Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129857 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Audrie
"Alat kesehatan sekali pakai merupakan perangkat kesehatan yang dirancang untuk satu kali penggunaan pada seorang pasien setiap satu prosedur. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah rumah sakit secara internal telah melalukan pemrosesan ulang alat kesehatan sekali pakai untuk digunakan kembali. Praktik penggunaan kembali alat kesehatan sekali pakai di RSUI dilakukan dengan pemrosesan ulang di Central Sterile Supply Department (CSSD). Pemrosesan ulang tersebut melalui tahap pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi dengan prosedur lengkap. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan alat kesehatan sekali pakai pada Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Evaluasi ini penting agar dapat meminimalisir risiko penularan infeksi yang membahayakan keselamatan pasien. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif observasional dengan desain prospektif, dilakukan evaluasi terhadap fungsi dan sterilitas alat kesehatan sekali pakai yang digunakan kembali. Observasi dilakukan di CSSD dengan membagikan formulir penilaian fungsi alat kepada para pengguna alat, dan mengirimkan beberapa sampel alat untuk diuji sterilitasnya di Laboratorium Kesehatan DKI. Hasil menunjukkan dari 10 alat kesehatan sekali pakai yang di-resterilisasi menggunakan Etilen Oksida (EO), 7 alat dapat digunakan kembali sebanyak 2 kali, sementara 3 alat sisanya dapat digunakan kembali sebanyak 1 kali. Selain itu, evaluasi sterilitas menunjukkan bahwa 5 alat kesehatan sekali pakai masih steril setelah dilakukan penggunaan berulang.

Disposable medical devices are healthcare tools designed for one-time use on a patient during a single procedure. Recently, some hospitals have internally engaged in reprocessing of disposable medical devices for reuse. The practice of reusing single-use medical devices at UI Hospital is carried out through reprocessing in the Central Sterile Supply Department (CSSD). The reprocessing involves cleaning, disinfection, and sterilization following complete procedures. This study was conducted to evaluate the use of disposable medical devices at RSUI. Such evaluation is essential to minimize the risk of infection transmission that could jeopardize patient safety. Employing a descriptive observational research method with a prospective design, the evaluation focused on the functionality and sterility of the reprocessed disposable medical devices. Observations were carried out in the CSSD by distributing assessment forms for the device users and sending some device samples for sterility testing at the Health Laboratory of DKI Jakarta. The results showed that out of 10 disposable medical devices resterilized using Ethylene Oxide (EO), 7 devices could be reused twice, while the remaining 3 devices could be reused once. Additionally, the sterility evaluation indicated that 5 disposable medical devices remained sterile after repeated use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kesya Hanna Rosalie
"Pandemi COVID-19 menyebabkan peningkatan konsumsi masker sekali pakai dalam pencegahan penularan virus SARS-CoV-2 yang mengakibatkan akumulasi limbah masker sekali pakai. Polipropilena sebagai bahan utama masker membuat masker sulit untuk terurai secara alami. Larva T. molitor diketahui dapat mendegradasi berbagai jenis plastik secara fisik dan in-situ. Namun belum ada studi yang menjelaskan kemampuan degradasi masker secara ex-situ dari mikroba konsorsium saluran pencernaan larva T. molitor. Penelitian ini diawali dengan budidaya larva dengan pemberian pakan 100% masker sekali pakai sebagai dasar untuk mengevaluasi konsorsium bakteri yang digunakan untuk degradasi ex-situ. Konsorsium mikroba dari pencernaan larva diekstraksi untuk analisis metagenomik dan ditumbuhkan melalui proses fermentasi dalam Minimum Salt Media (MSM) dan potongan masker sekali pakai yang terdiri dari lapisan luar, tengah, dan dalam dengan ukuran 3 x 3 cm selama 52 hari di bioreaktor batch berukuran 500 mL. Analisis metagenomik menunjukkan keragaman mikroba yang didominasi oleh Klebsiella aerogenes, Tenebrionicola larvae, Enterobocater, Lactococcus garvieae, dan Lactococcus formosensis. Pertumbuhan mikroba selama fermentasi mengalami peningkatan nilai optical density (OD) yang diukur menggunakan spektrofotometer UV Vis (600 nm). Tingkat konsumsi masker lapisan luar, tengah, dan dalam diperoleh masing-masing sebesar 19,200%±0,031, 30,333%±0,031, dan 26,400%±0,040. Biodegradasi masker sekali pakai dibuktikan melalui pengurangan massa dari masker. Selain itu, perubahan fisik pada masker seperti kerusakan permukaan, goresan, dan perubahan gugus fungsi dikonfirmasi melalui Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Temuan ini menunjukkan bahwa konsorsium mikroba dari saluran pencernaan T.molitor dapat mendegradasi masker sekali pakai secara ex-situ sebagai salah satu upaya penyelesaian akumulasi limbah masker sekali pakai yang berkelanjutan.

The COVID-19 pandemic has led to a surge in the use of single-use masks to prevent the transmission of the SARS-CoV-2 virus, resulting in significant mask waste accumulation. These masks are primarily made of polypropylene, a material that does not decompose naturally. T. molitor larvae have been shown to degrade various plastics physically and in-situ, but there is limited research on their ability to degrade masks ex- situ using microbes from their gut. This study aimed to explore this potential by first cultivating larvae fed exclusively on single-used masks to establish a basis for evaluating the microbial consortia involved in ex-situ degradation. The microbial consortium from the larvae's gut was extracted for metagenomic analysis and then cultured through a fermentation process in Minimum Salt Media (MSM) with pieces of single-used masks measuring 3 x 3 cm sections of outer, middle, and inner layers) for 52 days in a 500 mL batch bioreactor. Metagenomic analysis revealed a microbial diversity dominated by Klebsiella aerogenes, Tenebrionicola larvae, Enterobocater, Lactococcus garvieae, and Lactococcus formosensis. During fermentation, microbial growth was monitored by measuring the optical density (OD) at 600 nm using a UV-Vis spectrophotometer. The consumption levels of the mask's outer, middle, and inner layers were 19.200%±0.031, 30.333%±0.031, and 26.400%±0.040, respectively, as indicated by the reduction in mask mass. Physical changes to the mask, such as surface damage, scratches, and alterations in functional groups, were confirmed through Scanning Electron Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). These findings suggest that a microbial consortium from the gut of T. molitor can effectively degrade single-use masks ex-situ, offering a promising solution for managing single-use mask waste sustainably."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas
"Latar belakang/ Tujuan Alat-alat kesehatan adalah salah satu instrumen penting dalam pelayanan klinis sehingga merupakan suatu hal yang esensial bagi para pekerja di bidang kesehatan untuk memahami penggunaan alat-alat tersebut yang dirasa cukup rumit. Panduan penggunaan alat-alat medis yang komprehensif berguna untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam pemakaian alat-alat tersebut sehingga dapat berimplementasi dalam menyediakan perawatan yang optimal bagi pasien. Metoda Wawancara dengan tenaga kesehatan yang memahami secara detil penggunaan alat-alat medis serta penelusuran literatur berbagai jurnal, situs internet resmi, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil Manual penggunaan alat-alat medis yang umum digunakan di depo Intensive Care Unit (ICU) dirasa dapat membantu untuk proses perawatan pasien. Kesimpulan Alat-alat medis pada depo ICU bersifat menunjang penyembuhan secara pasien sehingga perlu dipahami penggunaannya.

Background/ Aims Healthcare devices is one of the crucial instruments in clinical services, making it an essential aspect for healthcare workers to understand their complex usage. Comprehensive guidelines for using medical devices are beneficial in improving efficiency and safety in their application, thus enabling optimal patient care. Methods The method used in this study includes interviews with healthcare professionals who have a detailed understanding of medical equipment usage, as well as literature review from various journals, official websites, and relevant regulations. Results The findings indicate that a comprehensive manual for commonly used medical devices in the Intensive Care Unit (ICU) ward can aid in the patient care process. Conclusion Medical devices in the ICU plays a supportive role in patient recovery, making it essential to comprehend its usage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizky Shadrina
"Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Salah satu standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Perencanaan kebutuhan merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Kekosongan persediaan alat kesehatan dapat dihindari dengan cara menyusun perencanaan kebutuhan dengan baik sehingga dapat menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien. Apabila persediaan tidak diatur atau dikelola dengan baik, maka persediaan dapat mengalami kekurangan atau kelebihan dan akan menyebabkan kerugian pada rumah sakit. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi perencanaan kebutuhan dengan menggunakan metode analisis ABC (Always, Better, Control). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah dalam menggunakan metode analisis ABC dan Mengetahui pengelompokkan alat kesehatan yang termasuk ke dalam kategori A, kategori B, dan kategori C berdasarkan nilai investasinya terhadap pemakaian alat kesehatan pada periode bulan Juli hingga Desember 2022 di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Metode yang dilakukan yaitu mengumpulkan data alat kesehatan yang digunakan, menghitung jumlah dana yang dibutuhkan, melakukan pengurutan peringkat dana terbesar hingga terkecil, serta menghitung persentase biaya dan persentase kumulatif masing-masing alat kesehatan terhadap total dana yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil analisis, alat kesehatan yang tergolong kelompok A terdapat 185 jenis (10,61%) dengan biaya pembelian sebesar Rp. 27.862.949.367,00 (69,90%), kelompok B terdapat 311 jenis (17,83%) dengan biaya pembelian sebesar Rp. 8.006.543.938,00 (20,09%), kelompok C terdapat 1248 jenis (71,56%) dengan biaya pembelian sebesar Rp. 3.991.939.719,78 (10,01%).

Pharmaceutical service standards provide crucial guidance to healthcare professionals in ensuring high-quality patient care. Within hospital settings, these standards cover diverse aspects, including the oversight of pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials. Effective planning for these needs is a pivotal aspect of management, aiming to prevent shortages and promote efficient resource allocation. Strategic planning is essential to prevent both shortages and surpluses of medical supplies, ultimately mitigating potential losses for the hospital. To address this, an ABC (Always, Better, Control) analysis method is employed for evaluation. This approach categorizes medical devices based on their financial significance, optimizing their distribution. The study's focal point is the application of the ABC analysis method at Fatmawati General Hospital during July to December 2022. The employment of the ABC analysis method at Fatmawati General Hospital aids in categorizing and prioritizing medical devices based on their financial impact, ensuring efficient allocation of resourcees and elevating the overall healthcare provision within the hospital. The process involves gathering data on medical devices, determining required funding, prioritizing costs from highest to lowest, and calculating the relative percentage and cumulative sum of each device's expense. The analysis unveils three distinct categories, Group A encompasses 185 medical device types (10.61%), representing a substantial investment totaling Rp. 27,862,949,367.00 (69.90%). Group B involved 311 types (17.83%) with a purchase cost of Rp. 8,006,543,938.00 (20.09%), while Group C consists of 1248 types (71.56%) necessary Rp. 3,991,939,719.78 (10.01%) in funds."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Afriliah
"Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) termasuk ke dalam standar pelayanan kefarmasian. Penyimpanan adalah salah satu aspek dalam pengelolaan perbekalan farmasi. Tujuan dari tugas khusus ini adalah membuat simulasi penyimpanan sediaan farmasi berupa injeksi dan infus serta alat kesehatan dan bahan medis habis pakai pada ruang penyimpanan di Apotek Roxy Jagakarsa berdasarkan PMK Nomor 73 Tahun 2016. Simulasi penyimpanan dilakukan berdasarkan skema yang telah dibuat dan didiskusikan dengan apoteker. Hasil penelitian yaitu terdapat perbedaan penyusunan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP antara sebelum dan sesudah simulasi. Penataan ulang injeksi dan infus dan pemberian stiker LASA membuat penyimpanan lebih aman; pembuatan label alat kesehatan dan BMHP sesuai stok yang disertai dengan spesifikasi menyebabkan penyimpanan terlihat lebih rapi; serta penataan ulang alat kesehatan dan BMHP berdasarkan bentuk barang dan fungsi memudahkan pencarian. Kesimpulan penelitian yaitu terdapat perbedaan penyusunan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP antara sebelum dan sesudah simulasi meliputi perubahan letak departemen; pengelompokan dan penyusunan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP; pengaturan penyimpanan barang yang fast/slow-moving; serta pembuatan dan penempelan label dan stiker LASA.

Management of pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies is included in pharmaceutical service standards. Storage is one of the aspects of managing pharmaceutical supplies. This project aims to simulate the storage of pharmaceutical preparations in the injections and infusions form, medical devices, and disposable medical supplies in the storage room at the Roxy Jagakarsa Pharmacy based on Ministry of Health Regulation Number 73 of 2016. The storage simulation was carried out based on a scheme that had been created and discussed with the pharmacist. The project result shows that there are differences in the preparation of pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies before and after the simulation. Rearrangement of injections and infusions and providing LASA stickers makes storage safer; making labels for medical devices and disposable medical supplies according to stock, accompanied by specifications makes them look neater; and rearrangement of medical devices and disposable medical supplies based on item form and function makes searching easier. This project concludes that there are differences in the preparation of pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies before and after the simulation, including changes in department location; grouping and arranging pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies; fast/slow-moving goods storage arrangements; as well as making and attaching labels and LASA stickers.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Alfatma
"Radiasi sinar Gamma Co60 memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk meradiasi produk. Radiasi gamma dapat mensterilkan produk dengan menyinari produk sesuai dengan besaran dosis yang diberikan, dosis yang diberikan harus mampu mensterilisasikan atau membunuh mikroorganisme, namun perlu diperhatikan dosis tersebut tidak menyebabkan perubahan material produk atau berdampak pada ketahanan produk (IAEA, 2013). Pemastian sterilisasi radiasi gamma dapat dilakukan dengan rangkaian pengujian pada saat validasi. Validasi sterilisasi yang dilakukan ialah melakukan prosedur terdokumentasi untuk memperoleh, merekam, dan menafsirkan hasil yang diperlukan untuk menetapkan bahwa suatu proses akan secara konsisten menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi atau jaminan sterilitas yang diinginkan. Validasi sterilisasi terdiri dari kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja. Parameter kritis yang perlu diperhatikan selama validasi sterilisasi oleh PT. Forsta Kalmedic Global ialah pemetaan dosis untuk memastikan dosis yang diberikan kepada produk dapat efektif memberikan jaminan sterilitas. Pemetaan dosis merupakan pengukuran distribusi dosis dan variabilitas dalam bahan yang diiradiasikan dalam kondisi yang ditentukan. PT. Forsta Kalmedic Global melakukan validasi sterilisasi bersama PT. Rel-Ion sebagai sarana penyedia sterilisasi. Dalam kualifikasi instalasi dan kualifikasi operasional PT. Forsta Kalmedic Global memastikan ketersediaan dokumen dan pemenuhan syarat – syarat yang diperlukan. Pada kualifikasi kinerja PT. Forsta ikut serta bersama PT. Rel-Ion untuk melakukan pengujian yang dibutuhkan pada saat kualifikasi kinerja.

Co Gamma ray radiation utilizes electromagnetic waves to irradiate products. Gamma radiation can sterilize products by irradiating the product according to the dose given, the dose given must be able to sterilize or kill microorganisms, but it is important to pay attention that this dose does not cause changes in the product material or have an impact on product durability (IAEA, 2013). Confirmation of gamma radiation sterilization can be done with a series of tests during validation. Sterilization validation is carrying out documented procedures to obtain, record, and interpret the results necessary to determine that a process will consistently produce products that meet the desired sterility specifications or guarantees. Sterilization validation consists of installation qualification, operational qualification and performance qualification. Critical parameters that need to be considered during sterilization validation by PT. Forsta Kalmedic Global is dose mapping to ensure the dose given to the product can effectively guarantee sterility. Dose mapping is a measurement of the dose distribution and variability in irradiated material under specified conditions. PT. Forsta Kalmedic Global carries out sterilization validation with PT. Rel-Ion as a means of providing sterilization. In the installation qualifications and operational qualifications of PT. Forsta Kalmedic Global ensures the availability of documents and fulfillment of the necessary requirements. On the performance qualifications of PT. Forsta participated together with PT. RelIon to carry out testing required during performance qualification."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pavita Rena Anarizta
"Kehalalan produk farmasi ditentukan oleh apoteker sebagai tenaga profesional yang kompeten terkait produk kefarmasian. Peran apoteker baik yang menjalankan praktik di industi farmasi maupun di pelayanan menjadi harapan besar masyarakat untuk menjamin tersedianya obat halal. Apoteker yang menjalankan praktik di industri farmasi berperan menyeleksi dan menyiapkan bahan baku produk, melaksanakan proses produksi, menjamin kualitas dan memastikan bahwa produk yang diproduksi memenuhi persyaratan sesuai standar yang berlaku termasuk kehalalannya. Apoteker di industri farmasi wajib menerapkan Good Manufacturing Practices untuk produk farmasi halal, yaitu : tidak boleh mengandung bagian atau produk dari binatang yang haram atau binatang halal yang tidak disembelih secara islam; tidak boleh mengandung barang najis; harus aman dikonsumsi manusia (tidak beracun, tidak toksik, tidak membahayakan kesehatan); tidak dipersiapkan, diproses atau diproduksi dengan menggunakan peralatan yang terkontaminasi dengan barang najis; tidak mengandung bagian dari tubuh manusia atau turunan dari barang haram; selama penyiapan, proses, penanganan, pengemasan, penyimpanan harus terpisah dengan barang haram dan najis. Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas khusus ini antara lain studi literatur, wawancara dan observasi. Ketiga metode tersebut dilakukan agar dokumen-dokumen yang dihasilkan sesuai dengan kondisi perusahaan dan dapat memenuhi persyaratan untuk mendapatkan sertifikat halal serta agar proses registrasi sertifikasi halal berjalan sesuai dengan timeline perusahaan. Studi literatur dilaksanakan dengan cara mencari referensi melalui prosedur tetap, standar operasional prosedur (SOP), publikasi, video webinar, dan sumber lainnya. Wawancara dilaksanakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan untuk proses pengajuan sertifikasi halal. Observasi dilaksanakan dengan cara mengamati secara langsung keberlangsungan penerapan SJH/SJPH di PT. Forsta Kalmedic Global. Kesimpulan yang bisa dihasilkan antara lain registrasi sertifikasi halal dilakukan melalui dua platform yaitu registrasi kepada BPJPH dengan aplikasi SiHalal untuk aspek registrasi kelegalitasan perusahaan dan registrasi kepada LPPOM MUI dengan aplikasi CEROL-SS23000 untuk aspek registrasi halal produk. STTD akan dikeluarkan oleh BPJPH apabila syarat dokumen untuk registrasi pada aplikasi SiHalal sudah terpenuhi. Registrasi melalui aplikasi CEROLSS23000 dapat dilakukan secara paralel bersamaan dengan registrasi melalui aplikasi SiHalal. Syarat dokumen di aplikasi CEROL-SS23000 dikumpulkan bersama dengan STTD, dan akan dilakukan pre-audit, audit dan post-audit. Perusahaan dapat melakukan monitoring selama audit melalui CEROL-SS23000. Jika perusahaan dinyatakan lolos maka akan menerima status halal produk dari LPPOM MUI dan akan dikeluarkan sertifikat halal oleh BPJPH.

The halalness of pharmaceutical products is determined by pharmacists as competent professionals related to pharmaceutical products. The role of pharmacists, both those who practice in the pharmaceutical industry and in services, is the big hope of the community to ensure the availability of halal medicines. Pharmacists who practice in the pharmaceutical industry play the role of selecting and preparing product raw materials, carrying out the production process, guaranteeing quality and ensuring that the products produced meet the requirements according to applicable standards, including their halal status. Pharmacists in the pharmaceutical industry are required to implement Good Manufacturing Practices for halal pharmaceutical products, namely: must not contain parts or products from unclean animals or halal animals that are not slaughtered according to Islam; may not contain unclean goods; must be safe for human consumption (non-toxic, non-toxic, not harmful to health); not prepared, processed or produced using equipment contaminated with unclean goods; does not contain parts of the human body or derivatives of illicit goods; during preparation, processing, handling, packaging, storage must be separated from unclean and unclean goods. The methods used in preparing this special assignment report include literature studies, interviews and observations. These three methods are carried out so that the documents produced are in accordance with company conditions and can meet the requirements to obtain a halal certificate and so that the halal certification registration process runs according to the company's timeline. Literature studies are carried out by looking for references through standard operating procedures (SOP), publications, video webinars, and other sources. Interviews were conducted to obtain the necessary data for the process of applying for halal certification. Observation is carried out by directly observing the implementation of SJH/SJPH at PT. Forsta Kalmedic Global. The conclusions that can be drawn include registration of halal certification through two platforms, namely registration with BPJPH with the SiHalal application for aspects of company legality registration and registration with LPPOM MUI with the CEROL-SS23000 application for aspects of halal product registration. STTD will be issued by BPJPH if the document requirements for registration on the SiHalal application have been met. Registration through the CEROLSS23000 application can be carried out in parallel with registration through the SiHalal application. Document requirements in the CEROL-SS23000 application are collected together with the STTD, and will be pre-audited, audited and post-audited. Companies can monitor during audits through CEROL-SS23000. If the company is declared to have passed it will receive product halal status from LPPOM MUI and a halal certificate will be issued by BPJPH."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Intan Nadya F.
"Pharmacist Professional Practice at Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan aims to identify and understand the role of pharmacists in Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan and to understand the duties and functions of each of the Sub-Directorate contained in Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Given a special task titled Vigilance Analysis About Ventilator Based On e-watch Report.

Pharmacist Professional Practice at Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan aims to identify and understand the role of pharmacists in Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan and to understand the duties and functions of each of the Sub-Directorate contained in Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Given a special task titled Vigilance Analysis About Ventilator Based On e-watch Report."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2015
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Fitri Hanifah
"Peralatan kesehatan merupakan aspek pendukung yang berperan penting dalam menunjang diagnosa suatu penyakit maupun status kesehatan seseorang. Alat kesehatan harus terjamin mutu, manfaat, dan keamanannya dari mulai saat diproduksi hingga jatuh ke tangan konsumen. Dalam rangkaian kegiatan distribusi dan pengendalian mutu untuk menjamin agar alat kesehatan yang didistribusikan memenuhi persyaratan, dibutuhkan suatu pedoman yang harus ditaati oleh seluruh distributor farmasi, yaitu Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB). Penulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi penyimpanan alat kesehatan di Pedagang Besar Farmasi PT APL. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam menyusun tugas khusus ini menggunakan metode observasi yang bersifat deskriptif dan evaluatif, menggunakan pedoman CDAKB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan alat kesehatan di PT APL sudah sesuai dengan pedoman CDAKB menurut regulasi yang telah ditetapkan oleh menteri kesehatan republik Indonesia 2014.

Medical device is a supporting aspect that plays an important role in supporting the diagnosis of a disease or a health status. The quality, benefits and safety of medical devices must be guaranteed from the moment they are produced until they fall into consumer’s hand. In a role of distribution and quality control activities to ensure that the medical devices that distributed complies with regulations, a guideline is needed that must be adhered to by all pharmaceutical distributors, Good Distribution Practice for Medical Device (GDP). This writing aims to evaluate the storage of medical devices at the Pharmaceutical Wholesaler PT APL. The implementation method used in preparing this special assignment uses a descriptive and evaluative observation method, using GDP guidelines. The research results show that the storage of medical devices at PT APL is in accordance with GDP guidelines according to regulations set by the Minister of Health of the Republic of Indonesia in 2014."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Safitri
"Alat kesehatan di Indonesia masih dipenuhi oleh lebih dari 70% alat kesehatan impor. Selain itu, transaksi alat kesehatan dalam negeri dalam e-katalog pada tahun 2019-2020 yang masih rendah (12%) menandakan masih besarnya ketergantungan terhadap alat kesehatan impor. Upaya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2017 yang mewajibkan penerapan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB), paling lambat 4 tahun sejak peraturan tersebut diterbitkan. Hingga tahun 2022, jumlah sarana produksi alat kesehatan yang memiliki sertifikat CPAKB hanya 30,52%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik tahun 2022. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan dari pemerintah, asosiasi, dan industri alat kesehatan di Indonesia, serta telaah dokumen. Penelitian menggunakan model implementasi kebijakan Grindle dan Van Meter Van Horn yang dimodifikasi dalam kerangka segitiga kebijakan Walt-Gilson. Hasil penelitian adalah ukuran dan tujuan kebijakan, kepentingan yang dipengaruhi, dan manfaat kebijakan sudah jelas, namun terkendala dari sumber daya keuangan yang masih terbatas. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan. Karakterisitik lembaga pelaksana mendukung implementasi kebijakan, namun strategi para pelaksana masih belum dilaksanakan secara optimal. Disposisi pelaksana masih kurang dan komunikasi kebijakan perlu ditingkatkan. Dari sisi aktor/pelaksana kebijakan, masih terdapat keterbatasan jumlah sumber daya manusia untuk menerapkan kebijakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara umum kebijakan sudah terlaksana dengan baik, namun masih terdapat beberapa kendala pada pelaksanaannya. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penguatan kebijakan-kebijakan yang mendorong penerapan CPAKB dan dukungan dari para pelaksana kebijakan, terutama terkait penguatan kebijakan izin edar alat kesehatan dalam negeri dimana CPAKB dijadikan persyaratan wajib dalam pengajuan izin edar.

Medical devices in Indonesia are still fulfilled by more than 70% of imported medical devices. In addition, domestic medical device transactions in e-catalogs in 2019-2020 were still low (12%) indicating that there was still a large dependence on imported medical devices. The effort of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia to overcome this is by issuing Minister of Health Regulation Number 20 of 2017 which requires the application of Good Medical Device Manufacturing Practices (CPAKB), no later than 4 years after the regulation was issued. Until 2022, the number of medical device production facilities that have CPAKB certificates is only 30.52%. This study aimed to analyze the implementation of the Good Medical Device Manufacturing Practice policy in 2022. The research was conducted qualitatively using in-depth interviews with informants from the government, associations, and the medical device industry in Indonesia, as well as document reviews. This research uses the policy implementation model of Grindle and Van Meter Van Horn which is modified within the framework of the Walt-Gilson policy triangle. The results of the research are that the standard and objectives of the policy, the interests affected, and the benefits of the policy are clear, but are constrained by limited financial resources. The economic, social, and political environment influences policy implementation. The characteristics of implementing agencies support policy implementation, but the strategies of implementing agencies have not been implemented optimally. The disposition of implementers is still lacking and policy communication needs to be improved. In terms of actors/policy implementers, there is still a limited number of human resources to implement policies. This study concludes that in general the policy has been implemented well, but there are still obstacles in its implementation. This study recommends the need to strengthen policies that encourage the implementation of CPAKB and support from policy implementers, especially related to strengthening the policy for registration of distribution permits for domestic medical devices where CPAKB must be a mandatory requirement in the application."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>