Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58131 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarafina Vidyadhana
"Studi ini mengeksplorasi novel "How Should a Person Be?" karya Sheila Heti sebagai narasi metafiksi yang terkait erat dengan wacana feminis, mengatasi kekurangan dalam analisis sastra kontemporer tentang metafiksi dan feminisme, khususnya dalam ranah Alt Lit. Dengan mengkaji teknik naratif dan kerangka feminis novel tersebut, penelitian ini mengungkapkan penyajian Heti tentang perjalanan protagonis menuju pemahaman diri di tengah harapan sosial dan penulisan maskulin, bertujuan untuk mengungkapkan munculnya konsep feminis dalam narasi metafiksi. Melalui analisis yang mendalam, studi ini mengungkapkan kedalaman tema novel dalam menantang narasi patriarki dan meretas pengalaman perempuan, pada akhirnya berargumen bahwa teknik metafiksi Heti menggambarkan konsep écriture féminine yang diusulkan oleh Helene Cixous."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalfa Silfania Zahra
"Pasca-disahkannya code de famille, undang-undang yang mengatur tentang hubungan keluarga di Aljazair, kesusastraan Aljazair banyak mengangkat tema tentang perlawanan perempuan terhadap diskriminasi berbasis gender. Artikel ini membahas tentang resistensi perempuan dan Écriture Féminine dalam novel Hizya karya Maïssa Bey. Novel ini menceritakan tokoh Hizya seorang perempuan berusia 23 tahun yang bermimpi untuk memiliki kebebasan di lingkungan patriarki. Hizya menyajikan penderitaan perempuan Aljazair akibat dominasi budaya patriarki yang mengekang kebebasan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tingkat dan bentuk resistensi para tokoh perempuan akibat represi di berbagai aspek kehidupan serta bagaimana upaya resistensi itu dihadirkan dalam novel Hizya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang didukung oleh teori naratologi Gerard Genette (1972), teori analisis teks naratif Roland Barthes (1975). Teori resistensi Stephen Slemon (1997) dan konsep Écriture Féminine miliki Hélene Cixous (1975) juga digunakan untuk mendukung analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar tokoh perempuan berhasil menunjukkan resistensi pada tingkat pertama di ruang privat dan tingkat lanjutan di ruang publik, khususnya pada kelompok perempuan ambisius.  Selain itu, kekhasan resistensi juga dihadirkan melalui penulisan,  penggunaan satu sudut pandang, unsur intertekstual, serta bentuk resistensi yang beragam yaitu aktif, pasif, dan terselubung.

Following the promulgation of code de famille, the law that regulates familial relations in Algeria, the Algerian literature addresses the issue of women's resistance to gender discrimination. This article discusses women's resistance and Écriture Féminine in the novel Hizya by Maïssa Bey. This novel tells the story of Hizya, a 23-year-old woman who dreams of freedom in a patriarchal environment. Hizya presents the suffering of Algerian women due to the domination of a patriarchal culture that restricts women’s liberation. This study aims to reveal the level and form of resistance of female characters due to repression in various aspects of life and how these resistance efforts are presented in Hizya’s novel. The method used in this study is qualitative which is supported by Gerard Genette's (1972) narrative text analysis theory, Roland Barthes' (1975) narrative text analysis theory. Stephen Slemon’s theory of resistance (1997) and Hélène Cixous’s concept of Écriture Féminine (1975) are also used to support analysis. The results of the analysis show that most female figures manage to show resistance at the first level in the private sphere and at an advanced level in the public sphere, especially in the ambitious women’s group. Apart from this, the specificity of resistance is also presented through writing, the use of a point of view, intertextual elements, and various forms of resistance, namely active, passive and secret."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitri
"Setiap laki-laki atau perempuan memiliki peran yang dapat memberi pengaruh. Dalam penelitian ini, penulis melihat pengaruh peran laki-laki yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Jurnal Perempuan Menulis Tubuh. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari tokoh laki-laki yang terdapat dalam delapan cerpen Kumpulan Cerpen Jurnal Perempuan Menulis Tubuh. Penokohan yang terdapat pada cerpen umumnya dengan tokoh utama perempuan yang menjadi korban dari laki-laki. Laki-laki sebagai pelaku dalam cerpen memiliki pengaruh kepada tokoh lain dan lingkungannya. Pengaruh yang ditimbulkan dapat berupa pengaruh baik atau pun buruk. Dalam delapan cerpen yang dianalisis, tokoh laki-laki memiliki peran yang memberikan pengaruh kepada tokoh perempuan, lingkungannya dan terhadap tokoh lainnya.

Every man or woman has a role that can give influence. In this study, the author observed the influence of male's role contained in the Kumpulan Cerpen Jurnal Perempuan Menulis Tubuh. In addition, this study aimed to observe the influence arising from the male figures contained in the eight short stories in Kumpulan Cerpen Jurnal Perempuan Menulis Tubuh. Characterizations contained in generally short stories with women as the main characters who become the victims of men. Men as actors in the stories have influence to other characters and environment. The influence can be either good or bad. In eight short stories that were analyzed, the roles of male figures have give influence to female figures, environment and to other figures.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Mayasari
"Tesis ini mengkaji novel berjudul The Bell Jar, sebuah novel autobiografis yang ditulis oleh Sylvia Plath, dengan perspektif feminis. Pembahasan tesis menjawab permasalahan subjektivitas perempuan di tengah-tengah budaya patriarkal, yang mengkonstruksinya ke dalam kriteria-kriteria tertentu yang membatasi, bahkan mengopresi tubuh perempuan. Tokoh utama novel ini, Esther Greenwood, meresistensi norma-norma sosial patriarkis yang dikenakan kepada tubuh perempuan, menggunakan tubuhnya.
Analisis menunjukkan bahwa subjektivitas tubuh perempuan Esther Greenwood memiliki kompleksitas yang satins sekaligus agresif dalam meresistensi ideologi patriarki. Otoritas Esther terhadap tubuhnya ditunjukkan melalui perlakuan terhadap tubuhnya, yang memapankan subjektivitasnya sebagai perempuan. Perlakuan terhadap tubuh yang dilakukan Esther Greenwood, baik dalam hubungan seksual, upaya bunuh diri, dan merendam tubuh dengan air panas, merupakan sarkasme sebagai bentuk pertahanan dan perlawanan tubuh perempuan di tengah budaya patriarkal yang dominan di masyarakat.

This thesis analyzes Sylvia Plath's autobiographical novel entitled The Bell Jar using feminist perspective. It discusses the problem of female subjectivity in patriarchal culture, which constructs women into categories that often limits and oppresses their bodies. Esther Greenwood, the main character of this novel, constantly resists the dominant ideology implemented in social norms using her (female) body.
The analysis shows that Esther's subjectivity bears satirical complexity that functions as resistance on one hand, and her agressive struggle on the other. Esther's authority over her body is demonstrated in such a way to establish her subjectivity as a woman. This research finds her bodily acts, such as sexual intercourse, suicide attempts, and hot bath, as defense and resistance of the female body towards patriachy, as the dominant ideology.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T26003
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Fauziah Asnawi
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S14468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oom Rohmah Syamsudin
"Dunia kesusastraan Perancis tidak hanya dikuasai oleh orang-orang Perancis, melainkan diwarnai pula oleh pengarang-pengarang atau penulis-penulis luar Perancis yang memakai bahasa Perancis sebagai medianya. Hal ini berkembang terutama dalam 30 tahun terakhir ini atau tepatnya setelah tahun-tahun kemerdekaan bagi negara-negara bekas iajahan Perancis.
Negara-negara yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa pengantar atau sebagai bahasa resmi ini dikenal sebagai negara-negara Francophone. Kesusastraannya pun dikenal dengan kesusastraan Francophone, sehingga dapat dikatakan bahwa kesusastraan francophone merupakan bagian dari kesusastraan Perancis. Negara-negara yang termasuk dalam negara-negara Francophone ini adalah Belgia, Kepulauan Karibia, Guyana, Mesir, Libanon, Maghribi (Afrika Utara), Afrika hitam, Canada dan Swiss.
Dari latar belakang yang berbeda, seperti letak geografis, tradisi kebudayaan, pengalaman sejarah dan banyak hal lagi yang berbeda, muncul lah berbagai macam roman, puisi, cerita-cerita pendek, drama, yang kesemuanya mempunyai hanya satu persamaan, yaitu semuanya ditulis dalam bahasa Perancis. Hal itulah yang turut memperkaya dunia kesusastraan Perancis saat ini.
Dari sekian banyaknya negara-negara Francophone yang turut mewarnai dunia kesusastraan Perancis, saat ini yang lebih banyak menunjukkan kemajuan atau banyak dibicarakan orang karena kemajuan mereka, mengingat keterlambatan mereka meraih kemerdekaannya, adalah kesusastraan yang berasal dari Afrika, baik Afrika hitam maupun Afrika utara atau yang lebih dikenal dengan sebutan negara-negara Maghribi.
Kesusastraan Francophone mempunyai ciri--ciri khusus dari setiap negaranya, terutama den negara-negara bekas jajahan Perancis seperti negara-negara Afrika, terutama Afrika hitam atau pun dari Maghribi seperti telah dikemukakan di atas. Kebanyakan dari karya mereka masih bersifat 'ditujukan bagi orang lain'. Dalam hal ini, karya-karya mereka masih ditujukan pada orang Perancis. Karya-karya ini digunakan sebagai media untuk menarik perhatian dan bahkan untuk membalas dendam mereka pada Perancis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Nuralifah Khairunnisa
"Kemerdekaan Maroko tidak terlepas dari pengaruh kolonialisme Prancis yang telah ikut melanggengkan perbudakan dan penindasan ras. Artikel ini membahas internalisasi rasisme dalam novel Le Mariage de Plaisir karya Tahar Ben Jelloun yang terbit pada 2016 sebagai bentuk dari dampak kolonialisme Prancis. Dalam bentuk cerita berbingkai, novel ini mengungkapkan bahwa rasisme berlangsung dari generasi ke generasi dalam kawin kontrak atas nama Islam. Berdasarkan metode kualitatif, penulis menemukan adanya proses internalisasi rasisme dapat menciptakan habitus rasis pada semua ras. Dengan mengangkat rumusan masalah, bagaimana wacana rasisme dapat mengakar kuat di masyarakat dan diinternalisasikan ke dalam habitus tokoh, artikel ini bertujuan menyatakan bahwa rasis adalah sikap dan tindakan yang diperoleh melalui proses internalisasi masyarakat tanpa memandang warna kulit. Penulis menggunakan teori struktur naratif teks sastra Todorov (1985) dan konsep fokalisasi oleh Genette (1983), konsep rasisme oleh Binet (2009), serta teori praktik Bourdieu (2000). Hal tersebut mengungkapkan bahwa rasisme diaktifkan, diwariskan, dan dipertahankan dari unit sosial terkecil serta menjadikannya sebagai habitus individu.

Moroccan independence was inseparable from the influence of French colonialism which had perpetuated slavery and racial oppression. This article discusses the internalization of racism in the novel Le Mariage de Plaisir by Tahar Ben Jelloun which was published in 2016 as a result of thoughts on the impact of French colonialism. In the form of framed story, it clarifies racism continues to exist from generation to generation in marriage contract in the name of Islam. Based on qualitative methods, the authors found a process of internalization of racism can create a racist habitus in all races. By raising the formulation of the problem, how the discourse of racism can be firmly rooted in society and internalized into the habitus of characters, the aim stated that racists are attitudes and actions obtained through the process of internalizing society regardless of skin color. The author uses the theory of the narrative structure of literary texts by Todorov (1985) and focalization by Genette (1983), the concept of racism by Binet (2009), also the practical theory of Bourdieu (2000). It reveals that racism is activated, inherited, and maintained from the smallest social unit as well making it an individual habitus"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Aninditari Larascintya Habsari
"Skripsi ini menyajikan representasi tubuh perempuan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami, sebagai suatu analisis kriminologi feminis tentang kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kritik sastra feminis, serta analisis naratif dan appropriasi sebagai instrumen untuk membedah muatan-muatan kriminologis dalam teks penelitian. Melalui penelitian skripsi ini, peneliti hendak menunjukkan bahwasanya perempuan yang berupaya untuk melakukan refleksi, dekonstruksi, dan rekonstruksi wacana patriarkal, serta menyadari bahwa dirinya tidak luput dari kemungkinan menjadi korban patriarki adalah seorang subjek atas tubuhnya sendiri. Pengakuan Eks Parasit Lajang memperlihatkan bahwa pendefinisian tubuh dan hasrat seksual perempuan, serta eksistensi mitos keperawanan dan perkawinan merupakan sebuah kejahatan tidak kasat mata yang menjadikan perempuan sebagai abjek dalam tatanan masyarakat di Indonesia.

This undergraduate thesis explain representation of womens body in Ayu Utamis novel, Pengakuan Eks Parasit Lajang as an analysis of feminist criminology about violence againts women. This research uses an analysis of feminist literature critique method, and narrative analysis, and appropriation as an instrument to elaborate criminological content in the text. Through this undergraduate thesis, researcher hope to show that the women who tried to gain reflection deconstruction patriarchal discourse reconstruction, and the character in this novel realized thet she does not escape from the possibility of being a patriarchy victim is a subject of her own body. Pengakuan Eks Parasit Lajang showed that the definition of body and womens sexual desire, also the myth existence of virginity and marrige is an invinsible crime that made women became an abject in the sosial structure of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nethania Dinari Ramadhani
"Diskriminasi ras sudah menjadi permasalahan yang mendarah daging terhadap antara imigran Maghribi dan lingkungan sosial di Prancis. Permasalahan ini menimbulkan kesenjangan sosial di antara hubungan keduanya. Imigran Maghribi atau imigran yang berasal dari Afrika Utara merupakan salah satu kelompok imigran terbesar di Prancis. Melalui perbedaan budaya serta nilai dengan Prancis, hal ini menyebabkan diskriminasi dan segregasi sosial dari masyarakat Prancis terhadap mereka. Dalam proses beradaptasi dengan lingkungan baru, para imigran Maghribi mengalami sering kali mengalami krisis identitas. Kehadiran permasalahan krisis identitas kultural ini hadir dalam salah satu karya penulis Maroko terkenal, yakni Tahar Ben Jelloun dengan judul novel Au Pays (2009). Au Pays mengungkap kesenjangan sosial yang terjadi terhadap para imigran Maghribi di Prancis. Artikel ini berfokus pada permasalahan krisis identitas kultural yang dialami oleh para imigran Maghribi dalam novel Au Pays dengan menekankan pada kesenjangan sosial lingkungan Prancis serta ambivalensi identitas kultural para imigran. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kesenjangan sosial di Prancis yang dipicu secara signifikan oleh permasalahan krisis identitas kultural yang dialami oleh dua generasi imigran Maghribi. Artikel ini menganalisis bagaimana keberpihakan penulis di dalam cerita menunjukkan adanya realita kesenjangan sosial bagi para imigran Maghribi. Artikel ini menggunakan teori analisis teks naratif Roland Barthes (1966), konsep pascakolonialisme Homi K. Bhabha (1994), dan konsep identitas kultural Stuart Hall (1996). Artikel ini menyimpulkan bahwa permasalahan identitas kultural yang dialami dua generasi imigran Maghribi diungkap melalui kesenjangan sosial di lingkungan sosial Prancis serta sudut pandang penulis dalam menghasilkan karyanya

Racial discrimination has been a deep-rooted problem among the Maghreb immigrants and the local society in France. It provokes the lack of social equality of their relations. One of the largest numbers of immigrant groups in France came from North African immigrants or commonly classified as the Maghreb immigrants. Due to the fact they have distinct values and culture with France, it led to discrimination and segregation from local people to them. For the purpose of possessing self-adaptation in the alien country, the Maghreb immigrants faced a cultural identity crisis oftenly. The existence of a cultural identity crisis issue is shown in one of the influential and active Moroccan writers, Tahar Ben Jelloun’s works, namely as Au Pays (2009). Au Pays reveals a miserably inequality society with the Maghreb immigrants in France. This article focuses on a cultural identity crisis faced by the Maghreb immigrants in Au Pays, outlining a state of inequality society in France and also the immigrants’ cultural identity ambivalence. This paper aims to highlight the inequality society in France provoked significantly a cultural identity problem experienced by two generations of the Maghreb immigrant characters. This paper analyzes how the writer’s mannerism shows the Maghreb immigrants’ unfortunate reality while surviving in the unequal French society using Roland Barthes (1966)’s narrative text analysis, the post-colonial theory by Homi K. Bhabha (1994) and the cultural identity concept by Stuart Hall (1996). The paper concludes that the cultural identity problem experienced by two generations of the Maghreb immigrants’ is disclosed on the basis of the inequality in French society and the author’s point of view in producing his work."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nuraini
"Perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak-haknya sebagai manusia merupakan perjuangan yang tidak kenal henti, karena dalam perkembangan peradaban yang sangat pesat ini, apapun mungkin dapat terjadi. Termasuk pengeksploitasian perempuan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, terutama yang bersifat mendukung kekuasaan yang selama ini didominasi oleh kaum laki-laki. Hal ini berkaitan erat dengan nilai-nilai tradisional dan budaya yang dikuasai oleh kaum laki-laki yang disebut dengan budaya patriarkat. Salah satu daerah di Indonesia yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya adalah Bali. Selain budaya patriarkat, sistem kasta juga tumbuh dengan subur di Bali. Tema seperti ini diangkat ke dalam sebuah novel oleh wanita pengarang yang berasal dart Bali bernama ?ka Rusmini. Novel tersebut berjudul Tarian Bumi. Pola pikir, perilaku dan perbuatan para tokoh di dalam novel ini dipengaruhi oleh sistem kasta, dan tentunya didukung oleh budaya patriarkat Bali. Bila dipandang melalui pola sebab-akibat, sistem kasta menjadi penyebab utama timbulnya konflik dalam kehidupan para tokoh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kehidupan tokoh-tokoh perempuan di dalam Tarian Bumi. Dengan mengetahui gambarannya, dapat dilihat pengaruh yang mereka dapat dari kasta dan budaya patriarkat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Penelitian deskriptif_-analitis terhadap novel dilakukan dengan menggunakan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik yang terkait dengan konsep gender. Budaya patriarkat di Bali telah memperhitungkan supaya akibat pernikahan beda kasta yang mengakibatkan terjadinya peristiwa naik dan turun kasta seorang perempuan tetap saja membuat posisi laki-laki berada di atas perempuan. Peraturan tersebut seperti ingin mengatakan bahwa semuanya harus berpusat pada laki-laki. Jadi perempuan yang harus mengikuti apa yang menjadi keputusan laki-laki (pusat) . Adanya sistem kasta di Bali membuat kaum perempuan menjadi tersiksa. Perempuan bangsawan maupun sudra akan tetap menjadi pihak yang kalah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Keberanian mereka untuk keluar dari pakem memang merupakan suatu kemajuan bagi perempuan. Akan tetapi, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk kepada sistem kasta itu sendiri. Setelah membaca dan memahami hasil dari analisis penelitian, maka disimpulkan bahwa budaya patriarkat di Indonesia bersumber dari beberapa aspek yaitu aspek sosiologis yang mencakup pembagian kerja dan fungsi dalam masyarakat, dan aspek kebudayaan yang mencakup feodalisme dan ajaran agama, tradisi atau adat. Dari sini dapat dilihat bahwa kedua aspek tersebut sangat menentukan bisa atau tidaknya kesetaraan gender dicapai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>