Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103454 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Aprilia Sri Kartikasari
"Penanganan limbah farmasi di rumah tangga sangat penting. Limbah farmasi yang dibuang ke lingkungan dengan sembarangan berpotensi untuk merusak lingkungan, air, bahkan menimbulkan toksin bagi manusia maupun hewan. Limbah farmasi juga menimbulkan risiko penyalahgunaan limbah farmasi menjadi obat ilegal atau palsu. Oleh karena itu, manajemen limbah farmasi harus dilakukan dengan baik dan hati-hati. Apoteker atau tenaga kesehatan lain berperan penting dalam mengedukasi penanganan obat tidak terpakai, obat rusak, dan kedaluwarsa yang baik kepada masyarakat. Pemberian edukasi dilakukan sesuai dengan penyelenggaraan upaya kesehatan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif. Pada tugas khusus ini, pelaksanaan upaya promosi kesehatan menggunakan alat bantu leaflet. Leaflet dituliskan menggunakan desain yang menarik agar dapat menarik minat pembaca dan bahasa yang sederhana agar dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Leaflet berisi cara pembuangan sampah obat sediaan padat, cair, semi padat, inhalasi atau aerosol, dan antibiotika. Data dan referensi penulisan didapatkan dari pedoman maupun artikel yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Kemudian, leaflet diletakkan meja pengambilan obat sehingga mudah dilihat oleh pasien dan tenaga kesehatan dan dilengkapi dengan barcode sehingga siapapun, baik pasien, pengunjung, maupun tenaga kesehatan, dapat dengan mudah untuk membaca leaflet melalui gawai masing-masing.

Handling pharmaceutical waste in the household is very important. Pharmaceutical waste that is thrown into the environment carelessly has the potential to damage the environment, water, and even cause toxins for humans and animals. Pharmaceutical waste also poses a risk of misuse of pharmaceutical waste into illegal or counterfeit drugs. Therefore, pharmaceutical waste management must be carried out properly and carefully. Pharmacists or other health workers play an important role in educating the public about the proper handling of unused, damaged and expired medicines. Providing education is carried out in accordance with the implementation of the health center's health efforts which prioritize promotive and preventive. In this report, the implementation of health promotion efforts uses leaflets as a tool. Leaflets are written using attractive designs to attract readers interest and simple language so that readers can easily understand them. The leaflet contains methods for disposing of waste from solid, liquid, semi-solid, inhaled or aerosol medicines, and antibiotics. Data and references were obtained from guidelines and articles published by the Indonesian Ministry of Health. Then, the leaflet is placed on the medicine collection table so that it is easily seen by patients and health workers and is equipped with a barcode so that anyone, whether patients, visitors or health workers, can easily read the leaflet using their respective devices.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Chrisanta Veronica
"Pelayanan kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu aspek penting yang berorientasi kepada pelayanan serta penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, serta bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan informasi obat dibutuhkan untuk membantu mencegah kesalahan penggunaan obat. Leaflet menjadi salah satu media cetak yang mudah dijangkau masyarakat. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan leaflet informasi mengenai cara penggunaan dan pembuangan berbagai jenis obat di Puskesmas Kecamatan Jatinegara.
Penelitian dilakukan secara observasional melalui pendekatan kualitatif. Adapun observasi dilakukan melalui studi literatur berdasarkan referensi ilmiah, regulasi nasional, dan dokumen operasional di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Analisa pemilihan informasi diperdalam dengan melakukan wawancara lanjutan, pencatatan, dan pengamatan secara langsung. Dilakukan penyusunan leaflet informasi obat dengan topik penggunaan lima bentuk sediaan obat dan cara pembuangan obat yang benar di rumah tangga. Kedua leaflet diletakkan pada lokasi pengambilan obat agar dapat dilakukan edukasi informasi obat secara bersamaan. Apoteker berperan penting dalam pemberian informasi obat agar dapat menjaga penggunaan obat rasional.

Pharmacy services at Community Health Centers (Puskesmas) are critical aspects oriented towards service and the provision of quality and affordable pharmaceutical preparations, medical devices and medical consumables for all levels of society. Drug information services are needed to help prevent drug misuse. Leaflets are one print media that is easily accessible to the public. An information leaflet on how to use and dispose of various types of drugs can be helpful at the Jatinegara District Health Center.
Observational research with a qualitative approach was done through literature studies based on scientific references, national regulations, and operational documents at the Jatinegara District Health Center. Follow-up interviews, recording, and direct observation were conducted to gain deeper information. Drug information leaflets were prepared with the topic of using five drug dosage forms and how to dispose of drugs in the household properly. Both leaflets were placed at the drug collection location so drug information education could be carried out simultaneously. Pharmacists are essential in providing information to maintain rational drug use.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Putri Intan Pratiwi
"Pedagang Besar Farmasi  merupakan penyalur sediaan farmasi pasca produksi dan siap didistribusikan ke fasilitas kesehatan seperti apotek atau instalasi farmasi. Kegiatan distribusi tersebut juga diatur dalam dalam suatu  pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang bertujuan untuk menjaga  mutu / kualitas dan keamanan dari sediaan farmasi yang akan didistribusikan. Aspek yang terdapat dalam CDOB terdapat aspek bangunan dan perlatan serta inspeksi diri. Fasilitas distribusi harus menjamin bangunan dan peralatan dari suatu distributor terhadap sediaan farmasi yang akan didistribusikan.Tujuan dari dilakukan tugas khusus ini yaitu untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman terkait pelaksaan aspek bangunan dan perlatan serta aspek inseksi diri di PBF PT. Masiva Guna. Pelaksaan tugas khusus ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif dengan mengamati kegiatan yang sedang berlangsung dan melakukan wawancara kepada Apoteker Panggung Jawab PBF. Hasil yang didapat dimasukan dalam daftar periksa lalu diperiksa keesuaian antara yang diamati dengan literatur. Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa secara keseluruhan aspek bangunan dan peralatan serta aspek inspeksi diri di PBF PT Masiva Guna sudah sesuai / memenuhi syarat.

Pharmaceutical distributor is distributors of post-production pharmaceutical preparations ready for distribution to health facilities such as pharmacies or pharmaceutical installations. These distribution activities are also regulated in a Good Pharmaceutical Distribution Practice (CDOB) guideline which aims to maintain the quality and safety of pharmaceutical preparations to be distributed. The aspects contained in CDOB include building and equipment aspects as well as self-inspection. Distribution facilities must guarantee the building and equipment of a distributor for the pharmaceutical preparations to be distributed. The aim of carrying out this special task is to find out and increase understanding regarding the implementation of building and equipment aspects as well as self-inspection aspects at PT. Masiva Guna. The implementation of this special task is carried out using a descriptive observational method by observing ongoing activities and conducting interviews with the Pharmacist in Charge of the PT Masiva Guna. The results obtained are entered into a checklist and then checked for conformity between what is observed and the literature. Based on the inspection results, it was found that overall aspects of the building and equipment as well as the self-inspection aspect at PT Masiva Guna were in accordance with the requirements.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasyatillah
"Praktik kerja profesi apoteker di PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Citeureup Plant bertujuan untuk mengetahui aspek – aspek Critical Process Paramater (CPP) pada berbagai alat produksi sediaan tablet sebagai bagian dari Verifikasi Proses Kontinyu (CPV). Metode pelaksanaan dilakukan dengan cara penelusuran pustaka dari database PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Citeureup Plant yang merupakah batch record beberapa hasil produksi sediaan tablet dan juga dari proses pengamatan langsung pada saat produksi sediaan tablet dan menanyakan kepada operator yang sedang bertugas mengenai CPP alat – alat yang digunakan. Berdasarkan hasil tinjauan dari batch record dan proses pengamatan langsung di lokasi produksi tablet, dapat diketahui aspek – aspek CPP yang terdapat pada alat produksi dan CQA sediaan tablet. CPP dan CQA ini merupakan parameter untuk menilai Verifikasi Proses Kontinyu (CPV) yang jika hasilnya memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, menunjukkan bahwa tidak ada perubahan terhadap kualitas peralatan dan produk yang dihasilkan sepanjang siklus hidup komersialnya.

The professional pharmacist work practice at PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Citeureup Plant aims to understand the aspects of Critical Process Parameters (CPP) on various tablet production equipment as part of Continuous Process Verification (CPV). The implementation method involves literature review from the database of PT Darya-Varia Laboratoria Tbk Citeureup Plant, which includes batch records of several tablet production outcomes, as well as direct observation during tablet production and inquiries with the on-duty operators about the CPP of the equipment used. Based on the review of batch records and direct observation in the tablet production area, the CPP aspects of the production equipment and the Critical Quality Attributes (CQA) of the tablet formulations can be identified. These CPP and CQA are parameters for assessing Continuous Process Verification (CPV). If the results meet the established specifications, it indicates that there are no changes in the quality of the equipment and the products produced throughout their commercial lifecycle.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Putri Intan Pratiwi
"Industri farmasi bertanggung jawab dalam menghasilkan produk obat yang bermutu, aman dan berkhasiat. Industri farmasi di Indonesia tidak hanya harus memenuhi aspek CPOB saja melainkan juga harus sesuai dengan aspek CDOB. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) adalah suatu cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi yang sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Perlu adanya perhatian saat melakukan pengiriman produkagar mutu dan kualitas produk setelah sampai di tujuan sama dengan sebelum dilakukan pengiriman atau tidak berubah. Pengiriman obat jadi yang mengandung prekursor farmasi perlu diberikan perhatian untuk meminimalisir terjadinya penyalahgunaan obat terutama saat proses pengiriman obat. Tujuan dilakukan tugas khusus ini untuk meningkatkan pemahaman terkait produk prekursor ke distributor dan membandingkan kesesuaian alur proses pengiriman produk prekursor di PT Ferron Par Pharmaceuticals dengan regulasi yang terkait. Pelaksanaan tugas khusus ini dilakukan secara observasional dengan melakukan pengamatan terhadap alur kegiatan pengiriman produk prekursor yang sedang berlangsung dan wawancara dengan Admin Warehouse lalu dibandingkan dengan regulasi yang terkait. Hasil yang didapat yakni secara keseluruhan proses pengiriman produk prekursor farmasi di PT. Ferron Par Pharmaceuticals sudah sesuai dengan regulasi yang ada di Indonesia.

The pharmaceutical industry is responsible for producing quality, safe and efficacious medicinal products. The pharmaceutical industry in Indonesia not only has to comply with CPOB aspects but also has to comply with CDOB aspects. Good Medicine Distribution Method (CDOB) is a method of distributing/distributing medicines and/or medicinal substances which aims to ensure quality along the distribution route in accordance with the requirements and intended use. Care needs to be taken when sending products so that the quality and quality of the product after it arrives at its destination is the same as before delivery or does not change. Delivery of finished medicines containing pharmaceutical precursors needs to be given attention to minimize the occurrence of drug abuse, especially during the drug delivery process. The aim of this special task is to increase understanding regarding precursor products to distributors and compare the suitability of the precursor product delivery process flow at PT Ferron Par Pharmaceuticals with the relevant regulations. The implementation of this special task is carried out observationally by observing the ongoing flow of precursor product delivery activities and interviews with the Warehouse Admin and then comparing it with the relevant regulations. The results obtained are the overall process of sending pharmaceutical precursor products to PT. Ferron Par Pharmaceuticals is in accordance with existing regulations in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juni Astuti
"Penyakit Kardiovaskular, termasuk hipertensi merupakan penyebab utama kematian di dunia. Di Indonesia, hipertensi termasuk penyakit kardiovaskular terbanyak. Data dari WHO pada 2015 menunjukkan bahwa 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka ini diprediksi meningkat menjadi 1,5 miliar pada 2025. Di Indonesia 23% dari total 1,7 juta kematian pada 2017 disebabkan oleh hipertensi. Terapi antihipertensi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah, tetapi kepatuhan pasien sering kali rendah karena mereka berhenti minum obat setelah merasa sehat. Kurangnya informasi tentang penggunaan obat dan risiko ketidakpatuhan juga berkontribusi terhadap komplikasi penyakit. Pelayanan informasi obat oleh apoteker di apotek penting dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan dan pemahaman pasien tentang hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelayanan informasi obat terhadap pasien hipertensi BPJS Program Rujuk Balik (PRB) di Apotek Kimia Farma 364 Cilandak KKO. Hasil menunjukkan bahwa pelayanan informasi obat yang jelas dan rinci dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, sehingga mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Cardiovascular disease, including hypertension, is the leading cause of death in the world. In Indonesia, hypertension is the most common cardiovascular disease. Data from WHO in 2015 showed that 1.13 billion people in the world suffer from hypertension, and this figure is predicted to increase to 1.5 billion by 2025. In Indonesia, 23% of the total 1.7 million deaths in 2017 were caused by hypertension. Antihypertensive therapy is needed to control blood pressure, but patient compliance is often low as they stop taking medication after feeling well. Lack of information about drug use and the risks of non-adherence also contribute to disease complications. Drug information services by pharmacists in pharmacies are important to improve patient compliance and understanding of hypertension. This study aims to assess drug information services for hypertension patients with BPJS Referral Program (PRB) at Kimia Farma 364 Cilandak KKO Pharmacy. The results show that clear and detailed drug information services can improve patient compliance in taking drugs, thereby reducing the risk of complications and improving patient quality of life.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juni Astuti
"Kegiatan distribusi dilakukan oleh perusahaan besar farmasi (PBF) yang telah memiliki izin. Penerapan CDOB yang dilakukan PBF mengacu pada pedoman teknis CDOB. CDOB akan memastikan mutu obat sesuai persyaratan dan tujuan penggunaan dalam kegiatan distribusi. Ketidaksesuaian penerapan aspek CDOB pada perusahaan besar farmasi menyebabkan perlu adanya evaluasi. Manajemen mutu, organisasi, manajemen dan personalia merupakan aspek dasar dalam kegiatan distribusi sehingga perlu dikaji. Personalia yang tidak berkompetensi baik dan manajemen mutu yang tidak sesuai akan mempengaruhi keamanan serta mutu sediaan farmasi. Kesesuaian aspek ditunjukkan pada pemenuhan daftar periksa yang diprasyaratkan oleh CDOB. Hasil menunjukkan PBF PT Masiva Guna telah memiliki manajemen mutu dan sistem mutu serta memiliki organisasi, manajemen, dan personalia yang mengikuti aspek CDOB. Hal ini dilakukan dengan menyediakan SOP (Standar Operasional) dan melakukan audit internal. Semua kegiatan dilakukan berdasarkan pada SOP. Pengendalian perubahan yang mencakup investigasi terhadap terjadinya ketidaksesuaian proses dan hasil sesuai dengan standar CDOB pada PBF PT Masiva Guna berupa perubahan SOP.

Distribution activities are carried out by large pharmaceutical companies (PBF) that have obtained a license. The implementation of CDOB by PBF refers to the CDOB technical guidelines. CDOB will ensure the quality of drugs in accordance with the requirements and intended use in distribution activities. Discrepancies in the implementation of CDOB aspects in large pharmaceutical companies cause the need for evaluation. Quality management, organization, management and personnel are basic aspects of distribution activities that need to be assessed. Personnel who are not well competent and inappropriate quality management will affect the safety and quality of pharmaceutical preparations. The suitability of the aspects is shown in the fulfillment of the checklist required by CDOB. The results show that PBF PT Masiva Guna has a quality management and quality system and has an organization, management, and personnel that follow CDOB aspects. This is done by providing SOPs (Operational Standards) and conducting internal audits. All activities are carried out based on the SOP. Change control which includes investigating the occurrence of process and result discrepancies in accordance with CDOB standards at PBF PT Masiva Guna in the form of SOP changes.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Larasati Nurhidayah
"Pemusnahan adalah kegiatan transaksi pengeluaran obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang kedaluwarsa, hasil penarikan, dan rusak secara permanen hingga tidak layak dikembalikan menjadi aset lagi. Pemusnahan obat adalah kegiatan yang dapat terjadi di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, apotek, industri, dan distributor farmasi. Pemusnahan bertujuan untuk menjamin sediaan yang tidak layak digunakan ditangani sesuai standar dan dapat mengurangi beban penyimpanan. Tiap jenis sediaan memiliki prosedur dan metode yang sesuai untuk memastikan pemusnahan dilakukan dengan tuntas. Pengelolaan pemusnahan obat yang tidak benar menjadi masalah dunia yang dapat berujung menjadi masalah lingkungan yang membahayakan masyarakat karena kontaminasi air bersih dan tanah. Distributor farmasi memiliki risiko menampung sediaan farmasi tidak masuk persyaratan yang harus dimusnahkan sesuai persyaratan sebagai bentuk kepatuhan dan dukungan terhadap keselamatan lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji persyaratan dan tata cara pemusnahan obat tidak masuk persyaratan di distributor farmasi sebagai referensi untuk menyusun pedoman pemusnahan. Tata cara dan persyaratan pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dikaji dari beberapa regulasi dan sumber yang berlaku, terbaru, dan relevan. Hasil kajian merangkum tentang regulasi terkait pemusnahan, tata cara penanganan obat reguler dan narkotika-psikotropika-prekursor tidak masuk persyaratan, dokumen dan berita acara, metode pemusnahan sediaan tidak masuk persyaratan, serta persyaratan fasilitas untuk pengelolaan limbah.

Disposal is a transactional act of extracting expired, recalled, permanently damaged drug and disposable medical supplies. Drug disposal could occur in health facilities such as hospital, pharmacy, industrial plant, and pharmaceutical distributor. Disposal is done to assure unqualified medical supplies are handled according to standards and reduce inventory burden. Some types of supply need special methods and procedures to ensure thorough extermination. Improper drug disposal management is a worldwide problem that can cause dangerous environmental and population problems from contaminated water and soil. Pharmaceutical distributor has the likelihood to store unqualified medical supplies that need to be disposed in order to support environmental safety and as a form of compliance. This study is done to collect and assess conditions and procedures disposal of unqualified products in pharmaceutical distributor as a reference to compile a disposal guideline. Conditions and procedures were collected and assessed from new, relevant, and related sources. Result of this study is concluded to related regulations, unqualified regular and regulated drugs handling procedures, archives and reports, disposal methods, and facility’s requirements to handle waste.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Auline Salsabila
"Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan kegiatan pendistribusian atau penyaluran obat setiap PBF menerapkan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Kimia Farma Trading & Distribution merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pendistribusian obat, alat kesehatan, dan Bahan Media Habis Pakai (BMHP). Dilakukan analisa terhadap implementasi CDOB pada manajemen mutu, organisasi, manajemen, dan personalia, serta ketentuan khusus narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi secara aktual di Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Berdasarkan hasil pengamatan implementasi tersebut diketahui bahwa Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 secara aktual sudah sesuai.
Pharmaceutical Large Distributor is a company in the form of a legal entity that has a license to procure, store, distribute drugs and / or medicinal materials in large quantities in accordance with statutory provisions. In carrying out the distribution or distribution of drugs, each PBF is required to apply the guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB). Kimia Farma Trading & Distribution is one of the companies engaged in the distribution of drugs, medical devices, and Consumable Media Materials (BMHP). An analysis was conducted on the actual implementation of CDOB in quality management, organization, management, and personnel, as well as special provisions for narcotics, psychotropic drugs, and pharmaceutical precursors at Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Based on the observation of the implementation, it is known that Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 is actually in accordance."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Maulida
"Diantara banyaknya ketidaksuksesan merger dan akusisi pada perusahaan farmasi multinasional, studi ini meneliti bagaimana orkestrasi sumberdaya paska merger dan akuisisi berpengaruh terhadap keunggulan daya saing perusahaan pada tingkat subsisiari, berdasarkan pengembangan dari Teory Berbasis Sumberdaya (Resource-Based Theory). Studi ini fokus pada pengaruh kapabilitas Chief Strategy Officer (CSO) dalam komplementariti sumberdaya paska merger dan akuisisi terhadap kapabilitas inovasi, kompetensi perusahaan, dan integrasi budaya. Studi ini menggunakan Structural Equation Method (SEM) yang melibatkan 107 responden, terdiri dari senior manajer yang terlibat langsung dalam merger dan akusisi pada perusahaan farmasi multinasional. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa komplementariti sumberdaya paska merger dan akuisisi mengarah pada keunggulan daya saing perusahaan melalui kompetensi perusahaan dan kapabilitas inovasi; sedangkan kapabilitas inovasi itu sendiri tidak berpengaruh terhadap kompetensi perusahaan. Integrasi budaya merupakan katalisator dalam meningkatkan kompetensi perusahaan dan kapabilitas inovasi untuk mencapai keunggulan daya saing.

Kontribusi utama penelitian ini pada literature manajemen stratejik adalah menambah studi tentang peran dari CSO pada perusahaan multinasional (Menz and Scheef, 2014). Hasil studi menunjukkan bahwa kapabilitas CSO secara signifikan berpengaruh terhadap orkestrasi sumberdaya paska merger dan akuisisi untuk meningkatkan kapabilitas inovasi dan kompetensi perusahaan, tetapi tidak berpengaruh terhadap integrasi budaya. Studi ini memperkaya pemahaman tentang kompleksitas orkestrasi sumberdaya paska merger dan akuisisi dalam level subsidiari, yang masih sangat terbatas pada studi manajemen stratejik dan disarankan untuk ditelaah lebih lanjut (Bauer and Matzler, 2014).


Amidst so many unsuccessful M&As among multinational companies in pharmaceutical industry, this study investigates how post-M&A resource orchestration affects country-level firms competitive advantage, based on expansion of Resource-Based Theory (RBT). We focus on CSO capabilities influences in post-M&A resource complementarity towards innovation capability, firm competence, and cultural integration. This study uses Structural Equation Method (SEM) involving 107 respondents of worldwide senior management team who involved in M&A of multinational pharmaceutical firms. The empirical results show that post-M&A resource complementarity leads to competitive advantage through firm competence and innovation capability; innovation capability itself does not enhance firm competence. Cultural integration serves as a catalyst to leverage firm competence and innovation capability to achieve firms competitive advantage.

Our primary contribution to the strategic management literature is to enlarge the current limited study on the role of CSO function on multinational companies (Menz and Scheef, 2014). We find that CSO capabilities significantly influences post-M&A resource orchestration to leverage innovation capability and firm competence; but not towards cultural integration. This study enriches our understanding of the complexities of post-M&A resource orchestration in the firms subsidiary level, which is still limited in the strategic management study and suggested to be explored (Bauer and Matzler, 2014)."

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>