Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indarto
"Perkiraan aliran dasar (baseflow) sangat dibutuhkan untuk manajemen sumberdaya air. Penelitian bertujuan untuk kalibrasi, validasi dan evaluasi kinerja dari tiga metode pemisahan aliran dasar. Dua outlet DAS Brantas yang terletak di Kertosono (luas = 6414,2 km2) dan di Ploso (Luas = 8844,2 km2) digunakan untuk penelitian. Penelitian menguji tiga metode pemisahan berbasis grafis digital, yaitu metode: minimum-local, fixed-interval dan slidinginterval. Metodologi terdiri dari (1) inventarisasi data, (2) pengolahan data, (3) kalibrasi, (4) validasi, dan (5) evaluasi kinerja. Data debit harian dipisahkan menjadi dua periode, tahun 1996 - 2005 untuk kalibrasi dan tahun 2006 – 2015 untuk validasi. Pertama, setiap metode diuji tiap tahun dengan memasukkan nilai parameter melalui trial and error. Dalam hal ini, periode dari bulan Juli sampai September diasumsikan sebagai puncak musim kemarau dan digunakan untuk mengkalibrasi model. Nilai optimal parameter untuk periode kalibrasi = rerata nilai tiap tahun. Kedua, nilai parameter optimal dari periode kalibrasi kemudian digunakan untuk menguji kinerja model pada periode validasi. Selanjutnya, analisis statistik digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan kinerja model selama periode kalibrasi dan validasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua metode dapat digunakan dan menunjukan kinerja yang baik. Kinerja terbaik menggunakan metode minimum-lokal."
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
551 JSDA 16:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Singgih Anditya Bagaskara
"Sub DAS Cisangkuy adalah salah satu Sub-DAS dari DAS Citarum bagian hulu yang terletak di Kabupaten Bandung. Sub DAS Cisangkuy merupakan penyangga utama untuk memenuhi kebutuhan air bagi Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Namun demikian, pada umumnya masyarakat setempat cenderung membuka lahan pada lereng di sekitar Sub-DAS Cisangkuy guna dialih fungsikan untuk keperluan pertanian. Meskipun pembukaan lahan tersebut bermaksud memberdayakan lahan tetapi secara tidak disadari menaikkan kekritisan lahan dan membahayakan penduduk setempat maupun penduduk di bagian hilir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi lahan di Sub-DAS Cisangkuy serta menetapkan tingkat prioritas pemulihan pada Sub-DAS Cisangkuy. Penelitian ini menggunakan acuan penetapan kriteria pemulihan DAS oleh Departemen Kehutanan yang terbagi menjadi tiga kriteria yakni Persentase Lahan Kritis, Persentase Tutupan Vegetasi, serta Indeks Erosi. Proses pengolahan dan analisis data hingga pemetaan menggunakan aplikasi ArcGIS. Hasil Akhir pengolahan merupakan sebaran klasifikasi pemulihan yang terbagi menjadi dua kategori, yakni ‘Wilayah yang Dipertahankan’ serta ‘Wilayah yang Dipulihkan’ Adapun hasil penelitian adalah Persentase Lahan Kritis Sub-DAS Cisangkuy sebesar 87,65% merupakan kategori ‘Tidak Kritis’ sehingga terklasifikasi ‘Sangat Rendah’, Persentase Tutupan Vegetasi sebesar 63,72% merupakan kategori ‘Vegetasi’, serta Indeks Erosi menunjukkan nilai 0.75 yang terkategori rendah. Dengan menggunakan persamaan linier, didapat hasil 49,8% merupakan ‘Wilayah yang Dipertahankan’, sementara 50,2% merupakan ‘Wilayah yang Dipulihkan’.

The Cisangkuy Sub-watershed is one of the sub-watersheds of the upper Citarum watershed located in Bandung Regency. The Cisangkuy Subwatershed is the main buffer to fulfill the water needs of Bandung City and Bandung Regency. However, in general, local communities tend to clear land on the slopes around the Cisangkuy Sub-watershed for agricultural purposes. Although the land clearing is intended to empower the land, it unconsciously increases land criticality and endangers local residents and residents downstream. The purpose of this research is to analyze the condition of land in the Cisangkuy Sub-watershed and determine the priority level of recovery in the Cisangkuy Sub-watershed. This research uses the reference of the determination of watershed recovery criteria by the Ministry of Forestry which is divided into three criteria, namely the Percentage of Critical Land, Percentage of Vegetation Cover, and Erosion Index. Data processing and analysis to mapping using ArcGIS application. The final result of the processing is the distribution of recovery classifications which are divided into two categories, namely 'Maintained Areas' and 'Restored Areas' The results of the study are the Percentage of Critical Land in the Cisangkuy Sub-Watershed of 87.65% is the 'Non-Critical' category so that it is classified as 'Very Low', the Percentage of Vegetation Cover of 63.72% is the 'Vegetation' category, and the Erosion Index shows a value of 0.75 which is classified as low. By using a linear equation, the results show that 49.8% is the 'Maintained Area', while 50.2% is the 'Restored Area'."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Iman Anshori, compiler
Jakarta: PT Mediatama Saptakarya, 2017
333.91 IMA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zulvickar
"Kabupaten Sumbawa Barat menjadi kawasan andalan bagi Provinsi NTB dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan industri yang terus meningkat. Proyeksi kebutuhan air dari sektor industri pada tahun 2037 menyentuh angka 13,56 juta liter per hari. Sesuai regulasi, pemenuhan kebutuhan air bersih bagi sektor industri harus menggunakan akuifer dengan kedalaman lebih dari 40 meter. Untuk mengidentifikasi lapisan batuan terkait potensi air tanah digunakan metode geolistrik 2D. Lima lintasan geolistrik diukur menggunakan resistivitas meter dengan konfigurasi Wenner-Schlumberger, jarak elektroda 15 meter dan panjang masing-masing jalur 705 meter. Lapisan akuifer dengan kedalaman lebih dari 40 meter diduga berupa pasir lempungan dan breksi lapuk yang tersaturasi dengan kisaran resistivitas 0-30 Ωm dengan batas nir akuifer berupa breksi segar. Akuifer ditemukan pada semua lintasan dengan lintasan 3 menjadi daerah paling prospektif. Titik rekomendasi pengeboran berada tepat di lintasan 3 bagian Barat Daya.

West Sumbawa Regency is a mainstay area for NTB Province with population growth and industrial growth that continues to increase. The projected water demand from the industrial sector in 2037 will reach 13.56 million liters per day. According to regulations, the fulfillment of clean water needs for the industrial sector must use aquifers with a depth of more than 40 meters. To identify rock layers related to groundwater potential, the 2D geoelectric method is used. Five geoelectric lines were measured using a resistivity meter with a Wenner-Schlumberger configuration, the electrode distance was 15 meters and the length of each line was 705 meters.. The aquifer layer with a depth of more than 40 meters is assumed to be clay sand and weathered breccia which are saturated with a resistivity range of 0-30 m with the non-aquifer boundary in the form of fresh breccia. Aquifers were found in all paths with path 3 being the most prospective area. The drilling recommendation point is right on track 3 of the Southwest section."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Andrianah
"Pada abad ke-18, Kota Batavia mengalami permasalahan air seperti pencemaran sungai dan kekurangan sumber air bersih. Penyebabnya adalah faktor alam seperti daerah Batavia yang pada dasarnya merupakan area rawa dan erupsi Gunung Salak pada tahun 1699. Selain itu, ada faktor manusia seperti pembuangan limbah, sampah dan kotoran oleh penduduk ke Sungai Ciliwung serta masifnya pembangunan pabrik tebu di masa itu. Pemerintah Kota Batavia berusaha mengatasi permasalahan ini dengan membuat sistem saluran air yang dapat menampung dan mengalirkan air bersih atau waterleiding. Salah satu hasil pembangunan tersebut yaitu temuan waterleiding yang berada di Jalan Pintu Besar Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang struktur waterleiding di Jalan Pintu Besar Selatan. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data. Hasilnya adalah bentuk bak penampungan air adalah jajar genjang dan pipa terakota berbentuk bundar atau silinder. Pipa terakota dilindungi dengan bata kuning dan bata merah. Fungsi waterleiding adalah untuk menyalurkan air tawar di Kota Batavia, memenuhi kebutuhan air bersih pada masa tersebut.

In the 18th century, Batavia experienced water problems such as river pollution and a lack of clean water sources. The causes are natural factors such as the Batavia area which is basically a swamp area and the eruption of Mount Salak in 1699. Apart from that, there are human factors such as the dumping of waste, rubbish and dirt by residents into the Ciliwung River and the massive construction of sugar cane factories at that time. The Batavia City Government is trying to overcome this problem by creating a water channel system that can accommodate and distribute clean water or water flow. One of the results of this development is the discovery of water leiding which is located on Jalan Pintu Besar Selatan. This research aims to find out about the waterleiding structure on Jalan Pintu Besar Selatan. The methods used are data collection, data processing, data analysis, and data interpretation. The result is that the shape of the water reservoir is parallelogram and the terracotta pipe is round or cylindrical. Terracotta pipes are protected with yellow bricks and red bricks. The function of waterleiding is to distribute fresh water in the City of Batavia, meeting the need for clean water at that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virly Ferliani Aswirta
"Kota Metro merupakan salah satu kota dengan tingkat pelayanan air perpipaan yang rendah (5,05%), sehingga sebagian besar masyrakatnya menggunakan air tanah dengan sistem self-supply. Akan tetapi, keamanan sistem sumber self supply saat ini menjadi isu di masyarakat. Metode continuous monitoring dari April – Oktober 2021 melalui telepon setiap bulan dilakukan untuk membantu penilaian tingkat layanan air minum. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis variabilitas sumber air bersih dan air minum, menganalisis variabilitas tingkat pelayanan air minum yang dipersepsikan aman, menganalisis variabilitas biaya operasional dan pengelolaan layanan sumber air minum di rumah tangga, dan menganalisis intervensi pengolahan air minum di rumah tangga untuk meningkatkan kualitas air minum. Analisis dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dan software SPSS 24 untuk uji Regresi Logistik Biner. Hasil menunjukkan 97% sumber air masyarakat Kota Metro adalah sumber air self-supply, yang didominasi oleh sumur gali tak terlindungi milik pribadi (45% sumber air bersih dan 30% sumber air minum). Berdasarkan persepsi rumah tangga (keamanan, rasa, penampilan, bau, keandalan, dan ketersediaan air minum), air isi ulang dan air kemasan memiliki tingkat keamanan paling konsisten selama 6 bulan survei (100%). Sistem non-self-supply diketahui lebih aman dari sistem self-supply dengan persentase 98% dan 95%. Variabel kejadian banjir diketahui signifikan terhadap penilaian tingkat pelayanan sumber air minum yang dipersepsikan aman dengan peluang 0,059 kali dalam mempengaruhinya. Rata-rata biaya yang dibutuhkan untuk maintenance mesin pompa adalah Rp 683.750,00 dan untuk maintenance lainnya (pipa, kran air, dll) sekitar Rp 85.833,00 per rumah tangga. Sedangkan biaya yang dihabiskan oleh 1 rumah tangga dalam 1 minggu untuk air isi ulang adalah sekitar Rp 19.751,00, sedangkan untuk air kemasan sekitar Rp 40.986,00. Variabel yang mempengaruhi biaya air minum adalah pengolahan air dengan perebusan yang berpeluang 0,029 kali. Berdasarkan persepsi rumah tangga, masalah sumber air minum yang paling banyak terjadi pada sumber air baku adalah penampilan (29,4%) dan bau (28,3%), serta kadar E.coli (72%) pada air minum. Dengan demikian, dibutuhkan intervensi strategi pengolahan air minum untuk mengatasi permasalahan yang ada dan meningkatkan kualitas air minum. Adapun intervensi pengolahan air minum yang direkomendasikan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah Slow Sand Filter (SSF) dengan media tambahan berupa Granular Activated Carbon (GAC) serta unit disinfeksi sinar UV.

Metro City is one of the cities with a low level of piped water service (5,05%), so that most of the people use groundwater with a self-supply system. However, the safety of the self-supply source system is currently an issue in society. A continuous monitoring method from April – October 2021 by telephone every month was carried out to help assess the level of drinking water services. The purpose of this study are to analyze the variability of clean water and drinking water sources, to analyze the variability of the level of drinking water services that are perceived as safe, to analyze the variability of operational and maintenances costs of drinking water facility in households, and to analyze the intervention of drinking water treatment in households to improve the quality of drinking water. The analysis was carried out using descriptive statistical analysis and SPSS 24 software for the Binary Logistics Regression test. The results show that 97% of Metro City's water sources are self-supply water sources, which are dominated by private unprotected dug wells (45% for clean water sources and 30% for drinking water sources). Based on household perceptions (safety, taste, appearance, smell, reliability, and availability of drinking water), refill and bottled water had the most consistent level of safety during the 6 months of the survey (100%). Non-self-supply systems are known to be safer than self-supply systems with a percentage of 98% and 95%, respectively. The flood incident variable is known to be significant to the assessment of the service level of drinking water sources that are perceived as safe with a 0,059 times chance of influencing it. The average cost required for pump engine maintenance is Rp 683.750,00 and for other maintenance (pipes, water faucets, etc.) it is around Rp 85.833,00 per household. Meanwhile, the cost spent by 1 household in 1 week for refill water is around Rp 19.751,00, while for bottled water it is around Rp 40.986,00. The variable that affects the cost of drinking water is water treatment by boiling which has a chance of 0.029 times. Based on household perceptions, the most common drinking water source problems that occur in raw water sources are appearance (29,4%) and smell (28,3%) and E.coli (72%) in drinking water. Thus, intervention strategies for drinking water treatment are needed to overcome existing problems and improve drinking water quality. The recommended drinking water treatment intervention to solve this problem is the Slow Sand Filter (SSF) with additional media in the form of Granular Activated Carbon (GAC) and UV disinfection unit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sidabutar, Noni Valeria
"Air adalah kebutuhan pokok manusia yang jumlahnya akan bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia. Sumber air baku Jakarta berasal dari Waduk Jatiluhur melalui Saluran Tarum Barat. Mutu air baku PAM Jakarta tercemar karena kegiatan antropogenik, padahal air baku yang akan digunakan seharusnya memenuhi baku mutu. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis mutu air, kegiatan antropogenik di pinggir sungai yang menyebabkan penurunan kualitas air sungai dan menentukan strategi pemulihan air baku Jakarta. Pendekatan penelitian kuntitatif dan menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian, yaitu rata-rata mutu air pada 8 titik pemantauan dengan metode STORET tahun 2011-2015, yaitu: (-50), (-53), (-53), (-52), dan (-53), sehingga masuk kategori cemar berat. Berdasarkan IP tahun 2011-2015 rata-rata (4,117), (5,04), (5,341), (4,542), dan (4,831), sehingga air masuk kategori cemar ringan dan sedang. Kegiatan antropogenik di pinggir sungai, yaitu kegiatan MCK, membuang air limbah cair di badan sungai, membuang sampah, dan lainnya. Kesimpulannya adalah air Saluran Tarum Barat tercemar karena kegiatan antropogenik masyarakat di sepanjang pinggir sungai.

The needs of clean water will increase in line with growth of human population. Currently, the main source of Jakarta?s raw water comes from Jatiluhur that flowed through West Tarum Channel. The water is polluted by anthropogenic activities, whereas raw water should fulfill first class of water quality. The aim of this study was to analyze the water quality status and anthropogenic activities on the riverbank which affect river?s water quality deterioration, and find the proper strategies to clean raw water in Jakarta. This research uses a quantitative research approach with mix-method.
The results of this research, using water quality of STORET method in 2011-2015 with the average in 8 monitoring samples are (-50), (-53), (-53), (-52), and (-53). They are classified as heavily polluted. Based on years of pollution index method in 2011-2015 had an average (4.117), (5.04), (5.341), (4.542), and (4.831), so that the water classified as light to lightly- and moderately-polluted. Anthropogenic activities along the riverbank, which are bathing, washing, and latrine activities, discharging domestic wastewater into river body, littering to the river, and others affect the the water quality of the river. The conclusion from this research is that the water in the West Tarum Channel has been contaminated by anthropogenic activities along the riverbank.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P. Insap Santosa
Yogyakarta: Andi, 1994
006.67 INS g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>