Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Hartini
"Fuselage adalah struktur utama pesawat yang dirancang untuk mengakomodasi kru, penumpang, dan kargo. Fuselage pesawat modern adalah konstruksi semi-monocoque. Struktur semi-monocoque sangat efisien, memiliki strength to weight ratio yang tinggi, dan memiliki fleksibilitas desain dan dapat menahan kegagalan lokal tanpa kegagalan total melalui redistribusi beban. Salah satu pembebanan pada fuselage adalah tekanan kabin. Pada pengoperasian pesawat secara terus menerus akibat tekanan kabin, damage bisa terjadi pada fuselage, misalnya pada bagian stringer. Tipe repair untuk menangani kasus damage pada stringer perlu dilakukan analisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan angle dan variasi fastener terhadap kekuatan struktur repair stringer. Tahap analisis dengan melakukan pemodelan 3D dengan software CATIA. Simulasi analisis struktur berupa luaran tegangan dan menghitung Margin of Safety. Semakin tebal angle dan semakin banyak jumlah fastener pada area web dan flange yang digunakan, maka nilai tegangan yang terjadi pada tiap-tiap variasi akan menurun. Struktur pemodelan ini aman terhadap pembebanan pressure."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2020
620 JIA XII:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Skorupa, Andrzej
"Fatigue of riveted lap joints between aluminium alloy sheets, typical of the pressurized aircraft fuselage, is the major topic of the present book. The richly illustrated and well-structured chapters treat subjects such as : structural design solutions and loading conditions for fuselage skin joints, relevance of laboratory test results for simple lap joint specimens to riveted joints in a real structure, effect of various production and design related variables on the riveted joint fatigue behaviour, analytical and experimental results on load transmission in mechanically fastened lap joints, theoretical and experimental analysis of secondary bending and its implications for riveted joint fatigue performance, nucleation and shape development of fatigue cracks in riveted longitudinal lap joints, overview of experimental investigations into the multi-site damage for full scale fuselage panels and riveted lap joint specimens, fatigue crack growth and fatigue life prediction methodology for riveted lap joints, residual strength predictions for riveted lap joints in a fuselage structure. The major issues of each chapter are recapitulated in the last section."
Dordrecht, Netherlands: [;Spinger Science, Springer], 2012
e20398778
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Philipus Rionaldo
"Hanggar adalah sebuah struktur bangunan yang mempunyai atap tertutup diatasnya, berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan perawatan pesawat. Pada penelitian ini perencanaan hanggar digunakan untuk mengetahui perilaku struktur sistem rangka dan sistem rigid frame atau portal dengan material baja. Variasi yang dilakukan adalah bangunan A adalah bangunan yang memiliki sistem rangka dengan perletakkan portal 3 sendi, bangunan B adalah bangunan yang memiliki sistem portal dengan perletakkan sendi, serta bangunan C adalah bangunan yang memiliki sistem portal dengan sistem perletakkan jepit. Hasil penelitian menunjukkan bangunan A menggunakan profil 2L 80x80x6 dan 2L 70x70x6 (double angles) dan bangunan B menggunakan profil WF 300x150, WF 400x200, dan WF 500x200 (wide flange). Struktur rangka baja membutuhkan komponen baja dengan profil lebih kecil dan ringan dibandingkan dengan kebutuhan baja untuk strutkur baja dengan sistem portal.

Hangar is a building structure that has a roof covered on top of it, functions as aircraft maintenance and storage area. On this research, hangar planning was used to know the behavior of the structural truss system and the rigid frame system. The variations that was done were : building A was a building that had truss system with three hinged connections, building B was a building that had frame system with two hinged support, while building C was a building that had frame system with two fixed support. The results showed that building A used 2L 80x80x6 and 2L 70x70x6 (double angles) profiles and building B used WF 300x150, WF 400x200, and WF 500x200 (wide flange) profiles. Steel truss structures required steel components with smaller and lighter profiles compared to the steel for the frame system structure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bintang Setya Abimanyu
"Selama perancangan pesawat terbang, tegangan sangat memengaruhi masa hidup pesawat. Jika tegangan lokal jauh lebih tinggi daripada tegangan di sekitarnya (Kt), itu disebut konsentrasi tegangan. Dua faktor mempengaruhi tegangan lokal maksimum dalam rivet pada struktur sambungan logam Double Shear: tegangan dari distribusi beban fastener dan tegangan bypass dari beban sisa pengikat. Fleksibilitas fastener, yang diukur dengan teknik Tate dan Rosenfeld atau Huth, memengaruhi distribusi beban ini. Kedua metode memiliki perbedaan maksimum 2,81% dalam perhitungan tegangan lokal. Dengan menggunakan perangkat lunak MSC Patran dan MSC Nastran, distribusi beban hingga tegangan lokal maksimum di setiap area dapat dihitung dan divisualisasikan menggunakan dua model FEM. Model Elemen Bush 1D dan model FEM dengan lubang menghasilkan nilai tertinggi 3,89%, sementara metode analitik menghasilkan nilai tertinggi 14,48%. Selanjutnya, faktor intensitas tegangan (K), suatu ukuran tegangan di ujung retakan yang sebanding dengan laju pertumbuhan retakan, dipengaruhi oleh konsentrasi tegangan. Dalam rivet pada struktur sambungan logam Double Shear, faktor intensitas tegangan (K) diperhitungkan dengan mempertimbangkan spektrum tegangan dan faktor koreksi geometri. Faktor intensitas tegangan (K) dapat dihitung dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak analisis retakan atau metode pelepasan energi.

Stress has a major impact on an aircraft's fatigue life during design. Stress concentration measures a place where local stress is much higher than surrounding stress (Kt). In riveted double shear metal joint structures, the maximum local stress is influenced by two factors, bearing stress from the fastener's load distribution and bypass stress from the fastener's residual load. This distribution load is impacted by fastener flexibility, which measures stiffness using methods by Tate and Rosenfeld or Huth. The maximum local stress calculation difference between both methods is 2.81%. Using MSC Patran and MSC Nastran software, distribution load up to the maximum local stress in each area may be calculated and visualized using two different FEM model, 1D Bush Element and FEM model using hole resulting highest value 3.89%. While compared to analytical method the highest maximum difference is 14.48%. Furthermore, stress concentrations influence the stress intensity factor (K), a measure of stress at a crack's tip, proportional to crack growth rate. Determining the stress intensity factor (K) on the riveted double shear metal joint structures are considering two factors, stress spectrum and geometry correction factor. The stress intensity factor (K) is able calculated and analyzed using crack software analysis or the energy release method, which provides a similar pattern."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Rolan
"ABSTRAK
Kecelakaan sering terjadi karena sistem pengereman yang tidak berfungsi dengan baik. Penyelidikan dilakukan terhadap penyebab kegagalan rem seperti panas berlebih yang terjadi pada komponen rem akibat gesekan antar elemen rem karena menahan beban dan laju kendaraan. Sejauh ini belum ada pengkajian terhadap kinerja sistem rem berdasarkan indikasi temperatur yang dibaca oleh sensor temperatur pada rem yang ada pada tiap roda, sehingga dapat dilihat fungsi rem apakah berjalan dengan baik atau tidak. Sistem pengereman yang tidak berfungsi dengan baik seperti kaliper kurang mencekam akan terlihat dari panas rotor disc yang dihasilkan. Jika satu unit rem tidak berfungsi maka beban pengereman unit lainnya akan bertambah dan dapat menimbulkan panas yang berlebih. Temperatur maksimum dan selisih yang paling tinggi adalah acuan kinerja rem apakah masih berfungsi dengan normal atau tidak, di mana temperature tersebut digunakan sebagai
input untuk alat deteksi temperatur yang bertujuan sebagai alert tambahan performa rem. Selanjutnya apabila pengukuran temperature adalah menggunakan rubbing termokopel maka akan terjadi perbedaan pembacaan temperatur antara temperatur sebenarnya pada rotor brake maka dibuat konversi temperature pengukuran rubbing termokopel terhadap rotor brake yaitu. 2 0.0036 0.3342 83.4 r r T  T  T  Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka temperatur maksimum yang diperbolehkan pada rem di roda depan (salah satu) adalah 233oC , rem belakang 246 oC, selisih maksimum temperatur antar rem belakang dengan depan (R1-R3) adalah 90 oC, antara rem depan kiri dengan depan kanan adalah 69 oC, dan antara rem belakang
kanan dengan kiri adalah 71 oC. Hasil perhitungan temperatur tersebut dihitung ketika sistem pengereman masih berfungsi dengan normal

ABSTRACT
In this research, the assessment of the performance of the brake system based on the rotor disc braking temperatures that exist at each wheel, so that it can be seen whether the brake function works well or not. Where the braking system does not function well as a caliper less gripping will be seen from the hot rotor disc had happened. If the one unit brake is not working then the other unit braking load will increase and can cause overheating. Overheating can cause the brake performance is not functioning optimally due to failure of a material to withstand the heat. Load weight vehicle is varied and braking is done on a straight road and turn with assuming is flat road surface, it is done to find out when the maximum temperature occurs in each brake. Based on the calculation result that a large maximum temperature brake on the front wheel (one) is 222 ° C, the rear brake 239 ° C, the maximum difference of temperature between the rear brakes with the front (R4-R2) is 92oC, between front brakes left with right is 71oC, and between the right rear brakes with the left is 77oC. The maximum temperature and deviation temperature of the brakes are reference brake performance whether still functioning normally or not on the certain vehicle. Temperature detection devices will be developed as an additional alerts brake condition and finally to reduce the risk of vehicle accidents.
"
2016
T46506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Bunga Pertiwi Margaret
"Dalam melakukan kegiatan usaha di suatu pasar, setiap pelaku usaha dengan tegas tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Salah satu dari bentuk kegiatan tersebut adalah perjanjian kartel. Meskipun perjanjian kartel telah dilarang secara eksplisit melalui peraturan perundang-undangan, banyak pelaku usaha yang mencari celah untuk melakukan perjanjian kartel dengan harapan mereka dapat memperoleh keuntungan di atas batas yang wajar. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menelaah faktor-faktor apa saja yang mendorong para pelaku usaha untuk terlibat dalam suatu perjanjian kartel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan meneliti data sekunder yang membahas mengenai praktik persaingan tidak sehat berupa perjanjian kartel yang dilakukan oleh perusahaan maskapai penerbangan baik di Indonesia dan di Uni Eropa. Perjanjian kartel ini marak dilakukan tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di Uni Eropa. Salah satu kasus kartel dalam industri penerbangan di Indonesia adalah dugaan kartel tiket pesawat tercantum dalam Putusan KPPU No. 15/KPPU-I/2019 dan di Uni Eropa terdapat kasus kartel kargo pesawat yang tercantum dalam Putusan Komisi Eropa.
When it comes to carrying out business activities in a certain market, every business actor is explicitly prohibited from carrying out activities that may lead to monopolistic practices and/or unfair business competition. One of these forms of activity is a cartel agreement. Even though cartel agreements have been explicitly prohibited through laws and regulations, many business actors are looking for leeway to enter into cartel agreements in the hope that they can gain profits above reasonable limits. Therefore, this research was conducted with the aim of examining the factors that encourage business actors to be involved in a cartel agreement. The method used in this study is a normative-juridical research method through examining secondary data that discusses unfair competition practices, particularly, in the form of cartel agreements entered into by airline companies both in Indonesia and in the European Union. This cartel agreement is widely implemented not only in Indonesia, but also in the European Union. One of the cartel cases in the aviation industry in Indonesia is the alleged cartel cartel listed in KPPU Decision No.15/KPPU-I/2019 and in the European Union there is an airplane cartel cartel case listed in the European Commission Decision Case At.39258.Cartel agreements are widely implemented not only in Indonesia, but also in the European Union. One of aviation cartel cases in Indonesia is the alleged airplane ticket cartel case based on KPPU Decision No. 15/KPPU-I/2019 and in the European Union, there is an aircraft cargo cartel case based on the European Commission Decision Case At.39258."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Sekar Saraswati
"Mobilitasnya yang tinggi dan kemampuan menempuh jarak jauh lebih cepat dibandingkan transportasi lainnya adalah beberapa alasan yang membuat pesawat menjadi mode transportasi yang penting sekarang ini. Secara ilmiah, dengan alasan tersebut, pesawat dapat dikategorikan sebagai benda bergerak, begitu juga konvensi internasional terkait pesawat mengaturnya. Namun undang-undang di Indonesia menyatakan sebaliknya. Meskipun dianggap sebagai benda tidak bergerak, jaminan hipotek atas pesawat tidak lagi berlaku sejak berlakunya UU No. 1/2009 tentang Penerbangan, yang menyatakan jaminan atas pesawat adalah kepentingan internasional sebagaimana diatur dalam Cape Town Convention. Akan tetapi, kepentingan internasional ini tidak diakui dalam hukum jaminan yang berlaku di Indonesia, sehingga jaminan atas pesawat di Indonesia menjadi tidak pasti. Selain itu, benda terdaftar juga belum diakui di Indonesia, sehingga prinsip lex rei sitae berkembang dan memunculkan prinsip lex registri. Meskipun tidak diatur dalam suatu ketentuan hukum tersendiri, lex registri sudah diakui di Indonesia. Dengan mendaftarkan pesawat untuk dapat beroperasi dan terbang di, dari, dan ke Indonesia sudah secara implisit menghadirkan situs artifisial bagi pesawat. Sehingga dalam skripsi ini akan membicarakan tentang status kebendaan pesawat yang akan mempengaruhi hukum yang akan berlaku terhadap pesawat, sekaligus perkembangan dari cara penentuannya.Mobilitasnya yang tinggi dan kemampuan menempuh jarak jauh lebih cepat dibandingkan transportasi lainnya adalah beberapa alasan yang membuat pesawat menjadi mode transportasi yang penting sekarang ini. Secara ilmiah, dengan alasan tersebut, pesawat dapat dikategorikan sebagai benda bergerak, begitu juga konvensi internasional terkait pesawat mengaturnya. Namun undang-undang di Indonesia menyatakan sebaliknya. Meskipun dianggap sebagai benda tidak bergerak, jaminan hipotek atas pesawat tidak lagi berlaku sejak berlakunya UU No. 1/2009 tentang Penerbangan, yang menyatakan jaminan atas pesawat adalah kepentingan internasional sebagaimana diatur dalam Cape Town Convention. Akan tetapi, kepentingan internasional ini tidak diakui dalam hukum jaminan yang berlaku di Indonesia, sehingga jaminan atas pesawat di Indonesia menjadi tidak pasti. Selain itu, benda terdaftar juga belum diakui di Indonesia, sehingga prinsip lex rei sitae berkembang dan memunculkan prinsip lex registri. Meskipun tidak diatur dalam suatu ketentuan hukum tersendiri, lex registri sudah diakui di Indonesia. Dengan mendaftarkan pesawat untuk dapat beroperasi dan terbang di, dari, dan ke Indonesia sudah secara implisit menghadirkan situs artifisial bagi pesawat. Sehingga dalam skripsi ini akan membicarakan tentang status kebendaan pesawat yang akan mempengaruhi hukum yang akan berlaku terhadap pesawat, sekaligus perkembangan dari cara penentuannya.

High mobility and ability to reach far destination in a short span of time compared to other transportation modes are some of the reasons as to why airplane is becoming significant in modern life. Scientifically speaking, with the same reasoning, an aircraft can be categorized as a movable object. International conventions regarding airplane assumes the same. However, recurring Indonesian regulation states the otherwise. Even though aircraft is considered immovable object in Indonesia, mortgage upon an aircraft no longer prevails after Aviation Act 2009 puts into force, in which stated security rights of an aircraft is international interest as defined in Cape Town Convention. Even though recognized, the form of international interest is not known under any security rights in Indonesia, which makes security rights of an aircraft is not yet determined. Other than that, registered object is not yet recognized in Indonesia. This leads lex rei sitae enforcability developed into lex registri and is now applicable to registered ones. By registering the airplane in Indonesia in order to be able to operate and fly in, from, and to Indonesian air territory, lex registri has been acknowledged, though implicitly, and this leads an aircraft to have artificial situs. This article will discuss about property law aspects of an aircraft and its effect on applicable law towards an aircraft, as well as development of determinating manner of the applicable law."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lado Rislya Prakasa
"Untuk mengetahui kekuatan struktur doubler dalam menahan terjadinya kegagalan akibat retakan yang disebabkan oleh cyclic loading, diperlukan suatu analisis tersendiri yang tidak terdapat pada panduan Structural Repair Manual (SRM). Cyclic loading dapat mengurangi kekuatan skin doubler secara bertahap (fatigue) hingga mencapai kegagalan (fracture). Pada penelitian ini akan dilakukan analisis crack growth rate dan jumlah siklus pembebanan yang dibutuhkan untuk memunculkan retakan dengan panjang tertentu (fatigue cycle) terhadap struktur doubler fuselage skin pesawat Boeing 737-900 Extended Range dengan station number 360-380 di antara stringer 6L-7L pada setiap panjang retakan dan ketinggian terbang simulasi. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan numerik dengan metode Modified Virtual Crack Closure Integral (MVCCI) untuk mendapatkan nilai Stress Intensity Factor (SIF) melalui software berbasis metode elemen hingga. Melalui nilai yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai crack growth rate dan fatigue cycle berbanding lurus terhadap variasi panjang retakan dan ketinggian terbang simulasi yang diberikan. Nilai crack growth rate paling rendah terjadi pada struktur doubler dengan panjang retakan 8,5 mm dan kondisi terbang 5000 feet yaitu sebesar 2,964 mm/cycle, dan nilai tertinggi sebesar 5,471 mm/cycle terjadi pada struktur doubler dengan panjang retakan 51 mm dan kondisi terbang 40000 feet. Sedangkan, nilai fatigue cycle paling rendah terjadi pada struktur doubler dengan panjang retakan 8,5 mm dan kondisi terbang 40000 feet yaitu sebesar 2,540 cycle, dan nilai tertinggi sebesar 5,470 cycle terjadi pada struktur doubler dengan panjang retakan 51 mm dan kondisi terbang 5000 feet."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2021
620 JIA XIII:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tondi Halomoan Raja
"ABSTRAK
Sumber yang menyebabkan tingginya tingkat getaran tidak mungkin bisa ditentukan tanpa metode yang tepat karena banyaknya jumlah komponen dan tingkat kompleksitas struktur yang tinggi pada mesin turbofan. Dengan memanfaatkan tranduser getaran pada mesin turbofan, karakter getaran dan tingginya tingkat getaran yang terbaca oleh tranduser dapat menghasilkan spektrum frekuensi dan dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan diagnosa lengkap dan akurat mengenai setiap sumber yang menyebabkan getaran dan tingkat getaran yang dihasilkan sumber tersebut. Penelitian dilakukan dengan membuat tabel diagnosa getaran yang mencakup seluruh frekuensi getaran yang mungkin dihasilkan oleh mesin turbofan CFM56-7B dan melakukan analisis spektrum frekuensi terhadap kasus getaran berlebih yang terjadi. Analisis spektrum frekuensi dilakukan terhadap kasus getaran berlebih yang terjadi pada mesin turbofan CFM56-7B di ruang uji saat menjalankan rangkaian uji performa. Analisis spektrum frekuensi yang dilakukan menghasilkan diagnosa bahwa getaran berlebih diakibatkan oleh unbalance yang terjadi pada sudu-sudu fan. Setelah dilakukan rektifikasi, nilai amplitudo getaran mengalami penurunan dan berada di bawah batas getaran yang telah ditetapkan.

ABSTRACT
Source that is causing high level of vibration cannot be determined without correct method due to high amount of components and high structure complexity in turbofan engine. By taking advantage of vibration tranduscers in turbofan engine, vibration levels and characteristics that is sensed by the transducers can provide frequency spectrum and can be interpreted to produce complete and accurate diagnosa of every vibration source. The research is done by making vibration diagnostic table which contains every possible vibration in turbofan CFM56 7B and doing frequency spectrum analysis on a vibration exceedance case. Frequency spectrum analysis is performed on vibration exceedance case occuring on a turbofan CFM56 7B which is undergoing an engine performance test in test cell. The result of the frequency spectrum analysis is the diagnosis of unbalanced fan blades. Vibration amplitude value is decreased to below the regulated limit after rectification to the problem is done."
2017
S68583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Breva Walandaya
"ABSTRAK
Mesin turbofan CFM56-7B diproduksi oleh CFM-international. Pada dasarnya mesin turbofan menggunakan prinsip kerja turbin gas yang menggunakan prinsip siklus Bryton. Turbofan CFM56-7B terdiri dari 2 jalur aliran udara yaitu Primary Airflow (proses pembakaran) dan Secondary Airflow (Bypass). Sistem primary airflow sangat berperan penting terhadap kinerja dari mesin, jika sistem ini mengalami masalah maka mesin akan mengalami penurunan daya hisap udara. Untuk itu pemantauan kondisi kehandalan sistem ini perlu diperhatikan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis nilai reliabilitas atau kehandalan dari sistem primary airflow pada mesin CFM56-7B dengan melihat kegagalan yang terjadi pada sistem seperti fan, kompresor, combustion chamber dan turbin.

ABSTRACT
The CFM56-7B turbofan engines manufactured by CFM International. Basically, turbofan engines using the working principle of gas turbine which use the principle of Bryton Cycles. The CFM56-7B turbofan consist of 2 airflow paths namely Primary Airflow (combustion process) and Secondary Airflow (Bypass). Primary Airflow system plays a major role on the engine performance, if the system has problems then the engine will decrease the air suction power. Therefore, monitoring the condition of system reliability needs to be considered. This research will discuss the analysis of the reliability or the realibility value of Primary Airflow system on CFM56-7B engine by seeing the failure that occur in the system such as fan, compressor, combustion chamber, and turbine."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>