Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98978 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diva Mazaya Muhsin
"Banjir merupakan kejadian ketika air di dalam saluran meningkat dan melampaui kapasitas daya tampungnya. Kejadian banjir di wilayah perkotaan banyak dipengaruhi faktor fisik dan faktor sosial. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah banjir, ketinggian wilayah, sungai, penggunaan lahan, dan drainase. Penelitian ini menggunakan metode overlay dan analisis deskriptif keruangan. Kecamatan Kelapa Gading terletak di Kota Jakarta Utara dengan ketinggian wilayah 5 - 10 mdpl dan dialiri oleh Sungai Sunter, Sungai Betik Pertamina, Sungai Cakung Lama, Sungai Warung Jengkol, dan Sungai Petukangan. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik banjir pada setiap kelurahan di Kecamatan Kelapa Gading pada umumnya disebabkan faktor yang sama, yaitu faktor sungai, penggunaan lahan, dan drainase. Terdapat pengecualian pada Kelurahan Kelapa Gading Timur yang menurut hasil penelitian karakteristik banjir pada kelurahan ini tidak disebabkan oleh faktor sungai. Pada Kelurahan Kelapa Gading Barat faktor drainase yang memengaruhi banjir meliputi volume drainasenya. Sementara pada Kelurahan Kelapa Gading Timur dan Pegangsaan Dua faktor drainase yang memengaruhi banjir meliputi kualitas drainasenya.

Flood is an event when the water in the channel rises and exceeds its capacity. The occurrence of floods in urban areas is greatly influenced by physical factors and social factors. In this study, the variables used are floods, land height, rivers, land use, and drainage. This study uses the overlay method and spatial descriptive analysis. Kelapa Gading District is located in North Jakarta City with a land height of 5 - 10 m above sea level and is drained by the Sunter River, Betik Pertamina River, Cakung Lama River, Warung Jengkol River, and Petukangan River. Based on the results of the study, the characteristics of flooding in each sub-district in Kelapa Gading District are generally caused by the same factors, namely river factors, land use and drainage. There is an exception in the Kelapa Gading Timur Village, which according to the results of the study, the characteristics of flooding in this village are not caused by river factors. In Kelapa Gading Barat sub-district, the drainage factors that affect flooding include the volume of drainage. Meanwhile, in the Kelapa Gading Timur and Pegangsaan Dua sub-districts, the drainage factors that affect flooding include the quality of drainage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukadi
"Indek standar pencemaran udara DKI Jakarta, parameter kritis terbanyak di Kelapa Gading. Untuk mengestimasi risiko kesehatan dilakukan analisis risiko kesehatan PM10 dan SO2 di Kelapa Gading. Konsentrasi risk agent diperoleh stasiun pemantau udara BPLHD DKI Jakarta selama 365 hari. Berat badan, waktu pajanan diukur dari 80 responden. Estimasi risiko kesehatan dinyatakan dalam RQ, dihitung dari intake risk agent dan dosis referensinya. Risiko kesehatan dianggap berisiko bila RQ>1. Hasil penelitian menunjukkan RQ PM10 dan SO2 pajanan realtime tidak berisiko. Pajanan lifespan konsentrasi maksimum PM10 berisiko terhadap kesehatan populasi. Konsentrasi PM10 diturunkan hingga 130 μg/m3,merupakan batas aman untuk semua pupolasi"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Khamdani
"ABSTRAK
Kecamatan Kelapa Gading merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara yang terdiri dari dataran rendah serta rawan dilanda bencana banjir. Salah satu area di Kelapa Gading yang berdampak paling parah akibat bencana banjir adalah di depan Mall Of Indonesia (MOI). Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa salah satu penyebab terjadinya banjir di wilayah Kelapa Gading disebabkan oleh sistem drainasenya yang masih belum dapat memenuhi debit banjirnya sehingga dapat dikatakan bahwa saluran-saluran tersebut tidak efektif dalam menampung besar debit banjir rencananya (Kusumawardhani 2018). Oleh sebab itu pada penelitian ini dibahas lebih merinci sistem drainase mikro pada wilayah DTA MOI. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengevaluasi kinerja sistem drainase mikro di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara dengan cara membandingkan antara hasil perhitungan besar debit banjir rencana daerah tangkapan air dengan kapasitas saluran drainasenya menggunakan bantuan aplikasi WinTR-20 dan HEC-RAS. Dari hasil simulasi dengan menggunakan kedua aplikasi tersebut dapat diketahui bahwa semua saluran drainase mikro pada DTA MOI mampu untuk melalukan debit banjir hingga 25 tahunan selain reach 6. Dilakukan pula evaluasi pada tampungan yang menjadi outlet dari saluran drainase pada DTA MOI tersebut dan dapat diketahui bahwa tampungan tersebut tidak mampu untuk menampung debit banjir 10 tahunan dan 25 tahunan. Berdasarkan hal tersebut, maka diberi usulan berupa peningkatan fungsi tampungan tersebut menjadi sistem polder dengan menempatkan dua buah pompa berkapasitas 0.25 m3/s. Dengan adanya sistem polder tersebut, maka banjir pada DTA MOI dapat diatasi hingga periode ulang banjir 25 tahunan.

ABSTRACT
Kelapa Gading Subdistrict is one of the sub-districts located in North Jakarta Municipality which consists of lowland and prone to floods. One of the areas in Kelapa Gading which had the worst impact due to the flood disaster was in front of Mall Of Indonesia (MOI). Based on previous research, it can be seen that one of the causes of flooding in the Kelapa Gading area is caused by the drainage system which still cannot meet its flood discharge so that it can be said that these channels are not effective in accommodating the large amount of flood discharge planned (Kusumawardhani 2018). Therefore, this study discussed more detailed micro drainage systems in the MOI catchment area. The purpose of this study was to evaluate the performance of micro drainage systems in Kelapa Gading, North Jakarta by comparing the results of the calculation of the amount of flood discharge planned by the catchment area with the capacity of the drainage channel using the help of the WinTR-20 and HEC-RAS applications. From the simulation results using these two applications, it can be seen that all micro drainage channels in the MOI catchment are able to carry out a flood discharge of up to 25 years apart from reach 6. Also carried out an evaluation on the reservoir that became the outlet of the drainage channel at the MOI catchment and found it is unable to accommodate 10 annual and 25 annual flood discharges. Based on this, the proposal was given to increase the function of the reservoir into a polder system by placing two pumps with a capacity of 0.25 m3 / s. With the existence of the polder system, the flooding of the MOI catchment can be overcome until the return period is 25 years.
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamahit, Chris R.
"Lokasi suatu bengkel mobil dapat diketahui dari kelas jalan tempat bengkel mobil itu berada. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik sebaran lokasi bengkel-bengkel mobil yang ada di kawasan Sunter dan Kelapa Gading ditinjau dari jenis bengkel mobil, luasan bengkel mobil, jumlah layanan bengkel mobil, jumlah konsumen bengkel mobil serta dari konsumen bengkel mobil sendiri yang meliputi asal konsumen, waktu tempuh konsumen menuju bengkel mobil dan hari kedatangan konsumen ke bengkel mobil.
Kajian tentang karakteristik lokasi bengkel mobil ini menggunakan pendekatan keruangan untuk meneliti lokasi bengkel mobil dan pendekatan behavior geography menggunakan kuesioner untuk meneliti perilaku konsumen terhadap bengkel mobil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran bengkel mobil besar dan sedang dengan jumlah layanan dan jumah konsumen yang tinggi seperti bengkel mobil ATPM dan bengkel mobil umum dominan mengelompok pada jalan-jalan utama dengan karakter lokasi yang strategis berada pusat kegiatan ekonomi dan perumahan teratur. Sedangkan bengkel-bengkel kecil seperti bengkel mobil spesialis dengan jumlah layanan dan jumlah konsumen rendah sebarannya dominan pada jalan kolektor dan jalan lokal dengan karakter lokasi hanya berada dekat dengan perumahan teratur sehingga tidak terlalu strategis."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S34037
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suherman
"ABSTRAK
Masalah
Sekitar 51% penduduk kota Jakarta tergolong berpenghasilan rendah tidak tetap yang diperoleh dari kegiatan sektor informal. Untuk memenuhi kehidupan manusiawinya mereka membutuhkan bidang tanah untuk membangun rumah sebagai tempat berlindung dan melakukan berbagai kegiatan. Namun pada kenyataannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut sulit dapat diwujudkan. Hal ini selain disebabkan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, dilain pihak pemerintahpun belum marnpu menyediakan papan bagi golongan penduduk ini. Dengan belum terpenuhinya kebutuhan papan yang sangat mendasar ini maka mereka berupaya dengan berbagai cara untuk memperoleh bidang tanah demi mempertahankan keberadaannya. Mereka tanpa menghiraukan berbagai risiko yang akan terjadi, dengan modal keberanian menyerobot bidang tanah kosong di berbagai bagian wilayah kota.
Adapun bidang tanah yang sering diserobot pada umumnya bidang tanah yang diperuntukan sebagai kawasan Huang Terbuka Hijau (RTH) kota yang diterlantarkan oleh pemiliknya. Lemahnya pengawasan, pemantauan dan penindakan balk preventip maupun represip secara berkesinabungan. yang dibuktikan dalam bentuk nyata di lapangan, maka Para penyerobot merasa aman untuk membangun huniannya dan melakukan berbagai kegiatan lainnya. Dengan demikian maka kawasan RTH yang merupakan kawasan bebas bangunan ini secara bertahap telah ditumbuhi bangunan liar yang pada akhirnya membentuk kawasan kumuh dengan berbagai dampaknya .
Kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pemerataan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ternyata telah memasuki kawasan kumuh ini. Hal ini terbukti dengan dibangunnya berbagai sarana dan prasarana baik dalam bentuk fisik maupun non fisik seperti jalan orang, sekolah, tempat ibadah dan berbagai kelembagaan. Ternyata pembangunan yang telah dilaksanakan pemerintah di kawasan ini telah menimbulkan persepsi yang berbeda antara pemerintah dengan masyarakat penghuni kawasan kumuh. Pemerintah membangun berbagai sarana dan presargna terse-but, sebagaimana telah dikemukakan, adalah dalam rangka pemerataan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tidak ada kaitannya dengan upaya pemerintah untuk melegalisasikan kawasan terlarang ini (RTH) menjadi kawasan pemukiman resmi sesuai rencana kota. Dengan demikian tetap pemerintah akan menggusur kawasan tersebut bila rencana yang ada di kawasan kumuh tersebut akan dilaksanakan.
Sebaliknya para penghuni kawasan kumuh tersebut mengartikan bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan pemerintah merupakan contoh yang patut ditiru. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pemerintah tidak mungkin memberi contoh membangun pada kawasan terlarang yang akhirnya harus digusur dan berdampak akan merugikan sernua pihak. Dengan berpegang pada persepsi yang berbeda ini dan belum dilaksanakannya secara nyata penggusuran bangunan yang telah terbangun di kawasan terlarang ini, maka masyarakat penghuni kawasan ini merasa aman sehingga enggan pindah.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mangenai kehidupan penghuni daerah kumuh penelitian berdasarkan jawaban atas pertanyaan penelitian yang ditujukan ke pada para responden dan observasi lapangan. Dari gambaran tersebut dapat dianalisis lebih lanjut dan faktor-faktor yang menyebabkan keengganan pindah para penghuni kawasan penelitianpun dapat diungkap.
Diharapkan informasi dan masukan yang bersumber dari hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perumus kebijakan dalam upaya menertibkan bangunan liar di kawasan terlarang.
Kerangka Pemikiran
1. Mengetahui kengganan pindah dengan pendekatan persepsi para penghuni (responden) terhadap pembangunan fisik / non fisik yang telah dilakukan Pemerintah di daerah penelitian.
2. Mengetahui pola hubungan keengganan pindah dengan lingkungan buatan.
3. Mencari hubungan antara variabel keengganan pindah dengan variabel lingkungan buatan.
4. Menarik kesimpulan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keengganan pindah para penghuni (responden) daerah penelitian.
Metode Penelitian
Dengan mengacu kepada studi kepustakaan, maka tahapan penelitian yang dilakukan lebih lanjut adalah:
1. Menentukan daerah penelitian dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan bangunan liar yang ada.
2. Sampel adalah Kepala Rumahtangga (KRT) atau Ibu Rumahtangga (IERT) sebagai pemilik, penyewa/pengontrak, petunggu atau pengisi rumah/bangunan dan berada di tempat pada saat penelitian dilakukan serta dapat memberikan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan.
3. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara dan kuesioner.
4. Pengolahan data yang diperoleh melalui kuesioner dilakukan dengan metode analisis korelasi secara statistik dengan menggunakan uji x2 (kai kuadrat) dan koefisien kontingensi.
5. Hasil observasi lapangan dan wawancara digunakan sebagai dasar analisis kualitatif untuk melengkapi hasil pengolahan data secara.statistik.
Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan di daerah Ruang Terbuka Hijau (RTH) penelitian, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terjaminnya rasa aman terhadap upaya pelaksanaan penggusuran dan adanya perbedaan persepsi antara Pemerintah dengan para penghuni (responden) daerah penelitian mengenai pembangunan yang telah dilaksanakan, mere pakan faktor utama yang menyebabkan keengganan pindah.
2. Terdapat perbedaan persepsi antara Pemerintah dengan para penghuni daerah penelitian (responden) mengenai pembangunan fisik/non fisik yang telah dilakukan Pemerintah sehingga menimbulkan sikap yang berbeda pula terhadap:
a. Apakah daerah terlarang yang dihuninya akan digusur atau tidak digusur.
b. Apakah daerah terlarang yang dihuninya telah dilegalisasi sebagai kawasan pemukiman resmi sesuai dengan rencana kota atau tidak.
3. Dari masing-masing sembilan kategori hubungan pengaruh responden terhadap lingkungan buatan (pembangunan yang dilakukan pemerintah di daerah penelitian) terhadap lingkungan sosial (keengganan pindah), berdasarkan pengukuran korelasi dan uji signifikasi terdapat empat hubungan pengaruh (+ 44,4%) yang berarti dengan derajat hubungan cukup.
4. Dalam upaya penertiban dan penataan daerah Ruang Terbuka Hijau (RTH), pemerintah atau pihak yang berkepentingan lebih banyak melaksanakan pendekatan dengan cara represip dari pada preventip.
Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi perumus kebijakan dalam melakukan langkah dan upaya penertiban bangunan liar di kawasan terlarang. Disamping itu kegunaan lain dari hasil penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang sejenis.
2. Sebagai bahan gambaran masa lampau mengenai kondisi daerah penelitian terutama bagi generasi mendatang.

ABSTRACT
The Problems
About 51% of Jakarta population were low income group which got from informal sector. To satisfy their basic needs they need a piece of land to build the shelter and to do some activities. But in fact to satisfy its were difficult to be created because their abilities and the housing program for low income group built by Government also were limited. The impact of these problems they effort to scuat the vacant land neglected by the owner such as green belt area.
The treaknes s of control, for and enforcement held by Government continuously, made the squatters felt be safe to build their shelters and to do another their activities. That is why .the green area as the forbidden territory, step by step to be grown by illegal huts -and the last it were able to create slum area with several impacts.
The Government's policy to equal development for raising human welfare also had penetrated the alum area. It had been shown by the several structures or infra structures built there such as foot path, school, mosque, public 'TC and some institutions. In fact that development had been built by Government in the slum area made difference perception between Government and the occupants. e knew that Government built foot path, school, mosque etc., to increase human welfare. There is no idea that Government would legalized the slum area become housing area according to the city planning. So the Government would clear the illegal buildings (huts) if ideal plan in the slum area implemented. But in this case the occupants of slum area had another opinions that Government was impossible to build structure or infra structures in the forbidden territory. And also the Government was impossible giving an example to build something in the wrong place
According to the difference perception and not implement to clear the illegal buildings occupied by squatters yet, so the occupants of slum area dislike to move.
The Aims
This study was intended to describe a life of the slum area occupants according to the questionnaire and observation. Also it can be further analyzed and some factors cause dislike (reluctant) of the slum area occupants to move was found. Some information and data of this study was useful for decision maker to clean
The Basic Thinking
1. Knowing a dislike (reluctant) to move of the occupant in the slum area by approaching their perceptions and stand point its physical or non physical. development done by Government.
2. Knowing the pattern of correlation between dislike or reluctant to move and man made.
3. Finding out correlation between dislike (reluctant) to move variables and man made variables.
4. Make a conclusion to decide some factors affecting the dislike (reluctant) to move of occupants in the slum area.
Method Of The Research
Referring to the a library studies, this research done step as follows:
1. Deciding the research area by consideration of illegal building development observation.
2. The samples were household or housewife as an owner, tenant or occupant of the building whom was in charge while the research was doing and they were able to answer the questionnaire by responsible.
3. Data collection was got by field observation, inter-view and questionnaire.
4. Questionnaire's data processing was done by statistic with a correlation analysis method, using x2 (kai quadratic) test and contingency coefficient.
5. The result of field observation and interview, were used as a basic quality analysis to complete the result of statistic data processing.
The Result of the Research
The research had done in the slum area (green belt area of the bank Sunter river) got conclusion as follows:
1. Security feeling guaranty from the Government's effort of forcing to move and the difference perception between the occupant and Government about development done by Government in the slum area were main factors that support the occupant's moving reluctance.
2. There was a difference perception between Government and the occupant in the slum area about development built by Government that also appear difference stand points (attitudes) about:
a. The slum area had been occupied by the squatters would be cleaned or not.
b. The forbidden territory had been occupied by the squatters will be a legal residence or housing area according to the city planning.
3. Four of nine categories of correlation among impact of difference perception to the development built by Government and reluctant to move (social environment) according to the x2 (kai quadratic) test and contingency coefficient had significant correlation in fair level.
4. The Government was done more repressive than preventive in control and straightening the slum area or green belt area out effort.
Usage of the Result
The usage of this research was expected to be input for the policy maker in straightening illegal buildings out effort.
Another the usage this research were ;
1. As a basic information to develop the identical knowledge.
2. As a illustration slum condition specially for future generation.
Pages : 27 introductory pages + 171 content pages ; illustration; 46 tables, 10 figures, 7 appendices.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Paramita
"Seiring dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, masalah kualitas hidup menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian. Salah satu yang menentukan kualitas hidup lansia adalah kesehatan rongga mulut, khususnya kondisi mulut kering. Mulut kering dapat didefinisikan sebagai keluhan subjektif (xerostomia) ataupun keluhan objektif (hiposalivasi). Xerostomia diukur dengan menggunakan kuesioner sedangkan hiposalivasi diukur dengan mengukur laju alir saliva per menit. Kuesioner Summated Xerostomia Inventory versi Indonesia (SXI-ID) telah dipakai untuk mengukur xerostomia pada lansia di panti sosial. Namun, perbedaan lingkungan pada lansia dapat memengaruhi kualitas hidup, dalam hal ini kondisi xerostomia. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan profil sosiodemografi, xerostomia yang diukur dengan SXI-ID, hiposalivasi yang diukur dengan laju alir saliva, dan hubungan antara ketiganya pada lansia non- institusi yang tinggal di Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang pada individu berusia ≥60 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan menandatangani informed consent. Kuesioner SXI-ID valid dan reliabel untuk digunakan pada populasi penelitian ini dengan nilai Cronbach alpha 0,938 dan interclass correlation coefficient (ICC) 0,938. Berdasarkan SXI-ID, prevalensi xerostomia pada kelompok lansia ini adalah 53%. Sementara itu, berdasarkan pemeriksaan laju alir saliva, prevalensi hiposalivasinya adalah 23%. Tidak ada perbedaan skor total SXI-ID berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, penyakit sistemik terkait mulut kering, dan juga konsumsi obat xerogenic. Terdapat perbedaan laju alir saliva tanpa stimulasi antara lansia laki-laki dan perempuan. Tidak terdapat perbedaan laju alir saliva berdasarkan kelompok usia, penyakit sistemik terkait mulut kering, dan konsumsi obat xerogenic. Pada populasi ini laju alir saliva tanpa stimulasi hanya dipengaruhi oleh jenis kelamin responden.

Along with the increase of older people population in Indonesia, their qualities of life are being concerned. One of the qualities of life is oral health, especially dry mouth. Dry mouth is defined as subjective complaints (xerostomia) and objective complaints (hyposalivation). Xerostomia is measured with a questionnaire while hyposalivation is measured with salivary flow rate per minute. Summated Xerostomia Inventory-Indonesian Version (SXI-ID) has been used for measuring xerostomia status of institutionalized older people. However, different environments may influence the quality of life, including xerostomia. The objective of this study is to obtain sociodemography profile, xerostomia status measured by SXI-ID, and hyposalivation status measured by salivary flow rate of non-institutionalized older people living in Pegangsaan Dua Village Office, Kelapa Gading District, Jakarta Utara. This study is an analytical descriptive with cross-sectional design study on individuals ≥60 years that meet the inclusion criteria and sign informed consent. Summated Xerostomia Inventory-Indonesian Version is valid and reliable to measure xerostomia status in this population with Cronbach alpha 0,938 and interclass correlation coefficient 0,938. Based on SXI-ID score, xerostomia prevalence was 53%. Based on salivary flow rate, hyposalivation prevalence was 23%. There are no differences in SXI-ID total score according to age groups, gender, systemic disease associated with dry mouth, and also xerogenic drugs consumption. There is a significant difference of salivary flow rate between gender. There are no differences of salivary flow rate according to age groups, systemic disease associated with dry mouth, and xerogenic drug consumption. In this population, unstimulated salivary flow rate is only affected by gender."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Estihandayani
"Peran modal sosial yang dimiliki oleh komuniti RW 012 ternyata berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan administrasi, neighborhood management dan pemberdayaan masyarakat. Ketidakadaan peran pemerintah dalam mengelola komuniti dari sisi sosial-budaya menyebabkan kemunculan agen perubahan yang bertindak menggantikan pemerintah dalam rangka meningkatkan solidaritas dan mutu pelayanan administrasi dan neighborhood management. Karakteristik sosial, budaya dan ekonomi masyarakat; sumber daya; dan aktivitas komuniti berperan penting dalam menentukan dasar neighborhood planning dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat. Keberhasilan komuniti menjadi pembelajaran bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan modal sosial komuniti, membangun sistem administrasi pelayanan dan manajemen lingkungan yang berkelanjutan.

The social capital role in local community play an important role in improving quality administrative services, neighborhood management and community empowerment. Lack of government?s role in managing the local community in terms of socio-cultural planning, has led to ?agents of change? appearance who act as their local community leader to replace government presence to increase solidarity, quality of administrative services, and neighborhood management. Social, cultural, and economic characteristics; resources; and social activities in communities play an important role in determining the basis of neighborhood planning in increasing community participation. The success story from this local community become a lesson learned for related stakeholders to utilize social capital in every local community by generating a sustainable administrative, and neighborhood management system.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Samariansyah
"PENELITIAN ini membahas manajemen media majalah Info Kelapa Gading, sebuah majalah yang jumlah penerbitannya terbatas dan area penyebarannya juga dibatasi oleh geografis tertentu saja yaitu di Kecamatan Kelapa Gading dan sekitarnya. Terutama mengenai strategi pemasaran media tersebut agar tetap bisa survive di tengah-tengah iklim persaingan media massa saat ini. Penelitian ini diilhami oleh pemikiran media komunitas dari Ed Hollander dan James Stappers (2002).
Penelitian ini berbentuk studi kasus yaitu meneliti manajemen media dan strategi pemasaran yang diterapkan pada majalah Info Kelapa Gading di Jakarta Utara. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu (1) Meneliti dan mengkaji materi dan rubrikasi majalah Info Kelapa Gading, (2) Menggali kebijakan redaksional yang diterapkan oleh majalah info Kelapa Gading, (3) Meneliti sikap khalayak pembaca dalam merespons materi pemberitaan majalah Info Kelapa Gading. Tujuan akhirnya adalah memahami strategi pemasaran majalah Info Gading yang diterbitkan untuk melayani kebutuhan informasi bagi masyarakat di kawasan tersebut.
Teori yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teori ekonomi media seperti yang dilansir oleh David Potter, dengan mengembangkan teori fungsi komunikasi massa dari Laswell. Peneliti ingin mengetahui bagaimana model pengelolaan media dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh manajemen majalah Info Gading karena penyebarannya yang relatif terbatas umuk wilayah kecamatan Kelapa Gading dan sekitarnya saja. Materi-materi pemberitaan juga terbatas yang berkaitan dengan Kelapa Gading saja. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan tipe penelitian eksploratif untuk mengetahui strategi pemasaran manajemen media yang diterapkan oleh majalah Info Kelapa Gading dan menggali berbagai hambatan yang terjadi. Majalah khas tersebut merupakan majalah yang memililki spesifik pengelolaan yang berbeda dengan majalah umum lainnya selain dari sisi isi dan segmentasi pembacanya yang dibatasi secara geografls. Karena bentuknya studi kasus, maka analisis desain penelitian ini bersifat explorative single Ievel analysis, artinya analisis dilakukan bukan pada level kelompok melainkan pada level individu baik para pengelola majalah maupun khalayak pembaca majalah Info Gading Semua informasi didasarkan pada wawancara mendalam terhadap berbagai pihak yang kemudian ditulis secara analisis-eksploratif.
Ada 15 orang responden yang diwawancarai secara mendalam (indepth inrerview) yang terdiri dari pemilik majalah, bagian redaksi, bagian non redaksi (10 orang) dan khalayak pembaca dan pemasang iklan (5 orang). Semua hasil wawancara kemudian dianalisa dan diinterpretasi dan kemudian diperkaya dengan analisis teks terhadap berita dan wacana yang dimuat oleh majalah Info Gading.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran majalah Info Gading memang berbeda dari majalah umum. Majalah tersebut sepenuhnya dibiayai dari perolehan iklan, sedangkan majalahnya sendiri yang dicetak sebanyak 15 ribu eksemplar, 90 persen dibagikan secara gratis pada warga Kelapa Gading dan sekitamya (Sunter, Cempaka Putih, Kemayoran dan Kayu Putih). Hanya sekitar 10 % yang dijual secara eceran di berbagai outlet dan pertokoan tertentu.
Dengan strategi pemasaran seperti itu, pangsa iklan yang berhasil diraup majalah tersebut per edisi penerbitan mencapai angka Rp 150 - 200 juta yang dipakai untuk menutupi biaya operasional majalah tersebut termasuk juga membayar gaji karyawan. Majalah tersebut mempunyai 26 rubrik dengan model penulisan yang bersifat moderat dan menghindarkan isu-isu sensasional. Seluruh berita selalu dikaitkan dengan kawasan Kelapa Gading, atau setidaknya menyangkut kepentingan warga yang bertempat tinggal di kawasan tempat majalah tersebut diterbitkan.
Hasil penelitian juga menunjukkan ada sejumlah kendala yang dihadapi manajemen Info Gading. Pertama, keterbatasan sumber berita karena sempitnya ruang liputan yang hanya mencakup kawasan Kelapa Gading saja. Kedua, keterbatasan jumlah oplah. Ketiga, munculnya sejumlah penerbitan kompetitor dari grup penerbitan besar yaitu kelompok Jawa Pos dan kelompok Suara Pembaruan yang ingin mengikuti kesuksesan strategi pemasaran Info Kelapa Gading.
Menghadapi hal tersebut, manajemen Info Gading melakukan diversifikasi penerbitan media. Diantaranya menerbitkan majalah keluarga Family Gading yang terbit dua bulan sekali, menerbitkan Surat kabar Sinar Gading, majalah Segitiga Emas, majalah Franchise dan majalah Sekretaris. Meskipun hasilnya tidak menunjukkan perkembangan yang berarti baik dan segi oplah maupun iklan yang berhasil didapatkan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T12259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>