Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109504 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kalya Putri
"Latar Belakang: Pengembangan teknologi digital pada pembuatan restorasi indirek memungkinkan utilisasi alur kerja digital penuh dengan akurasi tinggi. Pembuatan model kerja melalui pemindaian intraoral disebut sebagai alternatif prosedur perawatan restorasi indirek, selain metode konvensional menggunakan material cetak polyvinyl siloxane. Metode: Dilakukan pembuatan model kerja preparasi onlay MOD gigi 46 menggunakan material cetak PVS, IOS Primescan, dan IOS Medit i700 Wireless. Model kerja yang dibuat menggunakan PVS didigitisasi menggunakan pemindai ekstraoral inEos X5. Model referensi dipindai dengan InEos X5 sebagai acuan. Selanjutnya model virtual yang dihasilkan disuperimposisi menggunakan Geomagic Control X untuk pengukuran trueness dan precision melalui perhitungan nilai RMS. Hasil nilai RMS kemudian dihitung secara statistik menggunakan SPSS 26. Hasil: Nilai trueness dan precision paling baik didapat dari model virtual yang dihasilkan dengan Primescan, diikuti Medit i700 Wireless, kemudian PVS. Kesimpulan: Pemindaian intraoral dapat menghasilkan akurasi model kerja yang tinggi. Meskipun terdapat perbedaan bermakna di antaraya, ketiga modalitas pembuatan model kerja menghasilkan akurasi yang dapat diterima secara klinis, yaitu di bawah 100 mm.

Background: The development of digital technology in dentistry allow the manufacture of indirect restoration through the full digital workflow with high accuracy. The use of intraoral scanner is said to be an an alternative method in indirect restoration treatment aside the conventional protocol using polyvinyl siloxane impression material. Method: The MOD onlay preparation in tooth 46 is fabricated using 3D printed resin material. Stone model is acquired using polyvinyl siloxane material, then digitized using InEos X5 extraoral scanner. 3D virtual model is made using Primescan AC and Medit i700 Wireless. The reference model is scanned by InEox X5. The virtual model is superimposed in Geomagic Control X software for trueness and precision assessment using RMS method. RMS score are statistically compared using SPSS 26. Result: The best trueness and precision score is achieved by Primescan AC, followed by Medit i700 Wireless, then PVS group. Conclusion: Intraoral scanning promised a good accuracy compared to the conventional method. Even if there are statistical significance between the numbers, all modalities show clinically accepted accuracy below 100 mm ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mahathir
"Latar Belakang: Perkembangan teknologi digital telah diterapkan dalam bidang kedokteran gigi untuk menyederhanakan prosedur rehabilitasi oral. Perkembangan dengan sistem computer aided-design – computer-aided manufacturing (CAD-CAM) ini meningkat secara signifikan. Sistem ini menggunakan Intraoral Scanner (IOS) yang memiliki sejumlah keuntungan dan daya tarik yang cukup besar. Alat ini dapat memberikan penentuan kualitas cetakan secara langsung, model pasien tiga dimensi (3D) virtual yang dapat disimpan di dalam komputer tanpa pembuatan model plaster dan dapat digunakan sebagai sarana komunikasi efektif dengan pasien. Suatu perangkat IOS harus memiliki nilai akurasi yang tinggi. Akurasi teridiri dari nilai trueness dan precision. Akurasi cetakan digital ini sangat penting untuk kesesuaian internal restorasi akhir. Pendekatan pengukuran akurasi langsung melalui pengukuran linier dan .analisis perbedaan 3D setelah penyelarasan paling sering digunakan untuk mengevaluasi akurasi. Tujuan: Mengevaluasi perbedaan nilai trueness dan precission dari desain preparasi onlay yang dipindai dengan menggunakan IOS Primescan AC dan Primescan Connect (Denstply, USA). Metode: Model typodont desain preparasi onlay MOD dipindai dengan extraoral scanner (inEos X5, Dentsply Sirona, USA) untuk mendapatkan data referensi. Desain preparasi onlay juga dipindai dengan dua IOS Primescan AC dan Primescan Connect (Denstply, USA) masing-masing kelompok sebanyak 10 kali pengulangan. Akurasi dalam bentuk trueness berupa nilai root mean square dievaluasi dengan membandingkan data pemindaian IOS dengan data referensi. Sementara akurasi dalam bentuk precision dievaluasi dengan membandingkan data pemindaian sesama kelompok IOS dalam kelompok yang sama secara kombinatorik (10C2). Hasil : Tidak terdapat perbedaan nilai akurasi (trueness dan precision) pada desain preparasi onlay yang dipindai dengan menggunakan IOS Primescan AC dan Primescan Connect. Kesimpulan: Nilai trueness dan precision pada pemindaian dengan menggunakan IOS Primescan AC dan Primescan Connect dapat dipegaruhi oleh spesifikasi komputer masing-masing IOS dan teknologi optik pada scanner itu sendiri.

Background: : The development of digital technology has been applied in dentistry to simplify oral rehabilitation procedures. The development of computer-aided design – computer-aided manufacturing (CAD-CAM) systems has increased significantly. These systems can utilize an Intraoral Scanner (IOS) which has a number of advantages and considerable appeal. It can provide immediate determination of mold quality, virtual three-dimensional (3D) patient models, can be stored in the computer without the creation of plaster models and can be used as a means of effective communication with the patient. An IOS device must have a high accuracy value. Accuracy consists of trueness and precision. The accuracy of the digital impression is very important for the internal fit of the final restoration. Direct accuracy measurement approaches through linear measurements and 3D difference analysis after alignment are most commonly used to evaluate accuracy. Methods : To evaluate the differences in trueness and precission values of onlay preparation designs scanned using IOS Primescan AC and Primescan Connect (Denstply, USA). The MOD onlay preparation design typodont model was scanned with an extraoral scanner (inEos X5, Dentsply Sirona, USA) to obtain reference data. The onlay preparation design was also scanned with two IOS Primescan AC and Primescan Connect (Denstply, USA) in each group for 10 repetitions. Accuracy in the form of trueness in the form of root mean square value was evaluated by comparing the IOS scan data with the reference data. Meanwhile, accuracy in the form of precision was evaluated by comparing the scan data of fellow IOS groups within the same group combinatorically (10C2). Results: There was no difference in the accuracy values (trueness and precision) of onlay preparation designs scanned using the Primescan AC and Primescan Connect IOS. Conclusion: The trueness and precision values on scanning using IOS Primescan AC and Primescan Connect can be influenced by the computer specifications of each IOS and the optical technology on the scanner itself."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Muhammad Satriyo
"Gangguan dan penyakit yang paling umum ditemukan pada gigi dan mulut antara lain caries, (gigi berlubang), gangren pulpa, kalkulus (karang gigi), dan gingivitis (radang gusi). Untuk mendiagnosa gangguan gigi tersebut, dilakukan pemeriksaan klinis kondisi intraoral dengan peralatan standar, yang sangat bergantung pada kemampuan fisik dokter gigi terutama indera penglihatan. Hal ini dapat menyebabkan pengamatan kondisi dalam mulut pasien mungkin tidak sepenuhnya tepat. Di sisi lain, saat ini tindakan penambalan gigi pada caries tidak hanya memperhatikan kualitas kekuatan tambalan, tetapi juga faktor estetis. Untuk itu, pada penambalan gigi, banyak digunakan material resin komposit yang hanya dapat terpolimerasi oleh energi dari cahaya dengan rentang panjang gelombang 460 - 480 nm.
Pada skripsi ini akan dilakukan rancang bangun sistem intraoral monitoring dan dental curing light. Karakterisasi PiCamera sebagai kamera intraoral, dilakukan dengan pengambilan citra di dalam simulator rongga mulut dengan bantuan cahaya lampu LED putih yang dialiri arus 20 mA. Kinerja dental curing light dengan memanfaatkan high power LED 460 – 470 nm berdaya 3 Watt, diuji dengan cara menyinari material komposit untuk kondisi di ruang terbuka dan di dalam simulator rongga mulut. Hasil pengujian menunjukkan perangkat kamera mampu memperlihatkan dan mengambil citra kondisi di dalam simulator rongga mulut dengan jelas secara real time. Demikian pula perangkat dental curing light mampu memancarkan cahaya dengan intensitas 1718 mW/cm2, sehingga memicu polimerisasi material komposit hingga berhasil memadat dalam waktu 30 detik.

Intraoral disorders and diseases most commonly found are caries (cavities), gangrene of the pulp, calculus (tartar), and gingivitis (gum inflammation). To diagnose this condotion, clinical examinations should be carried out with standard equipment. This proceses are highly dependent on the physical ability of the dentist, especially the sense of their sight. On the other hand, nowadays, in dental fillings we should not only pay attention to the material quality, but also the aesthetic factor. Hence, in dental fillings, resin composite material are widely used. This material can only be polymerized by using high energy light source with wavelength range of 460-480 nm.
In this undergraduate thesis, an intraoral monitoring system and a dental curing light have been developed. Characterizations of PiCamera as an intraoral camera were carried out by taking the images inside the oral cavity simulator by means of three white LEDs drawing 20mA current. Performace of the dental curing light that utilizes 3 Watt LED 460-470 nm, was tested by irradiating various mass of composite materials in oral cavity simulator at 27 ⁰C. Experiment results show that intraoral monitoring system is able to display and capture the intraoral conditions in real time. While dental curing light is able to radiate light with intensity of 1718 mW / cm2 for composite material polymerization successfully within 30 seconds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririt Damayanti
"Penggunaan model studi digital di Indonesia saat ini belum populer, akan tetapi adanya permasalahan kebutuhan penyimpanan ruangan, kebutuhan penyajian rencana perawatan yang akurat dan belum adanya teknologi model studi tiga dimensi digital di Indonesia menjadi alasan dilakukan penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan merakit pemindai laser dan ?benchmark? software tiga dimensi untuk kemudian membandingkan pengukuran pada model studi secara manual dengan digital.
Material dan metode : Sampel yang digunakan sebanyak 12 pasang model gigi paska perawatan ortodonti yang memiliki hubungan molar kelas I. Setiap model studi dipindai menggunakan pemindai laser tiga dimensi. Hasil pemindaian kemudian dilakukan pengukuran jarak mesiodistal, interkaninus, dan intermolar. Pengukuran pada model studi konvensional menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01mm dan menggunakan software pada model digital. Masing-masing nilai pengukuran dilakukan pengujian realibilitas (uji intraeksaminer) dengan uji T-test berpasangan, kemudian nilai pengukuran secara digital dibandingkan dengan pengukuran secara manual untuk dilakukan uji validitas menggunakan uji T-test tidak berpasangan.
Hasil : Hasil uji intraeksaminer menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna antara penghitungan pertama dan kedua dengan nilai p antara 0,07-0,701. Hasil T-test tidak berpasangan menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna antara pengukuran model studi digital dengan pengukuran model studi konvensional dengan nilai selisih rata-rata lebar mesiodistal sebesar 0,09mm (SD=0,07), nilai rata-rata selisih pengukuran jarak interkaninus 0,10 mm (SD=0,03) dan nilai rata-rata selisih pengukuran jarak intermolar 0,08 mm (SD=0,03) dengan nilai p untuk semua jenis pengukuran antara 0,62-0,99.
Kesimpulan : Perbandingan pengukuran secara manual dengan pengukuran pada model studi digital hasil pemindaian laser 3D menunjukan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik.

The use of digital study models in Indonesia is not popular, but problem such as space required for study models storage, the needs of accurate treatment planning and the absence of 3D digital study model technology in Indonesia is the reason to do this research. This study is an experimental study by assembling a 3D laser scanner with a 3D software "benchmark" and comparing the manual and digital study models measurements.
Material and methods: The amount of samples used in this research was 12 pairs of post-orthodontic treatment study models with class I molar relationship. Each of the conventional study model was scanned and the mesiodistal, intercanine, and intermolar width was measured. Measurement were made with a digital calliper to the nearest 0.01 mm from conventional study models and with the software from the digital model. Each measurement value was tested to know the realibilility (intraexaminer test) using paired T-test, then the measurements of digital were compared with measurements performed manually using unpaired t-tests to kwow the validity.
Results: The intraexaminer test showed no significant difference between the first and second measurements with p values between 0.07 to 0.701. The unpaired T-test showed no significant difference between measurements of digital study models with measurements of conventional models with the mean difference in mesiodistal width 0.09 mm (SD = 0.07), the mean difference of intercanine distance 0.10 mm (SD = 0.03) and the mean difference of intermolar distance 0.08 mm (SD = 0.03) with p values for all types of measurement between 0.62 to 0.99.
Conclusion: Comparison of measurements between conventional study models with digital study models from 3D laser scanning showed no significant difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31954
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Albar Abshar Muhamad
"Latar Belakang: Model cetakan gigi memiliki peranan penting dalam bidang prostodonsia untuk menentukan diagnosis dan rencana perawatan. Model yang saat ini sering digunakan adalah model konvensional. Model tersebut mempunyai beberapa kekurangan yaitu kemungkinan hilang dan rusak, membutuhkan tempat penyimpanan dan menyulitkan komunikasi dengan laboratorium. Perkembangan teknologi khususnya CAD/CAM diharapkan mampu mengatasi kekurangan tersebut dengan penggunaan intraoral scanner (IOS). IOS mampu menghasilkan model digital dengan cara pemindaian secara langsung di dalam mulut dan menghasilkan file dengan format standard tesselation language (STL). File ini kemudian dapat dicetak menggunakan 3D printer dengan teknik stereolithography (STL) menjadi model 3D printing. Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan akurasi antara pengukuran langsung pada pasien, model konvensional, digital, dan 3D printing kasus kelas III Kennedy. Metode: Penelitian observasi analitik dengan desain studi potong lintang. Total sampel sebanyak 9. Dilakukan pengukuran masing-masing variabel sebanyak 3 kali kemudian diambil nilai reratanya. Pengukuran langsung pada pasien dijadikan kontrol dan dibandingkan dengan pengukuran pada model konvensional yang dicetak dengan PVS, model digital, dan 3D printing. Pengukuran dilakukan pada lebar mesiodistal, tinggi servikooklusal/insisal gigi dan lebar span edentulus. Dilakukan pengukuran langsung pada pasien, model konvensional dan 3D printing dengan digital calliper sedangkan model digital menggunakan piranti lunak Trios. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Saphiro Wilk dan uji Kruskal Wallis. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0.05) pada seluruh pengukuran dibandingkan dengan kontrol dan juga antara variabel yang berbeda. Kesimpulan: Penggunaan IOS dalam menghasilkan model digital yang kemudian dicetak menggunakan 3D printer dapat menjadi alternatif pembuatan model kerja dalam menentukan diagnosis dan perawatan pasien dalam bidang prostodonsia.

Background: Models play a crucial role in the field of prosthodontics for determining diagnosis and treatment plans. The conventional model is frequently used, but it has some drawbacks, such as the possibility of loss and damage, the need for storage space, and difficulties in communication with laboratories. Technological advancements, especially in CAD CAM, aim to address these limitations by utilizing intraoral scanners (IOS). IOS can produce digital models by scanning directly inside the mouth and generating files in standard tessellation language (STL) format. These files can then be printed with a 3D printer using stereolithography (STL) techniques to create a 3D printed model. Objective: To determine the accuracy differences between direct measurements on patients, conventional models, digital models, and 3D printed models in Class III Kennedy cases. Method: An analytical observational study with a cross-sectional design was conducted. A total of 9 samples were measured three times each and the mean value will be anyalzed. Direct measurements on patients were used as controls and compared with conventional models printed with PVS, digital models, and 3D printing. Measurements included mesiodistal width, cervico-occlusal/ incisal height of teeth, and edentulous span width. Direct measurements on patients, conventional models, and 3D printing used digital calipers, while digital models used Trios software. Statistical tests, including the Shapiro-Wilk test for data normality and the Kruskal-Wallis test for data analysis, were performed in this study. Results: There were no significant differences (p > 0.05) in all measurements compared to the control and among different variables. Conclusion: The use of IOS to produce digital models, subsequently printed with a 3D printer, can be an alternative for model fabrication in determining diagnosis and patient treatment in prosthodontics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ghina Nisrina Aulia
"ABSTRAK
Latar Belakang: Lansia mengalami proses penuaan yang melibatkan perubahan pola penyakit, salah satunya penyakit gigi mulut. Masalah utama yang dimiliki lansia adalah kehilangan gigi yang membutuhkan perawatan prostodonsia. Kebutuhan perawatan mendahului perencanaan perawatan prostodonsia. Kebutuhan sendiri dibagi menjadi kebutuhan objektif dan kebutuhan subjektif atau kebutuhan yang dirasakan pasien itu sendiri. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kebutuhan seseorang, salah satunya adalah tingkat pengetahuan seseorang akan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan: Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dengan kebutuhan perawatan prostodonsia secara objektif dan subjektif pada lansia, menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status ekonomi) terhadap tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan kebutuhan perawatan prostodonsia. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 100 pasien Puskesmas Kecamatan Kramat Jati berusia 60 tahun ke atas. Dilakukan pencatatan diri subjek, wawancara pengisian kuesioner tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut pada lansia, kebutuhan subjektif (need) gigi tiruan, dan pemeriksaan klinis intraoral (kebutuhan objektif). Hasil penelitian: Tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut memiliki perbedaan bermakna (p < 0,05) dengan kebutuhan objektif gigi tiruan pada rahang atas dan kebutuhan subjektif (need) gigi tiruan, tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dengan kebutuhan objektif gigi tiruan pada rahang bawah. Terdapat perbedaan bermakna jenis kelamin dan tingkat pendidikan dengan kebutuhan subjektif (need) gigi tiruan, tetapi tidak ada perbedaan bermakna antara status ekonomi dengan kebutuhan subjektif (need) gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan kebutuhan objektif pada kedua rahang. Kesimpulan: Terdapat pengaruh tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut pada lansia dengan kebutuhan objektif gigi tiruan pada rahang atas dan kebutuhan subjektif (need) gigi tiruan.

ABSTRACT
Background: The elderly undergoes aging process that involves changes in the profile of disease, one of them is oral disease. The main problem experienced by the elderly is loss of teeth that needs prosthodontic treatment. Treatment need precedes the treatment plan of prosthodontic treatment. Treatment need is divided into two, that is objective and subjective need or perceived need. There are few things influencing one's need, one of them to be oral health knowledge. Objectives: To analyze the relationship between oral health knowledge towards prosthodontic treatment need in elderly both objectively and subjectively, to analyze sociodemographic factors (gender, educational level, and economic status) towards oral health knowledge and prosthodontic treatment need. Methods: Cross-sectional study was conducted on 100 patients of Puskesmas Kramat Jati aged 60 years and over. Subjects data and oral examination were obtained, and interview for oral health knowledge and subjective prosthodontic need were conducted. Results: There was significant difference (p < 0,05) between oral health knowledge towards objective prosthodontic treatment need on the upper jaw and subjective prosthodontic treatment need, but there was difference between oral health knowledge towards towards objective prosthodontic treatment need on the lower jaw. There was significant difference gender and educational level towards subjective prosthodontic treatment need, but there was no significant difference between economic status towards subjective prosthodontic treatment need. There was no significant difference between sociodemographic factors towards oral health knowledge and objective prosthodontic treatment need on both jaws. Conclusion: This study shows a relationship between oral health knowledge and objective prosthodontic treatment need on the upper jaw and subjective prosthodontic treatment need."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Millati Amalia
"Skripsi ini memberikan informasi mengenai ketersediaan bahan restorasi gigi plastis di Puskesmas dan Rumah Sakit di lingkungan kabupaten Bireuen propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) selama Agustus 2007 sampai dengan Agustus 2008. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Amalgam adalah bahan restorasi plastis yang paling banyak tersedia di rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Bireuen. Perlu menjadi perhatian bagi rumah sakit dan puskesmas yang ada di Kabupaten Bireuen adalah penyeragaman harga penambalan pada pasien dengan jenis bahan restorasi yang sama serta merek yang sama. Perlu juga diperhatikan pengadaan ketiga jenis bahan restorasi plastis antara lain amalgam, GIC dan resin komposit oleh Dinkes setempat. Hal ini diperlukan agar tersedianya ketiga jenis bahan restorasi tersebut di setiap rumah sakit dan puskesmas yang ada di Kabupaten Bireuen sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh perawatan restorasi gigi karena tidak harus dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas yang jauh dari tempat tinggalnya.

This survey give the information about availability of dental restorative materials used at hospitals and public health centers at Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), especially at Bireuen Regency during August 2007 until August 2008. This research is quantitative descriptive interpretive. Based on the results of the survey, it is identified that the restorative materials used by hospitals and public hospitals at Bireuen Regency, the most preferred one is the Amalgam. It is necessary for hospital and public health centers at Bireuen regency to charge the same prices for the tooth patch with the same type and materials. In addition, local health office is expected to have more attention on the procurement of the three dental restorative materials. It is necessary in order that the materials are always available at the hospitals and public health centers at Bireuen Regency so it will facilitate the local people to obtain tooth patch service. Accordingly, local people will not have to be referred to other hospital and public health centers located far from their houses."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Chandra
"ABSTRAK
Untuk pembuatan geligi tiru kerangka logam, hampir selalu digunakan Aloi Khromium Kobalt untuk bahan kerangkanya, dan resin akrilik ( Polymethyl methacry-late (PMMA) } untuk sadel dan basis geligi tiru. Perlekatan kedua bahan tersebut secara mekanis berupa mesh. Perlekatan mekanis kedua komponen cukup baik, tetapi masih mempunyai keterbatasan antara lain :
Kurang memadainya untuk penempatan gigi tiru diregio yang sempit, misalnya regio anterior ditinjau dari kepentingan estetik.
Interridge yang sempit, sehingga ketebalan logam membatasi penempatan basis resin akrilik dan gigi tiru.
Sekarang telah dipasarkan resin komposit berkekuatan lekat kimiawi dan mekanis, tetapi timbul masalah dapatkah bahan tersebut menggantikan kekuatan lekat mekanis Duna perlekatan basis resin akrilik dengan kerangka Aloi Khromium Kobalt.
Untuk itulah dilakukan penelitian tentang perbandingan kekuatan lekat resin akrilik dan Aloi Khromium Kobalt oleh resin komposit dan mesh besar.
Penelitian dilakukan secara laboratoric dengan alat uji Comten, dihitung dalam Kg/Cm2.
Dalam penelitian ini digunakan resin komposit-yang berkekuatan lekat kimiawi dan mekanis untuk perlekatan balok resin dengan lempeng Aloi Khromium Kobalt. Bahan vertikal dijatuhkan pada spesimen, hingga menimbulkan "tangen force".
Dari hasil uji coba kedua kelompok spesimen ternyata daya lekat yang dihasilkan oleh resin komposit yang berkekuatan lekat kimiawi dan mekanis sedikit lebih besar dibandingkan kekuatan lekat mesh besar yang berkekuatan mekanis. Dengan pengkajian secara statistik menggunakan two tailed student t-test, tidak memberikan perbedaan yang bermakna, menunjukkan kedua macam kekuatan lekat tersebut hampir sama kuat."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, Rosalinda R.
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah asam berpengaruh terhadap ketahanan email yang telah diremineralisasi oleh teh. Lempeng email didapat dari mahkota gigi Premolar atas yang teiah di.pisahkan dari akarnya, kemudian dibelah menjadi dua bagian dalam arah Mesio-distal. Bagian dentin dilapisi dengan cat kuku. Kedua bagian dari masing-masing gigi tersebut di kelompokan menjadi Kelampok T dan kelompok A. Masing-masing lempeng email dari kedua kelompok ditimbang. Setelah lempeng email didemineralisasi di dalam tabung reaksi selama 6 jam. Dipakai larutan asam asetat 75 mM mengandung 2,0 mmol KH2PO4 dan 2,0 mmol Ca(NO3)2 dengan PH 4,3. Selanjutnya kedua kelompok masing-masing diremineralisasi dalam air teh dan air biasa selama 4 minggu. Kemudian kedua kelompok tersebut masing-masing dicelupkan kembali ke dalam larutan demineralisasi yang sama, dan hasilnya dilihat setelah 1 jam, 3 jam, serta 6 jam. Selama penelitian, bila tidak dilakukan percobaan, masing-masing email direndam akuadest dalam pot plastik pada temperatur kamar. Ternyata sesudah 1 jam, 3 jam dan 6 jam, terjadi susut berat lempeng email pada keduakelompok. Susut berat email pada kelompok T terlihat lebih sedikit dibandingkan susut berat email pada kelompok A. Kemudian terlihat pula pada kedua kelompok bahwa susut berat email bertambah besar bila waktu demineralisasi diperpanjang. "
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Noerdin
"Bahan cetak gigi alginat berfungsi dalam membuat reproduksi dari gigi dan jaringan sekitarnya pada proses pembuatan gigi tiruan. Bahan cetak gigi alginat sampai saat ini sangat popular penggunaannya di kalangan kedokteran gigi Indonesia karena harganya terjangkau dan banyak tersedia di pasaran. Bahan cetak ini masih harus diimpor dari luar negeri. Sebagai akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, di beberapa daerah bahan cetak alginat ini menjadi lebih mahal harganya sampai empat kaii lipat dan langka di pasaran. Untuk mengatasi situasi tersebut diperoleh informasi dari sejawat dokter gigi yang bertugas di Sumatera Selatan menambahkan bubuk pati ubi kayu (Manihot Utilisima) ke dalam bubuk bahan cetak gigi alginat pada proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, dengan perbandingan 1:1 sebagai langkah penghematan menghasilkan permukaan cukup halus dan kualitas detail cetakan yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi penambahan pati ubi kayu (Manihot utilisima) pada bubuk bahan cetak kemasan terhadap hasil reproduksi detail cetakan gips tipe III sesuai dengan ketentuan ANSI/ADA no. 18 atau ISO 1563 tahun 1978. Mengingat bubuk alginat murni yang berasal dari algae coklat banyak dibudi dayakan di berbagai daerah di Indonesia, dalam penelitian ini dicoba juga kemungkinannya untuk di kembangkan sebagai bahan cetak gigi alginat.
Sebanyak 120 spesimen dibagi dalam 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 20 spesimen. Kelompok A1 sampai dengan A5 adalah kelompok bahan cetak alginat yang dicampur dengan pati ubi kayu, dengan perbandingan secara berurutan dari 55%:45% ; 52,5%:47,5% ; 50%:50% ; 47,5%:52,5% ; 45%: 55%, sedangkan A0 merupakan kontrol tanpa penambahan pati ubi kayu. Setiap kelompok dibuat adonan alginat dengan cara dicampurkan bahan cetak alginat dengan air dan dilakukan pengadukan selama 10 detik; kemudian alat uji reproduksi detail (ISO 1563/1978) dicetak dengan bahan cetak. Dan hasilnya kemudian dicor dengan adonan gips tipe III yang dibuat sesuai petunjuk pabrik. Setelah mengeras, gips hasil pengecoran reproduksi detail garis dengan kedalaman garis 0,050 dan 0,075 dianalisa dibawah mikroskop stereo.
Terlihat penurunan hasil reproduksi detail dengan bertambahnya konsentrasi pati ubi kayu. Semakin sedikit konsentrasi pati ubi kayu yang ditambahkan ke dalam bahan cetak alginat sampai perbandingan 47,5%:52,5% akan menghasilkan reproduksi detail yang masih berada pada ketentuan pada kedalaman garis 0,050 mm. Setelah dilakukan uji t statistik (a =0) diperoleh p a 0,05. Hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan hasil reproduksi detail dari bahan cetak alginat yang dicampur dengan pati ubi kayu tidak bermakna bila dibandingkan dengan hasil reproduksi detail dari bahan cetak kemasan tanpa dicampur ubi kayu.
Penelitian yang menggunakan bubuk algin murni dari algae coklat dicampur pati ubi kayu, dengan penambahan bahan kimia K2S04 1,5% belum dapat menghasilkan cetakan reproduksi detail yang baik, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan bahan kimia tertentu untuk menyempurnakan proses gelatinisasi dari campuran."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>