Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erika Sasha Adiwongso
"Rekomendasi pemberian cairan karbohidrat sebelum operasi pada populasi diabetes melitus tipe 2 (DMT2) masih lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian CHO terhadap profil gula darah perioperatif dan resistensi insulin pada populasi DMT2. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda yang melibatkan 44 pasien dewasa dengan DMT2 yang menjalani operasi elektif kategori minor. Subjek dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok CHO. Pencatatan terhadap kadar gula darah (GD) pada empat titik waktu pengukuran, yaitu prabedah, intrabedah, pascabedah, dan 1 hari pascabedah, serta kadar insulin sebelum dan sesudah operasi. Komplikasi yang direkam meliputi kejadian mual, muntah, aspirasi, infeksi, serta pemajangan lama rawat. Kelompok CHO memiliki profil gula darah yang lebih stabil dibandingkan kelompok kontrol (p=0,003) terutama 1 hari pascabedah dengan median lebih rendah (137,5 (79–248) vs. 147,0 (88­–228)). Kelompok kontrol memiliki fluktuasi gula darah signifikan. Resistensi insulin kelompok CHO menurun signifikan dari nilai prabedah (p=0,01). Insiden hiperglikemi sebesar 65% pada kelompok CHO dibanding 45% pada kontrol dengan insiden hipoglikemia 10% pada kelompok kontrol. Tidak ada komplikasi dalam penelitian ini. Pasien DMT2 yang mendapat CHO memiliki profil GD lebih stabil dan penurunan resistensi insulin pascabedah.

Preoperative carbohydrate loading (CHO) recommendations in type 2 diabetes (T2DM) patients are still controversial. This study aimed to evaluate the effects of CHO towards perioperative blood glucose (BG) and insulin resistance in T2DM underwent elective surgery. Forty-four patients were allocated randomly to control group and CHO group. Blood glucose was examined at four time points: preloading, intraoperative, end of surgery and 1-day post-surgery. Insulin was examined at preloading and end of surgery. Complications recorded including nausea, vomiting, aspiration, infection and prolong hospital stay. The CHO group had a more stable BG compared to control (p=0,003) notably at 1-day post-surgery with lower BG median in CHO (137,5 (79–248) vs. 147,0 (88­–228) while control group had significant BG fluctuation. Insulin resistance trend between group were not statistically significant (p=0,34), however insulin resistance in CHO group was significantly lower compared to preloading (p=0,01). About 65% subjects in CHO group had hyperglycemia compared to 45% in control group. There were 10% subjects with hypoglycemia in control group. There were no complications observed during this study. T2DM patients receiving CHO had more stable perioperative BG profile and could lower insulin resistance due to surgery."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Ratna Mukti Umpuan
"Latar belakang. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa hiperurisemia mengambil bagian dalam berkontribusi dalam berkontribusi pada proses sindrom metabolik dua arah. Hiperurisemia merupakan kelainan metabolisme asam urat yang menghasilkan kondisi SUA yang berlebihan dalam plasma darah sebagai akibat dari degradasi metabolisme purin. Namun, masih ada penelitian SUA dan sindrom metabolik yang langka pada subjek dewasa muda dan tidak ada penelitian yang pernah dilakukan pada FDR dewasa muda dari subjek T2DM sejauh ini secara lokal dan internasional. Untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat serum (SUA) antara derajat-kerabat pertama (FDR) diabetes melitus tipe 2 (T2DM) dan non-FDR T2DM, serta korelasinya dengan resistensi insulin pada FDR T2DM.
Metode. Sebanyak 126 (62 FDR dan 64 non-FDR, berusia 25-39 tahun) mata pelajaran terdaftar. Indeks massa tubuh, lingkar pinggang, tekanan darah, glukosa plasma puasa, profil lipid dan kadar SUA diukur. Subjek dengan gangguan toleransi glukosa dan hipertensi tidak termasuk. Hiperurisemia didefinisikan oleh American College of Rheumatology (≥ 7,0 mg/dL untuk pria dan ≥ 6,5 mg/dL untuk wanita), resistensi insulin didefinisikan oleh Homeostatic Model Assessment for Insulin Resistance (HOMA-IR). Sebanyak 126 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam karakteristik dasar kelompok FDR dan non FDR dari kelompok T2DM. Tingkat SUA tidak berbeda antara FDR dan non-FDR T2DM (5,75 1,41 mg/dL dan 5,54 1,80 mg/dL, p = 0,287). Tidak ada korelasi antara SUA dan resistensi insulin pada FDR T2DM (r = 0,208, p = 0,105).
Kesimpulan. Tingkat SUA dalam normoglikemia dan normotensi FDR T2DM tidak berbeda dibandingkan dengan non-FDR T2DM. Tidak ada korelasi antara SUA dan resistensi insulin pada orang dewasa muda yang sehat dari FDR T2DM.

Background. Previous studies showed that hyperuricemia takes part in contributing the process of metabolic syndrome bidirectionally. Hyperuricemia is an abnormality of uric acid metabolism which produce a condition of excessive SUA in blood plasma as a result of degradation from purine metabolism. However, there is still scarce research of SUA and metabolic syndrome on young adult subjects and no study has ever done in young adult FDR of T2DM subjects so far locally and internationally. To determine difference of serum uric acid (SUA) level between first degree-relatives (FDR) of type 2 diabetes mellitus (T2DM) and non-FDR of T2DM, and its correlation with insulin resistance in FDR of T2DM.
Methods. A total of 126 (62 FDR and 64 non-FDR, aged 25-39 years) subjects were enrolled. Body mass index, waist circumference, blood pressure, fasting plasma glucose, lipid profile and SUA levels were measured. Subjects with impaired glucose tolerance and hypertension were excluded. Hyperuricemia was defined by American College of Rheumatology (≥ 7.0 mg/dL for males and ≥ 6.5 mg/dL for females), insulin resistance was defined by Homeostatic Model Assessment for Insulin Resistance (HOMA-IR).
Results. There were 126 subject met inclusion criteria. We discovered no significant differences in basic characteristics of both FDR and non FDR of T2DM groups. SUA level was not different between FDR and non-FDR of T2DM (5.75+1.41 mg/dL and 5.54+1.80 mg/dL, p = 0.287). There was no correlation between SUA and insulin resistance in FDR of T2DM (r = 0.208, p = 0.105).
Conclusions.  SUA level in normoglycemia and normotensive FDR of T2DM was not different compared to non-FDR of T2DM. There was no correlation between SUA and insulin resistance in healthy young adults of FDR of T2DM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Irene Dorthy Santoso
"Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit metabolik yang sering dijumpai dan merupakan salah satu dari empat prioritas penyakit tidak menular. Prevalensi penyakit DM meningkat dengan pesat dan akan menjadikan Indonesia peringkat ke empat dunia. Betambahnya jumlah penyandang DM dan komplikasi akibat DM menjadi beban negara terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu komplikasi yang terkait dengan bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin adalah komplikasi mikrovaskular yakni neuropati. Neuropati otonom ditandai dengan kulit kering dan jumlah keringat yang berkurang. Kekeringan kulit yang tidak di tata laksana dengan baik mempermudah timbulnya kaki diabetik.
Tujuan: Mengetahui pengaruh kadar HbA1c dan gula darah terhadap kulit kering pada pasien DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan terhadap pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin Ilmu Penyakit Dalam dan Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUPN. Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada bulan Juli hingga September 2018. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik untuk menentukan derajat kekeringan kulit dengan menggunakan penilaian SRRC, dilanjutkan dengan pemeriksaan corneometer dan tewameter. Terakhir dilakukan pemeriksaan laboratorium darah untuk kadar HbA1c dan GDS.
Hasil: Didapatkan total 95 subjek dengan usia rerata 54 tahun, hampir sebagian besar pasien tidak merokok, tidak menggunakan pelembap dan AC, tidak menggunakan air hangat untuk mandi, mengkonsumsi obat penurun kolesterol, mengalami neuropati dan menopause, serta durasi lama DM ≥5 tahun. Hasil utama penelitian ini didapatkan korelasi yang bermakna secara statistik antara kadar HbA1c dengan nilai SRRC berdasarkan uji nonparametrik Spearman (r = 0,224; p = 0,029). Perhitungan statistik dilanjutkan kembali dengan analisis stratifikasi dan regresi linear stepwise.

Background: Type 2 diabetes mellitus is one of the most common metabolic diseases and is one of the top four non-contagious priorities. DM prevalence has been increasing rapidly and would make Indonesia ranked fourth in the worldwide. The increasing number of people with DM and its associated complications are major burden, especially for developing countries such as Indonesia. One of the complications associated with Dermatology and Venereology is microvascular complications, specifically neuropathy. Autonomic neuropathy is characterized by dry skin and reduced amount of sweat. Unmanaged dry skin is a potential risk factor of developing diabetic foot.
Objective: To determine the effect of HbA1c and blood glucose level on dry skin in type 2 diabetes mellitus patient.
Methods: This study was a cross-sectional study conducted on patients with type 2 diabetes mellitus in the Endocrine outpatient clinic of the Internal Medicine and Dermatology and Venereology outpatient clinic of RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta from July to September 2018. History taking, physical examination to determine the degree of skin dryness using SRRC assessment, followed by examination of the corneometer and tewameter. At last, blood test examination was performed for HbA1c and random blood glucose levels measurement.
Results: A total of 95 subjects were enrolled with an average age of 54 years, most if the patients were non-smoker, did not use moisturizers and air conditioning, did not use warm water for bathing, consumed cholesterol lowering agent, experienced neuropathy and menopause, and have been suffering DM for more than 5 years. The main results of this study were statistically significant correlation between HbA1c levels and SRRC values based on the Spearman nonparametric test (r = 0,224; p = 0,029). Statistical calculations were continued with stratification analysis and stepwise linear regression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Kurniawati
"Kontrol gula darah dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah tingkat stres. Dalam penatalaksanaan diabetes melitus komponen intervensi untuk menurunkan stres terabaikan. Terapi progressive muscle relaxation (PMR) diketahui mampu mengontrol kadar gula darah
yang merupakan salah satu bagian dari intervensi keperawatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh latihan PMR terhadap tingkat stres dan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan
desain pre and post test with control group. Masing-masing kelompok terdiri dari 18 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Kelompok intervensi diberikan latihan PMR 2 kali sehari selama 3 hari. Kadar gula darah sewaktu diambil melalui pembuluh darah kapiler. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner depression anxiety stress scale (DASS) yang telah dimodifikasi menjadi 7 item. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh latihan PMR terhadap tingkat stres pada kelompok intervensi dengan nilai p didapat 0,0001. Pada penelitian ini pula didapatkan
adanya perubahan yang bermakna kadar gula darah sewaktu pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Namun pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna dengan pvalue 0,448 (p>0,05). Kesimpulan dari peneliian ini adalah latihan PMR berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres pada pasien diabetes melitus tipe 2 pada kelompok intervensi akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar gula darah sewaktu antar kedua kelompok.

Blood glucose control is influenced by many factors, one of which is the level of stress. In the
management of diabetes mellitus component interventions to reduce stress neglected. Treatment of progressive muscle relaxation (PMR) is known to control blood sugar levels which is one part of nursing interventions. The research objective was to determine the effect of PMR on the level of stress and blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus. Methods This study applied a quasi experimental design with a pre and post test control group. Each group consisted of 18 respondents. Purposive sampling technique was used in this study. PMR exercise intervention group was given twice a day for 3 days. Blood sugar levels when taken through the capillaries. Stress levels were measured using a questionnaire depression anxiety stress scales
(DASS) which has been modified to 7 items, to measure stress levels. The results shows that there is a significant effect of PMR exercise on the level of stress in the intervention group with a p value of 0.0001, found also the presence of significant changes in blood glucose levels in the intervention group and the control group. But, the two groups did not differ significantly with p value 0.448 (p> 0.05). This study concludes that PMR exercises significant has a significant effect on stress levels in patients with type 2 diabetes mellitus intervention group and there is no significant difference on blood glucose levels between the two groups.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T47036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartikaweni Juliansari
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang perlu ditangani secara komperhensif. Salah satu pilar penatalaksanaannya adalah pemberian terapi insulin. Pemberian insulin juga berdampak pada komplikasi yang apabila terapi insulin tidak optimal diberikan. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah liopohipertropi. Lipohipertropi merupakan lesi berupa pengerasan atau penonjolan pada jaringan lemak, akibatnya manajemen diabetes tidak dapat berjalan dengan optimal. Lipohipertropi dapat hilang dengan sendirinya dengan identifikasi yang tepat. Penerapan teknik inspeksi dan palpasi yang tepat dalam 6 hari dapat mengurangi lesi lipohipertropi hingga 0,5 cm serta target gula darah tercapai (<180mg/dl). Oleh karena itu, penerapan teknik inspeksi dan palpasi pada pasien dengan terapi insulin dinilai efektif dalam mendukung penatalaksanaan diabetes yang komperhensif.

Diabetes mellitus is a chronic disease that has a comprehensive management. One of them is the administration of insulin therapy, which has various benefits such as antiinflammatory agents, as well as cardio protective. Insulin administration also resulted in complications when insulin therapy is not optimal given. One of the complications that can occur is lipohyperthropy. Lipohyperthropy is lesion that makes adipose tissue become lumpy and tight, so that diabetes management can’t run optimally. The lesion can disappear by itself if use a suitable technique. This paper shows that by using a suitable techniqe such as inspection and palpation can reduce lipohyperthropy 0,5 cm during 6 days and blood glucose target achieved (< 180 mg/dl). Therefore, application of inspection and palpation technique in patients with insulin therapy is effective in supporting diabetes management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ziyad
"Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh manusia. Salah satu tipe DM adalah diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh rusaknya sel beta pada pankreas sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan insulin untuk meregulasi konsentrasi glukosa dalam darah. Penderita DM tipe 1 harus melakukan terapi insulin dengan memberikan suntik insulin eksternal untuk meregulasi konsentrasi glukosa di dalam darah. Selain itu, penderita DM tipe 1 harus melakukan kontrol secara kontinu terhadap konsentrasi glukosa di dalam darahnya. Pada sebuah penelitian, terdapat sebuah alat yang dapat memantau glukosa secara berkelanjutan yang disebut dengan Continuous Glucose Monitoring (CGM). Pada penelitian ini, dilakukan simulasi dengan sebuah model matematika yang menggambarkan regulasi glukosa-insulin dalam tubuh saat makanan dicerna di dalam tubuh, yaitu model hovorka, untuk diimplementasikan ke dalam CGM. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model dari hovorka dapat menunjukkan regulasi glukosa insulin di dalam tubuh. Namun untuk evaluasi terhadap model ini dilakukan sebuah fitting terhadap parameter model hovorka dan didapatkan hasil yang kurang baik sehingga perlu dilakukan fitting ulang dengan data yang lebih baik.

Diabetes Mellitus (DM) is one of the most common diseases suffered by humans. One type of DM is Type 1 diabetes caused by the destruction of beta cells in the pancreas so that the body can not produce insulin to regulate the concentration of glucose in the blood. Patients with Type 1 diabetes have to do insulin therapy by giving external insulin injections to regulate the concentration of glucose in the blood. In addition, patients with Type 1 diabetes must continuously control the concentration of glucose in their blood. In one study, there was a tool that can monitor glucose continuously called Continuous Glucose Monitoring (CGM). In this study, a simulation with a mathematical model that describes the regulation of glucose-insulin in the body when food is digested in the body, the Hovorka model, to be implemented into CGM. The results of this study show that the model from hovorka can demonstrate the regulation of insulin glucose in the body. However, for the evaluation of this model, a fitting was made to the parameters of the hovorka model and poor results were obtained so that re-fitting with better data was necessary."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina
"Asupan serat dalam menu harian penyandang diabetes masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan serat dalam makanan selingan penyandang diabetes melitus (DM) 2 terhadap kadar glukosa darah. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain menyilang alokasi acak pada 7 laki-laki dan 13 perempuan di Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih Jakarta. Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok: kelompok kontrol mendapat anjuran diet DM dan kelompok perlakuan mendapat anjuran diet DM dan pemberian makanan selingan yang mengandung serat 6 gram/hari selama 3 minggu. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial dilakukan pada awal dan akhir perlakuan. Status gizi obes didapatkan pada 55% subyek. Sebagian besar subyek tidak mematuhi anjuran diet DM: asupan lemak tinggi sedangkan asupan serat 7,0–13,7 g/hari. Pada awal penelitian, kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial serum kedua kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna. Setelah periode perlakuan, perubahan kadar glukosa darah tidak bermakna, namun terlihat cenderung menurun pada kelompok perlakuan. Kesimpulan: pada penyandang DM tipe 2, pemberian makanan selingan yang mengandung serat 6 gram selama 3 minggu tidak menurunkan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial serum.

Fiber intake in the daily menu of diabetes patients was observed to be lower than recommendation. The aim of this study was to evaluate the effect of fiber supplementation as snack on blood glucose levels in type 2 diabetic subjects. This randomized, cross-over controlled clinical trial involved 7 men and 13 women, who visited to Family Doctor Clinic Kayu Putih in Jakarta. Subjects were assigned into two groups: control group who got diabetic diet recommendation, while treatment group got diabetic diet recommendation and snack containing 6 grams fiber/day for three weeks. Fasting blood glucose (FBG) and 2 hours postprandial blood glucose (PPBG) levels were assessed before and after intervention. Fifty five percent of the subjects were obese. Majority of subjects could not comply with diabetic regiment: high in fat, while fiber intakes was around 7.0–13.7 g/day. At baseline, FBG and PPBG levels were comparable. After intervention period, blood glucose level did not changed significantly, but tend to decrease in the treatment group. In conclusion: snack containing 6 grams of fiber for three weeks did not decrease FBG and PPBG of type 2 diabetic subjects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Wati
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang dapat menimbulkan stress. Relaksasi dengan terapi murotal Al-Qur?an merupakan terapi yang dapat mengatasi hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh terapi murotal Al-Qur?an terhadap kadar glukosa darah pada DM tipe 2. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen pre-post with control group. Jumlah sampel 39 orang dibagi dalam dua kelompok yaitu 20 orang dalam kelompok intervensi dan 19 orang pada kelompok kontrol, pemilihan responden purposive sampling. Uji statistik yang digunakan uji Anova repeated measure.
Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh terapi murotal Al-Qur?an terhadap penurunan kadar glukosa darah sebesar 61 mg/dl (p=0,029, ∝= 0,05). Kesimpulan penelitian ini, terapi murotal Al-Qur?an efektif menurukan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Diabetes mellitus is a chronic disease that can cause stress. Murotal Qur'an relaxation therapy is a therapy that suggested to reduce hyperglycemia. This study aimed to examine the effect of murotal Qur'an therapy on blood glucose levels. This study design was quasi-experimental pre-post with control group. Number of samples are 39 people who were divided into two groups: the intervention group consist of 20 people, and 19 people in the control group, the selection of participants with purposive sampling. Statistical tests were using repeated measure Anova test.
The results of this study found there was an effect of murotal Qur'an therapy to decrease blood glucose levels (p = 0.029, α = 0.05). In conclusion, murotal Qur'an therapy effectively to decrease blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Dyah Purnamasari Sulistianingsih
"Latar Belakang. Terdapat dua hipotesis mengenai terjadinya diabetes melitus tipe 2 yaitu kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Mengingat pengaruh faktor genetik pada kejadian DM tipe 2 maka diperkirakan resistensi insulin juga dipengaruhi faktor genetik. Sejauh ini data prevalensi resistensi insulin dan gambaran metabolik pads saudara kandung subyek DM tipe 2 di Indonesia belum ada.
Tujuan. Mendapatkan angka prevalensi resistensi insulin pada saudara kandung subyek dengan DM tipe 2 dan mendapatkan data profil metabolik (profil lipid, IMT, lingkar perut, konsentrasi asam urat darah), tekanan darah dan distribusinya pads seluruh saudara kandung subyek dengan DM tipe 2
Metodologi. Studi pendahuluan dan potong lintang dilakukan pada 30 saudara kandung subyek DM tipe 2 yang datang berobat di Poliklinik Metabolik dan Endokrinologi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, untuk dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik, konsentrasi insulin darah puasa, glukosa puasa, trigliserida, kolesterol HDL dan asam urat. Resistensi insulin ditentukan dari persentil 75 dari HOMA-IR.
Hasil. Nilai cut-off HOMA-IR pada penelitian ini sebesar 2,04. Frekuensi resistensi insulin pads saudara kandung subyek DM sebesar 26,67% dengan proporsi di tiap keluarga bervariasi dari 0-75%. Semua subyek dengan resistensi insulin memiliki obesitas sentral dan sebanyak 75% memiliki IMT > 25. Komponen metabolik yang paling banyak ditemukan adalah obesitas sentral (56,7%), menyusul hipertensi (46,7%), hipokolesterol HDL dan hipertrigliseridemia masing-masing 26,6%, dan hiperglikemia (20%).
Simpulan. Frekuensi resistensi insulin pada saudara kandung subyek DM tipe 2 sebesar 26,67% dengan proporsi yang bervariasi di setiap keluarga antara 0-75%. Komponen metabolik paling banyak ditemukan adalah obesitas sentral.

Backgrounds. There are two hypothesis in the pathogenesis of type 2 DM, beta cell failure and insulin resistance. As genetic background has significant role in type 2 DM cases, insulin resistance is also suspected to be influenced by genetic factor. Thus far, there are no insulin resistance prevalence data and metabolic abnormalities among siblings of subjects with type 2 DM available in Indonesia.
Objectives. To obtain prevalence figure of insulin resistance among siblings of subjects with type 2 DM and to obtain their metabolic abnormality profiles as measured by their BMI, waist circumference (WC), blood pressure, glucose intolerance, concentration of triglyceride, HDL cholesterol and uric acid.
Methods. Cross-sectional study is conducted to 30 siblings of subjects with type 2 DM who are still alive and agree to participate in this study. The subjects are interviewed, physically examined and go through laboratory examination (fasting plasma insulin, plasma glucose, serum triglyceride, HDL cholesterol and uric acid concentration). Insulin resistance is derived from 75 percentile of HOMA-IR.
Results. The HOMA-IR cut-off value found in this study is 2,04. The frequency of insulin resistance is 26,67% among siblings of subjects with type 2 DM within variation range of 0-75%. All of subjects with insulin resistance have central obesity. About 75% subjects with insulin resistance have BMI ? 25. The metabolic components which are frequently found in this study can be ranked as follows; central obesity (56,7%), hypertension (46,7%), hypocholesterol HDL (26,6%), hypertriglyceridemia (26,6%) and hyperglycemia (20%).
Conclusion. The frequency of insulin resistance is 26,67% among siblings of subjects with type 2 DM within variation range of 0-75%. Among the metabolic components found in this study, central obesity is the most frequent."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>