Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Ayu Wedayani
"Tulisan ini membahas tentang proses tradisi kependetaan yang secara turun temurun di Griya Sanur Pejeng, fokusnya pada proses seorang calon sulinggih yang akan menjadi seorang pedanda dengan melalui proses akhir yaitu madiksa sebagai tanda telah resmi menjadi pedanda beserta material culture pendukungnya di griya, sebutan untuk rumah Pedanda. Data yang digunakan terkait dengan tradisi kependetaan yang secara turun temurun di Griya Sanur Pejeng yaitu arca-arca, prasasti, naskah kuno, relief, perangkat pemujaan dan busana kependetaan. Metode yang digunakan yaitu pengamatan data pustaka dan lapangan, dilanjutkan dengan pengolahan data yang dilakukan dengan mengidentifikasi informasi mengenai material culture yang berkaitan dengan life course seorang pedanda yang dimulai sejak masa kanak-kanak dengan mempertimbangkan unsur dasar life course yang terdapat di dalamnya yaitu transition atau transisi, yang mencakup perubahan peran dan status seseorang dari yang sebelumnya. Salah satu yang dipelajari di dalam ilmu arkeologi ialah arkeologi anak-anak, kemudian secara lebih luas lagi mengkategorikan usia kedalam analisis identitas sosial melalui konsep life course atau perjalanan hidup. Life course seorang pedanda tercermin dalam komitmennya terhadap pelayanan kepada masyarakat dan pencarian keselarasan dengan Tuhan, karena seorang pedanda memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan spiritualitas, memelihara tradisi, sebagai perantara Tuhan dan pemimpin spiritual dalam masyarakat Hindu.

This paper discusses the hereditary process of the priesthood tradition in Griya Sanur Pejeng, focusing on the journey of a prospective sulinggih who will become a pedanda. The culmination of this process is marked by madiksa as an official sign of becoming a pedanda, along with its supporting material culture in Griya, referred to as the Pedanda’s residence. The data used is related to the hereditary priesthood tradition in Griya Sanur Pejeng, including scluptures, inscriptions, ancient manuscripts, reliefs, worship devices, and priestly attire. The method employed involves observing data from literature and the field, followed by data processing that includes identifying information about the material culture associated with the life course of a pedanda. This life course begins in childhood, in roles and status from the previous stage. One aspect studied in archaeological science is the archaeology of children, which is then broadly categorized into the analysis of social identities through the concept of life course or life journey. The life course of a pedanda is reflected in their commitment to serving the community and seeking harmony with God. This is because a pedanda plays a crucial role in maintaining the balance of spirituality, preserving traditions, and serving as an intermediary between God and spiritual leaders in the Hindu Community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kusparyati Boedhijono
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Inces sosial religius dipahami sebagai larangan tata kehidupan sosial masyarakat Bali terhadap perilaku kehidupannya yang diatur dalam dresta dan sima (kebiasaan) masyarakatnya. Tata nilai tersebut sampai saat ini masih tetap dipertahankan, diyakini dan ditaati oleh anggota masyarakat Bali. Ketaatan ini didasari oleh adanya keyakinan dan persepsi masyarakat atas konsekuensi sosial religius yang ditimbulkan bagi pelanggarnya. Dengan demikian masyarakat Bali senantiasa menjadikan tri hita karana sebagai payung kearifan lokal di dalam segala aspek kehidupan sosial religiusnya, yakni menjaga hubungan yang selaras dan harmonis dengan pencipta (Tuhan), sesama, dan alam lingkungannya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera dan damai bagi kelangsungan hidup masyarakatnya."
JNANA 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Niluh Herawati
"
ABSTRAK
Seni tari Bali merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat yang sudah diwarisi sejak dahulu. Salah satu seni tari yang sangat tua umurnya adalah tan Sanghyang Dedari. Tari Sanghyang Dedari merupakan tari tradisional yang berasal pada masa pra-Hindu dan masih hidup sampai sekarang. Tari Sanghyang Dedari sebagai tarian yang dianggap sakral sudah cukup di kenal sejak dahulu dan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Tarian ini mulai beradaptasi dengan perkembangan-_perkembangan sehingga mengalami perubahan-perubahan didalamnya.
Daerah Gianyar adalah salah satu daerah yang cukup banyak mendapat perhatian serta kunjungan wisatawan. Gianyar merupakan daerah seni yang kaya akan tari-tarian dan di dukung oleh masyarakat setempat. Sehingga seni tari memiliki kaitan erat dalam kehidupan masyarakat yang telah diikat oleh nilai-nilai sosial dan kepercayaan yang telah ada.
Dalam perkembangannya tari Sanghyang Dedari mengalami perubahan_-perubahan dalam fungsi, busana, rias muka, dan iringan hingga munculnya seka sebagai organisasi tari Sanghyang Dedari. Semula tari Sanghyang Dedari berfungsi sebagai pelaksana upacara (tari wali) untuk mengusir wabah penyakit yang melanda desa. Sejak meningkatnya wisatawan yang datang, fungsi tari tidak hanya sebagai tari upacara tetapi telah bergeser menjadi tari untuk hiburan wisatawan (tari balih-_balihan). Perubahan juga diikuti dalam busana, tata rias, dan iringan tan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Perkembangan tari Sanghyang Dedari sebagai penunjang panwisata telah membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat. Peningkatan pertunjukan tan Sanghyang Dedari untuk wisatawan akan menambah pendapatan ekonomi bagi seniman dan daerah. Tari Sanghyang Dedari sebagai bagian dari kebudayaan Bali yang bersifat dinamis tidak terlepas dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagai tari upacara tari Sanghyang Dedari mempunyai kaitan dalam upacara-upacara keagamaan seperti, upacara Dewa Yadya dan Bhuta Yadya.. Tari Sanghyang Dedari merupakan seni tari tradisional yang memiliki nilai-nilai luhur yang tinggi, sehingga seni tari ini menjadi salah satu potensi budaya dalam mengembangkan dan meningkatkan kepariwisataan di Gianyar pada khususnya dan Bali umumnya.
"
1998
S12728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pande Nyoman Djero Pramana
Surakarta: Citra Etnika, 2004
294.5 PAN t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tilley, Christopher Y.
London: Routledge, 1991
930.1 Til m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Schiffer, Michael Brian
London: Routledge, 1999
306 SCH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Izzah Fadhilah
"Material culture merupakan salah satu aspek penting di dalam unsur pembentuk rumah yang hadir dalam bentuk fisik. Proses housing adjustment yang menghadirkan material culture didalamnya disebut sebagai home personalization. Dalam kajian ini saya ingin mengkaji dan memaparkan mengenai pemahaman home personalization melalui material culture yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, saya mencoba untuk melihat bagaimana proses utuh dari home personalization dalam kegiatan merumah dengan material culture dan aspek lain yang ada didalamnya. Penulisan skripsi ini menggunakan desain deskriptif dengan studi kasus kualitatif. Hasil penulisan ini menjelaskan bahwa pertama, tingkat kesadaran manusia dalam penerapan rangkaian proses home personalization dapat meningkatkan tingkat kepuasan dari hasil akhir proses tersebut, biasanya sangat dipengaruhi oleh tingkat urgensi pemicu home personalization. Kedua, faktor lain yang mempengaruhi proses diluar tinjauan teoritis ditemukan dalam studi kasus, seperti kondisi finansial dan skala prioritas penyesuaian rumah oleh penghuninya. Ketiga, melalui studi kasus dapat dipelajari bahwa home personalization memiliki proses yang linear dan satu arah.

Material culture is one of the essential aspects of the elements that make up a house that is present in physical form. The housing adjustment process that presents the material culture in it is called home personalization. In this study, I want to examine and explain the understanding of home personalization through the material culture in it. Therefore, I try to see how the whole process of home personalization is in home activities with material culture and other aspects. The writing of this thesis uses a descriptive design with a qualitative case study. The results of this thesis explain that first, the level of human awareness in the application of a series of home personalization processes can increase the level of satisfaction from the end result of the process, usually strongly influenced by the level of urgency of the home personalization trigger. Second, other factors that influence the process outside of literature review are found in the case studies, such as financial conditions and residents' priority scale of house adjustments. Third, through case studies, it can be learned that home personalization has a linear and one-way process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 2000
305.23 CHI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Ambar Wati
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi proses preservasi pengetahuan arsip materi budaya Gruda yang telah dilakukan oleh masyarakat Gegesik Cirebon berdasarkan tiga tahap preservasi, yaitu seleksi, penyimpanan, dan aktualisasi. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan data berdasarkan observasi dan wawancara dilakukan pada bulan September sampai dengan Desember 2021. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa preservasi pengetahuan arsip materi budaya Gruda didorong oleh Ketua Adat yang diperkuat oleh Pemerintah Desa Gegesik Lor. Pengetahuan lokal diwujudkan dalam bentuk pengetahuan tacit kolektif. Hal itu teridentifikasi melalui nilai, keyakinan, pemikiran, perilaku, tindakan, dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat Gegesik. Tahap pertama preservasi pengetahuan yaitu seleksi, diawali dengan identifikasi pengetahuan tentang Gruda oleh Pemerintah Desa Gegesik, yang menghasilkan pemikiran bahwa Gruda merupakan pengetahuan lokal yang menjadi identitas masyarakat Desa Gegesik Lor. Selain itu, kehadiran dari perwakilan Keraton Wilayah Cirebon dianggap menjadi sarana pengakuan dan legitimasi terhadap pengetahuan lokal Gruda. Kedua yaitu penyimpanan, dilakukan melalui personalisasi. Tendon pengetahuan mengenai Gruda secara komprehensif mengacu pada individu (people-based-knowledge respository). Yang terakhir, yaitu tahap aktualisasi. Sifat dinamis dan adaptif dalam pelaksanaan aktualisasi pengetahuan arsip materi budaya Gruda dituangkan melalui serangkaian ritual dan arak-arakan setiap tahun pada bulan Maulid bahkan di tengah pandemi Covid-19.

The aim’s of this research is to identified the process of preserving knowledge of the Gruda cultural material archives that had been carried out by the Gegesik Cirebon community based on three stages of preservation, namely selection, storage, and actualization. The research was conducted through a qualitative approach with a case study method. The method of data collection is based on observation and interviews were carried out in September until December 2021. The results of this study indicate that the preservation of knowledge of Gruda's cultural material archives is encouraged by the Customary Chief who is strengthened by the Gegesik Lor Village Government. Local knowledge is realized in the form of collective tacit knowledge. It is identified through the values, beliefs, thoughts, behaviors, actions, and skills possessed by the Gegesik community. The first stage of knowledge preservation, namely selection, begins with the identification of knowledge about Gruda by the Gegesik Village Government, which results in the idea that Gruda is local knowledge that becomes the identity of the people of Gegesik Lor Village. In addition, the presence of representatives of the Cirebon Regional Palace is considered a means of acknowledging and legitimizing Gruda's local knowledge. The second is storage, done through personalization. The knowledge tendon about Gruda comprehensively refers to the individual (people-based-knowledge respository). The last one is the actualization stage. The dynamic and adaptive nature in the actualization of knowledge of Gruda's cultural material archives is poured through a series of rituals and processions every year in the month of Maulid even in the midst of the Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>