Berat badan berlebih merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja di seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Hal ini didukung oleh data hasil prevalensi terhadap kasus overweightpada anak usia 2–19 tahun di Amerika Serikat yang terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil penelitian National Health and Nutrition Examination Surveytahun 2009–2010 di Amerika, didapatkan persentase overweightdan obesitas berdasarkan kelompok umur dengan jumlah prevalensi tertinggi terjadi pada remaja berusia 12–19 tahun (33,6%). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi gizi berlebih secara nasional pada remaja berusia 16–18 tahun di Indonesia mencapai angka tertinggi yaitu 11,5%.
Pada penelitian ini, peneliti berusaha mencari tahu lebih lanjut mengenai fenomena terdapatnya keterkaitan antara seorang individu khususnya remaja di Indonesia yang memiliki berat badan berlebih dengan citra tubuh (body image)yang dimilikinya, apakah berdampak positif atau negatif. Sejumlah 350 remaja dengan rentang usia 16–18 tahun dari kedua SMA di Jakarta Selatan, tepatnya SMA Negeri 109 dan SMA Negeri 28, dipilih untuk menjadi subjek penelitian dan setelahnya diteliti dengan desain studi potong lintang (cross-sectional) dan metode observasional analitik. Proses pengambilan data untuk penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2017 di SMA Negeri 109 dan bulan Januari 2018 diawali dengan pengukuran antropometri, selanjutnya responden berkewajiban untuk mengisi instrumen penelitian berupa kuesioner tipe King College London Body Image Questionnaire’s. Melalui hasil skoring total seluruh komponen pertanyaan serta hasil analisis dengan uji hipotesis chi-squaredidapatkan bahwa nilai p menunjukkan angka 1,000 yang berarti p tidak bermakna (uji hipotesis 0 diterima), sehingga hubungan antara berat badan berlebih terhadap body image tidak dapat ditentukan dan cenderung tidak signifikan.
Kata kunci :
Berat Badan berlebih, Body Image, Jakarta Selatan, Remaja 16-18 Tahun.
Overweight is one of the health problems that often occur in children and adolescents throughout the world, both in developed and developing countries. This is supported by the results in USA that there is an increase of overweight prevalence at children aged 2–19 years from year to year. In addition, based on the results of the National Health and Nutrition Examination Survey 2009–2010 in United States, the percentage of overweight and obesity by age group with the highest prevalence was found at the age of 12–19 years with a score of 33,6%.According to the data obtained by Riskesdas in 2013, it shows that the prevalence of adolescents aged 16–18 years in Indonesia reached the highest value of 11,5%.
In this study, researcher trying to find out more about a phenomenon if there is relationship between teenagers in Indonesia who have excess body weight with body image, whether the positive or negative impact. Three hundred and fifty adolescents ranging in age at 16–18 years old from two senior high school in South Jakarta, which is 109 senior high school and 28 senior high school were chosen to be the participants, with cross sectional study and analytic observational method. Data collection process started from December 2017 until January 2018 performing antropometric measurements, and participants had to complete the King College London Body Image Questionnaire's. The result from hypothesis testing with chi-square shows that p score is 1,000, which means p score is meaningless and also prove that there is no significant relationship between excessive body weight and body image.
Keywords:
Body Image, Overweight and Obesity, Teenagers Aged 16-18 Years Old, South Jakarta.
"Hambatan kontrol berat badan dan hiperlipidemia menjadi masalah yang sulit diselesaikan oleh pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) . Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu fungsi fisiologis dan kognator. Studi cross sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor kognator yaitu konsep diri dengan hambatan kontrol berat badan pada pasien DMT2. Sebanyak 72 orang pasien DMT2 dengan rerata indeks massa tubuh 27.3 kg/m2 direkrut dari Pusat Layanan Diabetes Terpadu dari sebuah rumah sakit tersier Jakarta. Konsep diri yang terdiri atas persepsi, evaluasi diri, dan self resilience dinilai melalui kuesioner health belief models, illness identity, dan Health Hardiness Inventory (HHI). Sedangkan hambatan kontrol berat badan yaitu hambatan motivasi dinilai melalui kuesioner The TREatment MOtivation and Readiness (TRE-MORE) test dan hambatan perilaku dinilai melalui kuesioner Barriers to Healthy Eating Scale (BHE scale). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan evaluasi diri dengan hambatan perilaku dalam kontrol berat badan, terdapat hubungan yang signifikan self resilience dengan hambatan motivasi, tidak ada hubungan persepsi dengan hambatan motivasi dan perilaku dalam kontrol berat badan, dan tidak ada hubungan self resilience dengan hambatan perilaku dalam kontrol berat badan.