Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10862 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Kanita Klara
"Seorang apoteker yang melaksanakan praktik kefarmasian di apotek memiliki tanggung jawab yaitu pelayanan farmasi klinik dan melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, serta bahan medis habis pakai. Salah satu pelaksanaan pengelolaan adalah pengadaan, dimana setiap apotek memiliki kapasitas yang berbeda dalam mengadakan produk karena sangat bergantung kepada ketersediaan dana dan nilai investasi yang dimiliki. Laporan ini dilakukan dengan tujuan menganalisis suplemen makanan di Apotek Kimia Farma THI dengan menggunakan metode Pareto ABC untuk mengetahui pengelompokkan produk supaya dapat dijadikan acuan dalam melakukan pengadaan dan peningkatan efisiensi siklus pengelolaan produk di apotek. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pengumpulan data daftar obat Apotek Kimia Farma Taman Harapan Indah yang akan dianalisis. Data tersebut meliputi nama produk, frekuensi penjualan, dan harga jual satuan. Pengelompokkan data didasarkan pada metode pareto ABC Kimia Farma yang berada di SOP yang merupakan data jumlah item obat dan persentase dana investasi, dimana kelompok A merupakan akumulasi 0 hingga 80%, kelompok B merupakan obat dengan akumulasi 80,01 hingga 95%, dan obat yang termasuk dalam kelompok C adalah obat dengan akumulasi 95,01 hingga 100%. Dari 148 item suplemen makanan, sebanyak 69 item termasuk dalam kelompok Pareto A atau 46,62% dari total item dengan nilai jual Rp16.241.938 atau 69,78% dari total nilai jual. Kelompok Pareto B terdiri dari 42 item atau 28,378% dari total item dengan nilai jual sebesar Rp4.698.650 atau 20,19% dari total nilai jual dan kelompok Pareto C terdiri dari 37 item atau 25% dari total item dengan nilai jual atau revenue sebesar Rp2.335.506 atau 5,12 % dari total nilai jual.

A pharmacist who practices pharmacy in a pharmacy has the responsibility of providing clinical pharmacy services and managing pharmaceutical preparations, medical devices and medical consumables. One of the implementation of management is procurement, where each pharmacy has a different capacity in procuring products because it is very dependent on the availability of funds and the investment value they have. This report was conducted with the aim of analyzing food supplements at Kimia Farma THI Pharmacy using the Pareto ABC method to determine product grouping so that it can be used as a reference in conducting procurement and increasing the efficiency of the product management cycle in pharmacies. The method used is descriptive analytic research by collecting drug list data from Kimia Farma Pharmacy Taman Harapan Indah which will be analyzed. The data includes product name, sales frequency, and unit selling price. Data grouping is based on Kimia Farma's ABC pareto method which is in the SOP which is data on the number of drug items and the percentage of investment funds, where group A is an accumulation of 0 to 80%, group B is drugs with an accumulation of 80.01 to 95%, and drugs that included in group C are drugs with an accumulation of 95.01 to 100%. Of the 148 food supplement items, 69 items were included in the Pareto A group or 46.62% of the total items with a selling price of IDR 16,241,938 or 69.78% of the total selling value. Pareto group B consists of 42 items or 28.378% of the total items with a selling price of IDR 4,698,650 or 20.19% of the total sales value and Pareto group C consists of 37 items or 25% of the total items with a sales value or revenue of IDR 2 .335,506 or 5.12% of the total selling price."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Sylvarizky
"Apotek sebagai sarana pelayanan kefarmasian, menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau. Sebagai seorang apoteker dituntut untuk dapat mengelola sediaan farmasi yang tersedia, termasuk suplemen kesehatan. Pemasaran melalui media sosial atau social media marketing. Hal tersebut, memberikan peluang bagi para pemasar untuk dapat melakukan komunikasi pemasaran tanpa dibatasi jarak dan waktu. Pelaksanaan promosi yang hanya dilakukan di apotek melalui mulut ke mulut dirasakan belum begitu efektif meskipun sudah berjalan dengan baik, begitu pula yang dirasakan Apotek Kimia Farma 143 Margonda, sehingga diperlukan pemasaran alternatif yang dapat memberikan hasil yang efektif dalam waktu yang sempit. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui hasil strategi pemasaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan suplemen kesehatan melalui laman sosial media (social media marketing). Tugas khusus ini diawali dengan mempelajari Produk Suplemen Kesehatan lalu menyiapkan bahan untuk promosi dan melakukan pemasaran melalui laman sosial media, seperti Whatsapp dan Instagram yang selanjutnya, dilakukan pengolahan data hasil penjualan. Berdasarkan hasil yang didapatkan, dalam jangka waktu yang sempit, berhasil terjual sebanyak tiga buah dengan omset yang didapat sebesar Rp1.461.600,-. Pemanfaatan media sosial yang dilakukan sebagai pemasaran alternatif, lebih fleksibel dan tidak terbatas oleh jarak, tempat dan waktu. Pemasaran alternatif ini dapat dilaksanakan sebagai promosi utama bersama dengan promosi langsung kepada pasien yang dilaksanakan di apotek.

As a means of pharmaceutical services, pharmacy guarantees the availability of Pharmaceutical Preparations, Medical Devices, and Medical Consumables that are safe, quality, useful, and affordable. As a pharmacist, you are required to be able to manage available pharmaceutical preparations, including health supplements. Marketing through social media or social media marketing. This provides opportunities for marketers to carry out marketing communications without being limited by distance and time. The implementation of promotions that are only carried out in pharmacies through word of mouth is felt to have not been very effective even though it has gone well, as well as Apotek Kimia Farma 143 Margonda, so alternative marketing is needed that can provide effective results in a narrow time. This special task aims to determine the results of marketing strategies and factors that affect the sale of health supplements through social media pages (social media marketing). This special task begins with studying Health Supplement Products and then preparing materials for promotion and marketing through social media pages, such as Whatsapp and Instagram, which process sales data. Based on the results obtained, three pieces were sold in a narrow period of time with a turnover of Rp1,461,600,-. The use of social media is carried out as alternative marketing, more flexible, and not limited by distance, place, and time. This alternative marketing can be implemented as the main and direct promotion to patients carried out in pharmacies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Murray, Michael T.
New York: Three Rivers Press, 1996
612.39 MUR e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gusnedi
"

LATAR BELAKANG: Praktik diet yang kurang memadai berdampak negatif terhadap asupan zat gizi dan kejadian penyakit kronis yang berhubungan dengan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal (PGS-PL) berdasarkan pola makan masyarakat Minangkabau, dalam rangka perbaikan asupan gizi pada wanita usia subur (WUS) penderita dislipidemia. Selanjutnya pada tahap intervensi, dilihat efek promosi PGS-PL terhadap perubahan praktik diet, asupan zat gizi, status gizi dan profil lipid pada WUS Minangkabau dengan dislipidemia.

METODE: Studi tahap pertama menggunakan disain potong lintang, melibatkan 74 WUS suku Minangkabau dengan dislipidemia. Berdasarkan pola makan setempat, identifikasi problem nutrient dan penyusunan PGS-PL dilakukan dengan pendekatan Linear programming, menggunakan tiga dari empat modul pada software Optifood yang dikembangkan oleh WHO. Pada tahap ke dua dilakukan studi intervensi komunitas menggunakan disain pengukuran sebelum dan sesudah dengan kelompok kontrol. Subjek penelitian ditempatkan secara acak yang dikluster ke dalam kelompok PGS-PL (mendapatkan promosi PGS-PL selama 12-minggu) atau kelompok non-PGS-PL (mendapatkan satu kali konsultasi gizi dari pelayanan kesehatan tingkat dasar). Sebanyak 102 WUS (48 pada kelompok PGS-PL dan 54 pada kelompok non-PGSPL) selama 12 minggu. Pada akhir studi, analisis perbedaan antar- dan inter kelompok perlakuan dilakukan untuk melihat perubahan praktik diet, asupan zat gizi, status gizi dan profil lipid darah (kadar kolesterol total, Lipoprotein densitas rendah, Lipoprotein densitas tinggi, dan Trigliserid).

HASIL: Berdasarkan pola makan setempat, ditemukan bahwa asam lemak tidak jenuh (polyunsaturated fatty acid/PUFA, n-3, n-6), serat makanan, zat besi, dan seng merupakan problem nutrient pada WUS suku Minangkabau dengan dislipidemia. PGS-PL yang disusun menekankan penggabungan bahan makanan, kelompok atau sub-kelompok bahan makanan bernilai gizi tinggi yang tersedia secara lokal, untuk meningkatkan asupan problem nutrient tersebut. Promosi PGS-PL dapat meningkatkan skor praktik diet secara bermakna. Peningkatan terutama terjadi pada konsumsi makanan dan sub-kelompok makanan yang dipromosikan (ikan laut, unggas, produk kedelai seperti tahu dan tempe, total sayuran, sayuran hijau, buah-buahan, dan kentang). Tidak ada perubahan bermakna pada konsumsi makanan pokok, makanan selingan, telur, dan makanan yang digoreng pada akhir intervensi. Pengaruh promosi PGS-PL pada asupan zat gizi dapat dilihat pada perubahan yang bermakna pada asupan energi dan karbohidrat, persentase energi dari PUFA dan monounsaturated fatty acid (MUFA), serta rasio PUFA terhadap asam lemak jenuh (saturated fatty acids/SAFA) dalam makanan sehari-hari. Namun, asupan lemak jenuh tidak berubah signifikan. Terdapat perbaikan yang bermakna pada berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang, namun tidak bermakna terhadap penurunan prevalensi obesitas. Tidak terdapat perubahan profil lipid darah yang bermakna setelah intervensi.

KESIMPULAN: Pendekatan linier programming dapat digunakan dalam menyusun PGS-PL untuk meningkatkan praktik diet dan asupan problem nutrient pada WUS dengan dislipidemia. Promosi PGS-PL secara bermakna berdampak terhadap peningkatan praktik diet, asupan zat gizi, dan status gizi, tetapi belum berpengaruh secara statistik terhadap perbaikan profil lipid WUS dengan dislipidemia.


BACKGROUND: Given the impact of unfavorable dietary practices is on inadequate nutrient intake and nutrition-related chronic diseases, we sought the problem nutrient in the community habitual dietary practices, and developed an optimized food-based recommendation (FBR) for Minangkabau women of reproductive age (WoRA) with dyslipidemia. Although the effect of the FBR promotion seemed to be potential at planning phase, but this has not been tested in the community setting. Therefore, we conducted a community trial and explored the effect of FBR promotion using locally available foods on dietary practice, nutrient intakes, nutritional status and lipid profile among Minangkabau WoRA with dyslipidemia.

METHODS: The first stage of the study was a cross-sectional study, which involved 74 Minangkabau WoRA with dyslipidemia. Linear programming analysis using three modules of the WHO Optifood software was employed to identify problem nutrients and develop an optimized FBR. The second phase of the study was a community-based trials using pre-post with control group design. The subjects were cluster randomized into either FBR group (receiving 12-weeks of FBR promotion) or non-FBR group (receiving once standard nutritional counseling from primary health care program). At the end, 102 WoRA (48 and 54 WoRA in the FBR group and the non-FBR group, respectively) completed 12-weeks of intervention. We analyzed within- and between group differences on changes of dietary practices, nutrient intakes, nutritional status and lipid profile (serum Total Cholesterol, Low-Density Lipoprotein, High-Density Lipoprotein and Triglyceride levels) at the completion of the study.

RESULTS: Our results identified PUFA, dietary fiber, iron, and zinc as problem nutrients among Minangkabau WoRA with dyslipidemia. The final food-based recommendations emphasized the incorporation of locally available nutrient-dense foods, food groups, and sub-groups that would improve the intake of the identified problem nutrients. The FBRs promotion significantly increased the overall dietary compliance. An increase was predominantly occurred on the consumption of promoted and subgroups food items (sea fish, poultry, soybean products, total vegetables, dark green leafy vegetables, fruits, and potato). There were no significant changes in the consumption of staple food, snacks, eggs, and fatty foods at the end of intervention.  Effect of FBR promotion on nutrient intake was observed through the significant changes in energy and carbohydrate intakes, percentage of energy from PUFA and MUFA, as well as PUFA to SAFA ratio in daily diet. However, intake of saturated fat remained unchanged. Marginal but significant improvements were observed in body weight, BMI, and waist circumference, but the prevalence of obesity was relatively not affected. There were no significant changes of blood lipid profile at the end of intervention.

CONCLUSIONS: Linear programming approach could be potentially used to develop an optimized food-based recommendation based on the identified problem nutrients and locally available nutrient dense foods. The FBRs promotion produced significant improvement in dietary practice, nutrient intakes, and nutritional status, but did not statistically affect blood lipid profile of Minangkabau WoRA with dyslipidemia. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Serra Avilia Nawangwulan
"ABSTRAK
Latar belakang : Sebanyak 70% dari anemia pada anak merupakan anemia
mikrositik hipokrom, dan yang terbanyak adalah anemia defisiensi besi (ADB).
Anemia defisiensi besi pada anak sekolah berkaitan dengan penurunan prestasi
belajar. Anak dengan masalah nutrisi berisiko mengalami defisiensi besi. Asupan
zat besi, pemacu dan penghambat absorpsi besi memengaruhi kadar besi. Sekolah
dasar (SD) Pegangsaan 01 Jakarta Pusat merupakan sekolah negeri dengan
mayoritas siswa berasal dari sosial ekonomi rendah.
Tujuan : Mengetahui status besi pada anak usia 6-12 tahun serta hubungannya
dengan status gizi dan asupan diet.
Metode : Studi potong lintang dilakukan di SD Negeri Pegangsaan 01, Jakarta
Pusat antara bulan Maret-April 2016. Asupan pemacu absorpsi zat besi (vitamin
C) dan penghambat (fitat, teh, kopi, susu) dinilai dengan food record selama tiga
hari, diolah dengan NutriSurvey®. Darah tepi lengkap, feritin, besi serum, total
iron binding capacity (TIBC), saturasi transferin, dan high sensitivity C-reactive
protein (hs-CRP) diperiksakan di laboratorium.
Hasil : Terdapat 115 subyek berpartisipasi dalam penelitian. Prevalens deplesi
besi sebesar 4,3%, defisiensi besi tanpa anemia sebesar 14,8%, ADB sebesar
1,7%. Tidak terbukti ada hubungan antara status gizi kurang dengan status besi
[p=0,094; OR=2,29(0,86-6,10)], gizi lebih dan obesitas dengan status besi
[p=0,050; OR=0,30(0,09-1,00)], asupan besi total dengan status besi (p=0,260),
vitamin C dengan status besi (p=0,740), fitat dengan status besi (p=0,901), teh
dengan status besi (p=0,931), kopi dengan status besi (p=0,624), dan susu dengan
status besi (p=0,277).
Simpulan : Prevalens deplesi besi, defisiensi besi tanpa anemia, dan ADB pada
anak usia 6-12 tahun berturut-turut adalah 4,3%, 14,8%, dan 1,7%. Tidak terbukti
ada hubungan antara status gizi, asupan zat besi, vitamin C, fitat, teh, kopi, dan susu dengan status besi pada anak usia 6-12 tahun.

ABSTRACT
Background : Prevalence of anemia in Indonesian school-age children is high.
Approximately 70% cases are microcytic hypochromic anemia which iron
deficiency anemia (IDA) are the most frequent. Iron deficiency anemia associated
with decreased learning achievement. Children with nutritional problems at risk
for iron deficiency. Intake of enhancer and inhibitor of iron absorption affects iron
body level. Pegangsaan 01 Public School is primary school in Central Jakarta,
which most of the students come from low socioeconomic family.
Objective: To measure iron status in children aged 6-12 years and its relationship
with nutritional status and dietary intake.
Methods: A cross-sectional study was conducted in Pegangsaan 01 Primary
School, Central Jakarta, on March-April 2016. Dietary iron enhancer (vitamin C)
and inhibitor (phytate, tea, coffee, milk) were obtained using a 3-days food record
and analyzed with NutriSurvey®. Complete blood count, ferritin, serum iron, total
iron binding capacity, transferrin saturation and high sensitivity C-reactive protein
were examined.
Results: A total of 115 children were studied. Prevalence of iron depletion, iron
deficiency without anemia, and iron deficiency anemia were 4,3%, 14,8%, and
1,7% respectively. No evidence of relationship between undernourished and iron
status (p=0,094), overweight-obesity and iron status (p=0,050), iron intake and
iron status (p=0,260), vitamin C and iron status (p=0,740), phytate and iron status
(p=0,901), tea and iron status (p=0,931), coffee and iron status (p=0,624), milk
and iron status (p=0,277).
Conclusion: Prevalence of iron depletion, iron deficiency without anemia and
iron deficiency anemia in children aged 6-12 years were 4,3%, 14,8%, and 1,7%
respectively. No evidence of relationship between nutritional status, dietary intake and iron status"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Laferani
"

Suplementasi tablet tambah darah merupakan salah satu strategi utama untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil yang mengonsumsi tablet tambah darah ≥ 90 di tahun 2012 sebesar 32,7% dan pada tahun 2017 sebesar 43,9%. Penelitian ini bertujuan untuk variasi faktor konsumsi tablet tambah darah ibu hamil ditingkat individu dan tingkat masyarakat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 6.675 ditahun 2012 dan 7.799 ditahun 2017 dari WUS 15-49 tahun yang hamil. Data diperoleh dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia dan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 dan 2017 dengan menggunakan analisis multilevel regresi linear. Hasil analisis multilevel menunjukkan baik ditahun 2012 maupun 2017 variasi lebih besar terjadi ditingkat individu dengan nilai interclass correlation 0,05 (2012) dan 0,04 (2017). Faktor tingkat individu ditahun 2012 usia, Jumlah antenatal care, Usia kehamilan pertama kali kunjungan antenatal care, Pendidikan, Pendidikan Suami dan Kekayaan. Sedangkan di tahun 2017 Jumlah antenatal care, usia kehamilan pertama kali antenatal care, pendidikan suami, kekayaan, internet dan dukungan keluarga. Program pelayanan antenatal care di Indonesia melibatkan anggota keluarga untuk pendamping minum tablet tambah darah pada ibu hamil.


Iron supplementation is one of the key strategies to improve maternal and child health. Pregnant women who consumed iron supplementation ≥ 90 in 2012 around to 32.7% and in 2017 around to 43.9%. This study aims to vary the factors of consumption iron supplementtaion of pregnant women at the individual level and community level in Indonesia. This study used a cross-sectional design with a sample of 6,675 in 2012 and 7,799 in 2017 from women of reproductive age 15-49 years who were pregnant. Data obtained from Indonesian Demographic health survey and Indonesian Health Profile in 2012 and 2017 using multilevel analysis.  The results of multilevel analysis showed that both in 2012 and 2017 greater variation occurred at the individual level with interclass correlation values of 0.05 (2012) and 0.04 (2017). Individual level factors in 2012 is age, number of ANCs, age of first pregnancy antenatal care visits, education, husband's Education and wealth. In 2017 is number of antenatal care, age of first pregnancy antenatal care visits, husband's education, wealth, internet and family support. The antenatal care service program in Indonesia involves family members to accompany them to take iron supplementation for pregnant women.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitya Safira Birahmatika
"Kualitas diet pada wanita dewasa masih menjadi masalah. Memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan (health concern) dapat berkaitan dengan pola makan. Wanita, khususnya ibu yang memiliki anak usia balita dan pra-sekolah umumnya makan di rumah. Sehingga lingkungan pangan rumah juga berkontribusi terhadap perilaku makan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health concern dan kualitas diet, serta mengetahui apakah lingkungan pangan rumah memediasi untuk hubungan ini. Studi potong lintang ini berlokasi di Jakarta Utara, dengan sampel sebanyak 229 subjek dengan metode penarikan sampel consecutive. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Health concern diukur dengan General Health Interest Scale (GHIS). Lingkungan pangan rumah diukur dengan Consumer Behavior Questionnaire (CBQ). Data kualitas diet dinilai dari 2x24-hour dietary recall dan skor Diet Quality Index-International (DQI-I). Sebagian besar subjek memiliki kualitas diet yang rendah (nilai mean skor DQI-I: 41.44).
Tidak terdapat korelasi bermakna antara health concern dan kualitas diet (r=0.092, P-value=0.166). Setelah di-adjust dengan usia, lingkungan pangan rumah khususnya ketersediaan sayur tidak memediasi hubungan antara health concern dan kualitas diet (IE=0.012, P-value=0.096). Hasil regresi linier berganda juga menunjukkan usia sebagai prediktor kualitas diet (β=0.196, P-value=0.024). Diperlukan upaya kolaboratif untuk memperbaiki kualitas diet pada ibu, dengan meningkatkan health concern serta pemahaman tentang pemilihan jenis makanan berdasarkan kualitas gizi saat membeli makanan. Rekomendasi untuk studi lanjutan dapat meneliti perbedaan health concern menurut usia, serta kaitannya dengan perilaku makan dan kualitas diet.

Diet quality among women remains a major issue. Having health concern may be related to diet. Mothers with young children usually had their meals at home, thus home food environment could play a role in shaping dietary behavior. This study aims to examine the association between health concern and diet quality, and whether home food environment mediates this relationship. This cross-sectional study was conducted in urban slum area in North Jakarta, involving 229 mothers of young children through consecutive sampling. Data was collected using structured questionnaire, including General Health Interest Scale (GHIS) for health concern, Consumer Behavior Questionnaire (CBQ) for home food environment, and 2x24-hour dietary recall to determine the score of Diet Quality Index-International (DQI-I). Statistical analysis included correlation, multiple linear regression, and path analysis. Majority of the mothers had poor diet quality, with mean DQI-I total score of 41.44 out of 100.
There was no significant correlation between health concern and diet quality (r=0.092, P-value=0.166). After adjusted with age, home food environment did not mediate the relationship between health concern and diet quality. Multiple linear regression also showed age as a significant predictor of diet quality (β=0.196, P-value=0.024). Promoting health concern and healthier food choice when eating out or purchasing take-out food would be beneficial to improve diet quality among mothers of young children. Future study is also recommended to explore how age group differs in viewing health as importance, which could lead to dietary practices.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Wahyuniar
"The general objective of this study is to determine the influence of TV foods/drinks/vitamin-mineral supplement advertisements on the food consumption pattern of male and female adolescents. This research used cross sectional study design. Eighty adolescents of both sexes, between 15-17 years old and living in East Jakarta were randomly selected from a public high school. A preliminary study was conducted to observe food/drink/vitamin-mineral supplement advertisements on TV during several weeks and different daytimes as well as the relative price of advertised foods at different outlets and nearby the school. The information obtained helped to decide which of the advertised products should be included in the research.The main study consisted of in-depth interviews of the adolescents and the TV advertisement managers.
There was found an association between duration of watching TV and advertised foods consumption. Attitude towards advertisement indicated _a positive trend towards advertised foods/drinks/vitamin-mineral supplements consumption. The higher nutrition knowledge score they got, they drank Vitamin/Mineral more frequently and ate candy (Relaxa) less frequently. In general amount of pocket money had positive trend towards consumption of advertised foods. Males consumed more low nutritious food/drink such .85 Silver Queen and Teh Botol than females while females tend to consume more nutritious -advertised products than males (vitamin/mineral supplements and milk). Males watched TV more than females. Females got more pocket money than males but more females saved part of their pocket money instead of spending most of it for foods. Females were more knowledgeable on nutrition than males. Duration of spending time with the peer group was significantly associated with the consumption of advertised foods/drinks/vitamin-mineral supplements. The more adolescents spent time in hours with their friends, the more they consumed advertised food/drink/vitamin-mineral supplements. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>