan studi waktu tunggu (bulk holding time study) bersama dengan Departemen Quality Assurance divisi Quality Management System agar pelaksanaan studi dapat terlaksana dengan baik. Tahapan pelaksanaannya meliputi studi literatur terkait, menyusun prosedur tetap, sirkulasi persetujuan prosedur tetap ke semua penanggung jawab terkait, menyusun protokol, sirkulasi persetujuan protokol ke semua penanggung jawab terkait, melakukan persiapan sampel dan melaksanakan studi waktu tunggu (bulk holding time study), melakukan pemeriksaan hasil studi dan membuat laporan, serta sirkulasi persetujuan laporan ke semua penanggung jawab terkait. Berdasarkan hasil studi waktu tunggu (bulk holding time study) yang dilakukan, semua parameter pengujian bahan awal setelah ditimbang sebelum proses pencampuran, larutan penyalut, tablet/ kaplet ke tahap coatinng, serta tablet salut selaput/ kaplet salut selaput pada Produk Obat Tradisional/ Suplemen Kesehatan memenuhi syarat kualitas selama waktu penyimpanannya.

Bulk Holding Time is defined as the period during which materials (dispensed raw materials, intermediates, and bulk products awaiting final packaging) can be held under specified conditions and remain within predefined specifications. Bulk Holding Time studies establish the time limits for holding materials at various production stages. This ensures that the product quality does not yield results outside the acceptance criteria during the bulk holding time. PT Guardian Pharmatama, as a pharmaceutical industry, must ensure that the products they produce are safe, effective, and of quality according to their intended use by developing standard procedures, protocols, and bulk holding time study reports in collaboration with the Quality Assurance Department of the Quality Management System division to ensure proper implementation of the study. The implementation stages include relevant literature studies, drafting standard procedures, circulating the approval of standard procedures to all relevant responsible parties, drafting protocols, circulating the approval of protocols to all relevant responsible parties, preparing samples and conducting the bulk holding time study, examining study results, drafting reports, and circulating the approval of reports to all relevant responsible parties. Based on the results of the bulk holding time study conducted, all test parameters for raw materials after weighing before the mixing process, coating solutions, tablets/caplets to the coating stage, as well as film-coated tablets/film-coated caplets in Traditional Medicine/Health Supplement Products meet the quality requirements during their storage time.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Sari Anhar
"Kedudukan Apoteker pada industri farmasi telah tercantum jelas dalam CPOB yaitu berperan sebagai personil kunci dalam produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu yang harus independen antara satu terhadap yang lain serta merupakan apoteker purnawaktu. Mengingat pentingnya peran apoteker dalam industri farmasi, maka calon apoteker harus mendapatkan bekal pengetahuan yang cukup serta memiliki pengalaman yang memadai. Univesitas Indonesia bekerja sama dengan PT Guardian Pharmatama dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) sebagai suatu sarana pembelajaran bagi calon apoteker yang berlangsung pada periode Juli – Agustus 2019. Dengan adanya kegiatan ini, calon apoteker menjadi lebih siap ketika bekerja dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan terkait pekerjaan kefarmasian yang ada di industri farmasi. Selama PKPA penulis diberikan tugas khusus yaitu melakukan pembuatan standar waktu untuk kegiatan penyiapan mesin produksi. Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengurangi waste time produksi yang berakibat pada pengurangan lead time produk serta meningkatkan kinerja perusahaan.

The position of Apothecary in the pharmaceutical industry has been clearly stated in CPOB, namely having a role as key personnel in production, quality control, and quality assurance who must be independent from one another and are full-time pharmacists. Given the important role of pharmacists in the pharmaceutical industry, prospective pharmacists must obtain sufficient knowledge and have sufficient experience. Univesitas Indonesia collaborates with PT Guardian Pharmatama in holding the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) activity as a learning tool for prospective pharmacists which takes place in the period July - August 2019. With this activity, prospective pharmacists are more ready when working and can apply knowledge owned in order to overcome problems related to pharmaceutical work in the pharmaceutical industry. During PKPA the author is given a special task, namely making time standards for production machine preparation activities. The purpose of this special task is to reduce production waste time which results in reduced product lead time and improves company performance."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>