Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasyatillah
"Praktik kerja profesi apoteker di RSUP Persahabatan bertujuan untuk mengevaluasi masalah terkait obat/drug related problem (DRP) pada pasien NSTEMI, CHF karena CAD di ruang rawat inap RSUP Persahabatan dengan menggunakan metode Cipolle. Serta memberikan rekomendasi terkait DRP yang ditemukan pada pasien dan monitoring hasil rekomendasi DRP tersebut. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam laporan ini adalah studi prospektif melalui lembar instruksi harian pasien (buku list terapi pasien), catatan rekam medik pasien, terapi farmakologi dan catatan SOAP pasien pada sistem rumah sakit (SIMRS PRIMA). Drug Related Problem (DRP) yang ditemukan pada pemantauan terapi obat ini adalah interaksi obat yang terjadi (bisoprolol dan ISDN) dan interaksi obat yang tidak terjadi (fondaparinux dan miniaspi) juga ada indikasi tanpa obat (pasien hipotermia belum mendapatkan terapi). Rekomendasi yang dilakukan pada DRP interaksi obat yang terjadi adalah penghentian penggunaan salah satu atau kedua obat. Sedangkan pada interaksi obat yang tidak terjadi hanya dilakukan monitoring gejala klinis, kadar natrium dan tekanan darah pasien. Pada DRP ada indikasi tanpa obat disarankan penambahan terapi NaCl kapsul dan monitoring kadar natrium.

The professional pharmacist practice at Persahabatan Hospital aims to evaluate drug-related problems (DRPs) in NSTEMI and CHF patients due to CAD in the inpatient ward using the Cipolle method. It also involves providing recommendations regarding identified DRPs in patients and monitoring the outcomes of these recommendations. The implementation method used in this report is prospective study through patient daily instruction sheets (patient therapy list book), patient medical records, pharmacological therapy, and SOAP notes in the hospital's information system (SIMRS PRIMA). Drug-related problems identified during drug therapy monitoring include drug interactions (bisoprolol and ISDN), potential drug interactions (fondaparinux and aspirin), and indication without medication (hypothermia patient without therapy). Recommendations made for the drug interaction that occurred involve discontinuation of one or both drugs. For the potential drug interaction, clinical symptom monitoring, sodium levels, and blood pressure of the patient were recommended. Regarding the indication without medication DRP, the recommendation includes adding NaCl capsules therapy and monitoring sodium levels.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aliza Farhan
"Pelayanan farmasi klinik merupakan tugas Apoteker dalam meningkatkan mutu pelayanan pasien. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dalam meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan salah satu penyakit tidak menular dimana terjadi perubahan patologis atau kelainan dalam dinding arteri koroner yang dapat menyebabkan terjadinya iskemik miokardium dan UAP (Unstable Angina Pectoris serta Infark Miokard akut (IMA) seperti Non-ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI) dan ST   Elevation   Myocardial   Infarct (STEMI). Pasien PTO yang diambil memiliki berberapa kreteria khusus yang perlu dilakukan pemantauan yaitu pasien usia diatas 50 tahun, baru pertama kali terdiagnosis sindrom coroner akut dan NSTEMI, terapi diberikan 5 jenis obat atau lebih (polifarmasi), dan pasien baru masuk tidak kurang dari 3 hari. Salah satu cara untuk menangani masalah terkait permasalahan obat pada saat pasien koroner akut dan NSTEMI di rawat inap dengan melakukan pemantauan terapi obat yang dilakukan oleh apoteker. Populasi yang digunakan dalam pelaksanaan tugas khusus ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap di Gedung Cempaka, RSUP Persahabatan. Terdapat kreteria inklusi dan eksklusi untuk mendukung pengambilan data pasien. Kriteria inklusi yang diambil yaitu pasien menerima polifarmasi. Kondisi pasien compos mentis. Pasien baru masuk kurang dari 3 hari dirawat inap. Kriteria eksklusi yaitu pasien sudah pernah didiagnosis dan dirawat dengan penyakit yang sama sebelumnya.
Clinical pharmacy services are the pharmacist's duty to improve the quality of patient service. In Minister of Health Regulation no. 72 of 2016 concerning amendments to Minister of Health Regulation no. 58 of 2014 concerning Pharmaceutical Service Standards in Hospitals, clinical pharmacy services are direct services provided by pharmacists to patients in order to improve therapeutic outcomes in minimizing the risk of side effects due to drugs, for the purpose of patient safety so that the patient's quality of life (quality of life) guaranteed. Acute Coronary Syndrome (ACS) is a non-communicable disease in which pathological changes or abnormalities occur in the walls of the coronary arteries which can cause myocardial ischemia and UAP (Unstable Angina Pectoris) as well as acute Myocardial Infarction (AMI) such as Non-ST Elevation Myocardial Infarct ( NSTEMI) and ST Elevation Myocardial Infarct (STEMI). PTO patients who are taken have several special criteria that need to be monitored, namely patients aged over 50 years, diagnosed with acute coronary syndrome and NSTEMI for the first time, therapy given 5 or more types of drugs (polypharmacy), and new patients admitted for no less than 3 days. One way to handle problems related to drug problems when acute coronary and NSTEMI patients are hospitalized is by monitoring drug therapy by a pharmacist. The population used in carrying out this special task is all patients who are hospitalized at the Cempaka Building, Persahabatan Hospital. There are inclusion and exclusion criteria to support patient data collection. The inclusion criteria taken were patients receiving polypharmacy. The patient's condition is compos mentis. The new patient was admitted for less than 3 days of hospitalization. The exclusion criteria were that the patient had been diagnosed and treated with the same disease before."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Euntong Army
"Penelitian ini membahas mengenai pemantauan terapi obat pada pasien hipertensi dengan komorbid diruang rawat inap RSUD Cengkareng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-eksperimental yang dilakukan secara observasional yang bersifat kualitatif dengan cara pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian ini menyarankan untuk melakukan pemantauan lebih cepat pada saat pasien pertama kali dirawat agar dapat dilakukan pemantauan secara berkala dan dapat diidentifikasi masalah terkait obat serta dapat diberikan intervensi. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terapi yang diberikan pada pasien sudah sesuai walaupun terdapat masalah interaksi dan polifarmasi yang telah ditangani dengan pengaturan dosis dan waktu pemberian.

This study discusses the monitoring of drug therapy in hypertensive patients with comorbidities in the inpatient room of Cengkareng Hospital. The method used in this study is a non-experimental method conducted in an observational manner that is qualitative in nature by means of observations and interviews. The results of this study suggest monitoring more quickly when the patient is first admitted so that regular monitoring can be carried out and drug-related problems can be identified and interventions can be given. Based on the observations that have been made, it can be concluded that the therapy given to patients is appropriate even though there are problems of interaction and polypharmacy that have been handled by adjusting the dose and time of administration.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Ratna Shabrina
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah kegiatan yang memastikan pengobatan yang diberikan kepada pasien efektif, aman, dan rasional. Pemantauan terapi obat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), meminimalkan biaya pengobatan dan menghormati pilihan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis drug related problems (DRPs) yang terjadi pada pengobatan pasien dan memberikan rekomendasi tindak lanjut menggunakan metode SOAP. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi langsung, pengambilan data, dan studi literatur. Kesimpulan Drug Related Problems (DRPs) yang ditemukan pada pasien Tn. BJP adalah Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) dan interaksi obat. ROTD yang dialami pasien adalah hipokalemia yang dapat disebabkan karena penggunaan diuretik (furosemide dan spironolactone) yang berkepanjangan sehingga menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit pada pasien. Terdapat tiga obat yang memiliki resiko interaksi obat, yaitu: Spironolactone + Valsartan (Kategori interaksi: major); Phenytoin + Amlodipine (Kategori interaksi: major); dan Aspirin + Clopidogrel (Kategori interaksi: moderate).

Monitoring (PTO) is an activity that ensures the treatment given to patients is effective, safe, and rational. Drug therapy monitoring aims to improve the effectiveness of therapy and minimize the risk of Unwanted Drug Reactions (ROTs), minimize treatment costs and respect patient choice. The purpose of this study is to analyze drug related problems (DRPs) that occur in the treatment of patients and provide follow-up recommendations using the SOAP method. The data collection method used in this study is by direct observation, data collection, and literature study. Conclusion Drug Related Problems (DRPs) found in Mr. BJP's patients are Unwanted Drug Reactions (ROTDs) and drug interactions. The ROTD experienced by patients is hypokalemia which can be caused due to prolonged use of diuretics (furosemide and spironolactone) that causes electrolyte imbalance in the patient. There are three drugs that have a risk of drug interactions, namely: Spironolactone + Valsartan (Interaction category: major); Phenytoin + Amlodipine (Interaction category: major); and Aspirin + Clopidogrel (Interaction category: moderate).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jehezkiel Kenneth Guilio
"

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan kegiatan yang dilakukan apoteker untuk memastikan terapi obat yang diberikan pasien aman, efektif dan rasional.  Tujuan dilakukan kegiatan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan menurunkan risiko terjadinya Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), meminimalkan biaya pengobatan serta menghormati pilihan pasien. Dengan dilakukannya kegiatan PTO, diharapkan terapi obat yang diberikan kepada pasien dapat terhindar dari risiko klinik dan meningkatkan efektivitas biaya terapi pada pasien. Beberapa kriteria pasien yang diprioritaskan untuk dilakukannya kegiatan PTO adalah pasien dengan multi penyakit yang menerima polifarmasi serta pasien dengan gangguan fungsi organ seperti hati dan ginjal. Contoh kasus yang perlu dilakukannya PTO adalah pasien Tn. IZN yang didiagnosis utama gagal jantung kongestif dan penyakit ginjal kronis serta diagnosis penyerta hiperplasia prostat yang dirawat inap di Ruang Anggrek RSUD Tarakan. Setelah dilakukannya PTO, ditemukan beberapa masalah terkait obat yang dapat diidentifikasi berdasarkan panduan PCNE dan metode Hepler and Strand yaitu indikasi tanpa terapi, interaksi obat, dosis obat berlebih, dan kesalahan pemilihan obat pada pengobatan yang diterima pasien Tn. IZN. Masalah terkait obat yang muncul dapat direkomendasikan penyelesaian berupa pemberian obat yang sesuai, pemantauan efek terapi obat melalui hasil laboratorium dan gejala yang timbulkan, pemberian jeda konsumsi obat, dan penyeseuiaan dosis sesuai tatalaksana dan kondisi pasien.


Drug Therapy Monitoring (PTO) is an activity carried out by pharmacists to ensure drug therapy given to patients is safe, effective and rational. The purpose of PTO activities is to increase the effectiveness of therapy and reduce the risk of unwanted drug reactions (ROTD), minimize medical costs and respect patient choices. By carrying out PTO activities, it is hoped that drug therapy given to patients can avoid clinical risks and increase the cost-effectiveness of therapy for patients. Some of the criteria for prioritized patients for carrying out PTO activities are patients with multiple diseases who receive polypharmacy and patients with impaired organ function such as the liver and kidneys. An example of a case where PTO needs to be done is the patient Mr. IZN who was diagnosed primarily with congestive heart failure and chronic kidney disease as well as a concomitant diagnosis of prostatic hyperplasia who was hospitalized in the Orchid Room of Tarakan General Hospital. After the PTO was carried out, several drug-related problems were found which could be identified based on the PCNE guidelines and the Hepler and Strand method, namely indications for no therapy, drug interactions, drug overdosage, and drug selection errors in the treatment Tn's patient received. IZN. Drug-related problems that arise can be recommended for solutions in the form of administering appropriate drugs, monitoring the effects of drug therapy through laboratory results and the symptoms they cause, giving pauses in drug consumption, and adjusting doses according to the management and condition of the patient.

 

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Putriana
"Geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu. Pemantauan terapi obat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan dari dilaksanakannya Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah untuk meningkatkan efektivitas dari terapi obat dan meminimalisir resiko adanya Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Acute Kidney Injury (AKI) merupakan salah satu kondisi yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara cepat/mendadak dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversible, diikuti kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme dengan/atau tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Terapi hipertensi pada pasien CKD dengan eksresi albumin urine > 30 mg/24 jam direkomendasikan menggunakan obat-obatan antihipertensi golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau menggunakan golongan Angiotensin Receptor Blockers (ARB). Acute Lung Udema (ALO) merupakan penumpukan cairan secara berlebihan diruang interstisial dan alveolus paru secara mendadak yang terjadi karena adanya tekanan hidrostatik kapiler meningkat dan penurunan tekanan koloid osmotik serta terjadinya kerusakan dinding kapiler sehingga menyebabkan kebocoran di kapiler ke ruang interstisial dan menjadi edema alveolar. Pengobatan yang diterima sudah sesuai indikasi namun terdapat beberapa permasalahan seperti beberapa interaksi obat yang dapat menimbulkan efek samping, dosis yang tidak sesuai serta pemberian beberapa obat yang tidak sesuai interval dan regimen pemberian.

Geriatrics are elderly patients with multiple diseases and/or disorders due to decreased organ, psychological, social, economic and environmental function who require integrated health services. Monitoring drug therapy is an activity carried out to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. The aim of implementing Drug Therapy Monitoring (PTO) is to increase the effectiveness of drug therapy and minimize the risk of Undesirable Drug Reactions (ROTD). Acute Kidney Injury (AKI) is a condition that affects the structure and function of the kidneys which is characterized by a rapid/sudden decline in kidney function and glomerular filtration rate (GFR) which is generally reversible, followed by failure of the kidneys to excrete metabolic waste with/or without interference. fluid and electrolyte balance. Hypertension therapy in CKD patients with urinary albumin excretion > 30 mg/24 hours is recommended using antihypertensive drugs in the Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) group or using Angiotensin Receptor Blockers (ARB). Acute Lung Oedema (ALO) is a sudden accumulation of excessive fluid in the interstitial space and alveoli of the lungs which occurs due to increased capillary hydrostatic pressure and decreased colloid osmotic pressure as well as damage to the capillary walls, causing leakage in the capillaries into the interstitial space and becoming alveolar edema. The treatment received was according to the indications, but there were several problems such as several drug interactions that could cause side effects, inappropriate doses and the administration of several drugs that did not match the interval and administration regimen.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Kunto Prabowo
"ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu masalah yang sering dialami oleh pasien Congestive Heart
Failure (CHF). Masalah ini dikaitkan dengan adanya tekanan psikologis dan masalah
fisik yang dihadapi oleh pasien Congestive Heart Failure (CHF) yang akan berdampak
pada penurunan Health-Related Quality of Live (HRQoL). Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh pemberian terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF). Desain yang digunakan adalah quasi eksperimen
dengan melibatkan 40 orang responden yang dipilih dengan menggunakan teknik
concecutive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil uji bivariat dengan
menggunakan uji parametrik yakni independent t test menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan kecemasan yang bermakna antara kelompok kontrol (p value
=0,0001). Disimpulkan bahwa terapi SEFT berpengaruh terhadap penurunan kecemasan
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF). Hasil penelitian ini dapat
direkomendasikan untuk diterapkan sebagai upaya mengatasi kecemasan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).

ABSTRACT
Anxiety is a problem that is often experienced by patients with Congestive Heart Failure
(CHF). This problem is attributed to the psychological pressure and physical problems
faced by those patients that will impact on the decrease on Health-Related Quality of
Live (HRQoL). This study aimed to determine the effect of SEFT therapy on anxiety
among patients with Congestive Heart Failure. A Quasi experiment design was used in
this study by involving 40 respondents which selected by using a consecutive sampling
technique and divided into two groups. The result of independent t-test showed that
there is a significant difference mean of anxiety between two groups (p value = 0.0001).
It was concluded that SEFT therapy has effect on anxiety reduction among patients with
Congestive Heart Failure (CHF). The results of this study can be recommended as an
intervention to overcome anxiety among patients with Congestive Heart Failure."
2018
T49271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Handayani
"Pemantauan terapi obat adalah proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan dalam pemantauan terapi obat berupa pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian, respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan rekomendasi atau alternatif terapi. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sistem organ yang paling sering terkena dampaknya dari penyakit ini adalah sistem pernapasan, sistem gastrointestinal (GI) sistem limforetik, kulit, sistem saraf pusat, sistem muskuloskeletal, sistem reproduksi, dan hati. Apoteker dalam menjalankan tugas pemantauan terapi obat melalui 6 (enam) tahapan seperti seleksi pasien, pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi terapi, rencana pemantauan dan tindak lanjut. Pengumpulan data pasien dan data penunjang lainnya diperoleh dari sistem prima rumah sakit. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah pasien didiagnosis TB Paru Bakteriologis relaps (kambuh) dan pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus, kemudian terapi diberikan untuk infeksi yang diderita berserta keluhan lain yang diderita oleh pasien tersebut. Terdapat drug related problemberupa ketidaksesuaian dosis OAT dengan berat badan pasien yang tertulis di cppt dan interaksi obat yang mungkin dapat terjadi akibat penggunaan OAT dan parasetamol.

Drug therapy monitoring is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. Activities in drug therapy monitoring include assessment of drug selection, dosage, administration method, therapeutic response, adverse drug reactions (AEDs) and recommendations or alternative therapies. Tuberculosis is an infectious disease caused by the germ Mycobacteriumtuberculosis. The organ systems most commonly affected by this disease are the respiratory system, gastrointestinal (GI) system, lymphoretic system, skin, central nervous system, musculoskeletal system, reproductive system, and liver. Pharmacists in carrying out drug therapy monitoring tasks go through 6 (six) stages such as patient selection, patient data collection, identification of drug-related problems, therapy recommendations, monitoring and follow-up plans. Patient data collection and other supporting data are obtained from the hospital's prime system. The conclusion of this case study is that the patient was diagnosed with bacteriological relapsing pulmonary tuberculosis (relapse) and the patient has a history of diabetes mellitus, then therapy is given for the infection suffered along with other complaints suffered by the patient. There are drug related problems in the form of a mismatch in the dose of OAT with the patient's weight written on the cppt and drug interactions that may occurdue to the use of OAT and paracetamol.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Niman
"Prevalensi CHF meningkat setiap tahunnya. Dampak dari CHF terhadap kondisi psikososial membutuhkan penanganan yang menyeluruh termasuk keterlibatan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan keluarga pada klien dengan CHF antara keluarga yang mendapatkan psikoedukasi keluarga dengan keluarga yang mendapatkan pendidikan kesehatan di RS Santo Borromeus dan RS Santo Yusup Bandung. Desain penelitian ini menggunakan "Quasi experimental pre-post test with control group". Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus beda 2 mean kelompok independen, jumlah sampel 57 responden (25 kelompok intervensi dan 32 kelompok kontrol) dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dukungan keluarga yang dikembangkan dari ISSB. Kelompok kontrol diberikan pendidikan kesehatan dan kelompok intervensi diberikan psikoedukasi keluarga yang dilakukan sebanyak 5 sesi.
Hasil menunjukan ada perubahan bermakna dukungan keluarga sebelum dan sesudah psikoedukasi keluarga (p value <α), tidak ada perubahan yang bermakna dukungan keluarga sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan (p value >α) dan ada perbedaan bermakna dukungan keluarga kelompok yang mendapatkan psikoedukasi dengan kelompok yang mendapatkan pendidikan kesehatan (p value <α). Karakteristik keluarga dan klien tidak berhubungan dengan dukungan keluarga. Rekomendasi penelitian ini psikoedukasi keluarga dapat dikembangkan di rumah sakit umum.

The prevalence of CHF is increasing every year. The impact of psychosocial condition requiring comphrehensive treatment for CHF in all aspects. One contributing factor to success is the involvement of family. This study aimed to determine the differences of family support towards clients with CHF between families who were receiving family psychoeducation with families who were provided with health education at St. Borromeo Hospital and St. Joseph Hospital Bandung. This study used "Quasi experimental pre-post test with control group". Determination of sample size using the formula mean difference 2 independent groups with a sample of 57 respondents (25 family intervention group and 32 family control group) and sample retrieval tchniques with purposive sampling procedure. The instrument used was an ISSB questionnaire for measuring family support. The control group was provided health education. The intervention group was provided with family psychoeducation that performed 5 sessions.
The finding this study showed that no significant changes before and after the family support family psychoeducation (p value <α), There was no significant change in family support before and after health eduacation (p value >α) and no significant differences in family support groups get the psychoeducation group health education (p value <α). Characteristics of the family and the client is not associated with family support. Family psychoeducation research way recommended to be developed in a public hospital."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anfa Adnia Fatma
"Congestive Heart Failure (CHF) merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hipertensive Heart Disease (HHD) adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang berkepanjangan. CHF dan HHD sering terjadi dikarenakan hipertensi dan merupakan penyebab utama kematian. Ateroskeloris dapat terjadi karena adanya peningkatan dari kadar kolesterol yang tidak normal sehingga mengakibatkan adanya akumulasi kolesterol di dalam dinding pembuluh darah. Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal. Pneumonia adalah infeksi radang paru yang disebabkan oleh mikroorganisme. Pemantauan terapi obat pada pasien dilakukan dengan mengambil data pasien dengan cara observasi dengan melakukan visite. Selanjutnya dilakukan studi literatur melalui data rekam medis pasien, e-book, peraturan pemerintah, maupun sumber lain. Diperoleh hasil bahwa pasien dengan diagnosis congestive heart failure ec hypertensive heart disease, atherosclerotic heart disease, diabetes mellitus dan pneumonia adanya ketidaksesuaian dosis penggunaan insulin berdasarkan dosis harian PERKENI. Pada pengobatan pasien adanya potensi interaksi obat pada sucralfate dan furosemide, sehingga perlu dijeda dalam pemberian obat. Interaksi obat pada humalog dan lantus, serta furosemide dan humalog yang diberikan secara bersamaan perlu dilakukan monitoring gula darah pasien. Analisis diinterpretasikan dalam bentuk SOAP sebagai komunikasi tertulis untuk menyampaikan rekomendasi kepada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
Congestive Heart Failure (CHF) is the inability of the heart to pump blood to fulfill the oxygen and nutrients to body tissues. Hypertensive Heart Disease (HHD) is a disease associated with secondary impacts on the heart due to prolonged systemic hypertension. CHF and HHD often occur due to hypertension and are the main causes of death. Atherosclerosis can occur due to an increase in abnormal cholesterol levels, resulting in the accumulation of cholesterol in the walls of blood vessels. Diabetes Mellitus is a metabolic disorder characterized by blood sugar levels that exceed normal limits. Pneumonia is an inflammatory lung infection caused by microorganisms. Monitoring drug therapy in patients is carried out by collecting patient data by observing by conducting visits. Next, a literature study was carried out using patient medical record data, e-books, government regulations, and other sources. The results showed that patients with a diagnosis of congestive heart failure ec hypertensive heart disease, atherosclerotic heart disease, diabetes mellitus and pneumonia had a mismatch in insulin dosage based on the PERKENI daily dose. In patient treatment, there is a potential for drug interactions with sucralfate and furosemide, so it is necessary to pause the administration of the drug. Drug interactions with humalog and lantus, as well as furosemide and humalog given simultaneously require monitoring of the patient's blood sugar. The analysis is interpreted in SOAP form as written communication to convey recommendations to the Doctor in Charge of Services (DPJP)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>