Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mistiyani
"Penggunaan pesawat terbang tanpa awak (PTTA) untuk keperluan militer di Indonesia sampai saat ini hanya difokuskan pada pemantauan, pengintaian dan pemetaan di wilayah kompartemen perbatasan. Dalam pengembangannya ke depan, PTTA perlu disesuaikan dengan kebutuhan operasi dan misi yang lebih luas. Untuk itu, dalam tulisan ini akan dibahas kebutuhan-kebutuhan operasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan PTTA untuk keperluan pertahanan."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertahanan RI, 2022
355 JIPHAN 8:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Fadri
"Pesawat terbang tanpa awak PTTA akan sangat bermanfaat bagi Indonesia. Jika PTTA dapat dirancang dan dikembangkan dengan baik, PTTA dapat diberikan tugas seperti pengawasan pada wilayah perbatasan dan hutan. PTTA diharapkan berukuran kecil dengan panjang fuselage 1 m, lebar sayap 1 m, berat 1 ndash; 2 kg, dan biaya < Rp 3.500.000,-. Untuk dapat membuat PTTA, digunakan 7 langkah mendesain pesawat, yaitu parameter persyaratan desain pesawat, perkiraan awal berat pesawat, parameter performa kritis pesawat, konfigurasi rancangan, perkiraan berat yang lebih baik, analisa performa, dan optimalisasi. Prototipe dari PTTA berhasil dibuat dan memenuhi persyaratan dengan panjang fuselage 0,93 m, lebar sayap 0,958 m, berat 1,016 kg, biaya Rp 3.349.000,- dan telah divalidasi terhadap performa desain PTTA yang telah ditetapkan sebelumnya.

Unmanned aerial vehicle UAV would be very useful for Indonesia. When UAV is properly designed and developed, it would bring tasks such as border and forest surveillance into the next level. UAV was expected has a small size with fuselage length 1 m, wingspan 1 m, weight 1 ndash 2 kg, and cost Rp 3.500.000, . To be able to create a UAV, 7 steps are use to design the aircraft, which are requirement, weight of the airplane, critical performance parameters, configuration layout, better weight estimate, performance analysis, and optimization. The prototype of UAV was successfully made and fulfilled the requirements with a fuselage length 0,93 m, wingspan 0,958 m, weight 1,016 kg, cost Rp 3.349.000, and has been validated with pre determined of UAV design performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Harits Ariyawan
"Alat utama system senjata merupakan bagian integral sistem pertahanan karena menentukan seberapa besar kekuatan militer yang dimiliki suatu Negara. Pesawat udara merupakan satu diantara alutsista yang ikut menentukan tingkat kesiapan tempur TNI dalam mewujudkan Ketahanan Nasional melalui operasi-operasi maupun latihan-latihan. Namun hal tersebut nampaknya masih terkendala karena beberapa alasan, satu diantaranya yaitu berkurangnya kesiapan alutsista dari tahun ke tahun akibat kecelakaan. Dampak peningkatan angka kecelakaan pesawat terbang militer terutama pada kurun waktu 10 tahun terakhir berbanding lurus dengan penurunan Kesiapan Tempur yang dimiliki TNI, terutama TNI AU. Oleh karena itu pencegahan kecelakaan pesawat sangat penting dilakukan dalam rangka meningkatkan kesiapan tempur atau paling tidak mempertahankan kesiapan tempur TNI AU.
Penelitian ini dilakukan terhadap kecelakaan pesawat terbang militer dan selanjutnya dikhususkan terhadap helikopter yang dioperasionalkan dan diawaki oleh personel Lanud Atang Sendjaja selama kurun waktu tahun 2000-2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif - Analitik dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data menggunakan metode statistik, DEMATEL dan ANP. Dari perhitungan nilai-nilai tersebut melalui software super decision diperoleh bobot prioritas atribut yang paling besar adalah training bagi awak pesawat. Oleh karena itu strategi yang perlu dilakukan adalah pemenuhan fasilitas yang belum dimiliki, peningkatan jam terbang latihan serta menetapkan jam terbang minimal yang dipersyaratkan dalam setiap pencapaian kualifikasi tertentu bagi awak pesawat, menambah jam terbang melalui training simulator dan mengoptimalisasi diklat bagi teknisi pesawat.

Main equipment of weapon system is part of integral defence system because determining how big strength of military owned by a country. Military aircraft is one of main equipment of weapon system which determine storey readiness of combating Indonesian Armed Forces in realizing National Resilliance through operations and also practices. But the thing likely still be burdened by some reasons, one between it is the lessen of readiness of alutsista from year to year as result of accident. Improvement impact of accident number of military aircraft especially at last range of time 10 years compared to straight with degradation of Combat Readiness owned by Indonesian Armed Forces, especially Indonesian Air Force. Therefore accident prevention of military aircraft of vital importance is done for the agenda of increasing readiness of combating or at least maintaining readiness of combating Indonesian Air Force.
This research done to accident of military aircraft and hereinafter is majored to helicopter operational and manned by personel Lanud Atang Sendjaja during range of time the year 2000-2010. Method applied in this research is method Deskriptif - Analytic with quantitative and qualitative approach. Data processing applies statistical methods, DEMATEL and ANP. From calculation the values through super software of decision is obtained the biggest attribute priority wight is training for air crew. Therefore strategy that need to be done is accomplishment of facility which has not been owned, improvement of hour flies practice and specifies hour to fly minimizing qualifyed in every attainment of certain qualification for air crew, adds hour to fly through training simulator and optimize practice for aircraft technician.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29678
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gagat Riano
"Menemukan suatu lokasi dimana fasilitas akan dibangun merupakan salah satu faktor penting dalam proses perencanaan bisnis maupun militer. "
Yogyakarta: Akademi Angkatan Udara, 2021
050 JDST 10:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Danartomo Kusumoaji
"Perkembangan penelitian untuk pesawat tanpa awak mulai banyak dilakukan. Penggunaan pesawat tanpa awak sangat beragam seperti contohnya dari sekedar hobi bermain menerbangkan pesawat tanpa awak dengan menggunakan remote control hingga penggunaan pesawat tanpa awak untuk keperluan fotografi udara. Manfaat atau penggunaan dari pesawat tanpa awak bisa disebut sebagai sebuah misi. Misi dari suatu pesawat menjadi acuan awal untuk melakukan proses perancangan atau desain. Dari misi pesawat tersebut didapatkan sejumlah persyaratan tertentu yang harus bisa dipenuhi oleh desain pesawat itu sendiri.Pada tahap desain konseptual pesawat akan diawali dengan penentuan sejumlah persyaratan yang akan menjadi titik acuan dalam proses tahapan perancangan. Kemudian setelah persyaratan misi pesawat telah ditentukan maka proses selanjutnya adalah penentuan berat pesawat. Dari penentuan berat pesawat ini maka akan didapatkan data awal untuk menentukan luas sayap yang berfungsi untuk dapat menghasilkan gaya angkat. Kemudian akan diperhitungkan juga berapa besar tenaga yang dibutuhkan unutk dapat mendorong pesawat tersebut. Ukuran badan pesawat akan diperhitungkan dengan memperkirakan kebutuhan muatan yang akan dibawa didalam badan pesawat. Dimensi ekor pesawat akan ditentukan dengan memperkirakan besarnya momen yang terjadi untuk mengembalikan sikap pesawat pada posisi semula. Hasil akhir dari desain konseptual adalah sebuah tampilan konsep pesawat dalam tiga tampilan gambar. Dari hasil konsep desain pesawat tanpa awak tersebut selanjutnya akan dilakukan analisis awal yang meliputi pengujian model dalam perangkat lunak XFLR5 dan pengujian model dalam terowongan angin subsonik. Dari hasil pengujian adalah pemenuhan terhadap persyaratan prestasi terbang yang pada fase jarak take off, rate of climb,jarak landing dan jarak tempuh terbang sudah dapat memenuhi persyaratan misi yang telah ditentukan namun untuk prestasi terbang kecepatan stall belum dapat terpenuhi.

Research developments for unmanned aircraft have been made. The use of unmanned aircraft is very diverse as for example from a hobby of flying unmanned aircraft by using the remote control until the use of unmanned aircraft for the purposes of aerial photography. The benefits or use of an unmanned aircraft may be referred to as a mission. The mission of a plane becomes the initial reference for the design or design process. From the mission of the aircraft is obtained a number of certain requirements that must be met by the design of the aircraft itself. In the conceptual design stage the aircraft will begin with the determination of a number of requirements that will be the reference point in the design stage process. Then after the aircraft mission requirements have been determined then the next process is the determination of the aircraft weight. From the determination of this aircraft weight will be obtained preliminary data to determine the area of the wing that serves to produce lift. Then will also be taken into account how much energy needed to be able to push the plane. The size of the fuselage will be calculated by estimating the need for the load to be carried inside the fuselage. The tail dimension of the aircraft will be determined by estimating the magnitude of the moment to restore the aircraft 39 s original position. The final result of the conceptual design is a concept airplane display in three display images. From the results of the draft concept of unmanned aircraft will then be conducted preliminary analysis which includes model testing in XFLR5 software and model testing in subsonic wind tunnel. From the test results is the fulfillment of the requirements of the achievement of the fly in the phase of the distance take off, rate of climb, landing distance and range of flying can meet the requirements of the mission that has been determined but for the achievement of flying stall speed can not be achieved.Keywords conceptual design unmanned aircraft wind tunnel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Ari Wandono
"Pesawat terbang tanpa awak (PTTA) telah banyak digunakan pada hampir seluruh negara di dunia baik untuk kebutuhan sipil maupun militer. LSU-02 NGLD (LAPAN Surveillance Unmanned Aerial Vehicle-02 Next Generation Low Drag) adalah contoh PTTA yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) LAPAN berdasarkan permintaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). LSU-02 NGLD akan digunakan untuk kebutuhan sipil, yaitu untuk melakukan pemantauan di wilayah perairan laut Indonesia. Desain LSU-02 NGLD mengambil sebagian geometri dari LSU-02 yang sudah dikembangkan terlebih dahulu. LSU-02 dimodifikasi pada beberapa aspek terutama bagian sayap dan ekor. Tujuan tesis ini adalah untuk melakukan desain dan analisis struktur komposit sayap LSU-02 NGLD akibat beban operasional di wilayah perairan laut untuk memenuhi regulasi yang berlaku menggunakan model elemen hingga. Beban sayap diasumsikan merupakan beban statik yang terdistribusi sepanjang setengah sayap menggunakan metode Schrenk. Pada model elemen hingga, sayap dimodelkan menggunakan elemen quad4 dengan kondisi batas berbentuk pin pada lokasi dimana baut akan digunakan untuk menggabungkan sayap dengan fuselage. Verifikasi, validasi dan tes konvergensi diikutsertakan untuk mendapatkan hasil yang baik dari penggunaan model elemen hingga. Analisis kekuatan dilakukan dengan menggunakan tiga subkasus yaitu menggunakan load factor 6.29, load factor 3.8 dan load factor -2.65. Hasil dari margin of safety, displacement dan buckling factor pada load factor 6.29 berturut-turut adalah 0.00562, 161 mm dan 0.88. Hasil dari margin of safety, displacement dan buckling factor pada load factor 3.8 berturut-turut adalah 0.66, 97.1 mm 1.46. Sedangkan hasil dari margin of safety, displacement dan buckling factor pada load factor -2.65 berturut-turut adalah 0.92, -67.7 mm dan 1.18. Dari hasil-hasil tersebut dapat diketahui bahwa kekuatan struktur komposit sayap LSU-02 NGLD memenuhi regulasi yang berlaku.

The unmanned aerial vehicle (UAV) has been widely utilized all over the world for either civil or military purposes. LSU-02 NGLD (LAPAN Surveillance Unmanned Aerial Vehicle-02 Next Generation Low Drag) is a UAV developed by Aeronautics Technology Center (known as Pustekbang) LAPAN which is based on demand from Ministry of Marine Affairs and Fishery. LSU-02 NGLD will be used for sea monitoring in Indonesia. Design of LSU-02 NGLD took some geometries from LSU-02 which has been developed before. LSU-02 is modified in some aspects to support sea monitoring especially in wing and tail. The aim of this thesis is to design and analyze the composite wing structure of LSU-02 NGLD due to operational load around sea to meet the regulation using finite element model.  The load is assumed as static and distributed along semispan using Schrenk method. In finite element model, the wing is modeled using quad4 element and boundary condition uses pin in the locations where bolts will be applied to combine wing and fuselage. Verification, validation and convergence test take into account to obtain good results from finite element model application. The strength analysis was conducted with three subcases i.e. load factor 6.29, load factor 3.8 and load factor -2.65. The results about margin of safety, displacement and buckling factor at load factor 6.29 are 0.00562, 161 mm and 0.88 respectively. The results about margin of safety, displacement and buckling factor at load factor 3.8 are 0.66, 97.1 mm 1.46 respectively. The results about margin of safety, maximum and buckling factor at load factor -2.65 are 0.92, -67.7 mm and 1.18 respectively. Based on those results, the composite wing structure of LSU-02 NGLD meets the regulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Basukesti
"ABSTRACT
Tantangan utama pengembangan pesawat tanpa awak saat ini adalah daya jelajah dari pesawat tanpa awak. Salah satu penyebab terbatasnya daya jelajah adalah lemahnya sistem komunikasi antara pesawat dan ground station. dalam pennelitian ini dirancang sistem downlink data yang di integrasikan dengan kendali adaptif seingga dapat menambah daya jelajah dari pesawat tanpa awak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen untuk mendapatkan rancangan dan pilot plan sistem downlink data yang dikombinasikan dengan kendali adaptif sehingga ercipta perangkat downlink data cerdas yang dapat meningkatkan daya jelajah pesawat tanpa awak. Dari penelitian in didapatkan bahwa kalman Filter merupakan algoritma terbaik yang digunakan dalam mendesain sebuah sistem downlink adaptif."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) STTA, 2017
623 JIA 9:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Prayitno
"ABSTRAK
Dalam dunia penerbangan sipil, keselainatan penerbangan
adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi. Karena itu
perawatan pesawat terbang pada suatu airline adalah
kegiatan yang tidak dapat dihindarkan.
Kegiatan perawatan pesawat terbang adalah gabungan
kegiatan yang padat modal, padat teknologi dan padat karya
secara sekaligus. Dengan demikian kegiatan ini cukup unik
dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, karena itu
kemampuan untuk meramalkan biaya yang dibutuhkan akan
sangat menolong perencanaan baik dibidang produksi maupun
dibidang keuangan.
Biaya perawatan dapat dibagi dalam dua golongan besar
yaitu biaya langsurìg dan biaya tidak langsung (Direct dan
Indirect Cost). Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga
kerja dan biaya material.
Untuk perusahaan penerbangan di-Indonesïa seperti Garuda
Indonesia dimana sebagian besar dari suku cadang yang
diperlukan masih harus didatangkan dari luar negeri maka
untuk menjaga kesinambungan operasi harus mempunyai
persediaan yang cukup, dengan kata lain pengelolaan
inventory suku cadang harus baik. Besarnya inventory akan
mempunyai dampak langsung texhadap net income perusahaan.
Karena itu harus diambil kebijaksanaan yang tepat dalam
menentukan tingkat persediaan.
Untuk meramalkan kebutuhan jumlah material secara global
dapat dilakukan dengan membuat model yang dapat
menerangkan hubungan antara spesifikasi pesawat terbang
dan beberapa data operasional lainnya dengan jumlah
kebutuhan material. Terdapat beberapa metoda yang
dikembangkan oleh pabrik pesawat terbang, NASA dan badan
penerbangan lainnya, model yang dibuat berdasarkan metoda
ini adalah merupakan base line dan kemudian dibandingkan
dengan data aktual dan airline bersangkutan untuk mencari.
airline factor, sehingga model tersebut dapat digunakan
sebagai model airline tertentu. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dan perhitungan tersebut diharapkan dapat
diambil berbagai keputusan mengenai kebijaksanaan tingkat
persediaan dalam sistem inventory untuk mendukung operasi.
perawatan pesawat terbang pada suatu airline.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Harly
"Pesawat terbang tanpa awak jenis medium altitude long endurance MALE adalah jenis pesawat terbang yang didesain untuk dapat terbang tanpa awak pada ketinggian 15.000-30.000 kaki diatas permukaan laut dan dapat terbang dalam durasi 24-48 jam. Hubungan antara lift dan drag disebut drag polar. Drag yang dicari terdiri dari zero-lift drag dan induced drag. Zero-lift drag dapat dicari dengan menggunakan perhitungan empiris dengan metode Roskam. Induced drag dapat dicari dengan menggunakan simulasi pada software VLAERO. Hasil yang diperoleh dari simulasi yang dilakukan masih terdapat error yang berkisar antara -32,85 sampai 28,7. Faktor koreksi yang dihasilkan untuk perhitungan zero-lift drag adalah 19,07. Sedangkan komponen yang menghasilkan drag terbesar adalah landing gear.

Medium Altitude Long Endurance Unmanned Aerial Vehicle MALE UAV is a kind of UAV which is designed for unmanned flight on altitude 15.000 30.000 feet on sea level and can fly on 24 48 hours duration. Drag that need to be found consist of zero lift drag and induced drag. Zero lift drag is calculated by empirical calculation by using Roskam Method. Induced drag is calculated by simulating on VLAERO software. Errors, which is obtained from the simulation result, is between 32,85 to 28,7. Correction factor, which is obtained for zero lift drag calculation, is 19,07. The biggest drag value is produced by landing gear components."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Margaretha Tika Larasati Guritno
"Skripsi ini telah diuji pada tanggal 4 Agustus 2004 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Program Studi Prancis, di hadapan Panitia Ujian yang terdiri atas: Ari A. Harapan M. Hum, Dr. J. Kadjat Hartojo, dan Renny S. Azwar M. A. Skripsi ini merupakan hasil penelitian mengenai perkembangan pesawat Concorde sejak masih berupa gagasan, lalu realisasi gagasan tersebut, bagaimana pengoperasiannya secara komersial, apa saja dampak serta maknanya terhadap masyarakat, hingga penghentian operasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan sejarah pesawat Concorde, yaitu sejak gagasan mengenai pesawat komersial supersonik muncul di Prancis dan di Inggris pada akhir tahun 1950-an, hingga akhir pengoperasian pesawat Concorde pada tahun 2003. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pesawat Concorde bukan hanya sebuah prestasi dalam aeronautika Prancis maupun Inggris karena teknologi masa depan yang dimilikinya dan keberhasilan kerja sama kedua negara, tetapi Concorde juga sebuah prestise bagi kedua negara itu. Namun, masyarakat dunia harus kehilangan romansa penerbangan karena setelah 27 tahun melayani para pelanggannya dan membawa bendera Prancis dan Inggris dari Eropa ke Amerika Serikat, pengoperasian Concorde harus berakhir pada tahun 2003."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S14474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>