Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vincent Chrisnata
"Latar Belakang: Peningkatan konsumsi oksigen selama tindakan bedah risiko tinggi dapat menyebabkan gangguan oksigenasi organ vital, sehingga tubuh akan mengambil kompensasi, misalnya melalui vasokonstriksi splanknik. Saluran cerna akan rentan terhadap kerusakan yang akan mengakibatkan disfungsi gastrointestinal. Lama perawatan ICU dan penggunaan ventilasi mekanik lebih panjang pada pasien-pasien yang mengalami disfungsi gastrointestinal. Oleh karena itu pada pasien yang berisiko perlu mendapat perhatian dan tatalaksana lebih awal.
Metode: Penelitian ini adalah kohort prospektif yang dilakukan di RSCM selama bulan Februari sampai Juni 2023 yang bertujuan untuk mengetahui peran kadar I-FABP plasma, skor SOFA, balans cairan, dan dosis vasopresor dalam memprediksi terjadinya disfungsi gastrointestinal pada pasien pascabedah risiko tinggi yang dirawat di ICU. Sebanyak 66 subyek diambil dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data skor SOFA, balans cairan dan dosis vasopresor dilakukan pada saat pasien admisi di ICU, sedangkan kadar I-FABP diukur pada saat admisi dan 24 jam kemudian. Analisis data dilakukan dengan SPSS.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kadar I-FABP hari ke-0 (p=0,001) dan hari ke-1 (p=0,001), serta skor SOFA (p=0,03) pada subjek yang mengalami disfungsi gastrointestinal dengan yang tidak mengalami disfungsi gastrointestinal. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada balans cairan dan rerata dosis vasopresor pada subjek yang mengalami disfungsi gastrointestinal dengan yang tidak mengalami disfungsi gastrointestinal. Kadar I-FABP plasma, dengan titik potong ≥2.890,27 pg/ml pada hari ke-0 dan ≥1.501,2 pg/ml pada hari ke-1 dapat menjadi prediktor disfungsi gastrointestinal pada pasien pascabedah risiko tinggi yang dirawat di ICU.
Simpulan: Kadar I-FABP plasma dapat memprediksi kejadian disfungsi gastro- intestinal pada pasien pascabedah risiko tinggi yang dirawat di ICU.

Background: Increased oxygen demand during high-risk surgery can lead to impaired oxygenation of vital organs so that the body will compensate, for example, through splanchnic vasoconstriction. The gastrointestinal tract will be prone to injury, resulting in gastrointestinal dysfunction. ICU length of stay and use of mechanical ventilation are longer in patients with gastrointestinal dysfunction. Therefore, patients who are at risk need to receive early consideration and management.
Methods: This is a prospective cohort study conducted at RSCM from February to June 2023, which aims to determine the role of plasma I-FABP levels, SOFA scores, fluid balance, and vasopressor doses in predicting the incidence of postoperative gastrointestinal dysfunction in high-risk surgery patients admitted to the ICU. A total of 66 subjects were taken by consecutive sampling method. SOFA score data, fluid balance, and vasopressor doses were collected at admission to the ICU, while I-FABP levels were measured at admission and 24 hours later. Data analysis was performed with SPSS.
Results: There was a significant difference in I-FABP levels on day 0 (p=0.001) and day 1 (p=0.001) and the SOFA score (p=0.03) in subjects with gastrointestinal dysfunction and those without gastrointestinal dysfunction. There were no significant differences in fluid balance and the average dose of vasopressors in subjects with gastrointestinal dysfunction and those without gastrointestinal dysfunction. Plasma I- FABP levels, with cut points of ≥2,890.27 pg/ml on day 0 and ≥1,501.2 pg/ml on day 1, can be a predictor of postoperative gastrointestinal dysfunction in high-risk surgery patients admitted to the ICU.
Conclusions: Plasma I-FABP levels can predict the incidence of postoperative gastrointestinal dysfunction in high-risk surgery patients admitted to the ICU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Isna Fatya
"Latar Belakang: Terdapat dua jenis obesitas berdasarkan risiko kardiometaboliknya, yaitu metabolically healthy obese (MHO) dan metabolically unhealthy obese (MUO). Kelompok MUO lebih berisiko mengalami DM tipe 2 karena terdapat resistensi insulin yang dicetuskan endotoksemia metabolik akibat disbiosis usus, melalui peningkatan permeabilitas usus. Belum ada data mengenai perbedaan permeabilitas usus, yang diwakili oleh kadar intestinal fatty acid binding protein (I-FABP), pada penyandang obesitas dengan dan tanpa DM tipe 2 di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui perbedaan rerata kadar I-FABP pada penyandang obesitas dengan dan tanpa DM tipe 2 di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang menggunakan data sekunder dari penelitian Divisi Endokrin, Metabolik, Diabetes FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta yang berjudul “Profil Mikrobiota Usus, Mikrobiota Rongga Mulut, Inflamasi, dan Resistensi Insulin pada Berbagai Spektrum Disglikemia” periode Juli 2018-Agustus 2019. Sebanyak 63 subjek obesitas berdasarkan kriteria WHO untuk Asia (IMT ≥25 kg/m2) dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan kriteria ADA: dengan dan tanpa DM tipe 2. Kadar I-FABP diperiksa dengan metode Enzyme-linked immunosorbent assay. Analisis data dengan uji T tidak berpasangan untuk perbedaan rerata I-FABP. Uji regresi logistik dilakukan untuk faktor perancu.
Hasil: Mayoritas subjek ialah perempuan (82,53%), usia >45 tahun (63,50%), obesitas grade I (54,00%), obesitas sentral (93,70%). Rerata I-FABP pada kelompok dengan DM tipe 2 lebih tinggi, yaitu 2,82 (1,23) ng/mL vs. 1,78 (0,81) ng/mL (p<0,001; IK95% 0,51-1,55).
Simpulan: Rerata kadar I-FABP lebih tinggi pada kelompok obesitas dengan DM tipe 2 dan independen terhadap faktor usia.

Background: There are two types of obesity based on its cardiometabolic risk, which are metabolically healthy obese (MHO) and metabolically unhealthy obese (MUO). The MUO exerts higher risk to develop type 2 DM because of higher state of insulin resistance due to metabolic endotoxemia through gut dysbiosis and increased intestinal permeability. There is no study regarding the difference of intestinal permeability, using intestinal fatty acid binding protein (I-FABP), in obese people with and without type 2 DM in Indonesia.
Objective: To know the mean difference of I-FABP in obese people with and without T2DM in Indonesia.
Method: A cross-sectional study using secondary data from the study of Division of Endocrine, Metabolism and Diabetes FMUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta entitled "Profile of the Intestinal Microbiota, Oral Cavity Microbiota, Inflammation, and Insulin Resistance in Various Spectrums of Dysglycemia" for the period July 2018-August 2019. A total of 63 obese subjects based on WHO criteria for Asia (BMI ≥25 kg/m2) were divided into 2 groups based on ADA criteria for diabetes: with and without T2DM. The I-FABP levels were checked using enzyme-linked immunosorbent assay method. Data was analyzed using unpaired T test for mean difference of I-FABP while logistic regression test was performed for confounding factors.
Results: The majority of the subjects were women (82.53%), age >45 years (63.50%), obesity grade I (54.00%) and central obesity (93.70%). The I-FABP level of T2DM group was higher compared to without T2DM group, namely 2.82 (1.23) ng/mL vs. 1.78 (0.81) ng/mL (p<0.001; 95% CI 0.51-1.55).
Conclusion: The mean level of I-FABP was higher in the obese group with T2DM which is independent of age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanien Indriani
"Preeklampsia/Eklampsia merupakan penyebab kematian ibu nomer dua di Indonesia dengan prosentase 24% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di Indonesia. Sedangkan di Kota Tegal sendiri, preeklampsia/eklampsia selalu menjadi salah satu penyebab kematian ibu pada empat tahun terakhir mulai dari tahun 2008. Karena RSUD Kardinah merupakan rumah sakit rujukan yang ada di Kota Tegal yang ikut menangani kasus preeklampsia/eklampsia yang terjadi, maka dilakukanlah penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan preeklampsia/eklampsia di RSUD Kardinah tahun 2011.
Penelitian ini merupakan penelitian kasus kontrol dengan jumlah sampel 80 orang untuk kasus dan 80 pasien sebagai kontrolnya dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien. Sampel yang diambil adalah pasien yang bersalin di RSUD Kardinah pada tahun 2011 yang memenuhi data rekam medis untuk variabel yang akan diteliti yang lengkap. Dan faktor-faktor yang diteliti adalah umur, graviditas, paritas, riwayat abortus, usia gestasi dan status pekerjaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan umur (OR=3,4), usia gestasi (OR=3,182) dan status pekerjaan (OR=4,58). Sedangkan faktor graviditas, paritas dan riwayat abortus tidak mempunyai hubungan yang signifikan dalam penelitian ini.

Preeklampsia/Eklampsia was a second cause of maternal mortality in Indonesia that was 24% from all maternal mortality that was happened. In Tegal, preeclampsia always bacome one of causes of maternal mortality in 4 years later since 2008. RSUD Kardinah is a refferal hospital in Tegal that were treated preeclampsia/eclampsia.
This research is a case control study with 80 sample as case and 80 sample as control using secunder data that were got from pasien medical records. The sample that were taken were the pasien who were delivered their baby in RSUD Kardinah in 2011 who had complete medical record. And the risk factors that were studied were age, gravidity, parity, abortus, gestasional age and work status.
The result of this research shown that there is a significancy relation between preeclampsia with age (OR=3,4), gestasional age (OR=3,182) and work status (OR=4,58). Therefore the gravidity, parity and abortus experience don‟t have a significant relation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Sholikah Putri Suni
"ABSTRAK
Cakupan penggunaan kontrasepsi modern di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi, cakupan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) masih
jauh dari target yang diharapkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa kelompok berisiko tinggi akan cenderung untuk menggunakan kontrasepsi modern. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kelahiran berisiko tinggi dengan penggunaan kontrasepsi modern khususnya metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) dan mengetahui faktor lain yang mempunyai peran terhadap
penggunaan kontrasepsi modern setelah mengalami kelahiran yang berisiko tinggi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan analisis data SDKI 2007 dan 2012. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia subur (15-49 th) yang pernah melahirkan maksimal 5 tahun sebelum survei dilakukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi risiko tinggi 30,45%, risiko tinggi ganda 10,96% dan risiko tinggi tunggal 19,49%. Prevalensi penggunaan kontrasepsi modern sebesar 68% dan paling banyak menggunakan metode suntik. Sedangkan prevalensi penggunaan MKJP adalah 8,73% dan yang paling banyak digunakan adalah metode IUD. Riwayat kelahiran berisiko tinggi tidak meningkatkan peluang penggunaan kontrasepsi modern secara keseluruhan [PR 0,84; 95%CI: 0,817-0,861]. Terdapat peluang yang cukup besar untuk menggunakan MKJP bagi mereka yang memiliki riwayat kelahiran risiko tinggi
ganda baik pada seluruh populasi [PR: 1,90 ;95%CI: 1,65-2,13] maupun pada populasi pengguna kontrasepsi modern [PR: 1,46 ;95%CI: 1,29-1,64]. Populasi yang menggunakan kontrasepsi modern, peluang terbesar untuk menggunakan MKJP bila ibu yang berisiko tinggi melakukan ANC di klinik bidan dan melakukan persalinan di rumah bersalin (RB) setingkat puskesmas. Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan edukasi, promosi dan konseling terutama kepada wanita usia subur yang sudah memiliki riwayat melahirkan dengan risiko tinggi supaya dapat mencegah kelahiran berisiko.

ABSTRACT
Coverage of modern contraceptive use in Indonesia increased from year to year. However, the scope of the use of long acting contraceptive system (LACS) is still far from the expected target. Based on previous study found that high-risk groups are likely to use modern contraception. This study aimed to analyze the effect of high-risk births with the use of modern contraceptives, especially long acting contraceptive system (LACS) and determine other factors that have a value of interventions towards high-risk births variable relationship with the use of modern contraceptives. This study
used cross sectional design with IDHS 2007 and 2012. The sample in this study were women of reproductive age (15-49 years) who had delivered a maximum of 5 years prior to the survey. The results showed that the prevalence of high risk of 30.45%, 10.96% double high risk and 19,49 single high risk. The prevalence of modern contraceptive use by 68% and the most widely used injection method. While the prevalence of the use of LACS was 8.73% and the most widely used method of IUD. A history of high-risk births do not increase the probability of modern contraceptive use overall [PR 0.84; 95% CI: 0.817 - 0.861]. There are considerable opportunities to use the LACS for those who have a history of high-risk multiple births either in the whole population [PR: 1.90; 95% CI: 1.65 - 2.13] and in a population of modern contraceptive users [PR: 1,46; 95% CI: 1.29 to 1.64]. Population using modern contraceptives, the biggest opportunity to use the LACS when high-risk mothers do ANC at clinic midwife and deliver at the maternity hospital (RB) level health centers. Therefore, it is advisable to increase the education, promotion and counseling especially to women of reproductive age who already have a history of delivering with a high risk in order to prevent the risk births."
2016
T46570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liva Wijaya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik skor prabedah dan prosedur potong beku pada pasien keganasan ovarium usia muda. Selain itu, penelitian ini ingin mengetahui apakah potong beku menambah nilai prediksi skor prabedah. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data RSCM dari tahun 2006-2010. Kami mendapatkan 437 pasien dengan diagnosis neoplasma ovarium kistik. Seratus lima puluh tujuh pasien berusia dibawah 40 tahun. Nilai diagnostik skor GP pada keganasan usia muda berturut turut sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, dan akurasi sebesar 77%, 49%, 61%, 68%, dan 63% sedangkan RMI memberikan nilai diagnostik berturut-turut 69%, 49%, 58%, 45%, dan 59%, hasil yang tidak jauh berbeda dengan skor GP. Nilai diagnostik prosedur potong beku pada keganasan usia muda dengan skor GP >4 berturut turut sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, dan akurasi sebesar 81.7%, 87.2% , 90.7%, 75.6%, dan 83%, sedangkan untuk RMI >200 nilai diagnostik berturut-turut adalah 81%, 87%, 89%, 77%, dan 83%. Potong beku menambah 6% dari prediksi prabedah skor GP dan 12% dari prediksi prabedah RMI.

The aim of this paper is to know the diagnostic value of scoring system that taken before surgery and frozen section in the young age patient suspected malignancy. Using that result, we can also know whether the frozen section give additional value to clinical scoring system or not. This research was undergone by using RSCM’s medical record from 2006-2010. From 437 patients suspected ovarian malignancy, we took only 157 patients due to their age. Diagnostic value of GP score are 77%, 49%, 61%, 68%, 63%, while RMI are 69%, 49%, 58%, 45%, 59%, (sensitivity, spesifity, positive prediction value, negative predictive value, and accuracy respectively). Diagnostic value of frozen section in patient suspected malignancy using GP score >4 are 81.7%, 87.2%, 90.7%, 75.6%, 83%, while in patient with RMI > 200 are 81%, 87%, 89%, 77%, 83% (sensitivity, spesifity, positive prediction value, negative predictive value, and accuracy respectively). Frozen section only gave 6% additional value for GP score and 12% for RMI score."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusbani Kurniawan
"Kehandalan sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar pada HTR 10 merupakan salah satu aspek kunci dari operasi reaktor. Sistem tersebut bekerja dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan gaya dorong pneumatik untuk mengumpan, mensirkulasi dan membuang elemen bahan bakar yang berbentuk bola dengan diameter 60 mm secara kontinyu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko yang dapat terjadi pada setiap komponen desain sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar HTR 10 dengan menggunakan metode HAZOP dan dengan menggunakan pedoman kriteria risiko yang tertuang pada Peraturan Kepala BATAN No. 020/KA/I/2012. Data dianalisis dengan metode semi kualitatif dengan mengamati deviasi pada parameter yang telah ditetapkan pada setiap node sistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar pada HTR 10 memiliki risiko awal yang cukup tinggi. Namun dengan desain tindakan pengendalian yang ada pada akhirnya akan mengkoreksi nilai risiko awal dengan cukup signifikan sehingga risiko sisa yang didapatkan turun hingga batas dapat diterima.

Fuel handling and storage system reability is one of the HTR 10 operation key aspects. A spherical form fuel element with a diameter of 60 mm continuously feed through to the core driven by gravity, circulated and discharged by gas pneumatic system. This study aims to identify and assess the risks that can occur in any component of the HTR 10 fuel handling and storage system design using the HAZOP and using risk criteria that described in BATAN Regulation No. 020/KA/I/2012. Data were analyzed using semi-qualitative method to observe deviations in the parameters that have been set on each node of the system. The results showed that the HTR 10 fuel handling and storage system design has a quite high initial risk. However, with the existing control design will ultimately adjust the value of the initial risk to the acceptable value."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Pratama
"Latar belakang: Seorang neurointervensionis untuk melakukan Tindakan neuroendovaskular harus mengetahui pasti struktur karotis dan serebrovaskular, hal ini menentukan keberhasilan tindakan. Bentuk dan perubahan anatomi pembuluh darah menentukan jenis kateter yang digunakan dalam intervensi diagnostik maupun terapetik. Keadaan anatomi yang berbeda-beda dipengaruhi beberapa faktor seperti jenis kelamin, usia, dan kondisi komorbid. Tujuan penelitian ini untuk menentukan faktor predisposisi yang ada, dan dapat memprediksi jenis kateter yang tepat untuk digunakan.
Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan 57 sampel, dilakukan di Cathlab Pusat Jantung Terpadu (PJT) Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dari Desember 2018 sampai Desember 2021. Faktor-faktor predisposisi dan kondisi komorbid diukur pada setiap pasien. Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.
Hasil: Variasi lengkung aorta tipe I berjumlah 38, tipe II berjumlah 9 dan tipe III berjumlah 10. Analisis bivariat menunjukkan usia (p<0,001), jenis kelamin (p=0,256), hipertensi (p=0,089), diabetes melitus (p=0,179), riwayat strok (p=0,882), obesitas (p=0,455), kelainan pembuluh darah intrakranial (p=0,608), letak percabangan arteri karotis komunis (p=0,069), jenis kateter yang digunakan (p=0,425). Analisis multivariat menunjukkan (p=0,026; R2=43%) dengan model usia yang menentukan jenis kateter (p=0,015).
Simpulan: Usia adalah faktor prediktor yang dapat memprediksi pemilihan jenis kateter pada pemeriksaan diagnostik maupun terapeutik pasien.

Background: A neurointerventionist to perform neuroendovascular procedures must know for sure the carotid and cerebrovascular structures. Anatomically, this determines the success of the action. Anatomical changes determine the type of catheter used in diagnostic and therapeutic interventions. Different anatomical conditions are influenced by several factors. The purpose of this study was to determine the predisposing factors that can predict the type of catheter used.
Methods: Analytical descriptive study with 57 patients, conducted at the Cathlab Center in Dr. National Central Hospital Cipto Mangunkusumo from December 2018 to December 2021. Predisposing factors were measured for each patient. Data analysis was done by bivariate and multivariate.
Results: The aortic arch variations of type I were 38, type II was 9 and type III was 10. Bivariate analysis showed age (p<0.001), sex (p=0.256), hypertension (p=0.089), diabetes mellitus (p= 0.179), history of stroke (p=0.882), obesity (p=0.455), intracranial blood vessel abnormalities (p=0.608), location of the branching of the common carotid artery (p=0.069), type of catheter used (p=0.425). Multivariate analysis showed (p=0.026; R2=43%) with the age model determining the type of catheter (p=0.015).
Conclusion: Age is a predictor factor that can predict the choice of catheter type in diagnostic and therapeutic examinations of patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
James, D. K.
Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier, 2006
618JAMH001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhita Stevefano Beriman
"ABSTRACT
Penelitian yang dilakukan di Sekolah Madania Bogor Tahun 2018 ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko keselamatan dan kesehatan di lingkungan sekolah dengan mengidentifikasi seluruh bahaya yang ada di prasarana sekolah dan menilai risiko tersebut. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan melakukan identifikasi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan melalui observasi dan wawancara kemudian dilanjutkan dengan analisis tingkat risiko dengan metode semikuantitatif sesuai formula risiko W.T Fine. Teridentifikasi 122 bahaya yang terdiri dari 77,9 objek yang berbahaya, 15,6 aktivitas yang berbahaya, 4,9 kondisi sistem yang berbahaya, dan 1,6 kondisi orang yang berbahaya. Berdasarkan tingkat risiko yang telah dinilai diketahui bahaya dengan tingkat risiko acceptable sebesar 73, bahaya dengan tingkat risiko priority 3 sebesar 25, dan bahaya dengan tingkat risiko substantial sebesar 2. Tiga jenis bahaya dengan tingkat risiko tertinggi substantial yang tergolong dalam tingkat risiko yang tidak dapat diterima yaitu postur janggal saat bekerja di depan komputer, intensitas pencahayaan yang rendah, pajanan panas di dapur sekolah.

ABSTRACT
This study aimed to investigate level of health and safety risk at Sekolah Madania Bogor, through hazard identification and risk assessment. Design of study was descriptive observational, triangulated by interviewing key informants, followed by semi quantitatve risk assesment by using W.T.Fine risk assessment method. 122 hazards were identified which consist of 77,9 hazardous object, 15,6 hazardous activity, 4,9 hazardous system condition, and 1,6 hazardous personal condition. Risk assessment result found that 73 of identified hazards were acceptable risk, 25 of identified hazards were priority 3 risk, and 2 of identified hazards were substantial risk. The higher risk substantial risk at Sekolah Madania Bogor were awkward posture when working with computer, inadequate lighting, and heat exposure in schools kitchen. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Damayanti
"Pendahuluan: Pemberian terapi adjuvant (kemoterapi dan/atau radiasi) direkomendasikan untuk semua penderita retinoblastoma yang memperlihatkan gambaran histopatologik risiko tinggi untuk residif atau... .. metiiStasls jauh, diantaranya diferensiasi tumor, invasi khoroid dan sklera, serta nervus optikus. Apoptosis diperkirakan memegang peranan penting dalam menentukan respon terhadap kemo- dan radioterapi. Defek pada mekanisme apoptosis akan mengakibatkan sel tumor bersifat radio- atau kemoresisten. Eksekusi apoptosis tergantung kepada keadekuatan easpase efektor, terutama caspase-3. Ekspresi caspase-3 yang tinggi meneerminkan bahwa kedua jalur easpase yaitu jalur endogen dan eksogen berfungsi adekuat, sehingga sel tumor akan responsif terhadap kemo- dan radioterapi serta merefleksikan prognosis yang baik. Metode: Diperoleh 12 spesimen hasil enukleasi atau eksenterasi penderita retinoblastoma unilateral dengan gambaran histopatologik risiko tinggi. Ekspresi caspase-3 aktif diperiksa seeara imunohistokimia. Dilakukan penghitungan sel tumor dengan ekspresi easpase-3 aktif positif dan kemudian dihubungkan dengan ketahanan hidup penderita pasea pemberian tempi adjuvan. Dinilai juga hubungan antara derajat diferensiasi tumor dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita. Basil: Seluruh penderita retinoblastoma mempunyai lebih dari satu gambaran histopatologik risiko tinggi, 58,3% memperlihatkan ekspresi easpase-3 aktif negatif dan 41,7% positif. Penderita dengan invasi sel tumor trans-skIera dan batas sayatan nervus optikus (N II) tidak bebas tumor memperlihatkan ketahanan hidup 5 tahun yang lebih buruk (p=O,03). Lima dari 7 penderita dengan ekspresi caspase-3 aktif negatif dan 3 dari 5 dengan ekspresi caspase-3 aktif meninggal dunia sebelum 5 tahun (RR=1.19, p=O,81l). Empat dari 7 penderita retinoblastoma berdiferensiasi buruk meninggal dunia sebelum 5 tahun sedangkan pada yang berdiferensiasi baik sebanyak 4 dari 5 penderita (RR=O,71, p=O,634). Tiga dari 7 tumor berdiferensiasi buruk memperlihatkan ekspresi easpase- aktif negatif dibandingkan dengan 4 dari 5 tumor (RR=O,53, p=O,414) Kesimpulan: lnvasi trans-skIera dan batas sayatan N II yang tidak bebas tumor berhubungan dengan ketahanan hidup 5 tahun yang buruk pada penderita retinoblastoma .. Terdapat hubungan dengan kekuatan sedang antara derajat diferensiasi tumor dengan ketabanan hidup 5 tahun penderita dan dengan derajat diferensiasi tumor walaupun seeara statistik tidak bermakna dikarenakan jurnlah sampel yang kecil. Tumor yang berdiferensiasi buruk memperlihatkan ketahanan hidup 5 tahun yang lebih baik (meneerminkan respon yarIg baik terhadap kemo- danlatau radioterapi) serta ekspresi caspase-3 aktif yang positif. Bagaimanapun juga, berdasarkan penelitian ini tidak terdapat hubungan antara besar caspase-3 aktif dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>