Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febi Silfia Azzahra
"Pesisir selatan Jawa Timur memiliki potensi kebencanaan terutama tsunami yang cukup tinggi. Untuk tujuan mitigasi, selain memperingatkan warga mengenai bahaya tsunami, perlu juga dilakukan penelitian sejarah kejadian tsunami karena ada kemungkinan pengulangan kejadian. Catatan sejarah tsunami di Jawa Timur banyak mengambil tempat di Pacitan dan Banyuwangi, padahal Lumajang beserta beberapa kabupaten lain menjadi daerah yang sangat rawan tsunami juga. Maka dari itu, penelitian ini memilih daerah Lumajang, lebih tepatnya Kecamatan Tempeh sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi endapan paleotsunami menggunakan empat metode, yaitu granulometri, XRF, Loss on Ignition (LOI), dan analisis mikrofauna. Dari pengamatan di lapangan dan karakter lapisan, berdasarkan pengamatan megaskopis, kandidat endapan paleotsunami pada sampel core JTM-11 terdapat pada kedalaman 142-150 cm. Berdasarkan analisis laboratorium yang berupa analisis granulometri, XRF, dan LOI, didapatkan bahwa karakter dari endapan kandidat paleotsunami tidak menunjukkan karakter endapan paleotsunami yang cukup signifikan dan representatif. Untuk analisis LOI sendiri juga menunjukkan angka yang sangat rendah baik di lapisan kandidat dan non kandidat. Selain itu tidak ditemukan adanya mikrofauna pada lapisan kandidat paleotsunami.

The southern coast of East Java has quite high potential for disasters, especially tsunamis. For mitigation purposes, apart from warning residents about the dangers of tsunamis, it is also necessary to research the history of tsunami events because there is a possibility of recurrence. Historical records of tsunamis in East Java mostly take place in Pacitan and Banyuwangi, even though Lumajang and several other districts are areas that are very prone to tsunamis as well. Therefore, this research chose the Lumajang area, more precisely Tempeh District as the research location. This research aims to identify paleotsunami deposits using four methods, namely granulometry, XRF, Loss on Ignition (LOI), and microfauna analysis. From field observations and layer characteristics, based on megascopic observations, candidate paleotsunami deposits in the JTM-11 core sample are found at a depth of 142 – 150 cm. Based on laboratory analysis in the form of granulometry, The LOI analysis itself also shows very low numbers in both the candidate and non-candidate layers. Apart from that, no microfauna was found in the paleotsunami candidate layer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intanza Oktafia
"Daerah Sukatani berada di Selatan Jawa memiliki potensi terjadi bencana tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi besar dari proses pergerakan di zona subduksi. Catatan sejarah kejadian tsunami di Selatan Jawa masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian identifikasi endapan paleotsunami. Daerah Sukatani dipilih sebagai lokasi penelitian karena belum ada penelitian mengenai paleotsunami di daerah ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejarah kejadian paleotsunami di daerah Sukatani yang masih sangat terbatas. Pengambilan sampel kode KRB 03 sepanjang 193 cm dilakukan di Pantai Karang Bolong, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Untuk mengetahui lapisan endapan paleotsunami dilakukan beberapa analisis laboratorium seperti analisis ukuran butir (granulometri), loss on Ignition (LOI), geokimia unsur jejak, dan analisis foraminifera. Dari analisis yang terlah dilakukan didapatkan satu lapisan endapan paleotsunami di kedalaman 164 hingga 186 cm. Hasil analisis ukuran butir diketahui lapisan endapan paleotsunami memiliki rata-rata ukuran butir antara kerikil halus hingga pasir halus, sortasi sedang hingga sangat buruk, kurtosis tipe very platykurtic hingga very leptokurtic, dan skewness tipe very fine skewed hingga very coarse skewed. Hasil analisis Loss on Ignition (LoI) diketahui lapisan endapan paleotsunami memiliki kandungan material organik yang rendah dan material karbonat yang lebih tinggi. Hasil analisis geokimia unsur jejak diketahui lapisan endapan paleotsunami memiliki kandungan unsur Ca dan Sr yang lebih tinggi. Hasil analisis foraminifera didapatkan foraminifera bentonik dengan lingkungan neritik tengah yang diperkirakan sebagai sumber endapan paleotsunami.

The Sukatani area in southern Java has the potential for a tsunami disaster caused by a large earthquake from the movement process in the subduction zone. The historical record of tsunami events in southern Java is still limited, so it is necessary to conduct research on the identification of paleotsunami deposit. The Sukatani area was chosen as the research location because there was no research on paleotsunami in this area. This research was conducted to determine the history of ancient tsunami events in the Sukatani area which is still very limited. Sampling code KRB 03 along 193 cm was carried out at Karang Bolong Beach, Surade District, Sukabumi Regency. To determine the paleotsunami sediment layer, several laboratory analyzes were carried out such as grain size analysis (granulometry), loss on Ignition (LOI), trace element geochemistry and foraminifera analysis. From the analysis that has been carried out, it is found that one paleotsunami deposit layer is at a depth of 164 to 186 cm. The results of grain size analysis show that the paleotsunami sediment layer has an average grain size of fine gravel to fine sand, moderate to very poor sorting, very platykurtic to very leptokurtic types of kurtosis, and very fine skewed to very coarse skewed types of skewness. The results of the loss on Ignition (LOI) analysis show that the paleotsunami sediment layer has a low content of organic material and higher carbonate material. The results of trace element geochemistry analysis show that the paleotsunami sediment layer has higher levels of Ca and Sr. The results of foraminifera analysis obtained bentonic foraminifera with middle neritic environments which are thought to be the source of paleotsunami deposits."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Selinzaskia Anwar
"Deposit paleotsunami telah ditemukan di berbagai lokasi di Indonesia, diantaranya ialah di kawasan Pacitan, Kulon Progo, Cilacap, Pangandaran, serta kawasan Lebak, Banten. Penelitian kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan model yang ideal dalam penentuan luasan zona inundasi paleotsunami di sepanjang kawasan pesisir selatan Malingping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan metode pemodelan numerik finite difference melalui perangkat lunak ComMIT yang berbasis sistem MOST (Method Of Splitting Tsunamis). Kegiatan lapangan dilakukan guna mengidentifikasi keberadaan endapan paleotsunami pada kawasan lembahan atau swale. Beberapa skenario seperti peristiwa Pangandaran 2006, Aceh 2004, Tohoku 2011, serta gempa yang bersumber pada kawasan segmen megathrust Selat Sunda, dan megathrust sepanjang selatan Jawa digunakan dalam proses pemodelan untuk melihat karakteristik paleotsunami yang paling mungkin mengendapkan deposit di kawasan penelitian. Pemodelan dilakukan dengan berbagai macam skema yaitu dengan memanfaatkan unit source dengan bentuk segmen-segmen pada zona subduksi pada database ComMIT, serta menggunakan parameter sumber gempa yang dimasukkan secara manual untuk selanjutnya dilakukan pemodelan pada ComMIT. Hasil pemodelan menunjukkan skenario tsunami terburuk yang mungkin pernah terjadi di kawasan penelitian ialah peristiwa tsunami dengan nilai magnitudo mencapai 9.1Mw, dengan jangkauan inundasi maksimum sejauh 5,2 kilometer, serta amplitudo gelombang mencapai 32 meter, yang diperkirakan menjadi peristiwa tsunami yang mengendapkan deposit paleotsunami yang ditemukan di daerah penelitian.

Paleotsunami deposits have been found in various locations in Indonesia, such as in the Pacitan area, Kulon Progo, Cilacap, Pangandaran, and Lebak, Banten. This research was conducted with the aim of obtaining an ideal model in determining the area of the paleotsunami inundation zone along the southern coastal area of Malingping, Lebak Regency, Banten Province with the finite difference numerical modeling method through ComMIT software based on the MOST (Method Of Splitting Tsunamis) system. Field activities were carried out to identify the presence of paleotsunami deposits in the swale area. Several scenarios such as the Pangandaran 2006, Aceh 2004, Tohoku 2011, as well as earthquakes originating in the Sunda Strait megathrust segment area, and megathrust along the south of Java were used in the modeling process to see the characteristics of paleotsunami that were most likely to produced the tsunami deposits in the study area. Modeling is carried out with various schemes, such as using the ComMIT database unit source in the form of segments in the subduction zone, as well as using earthquake source parameters that are entered manually for further modeling on ComMIT. The modeling results show that the worst tsunami scenario that may have ever occurred in the study area is the tsunami event with a magnitude value of 9.1Mw, with a maximum inundation range of 5.2 kilometers, and a wave amplitude of up to 32 meters, which is estimated to be a tsunami event that deposits paleotsunami deposits found in the study area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Rudyanto
"Kondisi kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan oleh jemaah haji karena prosesibadah haji melibatkan aktivitas fisik yang sangat berat. Jemaah haji yang bugar adalahjemaah haji yang memenuhi istifa'ah kesehatan. Untuk menjadi bugar dan istifa'ah,jemaah haji harus diberdayakan dan diberi pembinaan, sehingga memiliki kemampuan diri melakukan latihan fisik secara teratur. Partisipasi jemaah haji dalam program peningkatan kebugaran, baik secara perorangan maupun kelompok, dapat diupayakan melalui pembinaan latihan fisik dengan melibatkan peran kader kesehatan olahraga (kesorga).
Studi ini bertujuan untuk mengetahui: (i) peran kader kesorga dalam mendukungkeberhasilan latihan fisik jemaah haji di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur; (ii) hubungan variabel komposisional level individu dengan latihan fisik; (iii) diketahuinya hubungan variabel kontekstual level desa dan level Puskesmas dengan latihan fisik. Penelitian ini menggunakan mixed method yaitu metode kuantitatif dan kualitatif, dengan desain studi potong lintang cross sectional. Variabel yang diukur ada 3 level yaitu: (i) level individu meliputi karakteristik demografik dan penerapan konsep HBM pada 178 jemaah haji; (ii) level desa terdiri atas karakteristik demografik kader, motivasi dan keaktifan 61 kader serta dukungan 61 kepala desa; (iii) level Puskesmas mencakupdukungan 22 Puskesmas dan 19 KUA. Analisis data menggunakan uji statistik multilevel regresi logistik berganda untuk membuktikan hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan konsep HBM terbukti memilikihubungan yang signifikan dengan partisipasi jemaah haji dalam melakukan latihan fisik.Fakta ini menerangkan bahwa berolahraga secara teratur bukanlah hambatan bagi jemaahhaji. Selanjutnya jemaah haji juga meyakini mampu melakukan latihan fisik secara teraturdan cenderung menjadikannya sebagai kebiasaan hidup. Ditemukan pula bahwa kaderkesorga terbukti berperan dan memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat latihanfisik jemaah haji.
Studi ini menemukan ada variasi atau perbedaan peran kader kesorga menurut penerapaan konsep HBM dalam kaitannya dengan tingkat latihan fisik jemaah haji. Disarankan agar setiap Puskesmas dapat mengembangkan pola alternatif pembinaaan kader kesorga dan calon jemaah haji dengan melibatkan klub olahraga, kelompok jemaah haji, kepala desa dan KBIH. Program latihan fisik jemaah haji dengan melibatkan peran kader kesorga perlu diadopsi oleh Kementerian Kesehatan RI dan selanjutnya direplikasikan ke daerah lain.

Adequate health condition urgently required by pilgrims because the process ofpilgrimage involves a very heavy physical activity. Hajj pilgrims with good physical fitnessclassified as pilgrims who fulfill health isti'ah. In order to become fit and isti'ah,pilgrims should be empowered and provided such a coaching, so they will have the abilityto execute physical exercise in a regular basis. Participation of pilgrims in a fitness improvement program, either individually or in groups, could be pursued through physical exercise coaching by involving the role of sport health cadres.
The main purpose of this study was to find out: (i) the role of sport health cadres inorder to support the success of pilgrims physical exercise in Lumajang District, East Java Province; (ii) examine the association of compositional variables individual level with physical exercise; (iii) examine the association of contextual variables village and Puskesmas levels with physical exercise.
This research was conducted using a mixed method quantitative and qualitative methods with cross sectional study design. The measured variables consisted of 3 levels: (i) individual level included demographic data and the application of HBM concept to 178 pilgrims; (ii) village level consisted of cadre demographic characteristics, cadres motivationand cadres; activeness of 61 cadres and the support of 61 village heads; iii Puskesmaslevel included the support of 22 Puskesmas and 19 KUAs. Data analysis was performedusing multilevel statistical test of multiple logistic regression to prove a research hypothesis.
The application of the HBM concept proved to have a significant relationship withparticipation of pilgrims in physical exercise. The findings of the study explain that regularphysical exercise is not an obstacle for pilgrims. Furthermore, pilgrims also convince thatthey are able to maintain physical exercise regularly and tend to make it as a habit of life. Another result of study indicates the cadres proved to have a significant relationship withthe level of pilgrims; physical exercise.
Finally, in conclusion this study found that there was a variation or differencebetween the application of the HBM concept and the role of cadres with the level ofpilgrims; physical exercise. It was suggested that each Puskesmas should develop variousalternative coaching patterns for cadres and pilgrims by involving sports clubs, hajj groups, village heads and KBIH. Hajj pilgrims; physical exercise program involving the role ofcadres required to be adopted into the Ministry of Health program and then replicated toother provinces."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D2440
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Singgih Prabowo
"Sudah lama jika kehidupan masyarakat Tengger yang mendiami tepian kaldera Gunung Tengger telah menarik perhatian para ilmuan sosial dan antropolog. Masyarakat Tengger terkenal dengan kehidupannya yang damai, terartur, tertib, jujur, dan rajin bekerja. Dataran tinggi Tengger dikenal sebagai wilayah yang damai dan tentram karena orang Tengger masih memegang teguh nilai budaya yang diwariskan nenek moyangnya. Selain itu mereka juga apresiatif terhadap tradisi yang diwariskan leluhurnya yang dijadikan rujukan dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi bagaimana dengan kondisi saat ini, dimana interaksi antara masyarakat dataran rendah dengan masyarakat dataran tinggi mulai intens karena membaiknya kondisi insfrastuktur yang menunjang. Apakah meningkatnya interaksi tersebut telah merubah kehidupan masyarakat Tengger khususnya nilai budaya yang selama ini menjadi rujukan mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kajian ini yang menjadi fokus utama adalah bagaimana sosialisasi nilai budaya Tengger yang dilakukan keluarga melalui pola asuh dalam membentuk karakter anak ditengah perubahan yang terjadi. Keluarga inti dipilih sebagai unit analisis karena sebagai satuan terkecil dalam satuan sosial memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapai masyarakat dan perubahan yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan jika pada masyarakat Tengger di Desa Ranu Pani telah mengalami perubahan, sehingga ada nilai budaya yang tetap dipertahankan dan ada yang mulai berubah. Selain itu perubahan yang terjadi telah berdampak sampai tingkat keluarga sehingga berpengaruh terhadap sosialisasi nilai budaya dan pola asuh dalam pembentukan karakter anak.

It's been a long time known that the lives of the people who inhabit the periphery of Tengger Caldera mountain has attracted the attention of social scientists and anthropologists. Tengger community famous for a peaceful life, strong community, orderly, honest, and diligent. Tengger highlands known as the quiet and peaceful region because of the Tengger still adhere to the cultural values inherited by their ancestors. In addition, they are also appreciative of the inherited tradition by their ancestors and it were used as a reference in social life. But what about the current conditions, where the interaction between the people from the lowland and highland begin intense because of the improved conditions of infrastructures. Does increasing the interaction has changed people's lives, especially Tengger cultural values that have become their reference in social life.
In this study the main focus is how the socialization of Tengger cultural values carried by families through child rearing in shaping the character of children amid the changes. Nucleus family chosen as the unit of analysis, as the smallest unit in a social unit, it has a sensitivity to social problems faced by society and the changes that happen. The results show that Tengger community at Ranu Pani village has changed, so there is cultural value will be retained and there is some that starting to change. Besides the changes have an impact until the level of the family, it contributes to the changes of socialization of cultural values and child rearing in the formation of character.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Zulny
"Daerah penelitian “X” merupakan daerah prospek alterasi dan mineralisasi endapan emas yang termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa bagian Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik alterasi dan mineralisasi endapan emas meliputi kehadiran himpunan mineral alterasi, mineral bijih, geokimia bijih, tekstur mineralisasi, persebaran zona alterasi hidrotermal, serta paragenesa endapan mineral bijih pada daerah penelitian. Pada penelitian ini, terdapat empat metode yang dilakukan meliputi petrografi, mineragrafi, XRD, dan AAS. Analisis petrografi dilakukan untuk mengamati karakteristik tekstur urat, mengidentifikasi kandungan mineral penyusun batuan dan keterdapatan himpunan mineral penciri zona alterasi hidortermal pada sampel batuan. Analisis XRD dilakukan untuk mengidentifikasi asosiasi mineral-mineral ubahan yang terbentuk pada zona alterasi di daerah penelitian yang sulit teridentifikasi melalui analisis petrografi. Analisis mineragrafi dilakukan untuk mengetahui karakteristik mineral bijih yang hadir, tekstur mineral bijih, keterdapatan mineral bijih yang berasoasiasi dengan endapan emas, serta penentuan paragenesa endapan mineral bijih pada daerah penelitian. Analisis AAS dilakukan untuk mengetahui keterdapatan unsur logam beserta kadar masing-masing unsur logam yang teridentifikasi pada daerah penelitian. Berdasarkan analisis petrografi dan XRD, zona alterasi hidrotermal yang berkembang pada daerah penelitian terdiri dari zona alterasi argilik dan propilitik. Zona alterasi argilik dicirikan oleh kehadiran mineral montmorillonite dan dickite dengan temperatur pembentukan diperkiran pada rentang suhu 200°-250°C. Zona alterasi propilitik dicirikan oleh melimpahnya kehadiran mineral klorit, epidot, dan kalsit dengan temperatur pembentukan diperkiran pada rentang suhu 120°-320°C. Berdasarkan analisis petrografi menunjukkan kehadiran tekstur urat pada daerah penelitian meliputi tekstur comb dan mosaic. Berdasarkan analisis mineragrafi, mineral bijih yang hadir di daerah penelitian meliputi mineral magnetit, pirit, kalkopirit, galena, rutil, ilmenit, hematit, kalkosit, goethite, dan hydrous iron oxide dengan tekstur mineral bijih berupa tekstur open space filling, diseminasi, penggantian, intergrowth, colloform, dan eksolusi. Berdasarkan analisis AAS, kehadiran emas ditunjukkan oleh terdeteksinya kadar unsur logam Au sebesar 0,09 - 2,5 ppm. Terdapat beberapa unsur logam lainnya yang teridentifikasi pada analisis AAS meliputi Cu, Pb, Zn, dan Ag. Mineral bijih yang berasosiasi dengan endapan emas pada daerah penelitian meliputi mineral pirit, kalkopirit, dan galena. Paragenesa endapan mineral bijih daerah penelitian terbagi menjadi dua tahap pembentukan yang diawali oleh terbentuknya mineral primer pada tahap hipogen meliputi mineral magnetit, pirit, kalkopirit, galena, rutil, dan ilmenit serta dilanjutkan oleh terbentuk mineral sekunder pada tahap supergen meliputi mineral hematit, kalkosit, goethite, dan hydrous iron oxide. Berdasarkan karakteristik alterasi dan mineralisasinya daerah penelitian termasuk dalam sistem endapan porfiri dan epitermal sulfidasi rendah.

Research area "X" is a prospect area for alteration and mineralization of gold deposits which is included in the Southern Mountain Zone of Eastern Java. This research aims to determine the characteristics of alteration and mineralization of gold deposits including the presence of alteration mineral assemblages, ore minerals, ore geochemistry, mineralization texture, distribution of hydrothermal alteration zones, as well as the paragenesis of ore mineral deposits in the research area. In this research, four methods were used including petrography, mineragraphy, XRD, and AAS. Petrographic analysis was carried out to observe the texture characteristics of the veins, identify the mineral content that makes up the rock, and the presence of mineral assemblages that characterize hydrothermal alteration zones in the rock samples. XRD analysis was carried out to identify alteration mineral associations formed in alteration zones in the research area that are difficult to identify through petrographic analysis. Mineragraphic analysis was carried out to determine the characteristics of the ore minerals present, the texture of the ore minerals, the presence of ore minerals associated with gold deposits, as well as determining the paragenesis of ore mineral deposits in the research area. AAS analysis was carried out to determine the presence of metal elements and the levels of each metal element identified in the research area. Based on petrographic and XRD analysis, the hydrothermal alteration zone that develops in the research area consists of argillic and propylitic alteration zones. The argillic alteration zone is characterized by the presence of montmorillonite and dickite minerals with formation temperatures estimated to range from 200°-250°C. The propylitic alteration zone is characterized by the abundant presence of chlorite, epidote, and calcite minerals with formation temperatures estimated to range from 120°-320°C. Based on petrographic analysis, it shows the presence of vein textures in the study area including comb and mosaic textures. Based on mineragraphic analysis, the ore minerals present in the research area include magnetite, pyrite, chalcopyrite, galena, rutile, ilmenite, hematite, chalcocite, goethite, and hydrous iron oxide with the ore mineral textures shown including open space filling, dissemination, replacement, intergrowth, colloform, and exsolution. Based on AAS analysis, the presence of gold was indicated by the detection of Au metal element levels of 0.09 - 2.5 ppm. There are several other metal elements identified in AAS analysis including Cu, Pb, Zn, and Ag. The ore minerals associated with gold deposits in the research area include pyrite, chalcopyrite, and galena. The paragenesis of ore mineral deposits is divided into two stages, starting with the formation of primary minerals at the hypogene stage including magnetite, pyrite, chalcopyrite, galena, rutile and ilmenite and continued by the formation of secondary minerals at the supergene stage including hematite, chalcocite, goethite, and hydrous iron oxide. Based on the characteristics of alteration and mineralization, the research area is classified within the porphyry and low-sulfidation epithermal deposit systems."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andari Ayu
"Pesisir selatan Kabupaten Pacitan merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan memiliki sebuah teluk bernama Teluk Pacitan. Proses erosi dan sedimentasi perlu diketahui untuk melihat kondisi fisik pantai. Ukuran dan diameter butir sedimen merupakan bagian dari sifat-sifat sedimen yang dapat memberikan informasi tentang proses transport sedimen. Distribusi sedimen memberikan gambaran mengenai asal sedimen, sejarah transportasi, dan kondisi pengendapannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan sedimentasi dan menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap diameter butir sedimen. Metode pengambilan sampel daerah acak berstrata pada setiap segmen sepanjang 150x150 meter untuk pengumpulan sampel sedimen dan data kemiringan gisik pantai. Pengelompokkan sedimen dari hasil pengayakan yang dilakukan di laboratorium P2O LIPI berdasarkan skala Wentworth dan dilakukan uji granulometri. Arus pantai dan energi geombang diperoleh dari sumber data BMKG Ocean Forecast System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedimen dengan jenis pasir mendominasi di semua pantai. Nilai mean pada pantai hadapan samudera berkisar antara -0.18 ndash; 2.43, sorting adalah well sorted hingga poorly sorted, skewness adalah very fine skewed hingga very coarse skewed, dan kurtosis adalah very leptokurtic dan extremely leptokurtic. Pantai hadapan teluk, nilai mean 2.20 ndash; 4.49 dari sisi barat hingga timur, sorting adalah very well sorted hingga moderately sorted, skewness adalah very fine skewed hingga coarse skewed, dan kurtosis adalah very leptokurtic dan extremely leptokurtic. Hasil uji statistik dengan Analisis Regresi Linier Berganda diperoleh hasil arus pantai, energi gelombang, dan keimiringan gisik pantai berpengaruh secara simultan terhadap diameter butir sedimen.

The southern coast of Pacitan regency is one of the areas directly adjacent to the Indian Ocean and has a bay called Pacitan Bay. The process of erosion and sedimentation should be known to see the physical condition of the beach. The size and diameter of the sediment grains are part of the sedimentary properties that can provide information about the sediment transport process. Sediment distribution provides an overview of the origin of sediments, transportation history, and deposition conditions. This study aims to analyze the sedimentation environment and analyze the variables that have the most influence on the diameter of the sediment grains. Methods of sampling stratified random areas on each segment along 150x150 meters for collection of sediment samples and slope data of coastal gradients. The grouping of sediments from the sieving result conducted in LIPI P2O laboratory based on Wentworth scale and granulometry test. Coastal currents and wave energy are obtained from BMKG Ocean Forecast System data source. The results showed that sediment with sand types dominates on all beaches. Mean values on oceanfront beaches range from 0.18 2.43, sorting is well sorted to poorly sorted, skewness is very fine skewed to very coarse skewed, and kurtosis is very leptokurtic and extremely leptokurtic. Beachfront bay, mean value 2.20 4.49 from west to east side, sorting is very well sorted to moderately sorted, skewness is very fine skewed to coarse skewed, and kurtosis is very leptokurtic and extremely leptokurtic. The result of statistical test with Multiple Linear Regression Analysis showed that coastal currents, wave energy, and the slope of the coastal gradient influence simultaneously to the diameter of the sediment grains.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Awaliyah Istighfarin
"Pertambahan penduduk mengakibatkan lahan-lahan pertanian harus digusur untuk perumahan. Bahkan, seiring dengan perkembangan media komunikasi dan informasi yang semakin pesat, gaya hidup masyarakat pun juga semakin meningkat. Lahan-lahan terbuka hijau juga turut tergusur demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan-kebutuhan tersier, seperti hiburan dan rekreasi. Salah satu contoh adalah lahan hutan kota di Kabupaten Lumajang yang dalam waktu kurang dari sepuluh tahun terakhir telah beralih fungsi menjadi area komersil. Di area tersebut, warung kopi menjadi tempat yang paling diminati daripada kafe atau restoran. Hal tersebut lantas menarik minat saya untuk meneliti lebih lanjut mengenai warung kopi. Dengan memilih Wagino Angkringan sebagai objek studi, saya mengamati bagaimana interioritas dalam warung terbentuk. Sinergi antara elemen ruang, aktivitas pengunjung, kebutuhan, serta konteks site menjadi sangat penting. Oleh karena itu, saya membahas masing-masing aspek fisik tersebut secara detail dalam pembahasan, sehingga pada akhirnya hasil penelitian ini tak hanya dapat digunakan untuk mendeskripsikan apa dan bagaimana elemen-elemen fisik membentuk interioritas di ruang publik, tetapi juga dapat menjadi acuan dalam pengembangan ruang publik jenis tersebut di kemudian hari.

Population growth causes the eviction of farm for housing. In fact, along the development of communication and information media, people’s lifestyle was also increased. Green open space also evicted in order to meet the society needs of tertiary, such as entertainment and recreation. One example is urban forest in Lumajang Regency that was change into a commercial area in less than ten years. In this area, coffee shop becomes the most favored place rather than café or restaurant. It interests me to make a research about coffee shop. By choosing Wagino Angkringan as object of study, I observed how the interiority formed. The synergy between the elements of space, visitor activities, need, and the site context becomes very important. Therefore, I discussed each physical aspect in detail, so that research results not only can use for describe what and how the physical elements shape the interiority, but also can be a reference in the development of kind of public space in the future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmania Isfahani Latifah
"Kekayaan mineral yang ada di Indonesia terutama besi menjadi salah satu komoditi kebutuhan kehidupan manusia pada zaman ini. Kalimantan Tengah menjadi salah satu daerah dengan prospek bijih besi di Indonesia. Dalam meninjau endapan bijih besi digunakan metode Resisitivitas dan Induced Polarization yang berguna untuk mendeteksi keberadaan suatu mineral dalam litologi batuan bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan nilai dari resistivitas dan chargeability untuk menghasilkan gambaran endapan bijih besi. Konfigurasi yang digunakan adalah Wenner karena memiliki resolusi vertikal yang baik dan memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan secara lateral. Terdapat tujuh lintasan akuisisi data dengan panjang ±470 meter dengan arah lintasan dari Barat Laut ke Tenggara. Proses pengolahan data menggunakan metode inversi untuk menghasilkan penampang 2D. Variasi nilai resistivitas berkisar diantara 10 – 8000 Wm yang menunjukkan litologi pasir, lempung, batuan andesit dan tuf serta nilai chargeability berkisar 5 – 450 msec yang menunjukkan adanya mineral konduktif yang berupa bijih besi. Visualisasi dari pemodelan 3-D didapatkan dari penggabungan hasil inversi penampang 2-D. Pemodelan ini menghasilkan volume dari anomali yang diduga bijih besi pada daerah tersebut adalah 823.129 m3

The mineral wealth in Indonesia, particularly iron, has become a crucial commodity for human life in the modern era. Central Kalimantan is one of the regions in Indonesia with promising iron ore prospects. To investigate iron ore deposits, the Resistivity and Induced Polarization (IP) methods are utilized, which are effective in detecting the presence of minerals within subsurface lithology. This study employs resistivity and chargeability values to generate a depiction of iron ore deposits. The Wenner configuration was chosen for its good vertical resolution and high sensitivity to lateral changes. Seven data acquisition lines, each approximately 470 meters in length, were oriented from the northwest to the southeast. Data processing involved inversion methods to produce 2D cross-sections. The resistivity values ranged from 10 - 8000 Ωm, indicating lithologies of sand, clay, andesitic rock, and tuff, while the chargeability values ranged from 5 - 450 msec, suggesting the presence of conductive minerals, specifically iron ore. A 3D visualization was obtained by combining the inversion results of the 2D cross-sections. This modeling estimated the volume of the anomaly, presumed to be iron ore, in the area to be 823.129 m3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bening Kalimasada Aura Keindahan
"Kecamatan Lumajang yang merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Kabupaten Lumajang memiliki keunikan dalam menghasilkan jejak karbon. Penelitian ini menganalisis jejak karbon rumah tangga Kecamatan Lumajang untuk mengidentifikasi kegiatan yang berkontribusi menghasilkan jejak karbon, nilai jejak karbon, dan faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon, serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data konsumsi energi rumah tangga, aktivitas transportasi, dan konsumsi barang dan jasa dengan kuesioner online dan wawancara. Perhitungan jejak karbon dilakukan dengan kalkulator jejak karbon online oleh Carbon Footprint Ltd. Berdasarkan penelitian, rata-rata jejak karbon Kecamatan Lumajang adalah 0,507 mtCO2 per rumah tangga per bulan dan didominasi oleh jejak karbon energi (42%). Jejak karbon total berkorelasi rendah dengan tingkat pendidikan (r = 0,39, p = 5,2 x 10-5), berkorelasi sedang dengan penghasilan (r = 0,47, p = 4,0 x 10-6), dan berkorelasi sedang dengan golongan daya listrik (r = 0,45, p = 5,1 x 10-7). Jejak karbon energi berkorelasi rendah dengan tingkat pendidikan (r = 0,29, p = 0,01), berkorelasi sedang dengan penghasilan (r = 0,44, p = 2,8 x 10-5), berkorelasi rendah dengan luas lahan hunian (r = 0,28, p = 3,7 x 10-2), dan berkorelasi kuat dengan golongan daya listrik (r = 0,66, p = 3,9 x 10-16). Jejak karbon transportasi berkorelasi rendah dengan luas lahan hunian (r = 0,28, p = 3,7 x 10-2). Jejak karbon barang dan jasa berkorelasi rendah dengan penghasilan (r = 0,27, p = 4,1 x 10-2). Untuk mengurangi jejak karbon energi, metode reduksi absolut tepat digunakan mengingat hanya sedikit orang yang menggunakan energi terbarukan di rumah. Dalam meminimalkan jejak karbon transportasi, peralihan moda ke transportasi lebih rendah karbon lebih mudah diterapkan. Jejak karbon barang dan jasa paling baik dikurangi dengan meningkatkan efisiensi penggunaan barang yang ada. Upaya-upaya ini juga dapat didukung dengan mengembangkan kebijakan dan sistem untuk mengurangi jejak karbon.

Lumajang District, the most populated district in Lumajang Regency, has uniqueness in generating carbon footprint. This study analyzed the household carbon footprint of Lumajang District to identify activities that contribute to generating carbon footprint, the carbon footprint value, and factors that affect the carbon footprint, as well as provide recommendations for reducing household carbon footprints. This study collected datas of household energy consumption, transportation activities, and consumption of goods and services with online questionnaires and interviews. The carbon footprint calculation used an online carbon footprint calculator by Carbon Footprint Ltd. Based on this study, the average carbon footprint in Lumajang District was 0.507 mtCO2 per household per month and it is dominated by energy carbon footprint. The total carbon footprint was low correlated with education level (r = 0.39, p = 5.2 x 10-5), moderately correlated with income (r = 0.47, p = 4.0 x 10-6), and moderately correlated also with the electric power group (r = 0.45, p = 5.1 x 10-7). Energy carbon footprint had low correlation with education level (r = 0.29, p = 0.01), moderate correlation with income (r = 0.44, p = 2.8 x 10-5), low correlation with residential land area (r = 0.28, p = 3.7 x 10-2), and strong correlation with the electric power group (r = 0.66, p = 3.9 x 10-16). The carbon footprint of transportation has a low correlation with the area of residential land (r = 0.28, p = 3.7 x 10-2). The carbon footprint of goods and services has a low correlation with income (r = 0.27, p = 4.1 x 10-2). To reduce the energy carbon footprint, the absolute reduction method is the best measure considering that there are only few people who use renewable energy at home. In minimizing transportation carbon footprint, switching modes to a low-carbon transportation is easier to implement. The carbon footprint of goods and services is best reduced by increasing efficiency of the usage of existing goods. These attempts can also be supported by developing policies and systems for reducing carbon footprints"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>