Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93271 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achyar
"Latar belakang Meskipun intervensi non-bedah dengan balon (percutaneous balloon mitral valvulotomy) merupakan pilihan utama pada stenosis mitral (MS), tetapi pada kasus-kasus tingkat lanjut, bedah ganti katup mekanis merupakan salah satu pilihan. Penelitian khusus tentang bedah ganti katup mekanis pada MS di Indonesia masih sedikit. Rumahsakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dalam kurun waktu 1985-1995 telah melakukan penggantian katup mekanis pada 566 penderita, 348 diantaranya dilakukan penggantian pada katup mitral. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan awal dan lambat dari bedah ganti katup mekanis pada stenosis mitral, dan variabel prediktor kematian dari tindakan bedah ganti katup tersebut di Rumahsakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Metode penelitian : Penelitian dilakukan secara retrospektrif dan observasional, terhadap penderita MS yang dilakukan bedah ganti katup mekanis di Rumahsakit Jantung Harapan Kita (RSJHK) Jakarta selama kurun waktu 1985-1995. Pengamatan dilakukan mulai Desember 1985-Juni 1997. Pengumpulan data pra, intra dan pasca-bedah, serta data pada saat kontrol rutin dipoliklinik, didapat melalui catatan rekam medik penderita. Penderita yang tidak kontrol rutin, dihubungi dengan surat, telepon, atau kunjungan rumah. Analisis ketahanan hidup dilakukan dengan metode Kaplan-Meier. Variabel prediktor untuk kematian awal dilakuan dengan uji regresi logistik, sedang untuk kematian lambat dilakukan dengan regresi Cox. Hasil: Terdapat 51 penderita, 24 pria (47,1%), dan 27 wanita (52,9%), berumur antara 15-63 tahun (37,8 ± 8). MS murni 37 penderita (72,5%), 11 penderita disertai regurgitasi mitral ringan (21,5%), dan 3 penderita disertai regurgitasi aorta ringan (6%). MS berat 38 penderita (75%), MS sedang 13 penderita (25%). Kematian awal 13,7% (7 penderita), penderita yang dapat diikuti sampai akhir penelitian 95% (36 penderita). Lama pengamatan 228,8 tahun-orang. Ketahanan hidup 5 tahun adalah 85,6 ± 6 %, sedang untuk 10 tahun 79 ± 8,4 %. Komplikasi yang terjadi selama pengamatan, perdarahan oleh karena anti-koagulan 0,5%/penderita-pertahun, emboli 0,5%/penderita pertahun, gagal jantung 2,5%/penderita-pertahun, gagal fungsi katup 0,9%/penderita-pertahun, endokarditis 1%/penderita-pertahun, ganti katup 0,5%/penderita-pertahun, kematian mendadak 0,5%/penderita-pertahun. Variabel prediktor terhadap kematian awal adalah lama pemakaian mesin by-pass (rasio odds 1,02, interval keyakinan 95% 1,00-1,04, p=0,049). Tidak ditemukan variabel prediktor kematian lambat. Kesimpulan : Angka kematian awal 13,7%. Ketahanan hidup 5 tahun dan 10 tahun masing-masing 85,6 ± 6%, dan 79 ± 8,4%. Variabel prediktor terhadap kematian awal adalah lama pemakaian mesin by-pass. Tidak ditemukan variabel prediktor terhadap kematian lambat. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57273
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditia Gilang Shah Putra Rahim
"Latar belakang : Pasien penyakit jantung bawaan memiliki risiko untuk mengalami
kehilangan berbagai macam mikronutrien sesudah operasi koreksi dengan mesin pintas
jantung paru, salah satunya adalah vitamin D. Defisiensi vitamin D dapat memperberat
komplikasi yang terjadi sesudah operasi koreksi dengan mesin pintas jantung paru.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek dari mesin pintas jantung paru terhadap
kadar vitamin D sesudah operasi koreksi penyakit jantung bawaan.
Metode : Penelitian dilakukan secara kohort prospektif dari bulan Maret-Juli 2020.
Pada penelitian ini didapatkan total 30 pasien yang menjalani operasi koreksi dengan
mesin pintas jantung paru. Pemeriksaan kadar vitamin D dilakukan sebelum operasi dan
24 jam sesudah mesin pintas jantung paru dimatikan.
Hasil : Rerata kadar vitamin D preoperasi adalah 27,24 ng/mL dengan yang mengalami
insufisiensi dan defisiensi sebanyak 70%. Rerata kadar vitamin D sesudah operasi
adalah 20,73 ng/mL dengan jumlah subjek yang mengalami insufisensi dan defisiensi
meningkat sebanyak 90%. Setelah operasi, terdapat penurunan vitamin D sebanyak 6,52
ng/mL (24% dari kadar sebelum operasi). Uji korelasi antara penurunan kadar vitamin
D dengan penggunaan mesin PJP menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai P <
0,001. Sedangkan tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan
mesin pintas jantung paru dan durasi aortic cross clamp dengan penurunan kadar
vitamin D.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan mesin pintas
jantung paru dengan penurunan kadar vitamin D, namun penurunan ini tidak
dipengaruhi oleh durasi penggunaan mesin pintas jantung paru dan durasi aortic cross
clamp.

Background: Patients with congenital heart disease are at risk of losing various
micronutrients after corrective surgery with a cardio-pulmonary bypass machine, one
of which is vitamin D. Vitamin D deficiency can exacerbate complications that occur
after corrective surgery with a cardio-pulmonary bypass machine. This study aimed to
assess the effect of the cardio-pulmonary bypass machine on vitamin D levels after
corrective surgery for congenital heart disease.
Methods: This study was conducted in a prospective cohort from March to July 2020.
In this study, a total of 30 patients underwent corrective surgery with cardio-pulmonary
bypass machine. Vitamin D level checks were carried out before surgery and 24 hours
after the machine was turned off.
Results: The mean preoperative vitamin D level was 27.24 ng / mL with insufficiency
and deficiency as much as 70%. The mean postoperative vitamin D level was 20.73
ng/mL with the number of subjects experiencing insufficiency and deficiency increasing
by 90%. After surgery, there was a decrease in vitamin D by 6.52 mg / mL (24% of the
preoperative level). The correlation test between decreased levels of vitamin D and the
use of cardio-pulmonary bypass machines showed significant results with a P-value
<0.001. Meanwhile, there was no significant relationship between the duration of using
the cardio-pulmonary bypass machine and the duration of aortic cross clamp with a
decrease in vitamin D
Conclusion: There is a significant relationship between the use of cardio-pulmonary
bypass machines and a decrease in vitamin D levels, but this decrease was not
influenced by the duration of using the cardio-pulmonary bypass machine and the
duration of the aortic cross clamp.
"
2020: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prafithrie Avialita Shanti
"ABSTRAK
Latar Belakang. Stenosis Mitral (SM) tinggi prevalensinya di negara berkembang karena erat terkait
dengan prevalensi penyakit jantung demam rematik (PJR). Pasien SM sedang-berat terdapat
peningkatan regio turbulensi dan shear stress mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh darah
sehingga meningkatkan resiko tromboemboli. P-selectin merupakan molekul adhesi berperan dalam
proses inflamasi dan sebagai faktor protrombotik yang diekspresikan secara cepat. Indeks volume
atrium kiri (IVAK) merupakan parameter superior untuk mengukur fungsi atrium kiri dengan
ekokardiografi.
Metode. Penelitian potong lintang melibatkan 20 pasien SM sedang-berat dengan MVA <1.5 cm2
yang menjalani Komisuratomi Mitral Transvena Perkutan (KMTP) yang diambil secara konsekutif
pada bulan Mei 2013 sampai Oktober 2013 di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Pasien
diambil sampel darah pra dan pasca KMTP untuk diperiksa kadar P-Selectin. Kemudian hasilnya
dianalisa secara statistik.
Hasil. Dalam studi ini, tidak didapatkan asosiasi antara IVAK dengan ekspresi kadar P-selectin pra
dan pasca KMTP. Hal ini ditunjukkan dengan nilai pra KMTP β= -0.103 (95% CI -0.251,0.045)
p=0.16 dan pasca KMTP β= 0.009 (95% CI -0.155,0.172) p=0.91. Setelah dilakukan regresi
linier dengan penyesuaian (adjusted) terhadap variabel perancu yakni usia, jenis kelamin, dan atrial
fibrilasi tetap tidak didapatkan asosiasi antara IVAK dengan kadar P-selectin dengan nilai pra KMTP
β= -0.154 (95% CI -0.340,0.032) p=0.09 dan pasca KMTP β= -0.049 (95% CI -0.250,0.152)
p=0.61.
Kesimpulan. Tidak ada perbedaan nilai P-selectin pra dan pasca KMTP. Nilai IVAK yang sudah
jelek tidak berhubungan dengan kadar P-selectin pra dan pasca KMTP pada pasien SM.

ABSTRACT
Background. The prevalence of Mitral stenosis (MS) remains significant in developing
countries related to prevalence of Rheumatic Heart Disease (RHD).In moderate-severe MS
patients enormous increase in turbulent region and shear stress causing dysfunction of
vascular endothelial, as consequence it increase the risk of thromboembolic complication. Pselectin
is an adhesion molecule that play role in inflammation process, it express rapidly in
minutes. Left Atrial Volume Index (LAVI) is superior parameter compare with other
echocardiography two dimension method to assess left atrial function.
Methods. Study was designed as cross-sectional study involving 20 MS moderate-severe
patients with MVA< 1.5 cm2 who performed successful Percutaneous transvenous Balloon
Mitral Valvulotomy (PBMV). Samples were taken consecutively from May 2013 to October
2013 at the National Cardiovascular Center Harapan Kita Jakarta. Blood samples of Pselectin
were collected pre and post PBMV. The result was statistically analyzed by using
echocardiography data of LAVI prior PBMV to describe any association between expression
of P-selectin and atrial function.
Result. In our study, we found no association between LAVI and expression of P-selectin
level pre and post PBMV MS patient. This data describe in each of value of pre PBMV β= -
0.103 (95% CI -0.251,0.045) p=0.16 and post PBMV β= 0.009 (95% CI -0.155,0.172) p=0.91
After we performed linear regression with adjusted confounding variable including sex, age,
and atrial fibrillation, still we found no association between LAVI and P-selectin level. This
data describe in each of value of pre PBMV β= -0.154 (95% CI -0.340,0.032) p=0.09 and
post PBMV β= -0.049 (95% CI -0.250,0.152) p=0.61.
Conclusion. We found there is no difference in P-selectin level pre and post PBMV. There is
no association between poor LAVI value and expression of P-selectin pre and post PBMV in
MS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. J. K. Juniarti Hatta
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menilai, apakah tolok ukur prabedah yang selama ini dipergunakan untuk memperkirakan keberhasilan tindakan bedah ganti katup aorta di RSJHK sudah cukup memadai. Penelitian bersifat studi retrospektif terhadap semua penderita Regurgitasi Aorta yang dilakukan penggantian katup aorta di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta pada periode Februari 1986 s.d. 31 Desember 1989.
Terdapat 31 penderita yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri atas 9 penderita wanita dan 22 pria,umur berkisar antara 10-60 tahun, rata rata 33,77±14,58 tahun.
Empat belas variabel prabedah dan tiga variabel intrabedah .diteliti untuk melihat pengaruhnya terhadap kematian bedah dan perbaikan kelas fungsionalnya (NYHA) pascabedah. Dari hasil tindakan bedah penderita dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu kelompok A (hasil kurang baik) dan kelompok B (hasil baik). Kelompok A penderita yang mengalami kematian bedah atau penderita dengan kelas fungsional menetap atau bahkan memburuk (n : B). Kelompok B penderita yang hidup dan kelas fungsionalnya meningkat satu tingkat atau lebih dinilai secara kriteria NYHP (n : 23).
Angka kematian bedah 16.12%. Dari 14 variabel prabedah tidak didapatkan perbedaan yang bermakna dari kelompok A dan kelompok B, dari 3 variabel intrabedah terdapat satu variabel yang berbeda bermakna yaitu lama klem aorta.
Kelompok A dengan rata rata 185±221,56 menit dan kelompok B 80,69±22,01 menit ( p:0.03 ).
Sebagai kesimpulan penelitian ini belum dapat mencari variabel prabedah mana yang berpengaruh terhadap kematian bedah ,pada tindakan bedah ganti katup aorta pada penderita Regurgitasi Aorta. Dengan tolok ukur yang lama tampaknya seleksi penderita prabedah sudah cukup ketat oleh karena nilai dari rata-rata tolok ukur dibawah nilai risiko tinggi yang dianjurkan peneliti sebelumnya.
Suatu penelitian prospektif dan jangka panjang perlu dilakukan agar dapat dicari variabel prognostiknya dan angka ketahanan hidup dari penderita Regurgitasi Aorta pascabedah ganti katup aorta di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Tatang Puspanjono
"ABSTRAK
Pada operasi koreksi penyakit jantung bawaan PJB dengan teknik pintas jantung paru PJP , proses sindrom respons inflamasi sistemik SRIS sering menjadi penyulit pascaoperasi. Disfungsi mitokondria pada SRIS diawali dengan pelepasan mediator inflamasi TNF-. Dampak cedera neurologis pascabedah belum dapat dihindari. Biomarker Brain derived protein S100B dapat digunakan sebagai penanda hipoksia serebral akibat disfungsi mikrosirkulasi dan mitokondria pada operasi PJB. Pemantauan keadaan hipoksia serebral diperlukan karena kejadian awal defisit neurologis sering tidak menimbulkan manifestasi klinis. Near infrared spectroscopy NIRS merupakan salah satu alat yang dapat memantau penghantaran oksigen ke otak dengan mengukur saturasi oksigen serebral SctO 2 . Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran S100B, sTNFR-1, laktat, saturasi vena cava superior dan saturasi oksigen serebral sebagai prediktor kejadian defisit neurologis pada operasi koreksi PJB. Penelitian ini bersifat kohort propsektif. Kriteria inklusi adalah pasien anak dengan PJB usia 1 bulan minus;6 tahun yang menjalani operasi koreksi. Kriteria eksklusi adalah pasien anak dengan sindrom Down, dengan arteri koroner tunggal, dan yang orang tuanya menolak berpartisipasi dalam penelitian. Dalam analisis, subjek dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok 1 mengalami defisit neurologis dan kelompok 2 tidak mengalami defisit neurologis . Semua subjek dipantau selama perawatan di ICU, dan tetap diikuti sampai keluar rumah sakit. Pemeriksaan darah dilakukan dalam tiga kali pemantauan: pra-operasi, akhir PJP, dan 4 jam pasca-PJP. Monitoring NIRS dilakukan selama 24 jam pascabedah di ICU. Selama periode Maret 2015 minus;Oktober 2015, didapatkan 51 pasien yang diteliti. Terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara konsentrasi S100B, sTNFR-1, laktat, dan NIRS AUC 20 baseline saturasi serebral pasien PJB pascabedah koreksi dengan PJP pada kelompok berdasarkan defisit neurologis. Parameter tersebut dapat dipakai sebagai model prediktor kejadian defisit neurologis pascabedah jantung dengan PJP. Nilai S100B, sTNFR-1, laktat, dan nilai NIRS AUC 20 dari baseline saturasi serebral dapat digunakan sebagai prediktor kejadian defisit neurologis pascabedah pada operasi PJB dengan mesin PJP.
In congenital heart disease CHD surgery using cardiopulmonary bypass CPB machine, systemic inflammation response syndrome SIRS process often causes post-operation complication. Mitochondria dysfunction in SRIS starts with the release of inflammation mediator TNF-? and sTNFR-1. Neurological injury after pediatric congenital heart surgery still cannot be avoided. Study about brain derived protein S100B as a biomarker for cerebral hypoxia caused by microcirculation and mitochondria disfunction as SRIS consequence in PJP in pediatric CHD surgery has yet to be conducted. Observation to find cerebral hypoxia is needed because the early stages of cerebral hypoxia often not show any symptoms. NIRS is one of the tools for observing oxygen delivery to the brain by measuring the cerebral oxygen saturation SctO 2 . In Indonesia, NIRS is still not common to be used and there are no studies about it yet. This study aimed to evaluate the role of S100B, sTNFR-1, lactate, saturation of superior vena cava and cerebral saturation as the predictor of neurological deficiency incidence on correction of CHD. This was a prospective cohort research. Inclusion criteria were children with CHD aged 1 month minus;6 years old who underwent corrective operation. Exclusion criterias were children with Down syndrome, with single coronary artery, and whose parents declined to participate in this study. In analysis, subjects were divided into 2 groups; group 1 with neurological deficit and group 2 without neurological deficit. All subjects were observed closely while they were in ICU, observed until they discharge from hospital. Blood examination were done 3 times: before surgery, after CPB, and 4 hours after CPB. Monitoring of NIRS was done during 24 hours after surgery in ICU. During March minus;October 2015, there were 51 patients included. There are significant difference for value of S100B, STNFR-1, lactate, and NIRS AUC 20 baseline of cerebral saturation between groups based on neurological deficit occurrence. Those parameters could be used as predictor of neurologic deficiency incidence post operation using CPB in CHD children. In CHD patients who underwent corrective operation with CPB, S100B value, sTNFR1, lactate, and AUC 20 baseline of cerebral saturation could be used as predictor of neurologic deficit after corrective operation."
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Surya Kusuma
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian pada perempuan di Indonesia. Epidemi obesitas yang terjadi secara global ikut berkontribusi pada meningkatnya kejadian kardiovaskular. Di Indonesia, belum banyak studi yang mempelajari hubungan obesitas sentral dengan PJK pada perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian PJK pada perempuan usia 25-65 tahun di Kota Bogor. Penelitian kohort retrospektif ini mengikutsertakan 2.451 responden Studi Kohor FRPTM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan masa pengamatan selama 6 tahun. Pajanan utama yang diteliti adalah obesitas sentral berdasarkan rasio Lingkar Pinggang - Tinggi Badan (LPTB), dengan outcome berupa PJK yang ditegakkan berdasarkan hasil wawancara responden dan/atau hasil EKG. Analisis multivariat dengan Cox Regression dilakukan untuk mengestimasikan Hazard Ratio (HR) dengan 95% Confidence Interval (95% CI). Hasil penelitian menunjukkan insiden rate PJK pada perempuan adalah sebesar 19 per 1.000 orang-tahun. Perempuan dengan obesitas sentral memiliki risiko 1,38 kali (95% CI 1,01-1,89) lebih tinggi dibanding yang tidak obesitas sentral untuk mengalami PJK setelah mengontrol variabel usia, hipertensi, dan status menopause. Deteksi dini faktor risiko PJK, terutama obesitas sentral, penting dilakukan agar upaya pencegahan dan perubahan perilaku dapat segera dilakukan.

Coronary Heart Disease (CHD) remains a major cause of morbidity and mortality in women in Indonesia. The global epidemic of obesity contributes to the increase of cardiovascular events. In Indonesia, there have not been many studies evaluate the association between abdominal obesity and CHD in women. Therefore, this study aims to determine the association between abdominal obesity and CHD in women aged 25-65 years in Bogor. This retrospective cohort study involves 2.451 respondents of FRPTM Cohort Study who met the inclusion and exclusion criteria with an observation period of 6 years. The main independent variable of this study was abdominal obesity based on Waist-to-Height-Ratio (WHtR), while outcome of the interest was CHD based on the results of interview and/or ECG results. Cox regression analysis was performed to estimated Hazard Ratio (HR) with a 95% Confidence Interval (95% CI). The results showed that the incidence rate of CHD in women was 19 per 1.000 person-years. Women with abdominal obesity were 1,38 times (95% CI 1,01-1,89) more likely to have CHD than those without abdominal obesity after adjustment for age, hypertension, and menopause status. Early detection of CHD risk factor, especially abdominal obesity, is important, so that prevention and lifestyle modification can be implemented immediately."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawati Isnanijah
"Latar Belakang
Disfungsi diastolik cukup sering terjadi pada orang dengan hipertensi, biasanya disertai dengan hipertrofi ventrikel kiri. Indeks volume atrium kiri dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolik selain rasio EIA, DT, [VRT, 5117, Ele', dan e'la'. Belum terdapat data indeks volume atrium kiri pada subyek normal maupun subyek penyakit jantung hipertensi pada populasi Indonesia. PeneIitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemeriksaan indeks volume atrium kiri dapat digunakan sebagai parameter disfungsi diastolik ventrikel kiri pada penyakit jantung hipertensi.
Metode
Penelitian dilakukan pada 100 orang dengan subyek normal dan subyek penyakit jantung hipertensi dengan fungsi sistolik ventrikel kiri normal, pada pasien kontrol di poliklinik dan pasien rawat di PJNHK selama periode Januari - Oktober 2006. Akan dilakukan penilaian korelasi antara indeks volume atrium kiri dengan rasio WA, SID, Ele' dan e'la'.
Hasil
Indeks volume atrium kiri pada subyek normal didapatkan sebesar 17,64±1,35, pada kelompok disfungsi diastolik derajat I sebesar 23,26 ± 2,55 berbeda bermakna dengan kelompok disfungsi diastolik derajat 2 sebesar 31,52 ± 3,22 dengan p = 0,001.
Kesimpulan
Terdapat perbedaan bermakna indeks volume atrium kiri pada subyek normal dengan disfungsi diastolik ventrikel kiri derajat 1 maupun derajat 2.

Background
Diastolic dysfunction is frequently found in hypertension, usually accompanied with left ventricular hypertrophy. Several parameter was developed to assess the diastolic function including left atrial volume index, FIA. DT,IVRT,,SID,E/e', and e'Ia'. There is no data for left atrial volume index for normal subjects or subjects with hypertensive heart disease in Indonesian population. The - aim of this study is to prove that left atrial volume index can be used as a parameter for left ventricular diastolic dysfunction in hypertensive heart disease.
Methods
Fifty persons with hypertensive heart disease with normal left ventricular systolic function, who controlled at the outpatient clinic and were hospitalized in NCCHK between January-October 2006 ofperiod, were examined We evaluated the correlation between left atrial volume index and EJA ratio, S/D,E/e', e %a'.
Result
Left atrial volume index in normal subjects is 17.64 ± 1.35, subjects with grade 1 diastolic dysfunction 23.26 f 2.55, grade 2 diastolic dysfunction group 31.35 ± 2.87. Value among those groups differ significantly with p = 0.001.
Conclusion
There is significant difference of left atrial volume index among normal subjects, subjects with grade l and grade 2 diastolic disfunction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983
616.12 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alfica Agus Jayanti
"ABSTRAK
Latar belakang : Perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut tentu saja mempengaruhi pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat. Prevalensi obesitas juga mengalami peningkatan.
Tujuan : Mengetahui hubungan obesitas dengan gangguan pada jantung di Indonesia (IFLS2014)
Desain dan Hasil : Desain penelitian ini adalah studi cross sectional menggunakan data IFLS 5 tahun 2014. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan gangguan pada jantung di Indonesia (IFLS 2014) adjusted OR 1,349 (95% CI 1,087-1,675).
Kesimpulan : Obesitas meningkatakan risiko terhadap gangguan pada jantung

ABSTRACT
Background: Lifestyle changes in the community certainly affect the shift in patterns of disease from communicable diseases to uncommunicable (degenerative) diseases, including cardiovascular disease. The prevalence of cardiovascular disease continues to increase. The prevalence of obesity has also increased.
Objective: To find out the aasociation between obesity and cardiovascular disease in Indonesia (IFLS2014)
Design and Results: The design of this study was a cross sectional study using 5th IFLS 2014. The results of the analysis showed that there was an adsociaton between obesity and cardiovascular disease in Indonesia (2014 IFLS) adjusted OR 1.349 (95% CI 1.087-1.675).
Conclusion: Obesity increases the risk of cardiovascular disease"
2019
T53586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantik, Joyce M.
"Gagal jantung dimana jantung gagal memompa darah dalam jumlah yang cukup ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, merupakan suatu kelainan kardiovaskular yang berdasarkan prevalensi kelainan kardiovaskular di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1992 menunjukkan bahwa jenis kelainan kardiovaskular (penyakit jantung koroner, gagal jantung dan penyakit jantung reumatik) telah menempati urutan pertama dalam penyebab kematian.
Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% pada wanita. Sedangkan berdasarkan perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta pasien gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000 orang.
Gagal jantung kronik digambarkan berdasarkan adanya ketidakmampuan jantung untuk melakukan kerja melampaui mekanisme kompensasi yaitu: mekanisme Frank-Starling, hipertrofi ventrikel dan aktivasi neurohumeral (hubungannya dengan aktivasi renin angiotensin dan adrenergik), sehingga mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dari penurunan perfusi perifer yang pada akhirnya terjadi kerusakan fungsi endotel. Gejala yang sering timbul adalah sesak dan cepat lelah, sehingga berakibat pada keterbatasan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga kualitas hidup pasien menurun.
Penatalaksanaan gagal jantung kronik ditujukan termasuk untuk mengurangi beban jantung dan kelebihan cairan, memperkuat kontraktilitas miokard sehingga mekanisme kompensasi dapat kembali dimaksimalkan. Selain itu bertujuan untuk pencegahan progresifitas agar kualitas hidup pasien dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Adapun tata laksananya melalui medikamentosalfarmakologis termasuk obat-obat vasodilator, digitalis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>