Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rayhan Maulana Akbar
"

Persebaran gangguan kesehatan mental pada remaja Indonesia menunjukkan angka yang cukup signifikan dimana sebanyak satu dari 20 remaja di Indonesia mengalami permasalahan ini. Gangguan kecemasan umum sebagai salah satu bagian dari gangguan kesehatan mental memiliki tingkat prevalensi paling tinggi serta memberikan dampak signifikan pada penurunan kualitas hidup seseorang. Meskipun dampak yang dihasilkan gangguan kecemasan umum cukup signifikan, belum ditemukan aplikasi spesifik yang berfokus untuk menangani gangguan kecemasan umum, terutama pada remaja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali masalah dan kebutuhan pengguna terhadap penanganan gangguan kecemasan umum pada remaja Indonesia serta mengembangkan dan mengevaluasi prototipe aplikasi yang menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode desain systemic design framework yang sejalan dengan topik penelitian ini yaitu seputar permasalahan sustainable living. Proses perancangan prototipe menghasilkan solusi atau fitur utama berupa pre-assessment generalized anxiety disorder-7 (GAD-7), konsultasi ahli, komunitas, peer counselor, dan jurnal. Keseluruhan proses perancangan prototipe aplikasi melibatkan 28 responden wawancara serta 347 responden kuesioner mulai dari fase pengumpulan kebutuhan hingga evaluasi yang terdiri dari calon pengguna yang telah divalidasi menggunakan pre-assessment GAD-7, ahli psikolog, dan ahli desain pengalaman pengguna. Rancangan akhir prototipe dievaluasi oleh calon pengguna melalui usability testing, user interview, dan system usability scale sehingga memperoleh usability score sebesar 86, SUS score sebesar 78,3, serta beberapa masukan pada kegiatan user interview yang mengindikasikan aplikasi telah memenuhi kebutuhan pengguna namun membutuhkan perbaikan minor. Penelitian ini memberikan kontribusi secara praktikal kepada Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia dan pengembang aplikasi kesehatan mental.dan kontribusi secara teoritis terhadap penjelasan penggunaan metode pengembangan systemic design framework.


The prevalence of mental health disorders among Indonesian teenagers shows a significant figure, with one in 20 teenagers in Indonesia experiencing these issues. Generalized anxiety disorder, as one of the mental health disorders, has the highest prevalence rate and significantly impacts a person's quality of life. Despite the significant impact of generalized anxiety disorder, no specific application has been found that focuses on addressing this issue, especially among teenagers. Therefore, this research aims to explore the problems and user needs regarding the management of generalized anxiety disorder among Indonesian teenagers. It also aims to develop and evaluate a prototype application as a solution to these problems. This research utilizes the systemic design framework method, which aligns with the research topic of sustainable living issues. The prototype design process results in a main solution or feature, including a pre-assessment using the Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7) questionnaire, expert consultations, community support, peer counseling, and journal. The entire prototype design process involves 28 interview respondents and 347 questionnaire respondents, from the needs gathering phase to evaluation, which includes validated users through the GAD-7 test, psychologists, and user experience design experts. The final prototype design is evaluated by potential users through usability testing, user interviews, and the System Usability Scale, obtaining a usability score of 86 and an SUS score of 78.3. Additionally, user interviews provide feedback indicating that the application meets user needs but requires minor improvements. This research contributes practically through a clickable prototype that can be further developed by healthcare application developers. This research provides practical contributions to the Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia) and mental health application developers. It also offers theoretical contributions in explaining the use of the systemic design framework development method."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan Andriqa
"Persebaran gangguan kesehatan mental pada remaja Indonesia menunjukkan angka yang cukup signifikan dimana sebanyak satu dari 20 remaja di Indonesia mengalami permasalahan ini. Gangguan kecemasan umum sebagai salah satu bagian dari gangguan kesehatan mental memiliki tingkat prevalensi paling tinggi serta memberikan dampak signifikan pada penurunan kualitas hidup seseorang. Meskipun dampak yang dihasilkan gangguan kecemasan umum cukup signifikan, belum ditemukan aplikasi spesifik yang berfokus untuk menangani gangguan kecemasan umum, terutama pada remaja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali masalah dan kebutuhan pengguna terhadap penanganan gangguan kecemasan umum pada remaja Indonesia serta mengembangkan dan mengevaluasi prototipe aplikasi yang menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Keseluruhan proses perancangan prototipe aplikasi melibatkan 28 responden wawancara serta 347 responden kuesioner mulai dari fase pengumpulan kebutuhan hingga evaluasi yang terdiri dari calon pengguna yang telah divalidasi menggunakan pre-assessment GAD-7, ahli psikolog, dan ahli desain pengalaman pengguna. Rancangan akhir prototipe dievaluasi oleh calon pengguna melalui usability testing, user interview, dan system usability scale sehingga memperoleh usability score sebesar 86, SUS score sebesar 78,3, serta beberapa masukan pada kegiatan user interview yang mengindikasikan aplikasi telah memenuhi kebutuhan pengguna namun membutuhkan perbaikan secara minor.

The prevalence of mental health disorders among Indonesian teenagers shows a significant figure, with one in 20 teenagers in Indonesia experiencing these issues. Generalized anxiety disorder, as one of the mental health disorders, has the highest prevalence rate and significantly impacts a person's quality of life. Despite the significant impact of generalized anxiety disorder, no specific application has been found that focuses on addressing this issue, especially among teenagers. Therefore, this research aims to explore the problems and user needs regarding the management of generalized anxiety disorder among Indonesian teenagers. It also aims to develop and evaluate a prototype application as a solution to these problems. The entire prototype design process involves 28 interview respondents and 347 questionnaire respondents, from the needs gathering phase to evaluation, which includes validated users through the GAD-7 test, psychologists, and user experience design experts. The final prototype design is evaluated by potential users through usability testing, user interviews, and the System Usability Scale, obtaining a usability score of 86 and an SUS score of 78.3. Additionally, user interviews provide feedback indicating that the application meets user needs but requires minor improvements. This research contributes practically through a clickable prototype that can be further developed by healthcare application developers."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1994
616.85 ANX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Cassandra
"Introduksi: Gangguan cemas merupakan salah satu gangguan yang sering terjadi pada anak dan remaja. Gangguan cemas dapat berdampak terhadap fungsi sosial maupun fungsi akademik seperti penghindaran sekolah, penurunan performa akademis hingga kejadian terhentinya sekolah. Oleh karena itu, sesuai rekomendasi American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, deteksi dini gangguan cemas pada anak dan remaja penting untuk dilakukan, agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih berat di kemudian hari. Salah satu kuesioner self-report untuk deteksi dini gangguan cemas pada anak dan remaja adalah Screen for Child Anxiety and Related Emotional Disorders (SCARED) Child Version. Kuesioner ini terdiri dari 41 item dengan waktu pengisian 8 – 10 menit, namun saat ini belum tersedia dalam Bahasa Indonesia. Objektif: Memperoleh SCARED Child Version versi Indonesia yang sahih secara isi dan andal. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan tujuan uji validitas isi dan uji reliabilitas. Uji validitas isi dilakukan dengan melibatkan sembilan orang ahli. Uji reliabilitas yang dilakukan adalah uji konsistensi internal pada 123 subjek yang terpilih secara random sampling di dua sekolah menengah pertama (SMP) dan dua sekolah menengah atas (SMA). Hasil: Uji validitas isi kuesioner SCARED Child Version versi Indonesia mendapatkan rerata nilai CVR/Ave sebesar 0,88 dan S-CVI/Ave sebesar 0,94. Uji reliabilitas konsistensi internal kuesioner SCARED Child Version versi Indonesia mendapatkan nilai total Cronbach’s Alpha total sebesar 0,927 dan nilai ICC sebesar 0,928. Simpulan: SCARED Child Version versi Indonesia dapat menjadi alat ukur yang memiliki kesahihan isi (validitas isi) dan keandalan (reliabilitas) yang baik untuk mendeteksi dini gangguan cemas pada remaja.

Introduction: Anxiety disorders are one of the most common disorders in children and adolescents. Anxiety disorders can have an impact on social function and academic function, such as school avoidance, decreasing academic performance and drop out of school. Therefore, according to the recommendations of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, early detection of anxiety disorders in children and adolescents is important, to prevent more severe negative impacts. One of the self-report questionnaires for early detection of anxiety disorders in children and adolescents is the Screen for Child Anxiety and Related Emotional Disorders (SCARED) Child Version. This questionnaire consists of 41 items and can be completed in 8 – 10 minutes, but currently it is not yet available in Indonesian. Objective: To obtain a valid and reliable Indonesian version of SCARED Child Version. Methods: This is a cross-sectional study design, with the aim of testing content validity and reliability. Content validity test was performed by involving nine experts. Reliability test was assessed by measurement of internal consistency, carried out on 123 subjects selected by random sampling from two middle schools and two high schools. Results: The content validity test of the Indonesian version of the SCARED Child Version resulted in CVR/Ave value of 0.88 and S-CVI/Ave of 0.94. The internal consistency reliability test of the Indonesian version of the SCARED Child Version resulted in a total Cronbach's Alpha value of 0.927 and an ICC value of 0.928. Conclusion: The Indonesian version of the SCARED Child Version showed a good content validity and good reliability as a measuring tool for early detection of anxiety disorders in adolescents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rismunandar
"Latar Belakang : Prevalensi ansietas dan depresi serta faktor risiko pada penyintas COVID-19 di seluruh dunia dan Indonesia masih tinggi dan berbeda beda dari setiap negara. Di Indonesia faktor risiko ansietas dan depresi belum pernah diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan prevalensi dan faktor risiko gejala ansietas dan depresi pasca rawat inap COVID-19 di rumah sakit Cipto Mangunkusumo.
Metode : Desain penelitian ini adalah Kohort retrospektif. Subjek penelitian diambil dari pasien pasca perawatan inap COVID-19 pada periode Januari 2022 sampai Maret 2023. Gejala ansietas dan depresi dinilai menggunakan Hospital Anxiety Depression Scale. Analisa bivariat digunakan menentukan faktor risiko dari variabel kategorik dan dilanjutkan ke analisa multivariat regresi logistik sampai didapatkan nilai P: 0,05.
Hasil : Terdapat 209 subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini dengan prevalensi gejala ansietas 20,57% dan gejala depresi 13,40%. Faktor risiko gejala ansietas adalah wanita RR (IK95%) 1,805 (1,017 – 3,204), p=0,043, Dukungan sosial sedang dan rendah dengan RR (IK95%) 1,935 (1,028 – 3,643), p=0,041 untuk dukungan sosial sedang dan RR (IK95%) 3,325 (1,314 – 8,411), p=0,011 untuk dukungan sosial rendah, Komorbid dengan RR (IK95%) 1,742 (1,019 – 2,977), p=0,042, Anosmia atau hipogeusia dengan RR (IK95%) 1,894 (1,045 – 3,433), p=0,035, gejala menetap pasca COVID-19 dengan nilai RR (IK95%) 2,885 (1,553 – 5,359), p=0,001. Faktor risiko gejala depresi adalah gejala menetap pasca COVID-19 RR (IK95%) 2,738 (1,300 – 5,770), p=0,008, kedia adalah aktifitas fisik ringan RR (IK95%) 6,556 (1,577 - 27,244), p=0,010.
Kesimpulan : Faktor risiko gejala ansietas pasca perawatan COVID-19 yang bermakna adalah wanita, dukungan sosial, komorbid, anosmia atau hipogeusia, gejala menetap sedangkan faktor risiko gejala depresi adalah gejala menetap pasca COVID-19 dan aktifitas fisik ringan.

Background: The prevalence of anxiety and depression, as well as risk factors for COVID-19 survivors worldwide and in Indonesia, is still high and varies from country to country. In Indonesia, the risk factors for anxiety and depression have not been studied. This study was conducted to determine the prevalence and risk factors for symptoms of anxiety and depression after hospitalization for COVID-19 at Cipto Mangunkusumo hospital.
Methods: The study design was a retrospective cohort. The study subjects were taken from post-hospitalized COVID-19 patients from January 2022 to March 2023. Symptoms of anxiety and depression were assessed using the Hospital Anxiety Depression Scale. Bivariate analysis was used to determine risk factors from categorical variables and proceeded to multivariate logistic regression analysis until a P value of 0.05 was obtained.
Results: There were 209 subjects involved in this study, with a prevalence of 20.57% anxiety symptoms and 13.40% depressive symptoms. Risk factors for anxiety symptoms are women RR (95% CI) 1.805 (1.017 – 3.204), P=0.043, Medium and low social support with RR (95% CI) 1.935 (1.028 – 3.643), P=0.041 for moderate social support, RR (95% CI 3.325 (1.314 – 8.411), P=0.011 for low social support, Comorbid with RR (95% CI) 1.742 (1.019 – 2.977), P=0.042, Anosmia or hypogeusia with RR (95% CI) 1.894 (1.045 – 3.433 ), P=0.035, persistent symptoms after COVID-19 with a RR (95% CI) 2.885 (1.553 – 5.359), P=0.001. Risk factors for depressive symptoms are persistent symptoms after COVID-19, RR (95% CI) 2.738 (1.300 – 5.770), P=0.008, lastly light physical activity RR (95% CI) 6.556 (1.577 - 27.244), P=0.010.
Conclusion: Significant risk factors for anxiety symptoms post hospitalization for COVID-19 are women, social support, comorbidities, anosmia or hypogeusia, and persistent symptoms, while risk factors for depressive symptoms are persistent symptoms after COVID-19 and light physical activity
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tetra Arya Saputra
"Latar Belakang: Pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) dihubungkan dengan peningkatan kejadian gangguan psikiatri. Tenaga kesehatan sebagai barisan terdepan dalam penanganan pasien COVID-19 memiliki risiko tinggi untuk mengalami gangguan cemas. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi gangguan cemas pada tenaga kesehatan saat pandemi COVID-19 di RSUP Persahabatan dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Desain penelitian ini adalah studi deskriptif potong lintang dengan melakukan wawancara kepada dokter dan perawat yang bertugas di ruang perawatan COVID-19 serta memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan Instrumen Penilaian Gangguan Jiwa MINI ICD-10 (Mini International Neuropsychiatric Interview Version ICD-10), kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) dan kuesioner peristiwa hidup Holmes-Rahe. Penelitian dilakukan pada periode Januari-Oktober 2021 dengan Teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling sampai seluruh sampel tercakup dalam penelitian.
Hasil: Didapatkan 106 subjek penelitian dengan rerata usia adalah 30,57±4,8 tahun. Terdiri dari 34 orang dokter dan 72 perawat. Jumlah subjek yang mengalami gangguan cemas sebanyak 23 orang (22%). Jenis gangguan cemas yaitu agorafobia (10,4%), gangguan panik (5,7%), sosialfobia (4,7%), gangguan obsesif kompulsif (0,9%), gangguan cemas menyeluruh (9,4%) dan stres pasca trauma (0,9%). Berdasarkan analisis bivariat didapatkan hubungan bermakna antara pekerjaan dengan gangguan cemas (p=0,025) namun tidak didapatkan hubungan bermakna antara peristiwa hidup dengan gangguan cemas. Analisis multivariat didapatkan faktor-faktor yang memengaruhi gangguan cemas pada tenaga kesehatan di masa pandemi COVID-19 adalah ruang perawatan dan komorbid.
Kesimpulan: Prorporsi gangguan cemas pada tenaga kesehatan yang bekerja di ruang perawatan COVID-19 di RSUP Persahabatan adalah 22% dengan jenis gangguan cemas terbanyak adalah agorafobia. Faktor-faktor yang memengaruhi gangguan cemas yaitu ruang perawatan dan komorbid.

Background: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic associated with an increased incidence of psychiatric disorder. Healthcare workers as a frontliner in caring COVID-19 patients have a high risk experiencing anxiety disorder. The aim of study is to determine the proportion of anxiety disorder in healthcare workers during COVDI-19 pandemic in RSUP Hospital and influencing factor.
Methods: The design of study was descriptive cross sectional study with interview to doctor and nurse who discharge in COVID-19 ward and met the inclusion criteria of the study. This study used questionnaire MINI ICD-10 (Mini International Neuropsychiatric Interview Version ICD-10) questionnaire, PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) questionnaire, and Holmes-Rahe questionnaire. The research was conducted from January to October 2021 with convenience sampling. The data was processed using SPSS 25 for statistic test.
Results: Total subject 106 were recruited in this study with the mean age was 30,57±4,8 years old. Subject were of 34 doctors and 72 nurses. There were 23 subject (22%) experienced anxiety disorders. The types of anxiety disorders were agoraphobia (10,4%) panic disorder (5,7%), social phobia (4,7%), obsessive compulsive disorder (0,9%), general anxiety disorder (9,4%). Based on bivariate analysis, there was a significant association between health care workers with anxiety disorder (p=0.025) but there was no significant association between life event with anxiety disorder. The multivariate analysis that the influencing factors of anxiety disorder in medical healthcare workers during COVID-19 pandemic were working unit and comorbidities.
Conclusion: The proportion of anxiety disorder in healthcare workers during COVID-19 pandemic in RSUP Persahabatan was 22% with the most type of anxiety disorder is agoraphobia. The influencing factor of anxiety disorder were working unit and comorbidities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Marina Nurrahmani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pemberian teknik terapi
Unified Protocol (UP) dalam mengurangi gejala gangguan kecemasan pada
mahasiswa. Proses screening awal sekaligus pre-test dilakukan dengan cara
memberikan Penn State Worry Questionnaire, General Health Questionnaire dan
melakukan wawancara singkat pada mahasiswa yang berminat mengikuti proses
screening. Setelah screening,dilakukan terpilihlah tiga orang partisipan yang
memenuhi kriteria partisipan penelitian dan bersedia mengikuti mengikuti sesi UP
sebanyak 6 kali dan mengikuti satu kali sesi follow-up sekaligus post-test (10 – 14
hari setelah terminasi). Penelitian ini menggunakan desain one group before-after
study, dimana peneliti akan melihat perubahan skor partisipan saat pre-test dan
post-test. Hasil kuantitatif dan kualitatif dari penelitian ini menunjukkan bahwa
UP terbukti efektif dalam mengurangi worry dan meningkatkan kondisi kesehatan
mental pada mahasiswa yang menunjukkan gejala gangguan kecemasan.

ABSTRACT
This study evaluated the efficacy of Unified Protocol (UP) in reducing anxiety
disorder symptoms among college students. Researcher used Penn State Worry
Questionnaire, General Health Questionnaire, and brief interview in screening
process. Through screening process, researcher got three participants who was
willing to attend six sessions of UP, followed by a follow-up session (10 – 14
days after termination). Researcher used before-after study design to find out if
Unified Protocol could reduce anxiety disorder symptoms. Results suggest that
UP successfully reduced worry and at the same time it enhanced current mental
health state of college students showing anxiety disorder symptoms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dionisius Agnuza Jagadhita
"Kecemasan adalah masalah kesehatan mental yang paling umum terjadi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan prevalensi, insiden, serta faktor psikososial yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan tinggi pada remaja. Penelitian menggunakan dua set data yang diambil dari partisipan yang sama pada tahun 2019 dan 2020. Terdapat 713 orang remaja yang berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan usia antara 18-23 tahun (n perempuan = 54,6%). Prevalensi masalah kecemasan pada tahun 2020 adalah 68,7%, lebih tinggi dari angka di tahun sebelumnya (61,2%). Penelitian menemukan angka insiden sebesar 15 kasus setiap 100 orang dalam populasi selama satu tahun. Hasil penelitian menemukan model psikososial yang dapat secara signifikan mempengaruhi tingkat kecemasan remaja (R2 = 14.8%). Model akhir menunjukkan lima faktor risiko terhadap tingkat kecemasan, yaitu jenis kelamin (OR = 1.57), masalah emosional (OR = 1.22), kedekatan pertemanan (OR = 1.07), komunikasi dengan orangtua (OR = 1.05), serta alienasi dari orangtua, yang dinilai secara terbalik (OR = .94). Terdapat prevalensi dan insiden kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Faktor psikososial menunjukkan bahwa remaja yang berjenis kelamin perempuan, memiliki masalah emosional, memiliki tingkat komunikasi yang tinggi dengan orangtua, memiliki kedekatan dengan teman sebaya, serta mengalami alienasi dari orangtua, lebih rentan untuk memiliki tingkat kecemasan tinggi.

Anxiety is the most prevalent mental health problem that occurs for adolescents. This research aims to discover the prevalence and incidence rate, and also psychosocial determinants that took part in predicting the occurrence of anxiety. A set of paired data acquired in 2019 and 2020 was used. The total sample was 713 late adolescents between 18-23 years (n female = 54.6%). The prevalence for anxiety in 2020 was 68.7%, higher than the previous year (61.2%). An incidence rate of 15 cases per 100 person-years was found. The final model indicated several psychosocial determinants as significant risk factors of anxiety (R2 = 14.8%), which were gender (OR = 1.57), emotional problems (OR = 1.22), friendship closeness (OR = 1.07), and parental communication (OR = 1.05). Parental alienation (scored in reverse) was found to be a significant protective factor (OR = .94). The prevalence and incidence rate of anxiety were found to be higher than that of previous studies. The psychosocial determinants indicated that females, individuals with emotional problems, those who had high communication level with their parents, those who were close to their friends, and those who experienced alienation from their parents were more at risk to show high anxiety levels."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerul Nisa
"Tidur merupakan kebutuhan dasar agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Remaja merupakan salah satu kelompok umur yang sering mengalami masalah kualitas tidur buruk. Remaja rentan mengalami masalah kualitas tidur yang buruk karena penyesuaian berbagai faktor dan gaya hidup. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan munculnya risiko kesehatan baik fisik dan psikis serta terganggunya perkembangan kognitif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur dan hubungannya dengan durasi tatap layar, kecemasan, aktivitas fisik, dan kebiasaan tidur pada remaja di SMA Negeri 1 Kebumen tahun 2024. Studi ini menggunakan desain cross-sectional dengan responden sebanyak 304 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki kualitas tidur yang baik. Analisis bivariat yang dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan (p-value < 0,001) dengan nilai OR 8,971 dan kebiasaan tidur (p-value < 0,001) dengan nilai OR 3,24 dengan kualitas tidur remaja. Kemudian dari analisis bivariat juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi tatap layar dan aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja (p-value>0,05). Intervensi mengenai tips mengontrol kecemasan dan edukasi terkait kebiasaan tidur yang baik diharapkan dapat diterapkan di sekolah untuk meningkat kualitas tidur remaja.

Sleep is a basic need for the body to function properly. Adolescents are one of the age groups that often experience poor sleep quality problems. Adolescents are susceptible to poor sleep quality problems due to adjustments to various factors and lifestyles. Poor sleep quality can lead to physical and psychological health risks and disrupt cognitive development. This study was conducted to determine the picture of sleep quality and its relationship with screen time, anxiety, physical activity, and sleep hygiene in adolescents at SMA Negeri 1 Kebumen in 2024. This study used a cross-sectional design with 304 students as respondents. The results showed that 53,6% of respondents had good sleep quality. The bivariate analysis showed that there was a significant relationship between anxiety (p-value <0.001) with an OR value of 8.971 and sleep hygiene (p-value <0.001) with an OR value of 3.24 with adolescent sleep quality. Then the bivariate analysis also showed that there was no significant relationship between screen time and physical activity with adolescent sleep quality (p-value>0.05). Interventions regarding tips for controlling anxiety and education regarding good sleep hygiene are expected to be implemented in schools to improve the quality of adolescent sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Adhalia
"Ibu hamil seringkali mengalami kecemasan pada masa kehamilan, khususnya pada primigravida. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil primigravida. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil primigravida  di Kota Jakarta Timur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 105 ibu hamil primigravida yang memenuhi kriteria inklusi dari lima puskesmas kecamatan yang terpilih yaitu puskesmas kecamatan kramat jati, pulo gadung, duren sawit, cakung dan jatinegara. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan ialah kuesioner Generalized Anxiety Disorder-7(GAD-7) (r = 0,876) dan instrumen Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) (r = 0,79) untuk mengukur kualitas tidur. Analisis data menggunakkan analisis univariat serta bivariat (uji korelasi pearson) dengan penggunaan program SPSS dan tingkat kemaknaan 0,05. Uji korelasi pearson  menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kedua variabel (r = 0.390, p-value = 0.001).

Pregnant women often experience anxiety during pregnancy, especially primigravida. Therefore, this study aims to identify the relationship between anxiety and sleep quality in primigravida pregnant women. The population in this study were all primigravida pregnant women in East Jakarta. The sample in this study amounted to 105 primigravida pregnant women who met the inclusion criteria from five selected sub-district health centers, namely Kramat Jati, Pulo Gadung, Duren Palm, Cakung and Jatinegara District Health Centers. This study used a cross sectional design, with purposive sampling technique. The instruments used to measure anxiety were the Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7) questionnaire (r = 0.876) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (r = 0.79) instrument to measure sleep quality. Data analysis used univariate and bivariate analysis (Pearson correlation test) with the use of SPSS program and a significance level of 0.05. Pearson correlation test showed a significant relationship between the two variables (r = 0.390, p-value = 0.001)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>