Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rima Gita Putri
"Formaldehida atau lebih dikenal dengan nama formalin adalah bahan
kimia yang senng disalahgunakan oleh para produsen maupun pedagang
bahan makanan. Salah satu pereaksi yang akurat untuk mendeteksi adanya
formalin adalah pereaksi Schryver. Penelitian ini bertujuan untuk
mengoptimasi dan memodifikasi pereaksi Schryver untuk dijadikan kit tester
yang selanjutnya diaplikasikan terhadap sampel bakso yang beredar di
Sekolah Dasar di Kota Depok. Berdasarkan keenam formula yang diuji,
didapatkan bahwa formula 5 yang terdiri dan campuran fenilhidrazin HCL 2 %
dalam asam kIorida 4,5 N dan kalium ferisianida 1 % adalah formula terpilih.
Formula ini lebih stabil dan tidak mengalami kekeruhan selama
penyimpanan. Hasil deteksi formalin terbaik diperoleh dengan batas
sensitivitas 0,2 mgIL. Uji stabilitas yang dilakukan pada suhu kamar ( 28 -
30°C) dan suhu dingin (2-S°C) menunjukkan kestabilan yang cukup baik (
lebih dan 2 minggu ) sehingga cukup efisien untuk dikembangkan menjadi kit
tester. Identifikasi pada sampel bakso menunjukkan bahwa sampel E, sampel
G, sampel H, dan sampel I mengandung formalin dengan rentang
konsentrasi 0,2-0,5 mglL."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Saymona Fauzi
"ABSTRAK
Berdasarkan pengujian parameter boraks dan formalin yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM tahun 2011 terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS , terdapat 94 2,93 yang mengandung boraks dan 43 1,34 mengandung formalin. Kantin yang berada di lingkungan kampus memiliki potensi besar untuk melakukan praktik kecurangan penggunaan bahan tambahan pangan. Menggunakan desain penelitian cross sectional dan pengujian secara kualitatif di laboratorium. Pemeriksaan kandungan bahan kimia pada makanan, peneliti melakukan pemeriksaan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji laboratorium boraks dan formalin pada makanan sebanyak 77 sampel di dapatkan hasil 3 sampel makanan positif mengandung bahan kimia boraks dan 69 sampel makanan yang positif mengandung bahan kimia formalin. responden dengan tingkat pengetahuan kurang le; 55 dengan makanan yang positif mengandung bahan kimia formalin adalah sebanyak 60 93,8 dan negatif formalin hanya sebanyak 4 6,3 . Sedangkan pada tingkat pengetahuan baik >55 di dapatkan hasil positif makanan yang mengandung formalin sebanyak 9 69,2 dan negatif formalin adalah 4 30,8 . Dilihat berdasarkan p-value = 0,024, OR =6,667 dan CI 95 = 1,411-31,502 yang menunjukkan tingkat pengetahuan kurang tersebut memiliki hubungan yang sognifikan terhadap adanya kandungan bahan kimia formalin di dalam makanan yang dijual oleh responden.
ABSTRACT
Food and Drug Supervisory Agency BPOM performed a series of experiments on borax and formaldehyde on School Food Snack PJAS in 2011. There were 94 2.93 of foods containing borax and 43 1.34 of foods containing formaldehyde. The canteen has a great potential of fraudulent practices in using food additives. Using cross sectional research design and qualitative testing in identifying chemical substances in foods, researchers conducted a laboratorium research at the Chemistry Laboratory in Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia. The results obtained from laboratory examinations found that among 77 samples, there were 3 food samples contain borax chemicals and 69 food samples contain formaldehyde chemicals. Respondents with low level of knowledge le 55 are likely to be related with formaldehyde chemicals 60 93.8 while only 4 6.3 respondents are negatively correlated with formaldehyde. In addition, among the respondents with high level of knowledge 55 , 9 69,2 of them is found to have food with formaldehyde and only 4 respondents are negative 30,8 . Based on p value 0,024, OR 6,667 and 95 CI 1,411 31,502, this research indicates that the level of knowledge has a cognitive relationship to the presence of formaline chemicals in sale of foods."
2017
S69690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Christine
"Formalin sering disalahgunakan sebagai pengawet produk makanan, oleh karena itu kebutuhan akan suatu pereaksi kimia untuk pengujian formalin dalam makanan sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi pereaksi Schryver untuk dijadikan pereaksi kit. Dalam penelitian ini, dibuat 5 macam formula pereaksi Schryver yang masingmasing diamati intensitas warna dan sensitivitasnya. Formula terpilih terdiri dari fenilhidrazin hidroklorida 5% dalam asam klorida 4,5 N (1 : 4) dan kalium ferisianida 5% diuji stabilitasnya, setelah disimpan pada suhu 2°-8°C; 28°-30°C; dan diatas 40°C, lalu direaksikan dengan formaldehida diukur serapannya pada λ 515,5 nm dengan menggunakan spektrofotometer UVVis. Hasil optimasi menunjukkan bahwa formula ini merupakan pereaksi terbaik untuk dijadikan pereaksi kit karena bersifat praktis dan memiliki stabilitas yang baik dengan sensitivitas yang tinggi dengan batas deteksi 0,2 mg/L. Uji identifikasi dari sampel, menghasilkan 2 sampel positif yaitu sampel A dan B.
Formalin is often misused as food product preserver, therefore the need of chemistry reagent for identification formalin in food is hardly required. The aim of this research is to optimize Schryver reagent for used as a reagent kit. The study research of 5 kinds of Schryver reagent formula has been made and observed for their sensitivity and color intensity. The Formula consist of phenylhydrazine hydrocloride 5% in hydrocloride acid 4,5 N (1 : 4) and potassium ferricyanida 5% was tested for its stability, after keeping at 2°-8°C; 28°-30°C; and over 40°C, and reacting with sample formaldehyde and measured by the absorption λ 515,5 nm using spectrophotometer UV-Vis. Formula with optimation is the best reagent to be made as reagent kit because it is practice, having good stability with high sensitivity with detection limit of 0,2 mg/L. The samples identification test produce for 2 positive samples A and B."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisrakhma Swastiniar Kuswan
"Pereaksi Schryver merupakan salah satu pereaksi yang biasa digunakan untuk analisis kualitatif formaldehid. Pereaksi ini banyak digunakan karena memiliki sensitivitas dan selektivitas yang baik terhadap formaldehid. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi pereaksi Schryver agar penggunaannya optimal pada analisis kualitatif dan kuantitatif formaldehid. Optimasi dilakukan dengan cara membuat variasi konsentrasi dari masing-masing komponen secara bertahap. Komposisi yang optimum dipilih berdasarkan intensitas dan stabilitas serapan yang diperoleh. Kemudian komposisi ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar formaldehid secara spektrofotometri pada sampel usus dan hati ayam yang dijual di Pasar Minggu dan Pasar Kramat Jati, Jakarta, Indonesia. Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi 0,0464 mg/L dan batas kuantitasi 0,1546 mg/L. Uji presisi dan akurasi metode menunjukkan hasil yang baik dengan koefisien variasi 0,538%, persentase perolehan kembali formaldehid dalam sampel usus ayam berkisar antara 98,64 - 100,08% dan dalam sampel hati ayam 99,86 - 104,34%. Identifikasi formaldehid terhadap 6 sampel usus ayam didapatkan hanya 1 sampel yang menunjukkan hasil yang positif dengan kadar 99,8481 μg/g. Sedangkan identifikasi formaldehid dalam 6 sampel hati ayam menunjukkan hasil yang negatif.

Schryver's Reagent is one of many reagent that often used for formaldehyde qualitative analysis. For most purposes Schryver's method using phenylhydrazine hydrochloride and potassium ferricyanide is the method of choice because this reagent have a good sensitivity and selectivity against formaldehyde. In this research, the Schryver's reagent will be optimized and so it can be used optimally in qualitative and quantitative analysis of formaldehyde. Optimization was done by varying the concentration of each component step by step. The optimum composition was selected based on the absorption intensity and stability obtained. Then the optimized composition will be used to identify and determine the value of formaldehyde using spectrophotometry in chicken intestine and liver samples that sold in Pasar Minggu and Pasar Kramat Jati, Jakarta, Indonesia. The validation method showed that the detection limit was 0.0464 mg/L and the quantification limit 0.1546 mg/L. Precision and accuracy test showed a good result that variation coeficient 0.538%, recovery test of formaldehyde in chicken intestine sample is about between 98.64% and 100.08%, and about between 99.86% and 104.34% in chicken liver. The formaldehyde identification in chicken intestine sample showed from six samples have been tested, only one sample that gave a positive result which contain 99.8481 μg/g. Whereas the formaldehyde identification in chicken liver sample showed a negative result."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1078
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laode Rudita
"Maraknya penyalahgunaan bahan kimia formalin sebagai pengawet makanan dewasa ini bukanlah merupakan hal yang baru lagi. Penggunaan formalin (dalam bahasa kimianya disebut juga formaldehide) tersebut terbukti berdampak buruk bagi kesehatan konsumen, mulai dari iritasi ringan sampai dengan gangguan kesehatan yang mengakibatkan kematian. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut, melihat telah menyebar dan maraknya penyalahgunaan bahan kimia tersebut ditanah air. Untuk itu penulis mencoba melakukan penelitian dalam hal ini.
Penulisan ini dibuat dengan menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif, yaitu suatu penelitian terhadap norma atau hukum, antara lain peraturan perundang-undang yang terkait maupun putusan-putusan pengadilan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup; Peraturan perundangundangan terkait, Putusan-putusan pengadilan, serta pendapat para ahli hukum.
Cara pengumpulan data yaitu-dengan menggunakan metode studi pustaka, dan menggunakan metode analisis data secara Kualitatif Larangan terhadap penggunaan formalin sebagai pengawet makanan sebenarnya sudah lama diterapkan, yaitu dalam Permenkes No. 722 1 MENKES 1 PER I IX l 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Permenkes No. 1168 / MENKES 1 PER 1 X I 1999, namun penyalahgunaan bahan kimia tersebut dewasa ini masih banyak ditemukan.
Hal ini membuktikan bahwa tidak efektifnya peraturan perundang-undangan tersebut, dan penegakan hukumnya pun masih dipertanyakan. Pelaku usaha yang memasarkan makanan dengan menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanannya tentunya melanggar ketentuan UUPK, UU Pangan, dan UU Kesehatan, untuk itu kepada pelaku usaha dapat dikenakan sanksi yang seberat-beratnya.
Selain mengeluarkan regulasi baru dan mengenakan sanksi yang berat kepada pelaku usaha yang rela meracuni konsumen untuk memperoleh keuntungan semata, kondisi ini tentunya harus juga diantisipasi dengan pembinaan dan pengawasan yang ketat, serta memberikan alternatif lain pengganti formalin yang lebih baik bagi pelaku usaha dalam mengawetkan makanannya."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T16600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kentari Septiasih
"Formaldehyde adalah zat kimia yang berbentuk gas atau cair. Di dalam perdagangan berbentuk larutan dikenal dengan nama Formalin yang bersifat sangat volatile. Disamping itu Formaldehyde sangat iritatif dan dikategorikan sebagai bahan kimia kategori A2 ( carcinogen) yaitu tergolong bahan yang dapat menyebabkan kanker Sehingga dengan demikian akan merugikan para pekerja dan dapat menyebabkan timbulnya masalah ketenaga kerjaan. Untuk itu kandungan Formaldehyde di udara lingkungan kerja diatur sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transkop No.SE. 02 / MEN / 1978, bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) untuk Formaldehyde adalah tidak boleh melampaui 2 ppm.
Disain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yang menggambarkan konsentrasi Formaldehyde pada industri sweater yang memakai bahan baku benang cotton 100% dan pada industri sweater yang memakai bahan baku benang bukan cotton ( acrylic 100% ).
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan konsentrasi Formaldehyde pada dua industri sweater yang memakai benang cotton dengan industri sweater yang memakai benang bukan cotton . Sistem ventilasi pada industri tersebut adalah sistem natural ventilation dan tidak menggunakan exhaust fan . Sehingga konsentrasi rata-ratanya meskipun masih dibawah NAB akan tetapi konsentrasi tersebut telah melebihi baik TLV untuk TWA maupun Ceiling. Dengan didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan baik diluar maupun dari dalam negeri, bahwa pada konsentrasi dibawah NAB telah dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, maka disarankan untuk meninjau kembali NAB yang telah ditetapkan.

The Formaldehyde is a chemicals which has the form of gas or liquid . It is certificate available in commercial in the form of a solution known as Formalin which is very volatile. Besides , the Formaldehyde is very irritative and categorized as A2 chemicals ( carcinogen ) that is classified as material which may cause cancer. Thus, it will be harmfull for workers and may cause labor problems. Therefore , the Formaldehyde content in the environment of the work are should be regulated with the Circular Letter of the Minister of Labor and Cooperatives No. SE.02/MEN/1978 , that the Threshold Value ( NAB) of the Formaldehyde may not exceeds 2 ppm.
The research design is a descriptive one which describe the Formaldehyde concentration in the sweater industry which uses the raw material of 100 % cotton thread and in the sweater industry which uses the ram material of non cotton ( 100% acrylic ).
The results of the research indicates the difference of Formaldehyde concentration on both industries which used the cotton thread and the sweater industry which use the non cotton thread. The ventilation system in the industry is a natural ventilation and exhaust fan is not used. As a results, the average concentration, however, it is still below the Threshold Value ( NAB), however, the concentration have exceeded the TLV for TWA and Ceiling. I suggest to review again the fixed NAB, with the support of the research results which have been done domestically and abroad, that at the concentration is below the NAB has already cause a health disturbance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T7266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Kunti Surya Andari
"Penyetelan ulang pengendali proporsional-integral dilakukan pada proses produksi formaldehida di PT X. Penyetelan ulang dilakukan untuk meningkatkan kinerja controller, karena penyetelan pengendali PI pada pabrik seringkali masih menggunakan metode ziegler-nichols close-loop yang kurang optimal. Model proses akan diestimasi dengan first order plus dead time model (FOPDT), dan kemudian parameter pengendali disetel ulang menggunakan Ziegler-Nichols (PRC), Wahid-Rudi-Victor (WRV), Cohen-Coon, autotuning, dan fine tuning. Kinerja pengendali diuji menggunakan set point (SP) tracking dan disturbance rejection. Integral of square error (ISE) akan digunakan sebagai indikator kinerja. Ada tiga pengendali yang diuji, yaitu, pengendali laju alir steam (FIC-102), pengendali temperatur udara (TIC-101), dan pengendali level tangki (LIC-102). Metode fine tuning memberikan kinerja pengendali yang paling baik untuk FIC-102 dan TIC-101, sedangkan metode autotuning memberikan kinerja pengendali yang lebih baik untuk LIC-102 dibandingkan dengan setelan di lapangan. Peningkatan kinerja untuk set point (SP) tracking adalah 81,59% (FIC-102), 94,11% (TIC-101), dan 85,61% (LIC-102). Sedangkan peningkatan kinerja untuk disturbance rejection adalah 95,5% (FIC-102), 94,53% (TIC-101), dan 93,16% (LIC-102). Pengujian penurunan kapasitas produksi sebesar 12,5% juga dilakukan, dan didapatkan bahwa controller masih mampu mencapai SP. Dengan demikian, penyetelan ulang pengendali PI berfungsi dengan baik.

A proportional-integral controller retuning is performed on formaldehyde production process at PT X. Retuning is carried out to improve the control performance, because PI controller in the factory often still uses ziegler-nichols close-loop tuning method which is not optimal. The process model is estimated by a first order plus dead time model (FOPDT), and then the controller parameters is tuned using the Ziegler-Nichols (PRC), Wahid-Rudi-Victor (WRV), Cohen-Coon, autotuning, and fine tuning. The control performance is tested using set point (SP) tracking and disturbance rejection with integral of square error (ISE) as performance indicator. There are three controllers that are tested, i.e., the steam flow controller (FIC-102), air temperature controller (TIC-101), and tank level controller (LIC-102). Fine tuning method give the better control performance for FIC - 102 and TIC-101, while autotuning method gives the better control performance for LIC-102 compared to the previous settings in the field. Performance improvement for set point (SP) tracking are 81.59% (FIC-102), 94.11% (TIC-101), and 85.61% ( LIC-102). While performance improvement for the disturbance rejection are 95.5% (FIC-102), 94.53% (TIC-101), 93.16% ( LIC-102). A test using reduction in production capacity of 12.5% was also carried out, and it was found that the controller was still able to reach SP. Thus, retuning PI controllers work well.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Permata Sari
"Pencemaran makanan oleh zat aditif seperti formalin dan melamin merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pengembangan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk mendeteksi formalin dan melamin sangat penting, salah satunya dengan nanopartikel Au (AuNP). Dalam sintesis AuNP seringkali digunakan bahan yang mencemari lingkungan. Pada penelitian ini berhasil dikembangkan green synthesis AuNP dengan ekstrak kulit manggis (EKM) (Garcinia Mangostana L.) yang berpotensi sebagai pendeteksi formalin dan melamin.
Hasil partisi, kromatografi kolom, KLT, dan karakterisasi dengan spektrofotometer FTIR dan LC-MS menunjukkan bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam EKM yang diusulkan adalah senyawa aktif turunan flavonoid. Pada kondisi optimum sintesis AuNP@EKM diperoleh λmaks 531 nm (22 nm). AuNP@EKM stabil selama 17 hari dengan λmaks 530-532 nm. Hasil karakterisasi spektrofotometer UV-Vis dan PSA menunjukkan AuNP@EKM berpotensi mendeteksi formalin dan melamin ditandai dengan pergeseran λmaks dan perubahan warna koloid AuNP@EKM akibat adanya interaksi hidrogen.

Contamination of food additives such as formaldehyde and melamine is familiar in this recent cases. Developments of easy, rapid, and sensitive methode to detect formaldehyde and melamine are precisely very important and one of the methodes is detection with gold nanoparticles (AuNP). In synthesis of AuNP, often used materials that pollute the environment. This research has successfully developed green synthesis AuNP with mangosteen peel extract (MPE) (Garcinia Mangostana Contamination of food additives such as formaldehyde and melamine is familiar in this recent cases. Developments of easy, rapid, and sensitive methode to detect formaldehyde and melamine are precisely very important and one of the methodes is detection with gold nanoparticles (AuNP). In synthesis of AuNP, often used materials that pollute the environment. This research has successfully developed green synthesis AuNP with mangosteen peel extract (MPE) (Garcinia Mangostana L.) that had potentiality as detector for formaldehyde and melamine.
The results of the partition, column chromatography, TLC, and characterization by FTIR spectrophotometer and LC-MS showed that the active compound contained in MPE is flavonoid derivative active compound. The optimum condition of AuNP@MPE synthesis was obtained at λmaks 531 nm (22 nm). AuNP@MPE stable for 17 days with λmaks 530-532 nm. The results of characterization of UV-Vis spectrophotometer and PSA showed that AuNP@MPE has potentiality to detect formaldehyde and melamine. It characterized by shifting of λmaks and discoloration of the colloidal AuNP@MPE due to the interaction of hydrogen.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriyan Nizfa Saputra
"Pada penelitian ini dilakukan pengujian kapasitas adsorpsi gas Formaldehida karbon aktif dari bambu. Dengan melakukan aktivasi secara kimia dengan larutan KOH dengan perbandingan KOH padat dan karbon sebanyak 3:1, serta diaktivasi pada suhu 800oC dapat menambah luas permukaan karbon yang semula hanya 0,1 m2/g menjadi karbon aktif dengan luas permukaan 386,3m2/g. Impregnasi logam Cu sebanyak 4% berat karbon mampu menambah luas permukaan menjadi 471,9m2/g dan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif dari bambu. Pada konsentrasi kesetimbangan gas Formaldehida 14 ppm, karbon aktif dari bambu yang diimpregnasi dengan logam Cu mampu mengadsorpsi gas Formaldehida sebesar 0,00023 g/g karbon aktif. Sementara itu karbon aktif dari bambu tanpa impregnasi hanya mampu mengadsorpsi sebesar 0,00004 g/g karbon aktif dan karbon aktif komersial dari tempurung kelapa bahkan hanya mempunyai kemampuan adsorpsi sebesar 0,00002 g/g karbon aktif. Dari hasil penelitian juga didapat bahwa karbon aktif dari bambu dengan impregnasi logam Cu mampu mengadsorpsi hingga 97% gas Formaldehida yang diinjeksikan ke dalam sampling silinder.

In this research, Formaldehyde gas adsorption capacity of activated carbon from bamboo is evaluated. By doing a chemical activation with KOH solution with solid KOH and carbon ratio about 3:1, and activated at a temperature of 800oC can increase the surface area of ​​the carbon that was originally only 0.1 m2/g to activated carbon with a surface area of ​​386.3 m2/g. Cu metal impregnating as many as 4% by weight of carbon could increase the surface area to be 471.9 m2/g and increased activated carbon from bamboo's adsorption capacity. At Formaldehyde gas's equilibrium concentration 14 ppm, activated carbon from bamboo impregnated with Cu metal can adsorb Formaldehyde gas at 0.00023 g/g activated carbon. Meanwhile activated carbon from bamboo without impregnation only able to adsorb 0.00004 g/g activated carbon and commercial activated carbon from coconut shell even only have adsorption capacity at 0,00002 g/g activated carbon. From the result, also found that the activated carbon from bamboo impegnated Cu metal able to adsorb up to 97% Formaldehyde gas injected to sampling cylinder."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herci Marliana
"Formalin seringkali disalahgunakan sebagai pengawet makanan di Indonesia. Secara umum, sulit membedakan makanan yang mengandung formalin dengan yang tidak. Oleh sebab itu, saat ini dibutuhkan suatu cara deteksi formalin dalam makanan yang cepat, akurat serta mudah dilakukan, terutama oleh masyarakat umum. Penelitian ini bertujuan mengoptimasi pereaksi Schryver untuk dijadikan kertas indikator formalin. Dalam penelitian ini, dilakukan optimasi kertas menggunakan 5 jenis kertas saring dan didapatkan kertas saring Whatman nomor 42 sebagai kertas terbaik. Setelah itu, dibuat 5 macam formula pereaksi Schryver untuk dijadikan kertas indikator kemudian diamati sensitivitasnya. Formula terpilih terdiri dari campuran fenilhidrazin hidroklorida 7,5%, asam klorida 4,5 N dan kalium ferrisianida 7,5% dengan batas deteksi dalam bentuk kertas indikator adalah 1 mg/L. Uji stabilitas yang dilakukan pada suhu kamar (28-30°C) menunjukkan kertas indikator ini hanya dapat stabil hingga 6 jam dalam penyimpanan disertai penurunan sensitivitas. Identifikasi pada 9 sampel makanan menunjukkan 3 sampel positif yaitu sampel air rendaman tahu A1, A2, dan A3 dengan perkiraan kadar antara 10 - 30 mg/L dan melebihi 50 mg/L.

Formalin is often misused as food preservative in Indonesia. Generally, it is hard to distinguish formalin-contained food and non-formalin food. Therefore, nowadays we need a fast, accurate, and easy to be done-formalin detection method, especially to be done by common people. The aim of this research is to optimize Schryver reagent for used as an indicator paper. In this research, 5 kinds of filter papers had been observed and it is founded that Whatman filter paper number 42 is the best filter paper to be made as indicator paper. With the selected filter paper, 5 kinds of Schryver reagent formula had been made as indicator paper and observed for their sensitivity and color intensity. The selected formula consist of phenylhydrazine hydrochloride 7,5%, hydrochloric acid 4,5 N and potassium ferricyanida 7,5% with detection limit of 5 mg/L as indicator paper. Stability test in the room temperature (28-30°C) give a result that this indicator paper could be stable only for 6 hours along with degradation of sensitivity. Identification test in 9 food samples give 3 positive results: A1, A2, and A3 soybean curd samples immersion-water with approximate estimation between 10 - 30 mg/L and over 50 mg/L."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32755
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>