Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92549 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amelita Lusia
Depok: Program Pendidikan Vokasi Univeritas Indonesia, 2018
303.2 AME k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Damayanti Wardyaningrum
"The study of network communication has significant implication for disaster mitigation research. Network communication providing map for information dissemination regarding disaster mitigation, quantifying the relations between people, the vulnerable people need evacuation could be identified, and the intervention to the group in network communication could help people to promote the behaviour changing in disaster mitigation. The concept strength of weak ties as one of the sub concept of network communication by Granovetter use for these research. His research find that pople use their weak ties than their strong ties to have new information for getting new job. Contrary, for finding information in disasaster mitigation the use of strong ties is more dominant than the use of strong ties. This research has some significant finding. First, there are diferences in structure of tweleve network communication in some elements of centralization, betwenes, diameter and size. Second, the network decentralized to the people in social structure, common local people and people from outside vilages. Third, local people prefer using their strong ties rather than using their weak ties in seeking disaster mitigation information. Fourth, there is no significant diferences between people using the information (old information and new information regarding the mitigation disaster) and their relation (strong ties or weak ties). Fitfth, Javanese culture affect the serve of strong ties. Those are patrilineal culture, collectives culture and the traditional perception regarding Merapi volcanoe that still remain in some local people.

Kajian jaringan komunikasi merupakan disiplin ilmu yang memiliki kontribusi penting dalam penanganan bencana. Penyebaran informasi lebih cepat dilakukan pada jaringan yang padat, orang yang terisolasi dari jaringan cenderung tidak selamat ketika terjadi bencana, serta intervensi pada kelompok dapat dilakukan dengan menempatkan aktor-aktor pada jaringan untuk mempromosikan perubahan perilaku. Jaringan juga memainkan peranan dalam adaptasi berbasis komunitas pada peristiwa bencana. Konsep kekuatan ikatan lemah (strength of weak ties) menekankan bahwa orang memperoleh informasi tentang pekerjaan baru dari ikatan lemah (weak ties). Sebaliknya, mereka yang memiliki sedikit ikatan lemah (weak ties) akan tercabut dari akses informasi dan cenderung terikat hanya pada informasi dari berita-berita di sekitar wilayahnya atau dari teman-teman dekatnya saja dan menghilangkan berbagai kesempatan dalam mengakses ide-ide baru serta peluang di pasar tenaga kerja. Dari penelitian diperoleh beberapa temuan penting. Pertama, terdapat perbedaan struktur pada dua belas jaringan komunikasi dalam mitigasi bencana untuk elemen sentralitas, antara, diameter, kepadatan, dan ukuran jaringan. Kedua, sentralitas jaringan tersebar ke orang-orang yang merupakan orang-orang di struktur sosial, warga dusun biasa dan orang-orang yang berasal dari luar dusum. Ketiga, warga dusun lebih mengandalkan relasi dengan ikatan kuat (strong ties) dibandingkan dengan ikatan lemah (weak ties) dalam memperoleh informasi tentang bencana. Keempat, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis informasi yang digunakan warga dusun (informasi lama atau informasi baru) dengan jenis relasi warga (strong ties atau weak ties) Kelima, ikatan kuat (strong ties) yang terbentuk karena lingkup budaya Jawa yang menganut patrilineal, kolektivis dan masih adanya sebagian masyarakat yang memiliki kepercayaan tradisional tentang Merapi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D2185
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman mengenai komunikasi mitigasi bencana oleh masyarakat
sekitar Gunung Merapi, upaya dan pola komunikasi yang dilakukan Badan Geologi terkait kepercayaan lokal masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan paradigma konstruktivisme
menggunakan teori interaksionisme simbolik dan jenis studi kasus. Masyarakat Desa Umbulharjo Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta yang merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar
Gunung Merapi menjadi subjek dari penelitian ini. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dan
studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sekitar Gunung Merapi memahami inti dari Komunikasi
Mitigasi Bencana sebagai sumber pemberian informasi mengenai keadaan Gunung Merapi dan sumber
pemberian informasi mengenai tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat. Peningkatan keikutsertaan masyarakat
dan peran Juru Kunci merupakan upaya Badan Geologi dalam melakukan Komunikasi Mitigasi Bencana.
Pola Komunikasi Mitigasi Bencana yang dilakukan Badan Geologi KESDM terkait kepercayaan lokal masyarakat
sekitar Gunung Merapi terdiri dari dua jenis yaitu terstruktur dan melalui media. Dalam rangka meningkatan kapasitas
masyarakat dalam menghadapi dan menanggulangi bencana geologi untuk menghindari ketidakselarasan dalam
penerimaan informasi, Komunikasi Mitigasi Bencana perlu dikaji lebih dalam oleh Badan Geologi KESDM.
Badan Geologi KESDM diharapkan dapat pula meningkatkan frekuensi sosialisasi dan simulasi bencana langsung
pada masyarakat pada level bawah, tidak hanya mengundang perwakilan dari aparat pemerintah saja. Selain itu
Badan Geologi sebaiknya melibatkan Juru Kunci Merapi dengan memberikan pelatihan khusus mengenai istilah-
istilah teknis kebencanaan sehingga Juru Kunci bisa menjadi agen sosialisasi bagi masyarakat."
384 JKKOM 1:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Mesta
"ABSTRAK
Dalam era globalisasi yang semakin berkembang saat ini, peran sebagai "ibu" tetap dituntut berfungsi secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan anaknya, khususnya anak prasekolah sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Secara teoretis masa usia prasekolah adalah masa terpenting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia ini, bisa saja timbul stagnasi dalam usaha memenuhi tugas-tugas perkembangannya jika tidak diberi dukungan dan kesempatan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah; apakah ada hubungan pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah; apakah ada hubungan perkembangan kemampuan sosialisasi dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, serta untuk mengetahui apakah ada perbedaan: perkembangan kemampuan sosialisasi, perkembangan kemampuan komunikasi dan pola komunikasi keluarga pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta, melibatkan 142 anak usia prasekolah dari 8 Taman Kanak-kanak. Dengan rincian 71 anak mewakili kelompok ibu bekerja dan 71 anak lainnya mewakili kelompok ibu tidak bekerja.
Untuk melihat hubungan pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah, hubungan pola komunikasi dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, serta hubungan perkembangan kemampuan sosialisasi dan perkembangan kemampuan komunikasi dari anak usia prasekolah digunakan analisa korelasi. Sedangkan teknik untuk menguji perbedaan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah, perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah, pola komunikasi keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja digunakan uji beda rata-rata.
Temuan-temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positip dan bermakna antara pola komunikasi keluarga dengan perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah. Di peroleh hasi l 0,201 dan signifikan pada taraf 5 %. Berarti antara pola komunikasi keluarga dan perkembangan kemampuan sosialisasi ada korelasi positip.
Selanjutnya ada hubungan yang positip dan signifikan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak dan pola komunikasi keluarga. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pola komunikasi keluarga yang digunakan, berarti akan meningkatkan perkembangan kemampuan komunikasi anak usia prasekolah.
Hubungan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak dan perkembangan kemampuan sosialisasi anak diperoleh sebesar 0,446 dan signifikan pada taraf 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat perkembangan komunikasi akan semakin meningkat pula perkembangan kemampuan sosialisasinya.
Untuk pola komunkasi keluarga dari Ibu bekerja dan Ibu tidak bekerja, tidak terbukti ada perbedaan. Ibu bekerja dan Ibu tidak bekerja dalam sampel penelitian ini cenderung menggunakan pola komunikasi keluarga protektif, yaitu komunikasi orientasi sosialnya tinggi, sedangkan komunikasi orientasi konsepnya rendah, hasilnya sebanyak 77 sampel (54 %). Untuk pola komunikasi keluarga Laisser-faire dengan komunikasi yang orientasi sosial maupun komunikasi orientasi konsepnya rendah sebanyak 26 sampel (18 %). Pola komunikasi keluarga pluralistik yaitu dengan komunikasi yang berorientasi sosial rendah dan komunikasi berorientasi konsepnya tinggi sebanyak 7 sampel (5 %). Sedangkan Pola Komunikasi Konsensual dimana komunikasi yang berorientasi sosialnya maupun komunikasi orientasi konsepnya tinggi sebanyak 32 sampel (23 %).
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan kemampuan komunikasi anak, dari kelompok Ibu bekerja maupun Ibu tidak bekerja. Ini menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan komunikasi anak pada usia prasekolah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bekerja/tak bekerja Ibu. Apapun aktivitas dan tanggung jawab Ibu, nampaknya tetap memperhatikan perkembangan kemampuan komunikasi anak-anaknya.
Ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah pada Ibu bekerja dan tidak bekerja. Dibuktikan dari uji coba peluang rata-rata sebesar 0, 0166 pada tabel 4.10.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prio Adi Sulistyo
"Persaingan dalam dunia bisnis Departement Store makin meningkat dengan bertambahnya organisasi yang terjun ke dalam bisnis ini dengan mutu yang semakin baik. Dengan persaingan yang begitu ketat sekarang ini, menuntut setiap perusahaan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya. Perusahaan yang tidak mampu melakukan hal ini tentunya akan menjadi tertinggal. Oleh sebab itu, setiap informasi yang berasal dari lingkungan perusahaan menjadi sangat penting guna penyusunan strategi penyesuaian yang akan dilakukan. Hal demikian juga berlaku bagi Sarinah Departement Store.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis informasi yang dibutuhkan oleh Sarinah Departement Store sehingga terlihat elemen-elemen lingkungan yang mempengaruhi perusahaan tersebut. Selain itu penelitian ini juga bermaksud menggambarkan rancangan organisasi dan pola komunikasi yang diterapkan perusahaan berkaitan dengan informasi sebagaimana dimaksud di atas.
Penelitian penulis dengan pendekatan yang bersifat kualitatif, melalui pengumpulan data lewat observasi, wawancara terarah, dan wawancara kuesioner terhadap 5 orang responden memberikan gambaran bahwa Sarinah Departement Store membutuhkan informasi yang berkaitan dengan elemen tenaga kerja, kondisi keuangan, pesaing, teknologi, bahan baku, serta pemasok.
Selanjutnya, dalam mengelola setiap informasi yang masuk berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan tadi, Sarinah Departement Store merancang organisasinya dengan menempatkan inti perusahaan sebagal unit utama dan pusat dari setiap proses pengolahan informasi dan pengambilan keputusan. Hasil dari pengolahan tersebut, biasanya berapa kebijaksanaan tertentu, disampaikan kepada Divisi untuk dilaksanakan.
Berdasarkan rancangan demikian, maka pola komunikasi perusahaan ini dapat digolongkan ke dalam kelompok pola komunikasi yang berbentuk rantai (chain), karena arus komunikasi berlangsung dari atas ke bawah melalui saluran yang resmi serta pengambilan keputusan yang disentralisasikan pada inti perusahaan.
Persoalan muncul berkaitan dengan masalah waktu dalam pembuatan keputusan dan penyebarannya yang dinilai masih terlalu lama, sehingga langkah-langkah yang dinilai harus segera diambil menjadi terlambat. Ini berarti keterlambatan perusahaan untuk menyesuaikan diri.
Memperhatikan hal demikian, penulis menyarankan agar diberikan otonomi bagi unit-unit yang ada untuk memproses dan mengambil keputusan sesuai tingkatan informasi yang diterima. Informasi strategis oleh Direksi, Informasi manajerial oleh Divisi, dan informasi teknis oleh Bagian didukung komunikasi horisontal dan lateral serta komunikasi informal yang diciptakan dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anshar
Depok: Rajawali Press, 2022
302.23 MUH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Farida Haryoko
"Dalam pekerjaan kita sebagai psikolog yang melaksanakan pemeriksaan psikologis bagi perusahaan untuk keperluan seleksi maupun evaluasi atau identifikasi potensi karyawan, tolok ukur keberhasilannya adalah bila hasil pemeriksaan yang kita lakukan diterima dengan baik, karena dapat menjawab kebutuhan perusahaan. Namun tidak selamanya kita dapat berhasil mencapainya. Adakalanya karyawan / pejabat / partisipan menolak hasil evaluasi kita karena ia tidak dapat dipromosikan sehingga ia merasa "dunianya sudah kiamat", sehingga akibatnya motivasi kerjanya menurun, dan ia kehilangan loyalitas pada perusahaan.
Sebagai profesi psikolog, jelas bahwa tuntutan terhadap keterampilan komunikasi sangat besar. Pekerjaan psikolog sangat mengandalkan kemampuan komunikasi. Psikolog sebagai pemberi jasa dan pihak perusahaan sebagai penerima jasa, masing-masing mempunyai latar belakang pendidikan, keluarga, sosial ekonomi bahkan budaya yang berbeda-beda, yang mana hal-hal tersebut sangat mempengaruhi persepsi seseorang. Padahal persamaan persepsi, persamaan anti merupakan titik tolak dimana kira berangkat untuk memecahkan permasalahan. Oleh karena itu bagaimana klta dapat menangkap aspirasi, kebutuhan dan harapan pihak perusahaan di satu sisi dan dari pihak karyawan I partisipan di lain sisi, sebenamya merupakan masalah komunikasi. Kesalahan dalam menterjemahkan hal-hal tersebut merupakan permasalahan komunikasi yang kurang efektif.
Bahasan ini bertujuan untuk menganalisa kemungkinan komunikasi yang kurang efektif antara psikolog sebagai pemberi jasa dan pihak perusahaan sebagai penerima jasa, Serta memberikan usulan pemecahan masalahnya."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid S. Susanto
Bandung: Binacipta, 1982
302.2 AST k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid S. Susanto
Bandung: Bina Cipta, 1977
001.51 AST k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid S. Susanto
Bandung: Bina Cipta, 1977
001.51 AST k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>