Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85756 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saori Salma Adelia
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan verifikasi terhadap penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta Cabang-2. Metode penelitian meliputi observasi langsung terhadap manajemen mutu, struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta alur kegiatan yang diperlukan selama penyimpanan dan transportasi proses distribusi obat, pemeriksaan dokumen terkait, serta melakukan wawancara dengan personel terkait. Hasil verifikasi menunjukkan tingkat kepatuhan yang signifikan terhadap standar CDOB dalam penyimpanan dan proses distribusi obat di Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta-2. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memastikan bahwa proses distribusi obat berlangsung sesuai dengan standar yang ditetapkan, sehingga dapat meningkatkan keamanan dan kualitas obat yang didistribusikan.
..... This research aims to verify the implementation of Good C Methods (CDOB) at Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta Branch-2. Research methods include direct observation of quality management, organizational structure, procedures, processes and resources, as well as the flow of activities required during the storage and transportation of the drug distribution process, examination of related documents, and conducting interviews with relevant personnel. The verification results show a significant level of compliance with CDOB standards in the storage and distribution process of drugs at Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta-2. This research makes an important contribution in ensuring that the drug distribution process takes place in accordance with established standards, so as to improve the safety and quality of the drugs distributed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiya Nur Afida
"Produk rantai dingin merupakan produk yang sensitif terhadap suhu sehingga memerlukan penanganan khusus dalam setiap proses pendistribusiannya karena dapat mengalami kerusakan jika diproses dengan suhu yang tidak sesuai. Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dapat digunakan sebagai acuan dalam menjamin keamanan, khasiat, dan kualitas produk rantai dingin dalam setiap rangkaian distribusi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan CDOB pada penanganan produk rantai dingin di KFTD Jakarta 3. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi langsung dan wawancara mengenai penanganan produk rantai dingin sesuai dengan formulir inspeksi diri dari BPOM dan dibandingkan dengan standar CDOB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penanganan produk rantai dingin di KFTD Jakarta 3 secara keseluruhan telah sesuai dengan pedoman CDOB 2020.

Cold chain product (CCP) is product that is sensitive to temperature so they require special handling in each distribution process because they can be damaged if processed at inappropriate temperatures. Technical Guidelines for Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) can be used as a reference in ensuring the safety, efficacy and quality of cold chain products in each distribution process. The aim of this research is to know the implementation of CDOB for cold chain products at KFTD Jakarta 3. This research was carried out by conducting direct observation and interview regarding the handling of cold chain products in accordance with the BPOM self-inspection form and compared with CDOB standards. Based on the research conducted, the handling of cold chain products at KFTD Jakarta 3 is overall in accordance with the 2020 CDOB guidelines."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
"Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas pada tahun 2020 menunjukkan adanya kejadian kekurangan stok obat, Kekurangan stok obat ini dapat dipengaruhi oleh ketidaktepatan perencanaan, ketidaktepatan pengadaan ataupun kesalahan saat distribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas tahun 2020 pada tahapan seleksi, pengadaan dan distribusi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif dan data pada tahap distribusi tentang ketepatan data jumlah kartu stok obat diambil secara prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap seleksi tahap seleksi Indikator kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional sebesar 85,24%. Pada tahap perencanaan dan pengadaan diketahui bahwa persentase kesesuaian pengadaan dengan kenyataan untuk masing-masing item obat sebesar 100%, frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun sebanyak lebih dari 24 kali (43,6%), frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan atau faktur sebesar 1,5%, frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit terhadap waktu yang disepakati sebanyak 0 kali. Pada tahap distribusi ketepatan data jumlah obat pada kartu stok sebesar 100%, Turn Over Ratio sebanyak 3,08 kali, tingkat ketersediaan obat sebanyak 16,05 bulan, persentase dan nilai obat yang kadaluwarsa dan rusak sebesar 2,48%, dan persentase stok mati sebesar 3,05%.

The Pharmacy Installation of the Ciracas Regional General Hospital in 2020 showed that there was a shortage of drug stock. This shortage of drug stock could be influenced by inaccuracies in planning, procurement inaccuracies or errors during distribution. This study aims to develop drug management at the Ciracas Regional General Hospital in 2020 at the stages of selection, procurement and distribution. This study used descriptive observational method with retrospective data collection and data at the distribution stage regarding the accuracy of the data on the number of drug stock cards taken prospectively. The results showed that at the selection stage, the indicator of the suitability of the available drug items with the National Formulary was 85.24%. At the planning and procurement stage it is known that the percentage of procurement conformity with reality for each drug item is 100%, the frequency of procurement of each drug item per year is more than 24 times (43,6%), the frequency of incomplete orders or invoices is 1.5%, the frequency of delayed payments by the hospital against the agreed time 0 times. At the distribution stage, the accuracy of the data on the number of drugs on the stock card is 100%, Turn Over Ratio is 3.08 times, the level of drug availability is 16.05 months, the percentage and value of expired and damaged drugs is 2.48% , and the percentage of dead stock is 3.05%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Alti
"Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) mengatur mengenai ketentuan khusus untuk Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi supaya memenuhi ketentuan perundang-undangan. Ketentuan tersebut bertujuan untuk mencegah kejadian penyalahgunaan, penyimpangan dan kehilangan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dari jalur distribusi resmi. Pedagang Besar Farmasi (PBF) berperan untuk memastikan kualifikasi pemasok yaitu memiliki izin produksi narkotika dari Menteri Kesehatan. Apoteker berperan sebagai penganggung jawab fasilitas distribusi Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi (NPP) seperti melakukan pembaharuan spesimen tanda tangan dan stempel untuk memastikan keabsahan tersebut. KFTD Tangerang merupakan salah satu Perusahaan Besar Farmasi yang telah memiliki izin penyaluran narkotika ke fasilitas lain seperti instalasi farmasi pemerintah, apotek, klinik dan rumah sakit sesuai ketentuan perundang-undangan dan CDOB. Pada tugas khusus ini akan dilakukan analisis kewajaran pemesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi pada Apotek V yang merupakan salah satu dari sepuluh outlet dengan pemesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi terbanyak selama periode Mei-Juli 2022. Berdasarkan hasil analisis kewajaran pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di salah satu outlet KFTD Cabang Tangerang menunjukkan bahwa Apotek V melakukan pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam batas yang wajar dengan didukung oleh lokasi geografis, kerjasama praktek dokter, jam operasi dan kerjasama BPJS.

Good Drug Distribution Method regulates special provisions for Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors so that they comply with statutory provisions. The provision aims to prevent abuse, deviation and loss of Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors from official distribution channels. Pharmaceutical Wholesalers play a role in ensuring supplier qualifications, namely having a narcotics production permit from the Minister of Health. Apothecary has the role of being in charge of the Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors distribution facilities such as renewing specimen signatures and stamps to ensure the validity. KFTD Tangerang is one of the large pharmaceutical companies that already has a license to distribute narcotics to other facilities such as government pharmaceutical installations, pharmacies, clinics and hospitals in accordance with statutory provisions and the Good Drug Distribution. This assignment will carry out a fairness analysis of Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors orders at pharmacy V which is one of ten outlets with the most orders of Narcotics, Psychotropics and Pharmacy Precursors during the period May-July 2022. Based on the results of the fairness analysis of Narcotics orders, Psychotropics, and Pharmacy Precursors at one of the KFTD outlets of the Tangerang Branch shows that pharmacy outlet V orders Narcotics, Psychotropics, and Pharmacy Precursors within reasonable limits supported by geographic location, doctor practice cooperation, operating hours and BPJS cooperation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Diazepam, yang merupakan golongan benzodiazepin, merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Obat ini juga termasuk salah satu obat yang banyak digunakan di rumah sakit. Meskipun demikian, diazepam masih merupakan obat dengan potensi gangguan penggunaan yang tinggi, terkait dengan efek sampingnya. Selain itu, obat ini bersifat sangat adiktif dan dapat menimbulkan efek penarikan (withdrawal syndrome) dengan penggunaan yang teratur, sehingga ketergantungan dan penyalahgunaan adalah suatu tantangan yang mengakibatkan otoritas kesehatan memberlakukan peraturan khusus terkait dengan peresepan benzodiazepin, termasuk di antaranya diazepam. Oleh karena itu, tenaga kesehatan, termasuk farmasis, harus dapat mengidentifikasi indikasi yang tepat untuk peresepan diazepam. Dalam rangka untuk mengidentifikasi indikasi yang tepat dalam peresepan diazepam, rumah sakit dapat melakukan pemantauan terapi obat (PTO), atau dapat melakukan penilaian kesesuaian indikasi obat. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penilaian kesesuaian indikasi penggunaan diazepam pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penulisan tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui indikasi pemberian diazepam pada pasien berdasarkan literatur, serta melakukan penilaian kesesuaian indikasi diazepam pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode 1 Januari – 23 Februari 2023. Penulisan ini dilakukan dengan melakukan studi literatur, melakukan pengumpulan data penggunaan diazepam di Rumah Sakit Universitas Indonesia melalui website Afya, dan melakukan penyusunan laporan. Berdasarkan pengamatan, didapat kesimpulan bahwa pada periode 1 Januari – 23 Februari 2023, terdapat 10 pasien rawat inap yang menerima diazepam, di mana terdapat 1 pasien rawat inap penerima diazepam yang diagnosis atau indikasinya belum dapat disimpulkan kesesuaiannya dengan indikasi pemberian diazepam karena membutuhkan data lebih lanjut.

Diazepam, which belongs to the benzodiazepine drug group, is one of the drugs that is widely used in hospitals. Despite this, this drug is highly addictive and can cause withdrawal syndrome with regular use, so dependence and abuse are challenges that have resulted in health authorities enforcing special regulations regarding the prescription of benzodiazepines, including diazepam. Therefore, health workers, including pharmacists, must be able to identify the appropriate indications for prescribing diazepam. In order to identify appropriate indications for prescribing drugs, hospitals can carry out drug therapy monitoring or assess the conformity of drug indications. Therefore, it is necessary to carry out monitoring in the form of assessing the conformity of indications for the use of diazepam in inpatients at the University of Indonesia Hospital. The aim of writing this special assignment report is to determine the indications for administering diazepam to patients based on the literature, as well as assess the suitability of the indications for diazepam in inpatients at the University of Indonesia Hospital. This writing was carried out by conducting a literature study, collecting data on the use of diazepam at the University of Indonesia Hospital via the Afya website, and preparing reports. Based on observations, it was concluded that in the period January 1st –February 23rd 2023, there were 10 inpatients receiving diazepam, of which there was 1 inpatient receiving diazepam whose diagnosis or indication could not be concluded as to its conformity for the indication for giving diazepam because further data was needed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Azzahra
"Mewabahnya pandemi COVID-19 di seluruh dunia membuat pola peresepan berubah sehingga dibutuhkannya evaluasi khususnya di Intensive Care Unit (ICU). Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan obat guna meningkatkan kualitas penggunaan obat di ICU RSUI. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian cross-sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan secara kualitatif dengan melihat profil DU 90% serta kesesuaiannya dengan Formularium Nasional. Sampel penelitian diambil dari rekapitulasi pengeluaran obat ICU priode Januari 2020 – Desember 2022. Kriteria inklusi dari penelitian ini ialah data pengeluaran obat dengan usia ≥ 18 tahun dan obat yang memiliki kode ATC serta nilai DDD. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 29.096 data pengeluaran obat. Jenis obat yang banyak diresepkan selama tahun 2020, 2021, dan 2022 masing-masing adalah n-asetil sistein (8,94%.), norepinefrin (9,30%), dan norepinefrin (8,32%). Pasien yang paling banyak diresepkan yakni pasien pria dengan jumlah persentase masing-masing tahun sebanyak 61.54%; 55.32%; dan 55.35% serta pasien berusia 45-64 tahun dengan persentase masing-masing tahun sebanyak 47.86%; 51.06%; dan 48.37%. Jumlah obat untuk pasien ICU di RSUI yang menyusun segmen DU 90% pada tahun 2020, 2021, dan 2022 masing-masing sebanyak 15, 16, dan 22 obat.

The outbreak of the COVID-19 pandemic throughout the world has changed prescribing patterns, including ICU. This study was conducted to evaluate drug use in order to improve the quality of drug use in the RSUI ICU. The design used in this study was a cross-sectional study design with retrospective data collection. The study was carried out using the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) method. the 90% DU profile and its conformity with the Formularium Nasional. The research sample was taken from the recapitulation of ICU drug dispensing for the period January 2020 – December 2022 by patients aged ≥ 18 years and drugs with ATC codes and DDD values. The number of samples in this study was 29,096 drug dispensing data. The types of drugs that are widely prescribed in 2020, 2021, and 2022 are n-acetyl cysteine (8.94%), norepinephrine (9.30%), and norepinephrine (8.32%). The patients who were most prescribed were male patients with a total percentage of 61.54; 55.32%; and 55.35% % each year and patients aged 45-64 years with a percentage of 47.86%; 51.06%; and 48.37% each year. The number of drugs for ICU patients at RSUI that make up the DU segment is 90% in 2020, 2021 and 2022 respectively 15, 16 and 22 drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheasandra Nur Azzahra
"Salah satu PBF resmi di Indonesia yang menyalurkan psikotropika dan prekursor farmasi adalah PT Anugerah Pharmindo Lestari. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya penyimpangan dan/atau kehilangan psikotropika dan prekursor farmasi, penyaluran jenis obat tersebut wajib mengikuti ketentuan yang tertera dalam Pedoman Teknis CDOB tahun 2020 sehingga dilakukan pembuatan tugas khusus ini untuk mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan penyaluran obat psikotropika dan prekursor farmasi di PT APL JDC. Sebanyak 20 aspek berdasarkan CDOB tahun 2020 yang mencakup penerimaan pesanan, pengemasan, dan pengiriman ditelaah kemudian dilakukan evaluasi melalui observasi serta wawancara di lapangan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, 20 aspek atau sebesar 100% aspek penyaluran psikotropika dan prekursor farmasi telah sesuai (kategori sangat baik) dengan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020 tentang pedoman teknis cara distribusi obat yang baik sehingga diharapkan bahwa PT APL JDC dapat mempertahankannya dengan melakukan kegiatan inspeksi diri secara berkala agar kegiatan penyaluran tetap sesuai dengan standar yang berlaku.

One of the official Pharmaceutical Wholesalers (PBF) in Indonesia that distributes psychotropic drugs and pharmaceutical precursors is PT Anugerah Pharmindo Lestari. In order to anticipate deviations and/or losses of psychotropic drugs and pharmaceutical precursors, the distribution of such types of drugs is required to adhere to the provisions stated in the 2020 Technical Guidance for Good Distribution Practices (CDOB). Hence, this specialized task was undertaken to evaluate the compliance of the distribution of psychotropic drugs and pharmaceutical precursors at PT APL JDC. A total of 20 aspects based on the 2020 CDOB, which encompass order receipt, packaging, and delivery, were examined and evaluated through field observations and interviews. Based on the observation and interviews, all 20 aspects, equivalent to 100%, of the psychotropic drug and pharmaceutical precursor distribution were deemed compliant (classified as excellent) with the Food and Drug Monitoring Agency Regulation Number 6 of 2020 concerning the technical guidelines for proper drug distribution. It is expected that PT APL JDC will maintain this standard by conducting regular self-inspections to ensure that distribution activities continue to align with the applicable standards."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Susan Brades, supervisor
"Resep merupakan salah satu bagian dari pelayanan kefarmasian. Resep yang baik harus memiliki cukup informasi untuk memungkinkan ahli farmasi mengerti obat apa yang harus diberikan kepada pasien. Penulisan resep yang tidak jelas dapat memicu kesalahan interpretasi yang dapat berefek pada terjadinya kesalahan medikasi (medication error) sehingga berdampak fatal bagi pasien. Pengkajian resep dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan timbulnya permasalahan terkait obat. Pengerjaan tugas khusus ini menggunakan metode kualitatif melalui studi literatur sebagai acuan dan metode observasi dengan melakukan pengkajian atau skrining terhadap resep yang ada di Apotek Kimia Farma Salemba. Resep yang diambil bersifat acak yaitu resep pembelian tunai, resep asuransi kesehatan seperti BPJS, Mandiri Inhealth, Pertalife dan resep Klinik Tunggal. Aspek yang dikaji berupa aspek administrasi, farmasetik dan klinik. Kesalahan peresepan terbanyak pada aspek administrasi yaitu tidak dicantumkan keterangan berat badan pasien. Aspek farmasetik yaitu keterangan aturan pakai dan cara penggunaan obat yang belum terdapat pada semua item obat. Sedangkan pada aspek klinis, kesalahan peresepan terbanyak yaitu tidak adanya keterangan lama pemakaian obat.

Prescription is one part of pharmaceutical services. A good prescription should have enough information to enable the pharmacist to understand appropriate medication given to the patient. Unclear prescription can lead to misinterpretation, which result in medication errors that are fatal to the patient. Prescription-screening is done to minimize the possibility of drug-related problems. This assignment uses a qualitative method through literature study as a reference and observation method by assessing or screening existing prescriptions at Kimia Farma Salemba Pharmacy. Prescriptions were taken randomly, cash purchase prescriptions, health insurance prescriptions such as BPJS, Mandiri Inhealth, Pertalife and Tunggal Clinic prescriptions. The aspects studied were administrative, pharmaceutical and clinical aspects. The most common prescribing error in the administrative aspect is that the patient's weight information is not included. The pharmaceutical aspect is the use of medication that are not yet contained in all drug items. While in the clinical aspect, the most prescribing error was the absence of information on the duration of drug use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Ayu Suryaning Tyas
"Pemerintah Indonesia sejak 2014 menetapkan pengadaan obat melalui e-katalog, dan mewajibkanfaskes pemerintah untuk melaksanakan kebijakan obat e-katalog untuk mendukung JKN. Penelitianini bertujuan mengetahui implementasi e-katalog obat di RSUD Pulangpisau tahun 2016. Datadikumpulkan melalui indepth interview, observasi dan telaah dokumen. Implementasi e-katalog obatbelum berjalan dengan baik. Ditemukan masalah kekosongan obat karena distributormemprioritaskan Pulau Jawa, ketidak ? tepatan rencana kebutuhan obat, kesulitan internet, pekerjaaanmanual, minimnya dana, kurangnya sarana prasarana untuk pelayanan obat e-katalog. Sulit untukdistributor menyediakan buffer sebagai solusi penyimpanan dan penjualannya, karena bisa tidakterjual. Disarankan perlunya komitmen penyedia, serta kesiapan dan ketersediaan obat sesuaidengan kontrak. Selain itu agar rumah sakit menyediakan koneksi internet yang stabil dan lebih cepat,membuat sistem informasi rumah sakit. Agar manajemen rumah sakit memperhatikan ketersediaanobat, tenaga dan sarananya, dan mengalokasi dana yang lebih besar, membuat instalasi farmasisebagai unit sentral, membayar tagihan obat ke distributor sesuai term of payment, dan melaksanakantata kelola sebagai UPT dinas kesehatan. Agar Dinas Kesehatan Pulangpisau melakukan monitoringdan evaluasi pelaksanaan e-catalog, membuat pelatihan pedoman perencanaan kebutuhan obat yangbaik, pelatihan membuat rencana kebutuhan obat bagi petugas dinas kesehatan dan rumah sakitKata Kunci: Pulangpisau, e-catalog

The Indonesian government has since 2014 set up drug procurement through e catalogs, and requiresgovernment faciities to implement e catalog drug policies. This study aimed to find out theimplementation of e catalog of drugs in RSUD Pulangpisau 2016. Data collected through indepthinterview, observation and document review. The study found that e catalog implementation facedmany problems, i.e, drug stock out as the distributor prioritized Java, inaccurateness of the drugrequirement planning, internet difficulties, manual work, the lack of needed funds and facilities forthe e catalog services. It was difficult for distributors to provide buffers as their storage and salessolutions, as they may not unsold. It is recommended that the drug providers committed and providejust enough drugs as stated in the contract. In addition, it is suggested that hospital provide a stableInternet connection, develop hospital information system. The management should pay attention tothe availability of medicines, personnel and facilities, allocate more funds, make pharmaceuticalinstallations as central units, pay the drug bills to the distributors according to the term of payment,and implement better governance. The district health office should monitor and evaluate theimplementation of e catalogs, provide training on good drug guideline, and drug requirementplanningKeyword Pulangpisau, e catalog."
2018
T50444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euntong Army
"Remdesivir merupakan obat yang memberikan efek besar dalam menyembuhkan pasien yang terjangkit COVID-19, ketersediaan remdesivir di pasaran sangat terbatas dalam segi jumlah, bentuk sediaan hingga dosis. Terbatasnya dosis membuat adanya kesulitan dalam penyesuaian dosis, terutama pasien geriatri dan pediatri, sehingga banyak dosis obat yang akan terbuang karena obat remdesivir yamg telah direkonstitusi hanya stabil selama 4 jam pada suhu 25ºC. Tujuan penelitian ini untuk melihat kestabilan obat remdesivir yang beredar di Indonesia secara fisik dan kimia pada penyimpanan dengan suhu 2-8 ºC selama 2 hari dan suhu -10 s/d 20ºC selama 44 hari. Parameter stabilitas secara fisik diantaranya dilakukan uji pH, bobot jenis, viskositas, ukuran partikel dan potensial zeta, parameter secara kimia dilakukan uji penetapan kadar menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil yang diperoleh selama penyimpanan 48 jam pada suhu 2-8ºC memberikan hasil yang stabil secara fisika ditinjau dari pH dan ukuran partikel, namun belum dapat dibuktikan stabil secara kimia ditinjau dari kadarnya. Untuk penyimpanan suhu -10 s/d -20 ºC selama 44 hari tidak memperlihatkan kestabilan yang baik secara fisik maupun kimia karena parameter fisika maupun kimia tidak dapat bertahan selama masa penyimpanan.

Remdesivir is a drug that has a great effect in curing patients infected with COVID-19, the availability of remdesivir on the market is very limited in terms of quantity, dosage form and dosage. Since the drug's limited dose makes it difficult to change the dosage, particularly for elderly and pediatric patients, many doses of the medication will be squandered. Remdesivir, when reconstituted, is only stable for four hours at 25°C. The goal of this study was to assess the physical and chemical stability of remdesivir, which was circulating in Indonesia at temperatures of 2–8 C for 2 days and –10–20 C for 44 days. Particle size, pH, specific gravity, viscosity, and zeta potential were assessed for physical stability characteristics, while high performance liquid chromatography was used to measure chemical stability parameters. Physically stable results were obtained for pH and particle size after 48 hours of storage at a temperature between 2 and 8 oC, but chemical stability for levels was not established. Because the physical and chemical characteristics could not endure the 44-day storage period, storage at -10 to -20 C did not demonstrate good physical or chemical stability."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>