Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adam Abdullah Adiwijaya
"

Tanah longsor merupakan pergerakan material pembentuk lereng (tanah, batuan, dan campurannya) pada bidang longsor atau lereng yang bergerak secara cepat atau singkat dalam jumlah atau volume yang relatif besar. Selama 10 tahun terakhir telah terjadi lebih dari 125 kasus tanah longsor di Kabupaten Banyumas dan menghasilkan banyak kerugian dan korban. Pembuatan peta kerentanan tanah longsor menjadi salah satu solusi untuk dapat mengurangi kerugian akibat tanah longsor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan zona kerentanan tanah longsor di Kabupaten Banyumas menggunakan metode analysis hierarchy process (AHP) dan metode frequency ratio (FR). Penelitian ini dilakukan menggunakan data kejadian tanah longsor sebanyak 125 titik yang dibagi menjadi 2 set data yaitu training data (70%) dan testing data (30%). Pengolahan dan analisis untuk membuat peta kerentanan terhadap dua metode dilakukan menggunakan training data dengan acuan delapan parameter yang berpengaruh terhadap tanah longsor, yaitu kemiringan lereng, elevasi, arah lereng, litologi, curah hujan, penggunaan lahan, jarak terhadap sungai, dan jarak terhadap sesar. Hasil pengolahan data dan analisis menggunakan kedua metode adalah dua buah peta kerentanan tanah longsor yang masingmasingnya dibagi menjadi empat kelas kerentanan. Peta kerentanan juga divalidasi menggunakan training data (success rate) dan testing data (predictive rate) untuk mengetahui akurasi model yang dibuat. Hasil validasi menunjukkan kedua metode menghasilkan nilai AUC yang cukup baik dan dapat diterima, tetapi metode AHP memiliki nilai AUC yang lebih tinggi dari metode FR.


Landslides are the rapid or sudden movement of materials forming slopes (soil, rocks, and their mixtures) in large amounts or volumes. Over the past 10 years, there have been more than 200 cases of landslides in Banyumas Regency, resulting in significant losses and casualties. The creation of a landslide vulnerability map is one solution to reduce the damages caused by landslides. This study aims to determine the zone of landslide vulnerability in Banyumas Regency using the Analytic Hierarchy Process (AHP) and Frequency Ratio (FR) methods. The study utilizes data from 100 landslide incidents, divided into two sets: training data (70%) and testing data (30%). Processing and analysis to create vulnerability maps for both methods are carried out using the training data with reference to eight parameters influencing landslides: slope gradient, elevation, slope aspect, lithology, rainfall, land use, distance to rivers, distance to faults, and distance to roads. The processing and analysis results using both methods produce two landslide vulnerability maps, each divided into four vulnerability classes. The vulnerability maps are also validated using the training data (success rate) and testing data (predictive rate) to assess the accuracy of the models created. The validation results indicate different values for the success rate and predictive rate, where the frequency ratio method has a higher success rate, and the AHP method has a higher predictive rate.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulya Ulfah Rahmadhani
"Gerakan tanah termasuk bencana geologi yang menimbulkan kerugian besar di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Untuk meminimalisasi kerugian tersebut, dilakukan prediksi kerentanan bencana gerakan tanah di wilayah tersebut. Dalam penelitian ini, prediksi divisualisasikan dalam bentuk peta kerentanan bencana gerakan tanah. Untuk menghasilkan peta prediksi, digunakan dua metode, yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Frequency Ratio Model (FRM). Sebanyak 71 titik gerakan tanah di daerah penelitian dikumpulkan. Data tersebut bermanfaat dalam pengolahan 17 faktor yang dipertimbangkan dalam memprediksi kerentanan bencana gerakan tanah, diantaranya: kemiringan lereng, bentuk lereng, aspek lereng, topographic wetness index (TWI), stream power index (SPI), elevasi, jarak terhadap sungai, kerapatan sungai, jarak terhadap kelurusan, kerapatan kelurusan, normalized differential vegetation index (NDVI), jenis litologi, jenis tanah, curah hujan, tutupan lahan, jerak terhadap jalan, dan kerapatan bangunan. Setelah didapatkan peta potensi, risiko, dan bencana gerakan tanah di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, dilakukan validasi menggunakan grafik rasio frekuensi dan uji mekanika tanah. Dari hasil validasi, didapatkan peta potensi, risiko, dan bencana gerakan tanah daerah penelitian tervalidasi. Berdasarkan peta tersebut, daerah penelitian memiliki kerentanan terhadap bencana gerakan tanah semakin tinggi dari utara ke selatan. Dari kedua metode, Frequency Ratio Model (FRM) lebih cocok digunakan di daerah penelitian dibandingkan Analytical Hierarchy Process.

Landslide is one of the geological disasters which causes massive loss in Bogor Regency and Bogor City. To minimize such damage, landslide susceptibility prediction is proposed. In this study, landslide susceptibility prediction visualized as landslide susceptibility maps of Bogor Regency and Bogor City. To obtain that maps, two methods were applied, Analytical Hierarchy Process (AHP) and Frequency Ratio Model (FRM). At least 71 points of landslide were collected. Those data is used in 17 triggering factors processing considered in the prediction. Those are: slope angle, slope curvature, slope aspect, topographic wetness index, stream power index, elevation, distance to drainage, drainage density, distance to lineaments, lineaments density, normalized differential vegetation index, lithology types, soil types, annual rainfall intensity, land use, distance to roads, and building density. After landslide hazard, risk, and susceptibility map in Bogor Regency and Bogor City are made, the next step is to validate those maps using frequency ratio graphic and direct shear test. Based on prediction maps obtained, we can conclude that the landslide susceptibility from the north side to the south side relatively increases. We can also conclude that Frequency Ratio Model (FRM) method is way better than Analytical Hierarchy Process (AHP)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Fully Rahmayanti
"Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi pada daerah yang memiliki iklim tropis basah yang lazim terjadi di Indonesia. Provinsi Riau adalah salah satu provinsi yang rutin mengalami kejadian longsor.  Pada Provinsi Riau, sepanjang dekade terakhir (2013-2022) telah terjadi 69 kejadian longsor dan diantaranya adalah kejadian tanah longsor yang memutus akses transportasi Jalan Nasional yang menghubungkan antara Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Barat. Adanya kejadian berulang pada lokasi longsor yang sama/berdekatan dalam jarak waktu yang dekat disebabkan oleh penanganan tanah longsor yang belum maksimal bahkan belum terlaksana, sehingga mempengaruhi efisiensi waktu dan biaya dari penanganan tanah longor. Tujuan dari penelitian ini adalah merekomendasikan strategi pengendalian risiko penanganan longsor,, mengidentifikasi hubungan antara efisiensi waktu dan biaya penanganan longsor dengan proses pemrograman dan perencanaan, dan merekomendasikan cara meningkatkan efisiensi waktu dan biaya penanganan longsor dalam proses pemrograman dan perencanaan. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data melalui in depth interview dengan narasumber dan survei kuesioner. Kemudian data diolah menggunakan metode statistik untuk dianalisis deskriptif dan kemudian dilanjutkan dengan analisis risiko kualitatif guna mendapatkan risiko dominan yang berpengaruh terhadap efisiensi waktu dan biaya penanganan tanah longsor di Provinsi Riau. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya longsor di Provinsi Riau adalah Jenis tanah, Curah hujan, Kemiringan Lereng, Perubahan tata lahan seperti penggundulan hutan menjadi lahan basah yang menyebabkan terjadinya pengikisan oleh air permukaan dan menyebabkan tanah menjadi lembek, dan Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik yang menyebabkan lereng semakin terjal akibat penggerusan oleh air saluran di tebing. Sedangkan, strategi yang dapat dilakukan adalah Penambatan, Pembuatan Drainase, Identifikasi/Survei Faktor Risiko, Penyediaan Alokasi Anggaran Khusus, Identifikasi penanganan, Survei Inventarisasi Lereng dan Survei Inspeksi Lereng, dan Perencanaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Semester).

Landslides are one of the natural disasters that often occur in areas that have a wet tropical climate which is common in Indonesia. Riau Province is one of the provinces that regularly experiences landslides. In Riau Province, over the last decade (2013-2022) there have been 69 landslides and several was a landslide which cut off transportation access for the National Road that connects Riau Province with West Sumatra Province. The occurrence of repeated occurrences at the same/adjacent landslide locations in short period of time is caused by the landslide handling that has not been maximized or even has not even done, thus affecting the time and cost efficiency of landslide disaster risk control. The purpose of this study is to recommend a risk control strategy for landslide disaster risk control, to identify the relationship between time efficiency and cost of landslide disaster risk control with the programming and planning process, and to recommend ways to improve the efficiency of time and cost of landslide disaster risk control in the programming and planning process. This research was carried out by collecting data through expert validation and a questionnaire survei. Then the data is processed using statistical methods for descriptive analysis and then followed by qualitative risk analysis in order to obtain the dominant risk that affects the time efficiency and cost of landslide disaster risk control in Riau Province. The factors that most influence the occurrence of landslides in Riau Province are the type of soil, rainfall, slope, changes in land use such as deforestation to become wetlands which cause surface water to erode and cause the soil to become soft, and poor slope area drainage systems. which causes the slopes to become steeper as a result of being eroded by the channel water on the cliffs. Meanwhile, the strategies that can be carried out are Mooring, Making Drainage, Risk Factor Identification/Survei, Provision of Special Budget Allocations, Identification of handling, Slope Inventory Survei and Slope Inspection Survei, and Planning of the Medium Term (Semester) Expenditure Framework"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Aditya Nugroho
"Gerakan tanah merupakan bahaya geologi utama di dunia yang menyebabkan tingginya jumlah korban manusia hingga kerugian harta benda yang sangat besar, serta mengakibatkan kerusakan pada sumber daya alam, ekosistem, dan infrastruktur. Selama periode Januari 2020 hingga Desember 2021, bancana gerakan tanah telah menjadi bencana yang paling rawan terjadi di Kabupaten Wonosobo, yakni sebanyak 238 kejadian. Bahkan, beberapa dari kejadian tersebut memakan korban jiwa yakni satu orang meninggal dunia di Kecamatan Kaliwiro, satu orang meninggal dunia di Kecamatan Kepil, dan dua orang meninggal dunia di Kecamatan Watumalang. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan agar dapat menentukan zona kerentanan gerakan tanah yang berguna dalam membantu proses mitigasi risiko sehingga segala bentuk kerugian dapat diminimalisasi. Zona kerentanan gerakan tanah pada Kabupaten Wonosobo divisualisasikan dengan peta kerentanan gerakan tanah. Sebanyak 242 titik gerakan tanah dikumpulkan untuk menghasilkan peta inventori. Titik tersebut kemudian dibagi menjadi 168 (70%) sebagai data training dan 74 (30%) sebagai data testing. Parameter yang dipertimbangkan terdiri dari berbagai parameter penyebab seperti aspek lereng, curvature, elevasi, kemiringan lereng, jarak dari sungai, litologi, tata guna lahan dan satu parameter pemicu, yaitu curah hujan. Selain itu, dilakukan pengurangan resolusi terhadap turunan data DEM seperti aspek lereng, curvature, elevasi, kemiringan lereng menjadi 8, 17, 25, dan 40 m untuk melihat pengaruhnya terhadap akurasi model. Semua parameter diolah menggunakan piranti ArcGIS untuk mengasilkan peta parameter. Peta parameter selanjutnya digabungkan dan dianalisis menggunakan metode frequency ratio dan weight of evidence untuk menghasilkan peta kerentanan gerakan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Wonosobo memiliki kecenderungan terhadap kerentanan gerakan tanah dengan tingkatan rendah, sedang, hingga tinggi. Berdasarkan data resolusi DEM 8 m dan 17 m, tingkatan kerentanan didominasi oleh kelas sedang. Namun pada data resolusi DEM 25 m dan 40 m, tingkatan kerentanan didominasi oleh kelas rendah. Peta kerentanan masing-masing resolusi kemudian diuji nilai AUC nya menggunakan success rate curve untuk melihat keberhasilan model dan prediction rate curve untuk mengukur akurasi prediksi model. Setelah dilakukan validasi, resolusi tinggi ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitas akurasi model. Akurasi success rate mengalami puncaknya pada resolusi DEM 25 m sedangkan prediction rate pada resolusi DEM 17 m.

Landslide is a major geological hazard in the world that causes a high number of human casualties to enormous property losses, as well as causing damage to natural resources, ecosystems and infrastructure. During the period from January 2020 to December 2021, landslide disasters have become the most prone to disasters in Wonosobo Regency, with 238 incidents. In fact, some of these incidents claimed lives, namely one person died in Kaliwiro District, one person died in Kepil District, and two people died in Watumalang District. Therefore, this research was conducted in order to determine the susceptibility zones of landslide which are useful in assisting the risk mitigation process so that all forms of losses can be minimized. The landslide vulnerability zone in Wonosobo Regency is visualized with a landslide susceptibility map. A total of 242 landslide points were collected to produce an inventory map. These points are then divided into 168 (70%) as training data and 74 (30%) as testing data. The parameters considered consist of various causal parameters such as slope aspect, curvature, elevation, slope, distance from river, lithology, land use and one trigger parameter, namely rainfall. In addition, the resolution of the DEM data derivatives was reduced, such as slope aspects, curvature, elevation, slope to 8, 17, 25, and 40 m to see the effect on model accuracy. All parameters are processed using the ArcGIS tool to produce a parameter map. Then the parameter maps are combined and analyzed using the frequency ratio and weight of evidence methods to produce a landslide susceptibility map. The results of the study show that Wonosobo Regency has a tendency towards low, moderate and high susceptibility to landslide. Based on DEM 8 m and 17 m resolution data, the susceptibility level is dominated by the moderate class. However, in DEM 25 m and 40 m resolution data, the susceptibility level is dominated by the low class. Then the susceptibility map of each resolution is tested for AUC value using a success rate curve to see the success of the model and a prediction rate curve to measure the accuracy of model predictions. After validation, it turns out that high resolution is not directly proportional to the quality of the model accuracy. Success rate accuracy peaks at DEM 25 m resolution while prediction rate at DEM 17 m resolution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Prakasa Budi Satria
"ABSTRAK
Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering
melanda wilayah Indonesia. Dalam hal bencana tanah longsor, Provinsi Jawa
Barat menduduki urutan teratas dibandingkan provinsi lainnya. Sekitar jalan
Pacet-Cianjur termasuk dalam Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur) di
provinsi Jawa Barat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan
tipologi dari kejadian tanah longsor di lokasi penelitian. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lereng, curah hujan, jenis batuan, jenis
dan kedalaman efektif tanah dan penggunaan tanah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik umum dari
lokasi kejadian tanah longsor di wilayah penelitian didominasi oleh lereng >
40 %, curah hujan > 3000 mm/tahun, jenis batuan breksi vulkanik dan
batupasir tufaan Gunung Gede, jenis tanah Regosol dengan kedalaman
efektif tanah > 90 cm dan penggunaan tanah untuk persawahan.
Sebagian besar tipologi dari jenis tanah longsor adalah tipe longsoran
translasi. Berdasarkan Peta Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (DVMBG) sebagian besar kejadian tanah longsor berada pada
tingkat kerawanan menengah."
2007
T39147
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irsyad
"Tanah longsor merupakan bencana alam yang banyak terjadi di Kabupaten Bogor. Selain faktor alam yang sangat mendukung, aktivitas manusia yang intensif pun menambah kemungkinan terjadinya tanah longsor. Maka perlu diadakan banyak penelitian mengenai wilayah yang rawan terjadi tanah longsor agar meminimalisir dampak yang diakibatkan. Salah satu metode yang digunakan untuk memetakan wilayah potensi longsor adalah dengan menggunakan pemodelan Stability Index Mapping SINMAP , dan data yang digunakan adalah Digital Elevation Model DEM , jenis tanah, serta curah hujan. Hasil dari pemodelan SINMAP berupa Indeks Stabilitas digunakan sebagai acuan menentukan wilayah potensi tanah longsor. Kemudian wilayah potensi tanah longsor ditumpang-susunkan dengan penggunaan tanah berupa permukiman dengan memperhatikan arah hadapan lereng, sehingga didapatkan wilayah rawan tanah longsor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran lokasi wilayah potensi dan wilayah rawan tanah longsor di Kecamatan Jonggol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 11,12 1.496,52 Ha dari luas wilayah Kecamatan Jonggol berpotensi longsor. Wilayah yang memiliki potensi longsor terdapat di bagian Selatan dan bagian Timur wilayah Kecamatan Jonggol yang merupakan wilayah dengan kemiringan lereng di atas 10 , sedangkan wilayah rawan tanah longsor di Kecamatan Jonggol adalah seluas 84,45 Ha atau 3,11 dari luas wilayah permukiman di Kecamatan Jonggol.

Landslide is a natural disaster occurs frequently in Bogor District. In addition to natural factors that are very supportive, intensive human activity also increases the likelihood of landslides. Therefore, there should be a lot of researches on areas hazard to landslides to minimize the impacts. One of the methods used to map the landslide potential areas is by using Stability Index Mapping SINMAP modeling, and the data used is Digital Elevation Model DEM , soil type, and rainfall. The result of SINMAP modeling in the form of Stability Index is used as reference to determine the potential landslide areas. Then the landslide potential areas stacked up with the use of land in the form of settlements by paying attention to the direction of the slopes, so that the landslide hazard areas are found. The purpose of this research is to know the distribution of potential and landslide hazard areas in Jonggol sub district. The result of this research indicates that 11,12 1,496,52 Ha from Jonggol sub district has landslide potential. Areas that have landslide potential are in the South and East part of Jonggol Sub district, areas with the slope of above 10 . Meanwhile, the landslide hazard areas in Jonggol sub district are 84.45 Ha or 3.11 of the total settlement area in Jonggol sub district.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feri Haldi
"Gerakan tanah merupakan bencana alam yang banyak menimbulkan kerugian harta benda, korban jiwa maupun luka-luka, kerusakan properti dan juga infrastruktur. Salah satu cara untuk mengurangi kerugian tersebut adalah dengan melakukan pemetaan potensi bencana gerakan tanah (slide hazard zonation). Pemetaan potensi bencana gerakan tanah dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan frekuensi keterjadian gerakan tanah yang tinggi. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pada penelitian ini digunakan 15 faktor pemicu terjadinya gerakan tanah, yaitu sudut lereng, arah lereng, kelas lereng, elevasi, elevasi relatif, Stream Power Index (SPI), Topographic Wetness Index (TWI), Normalized Differential Vegetation Index (NDVI), kerapatan liniasi, jarak terhadap liniasi, litologi, jenis tanah, curah hujan, kerapatan sungai, dan juga jarak terhadap sungai. Sedangkan faktor risiko gerakan tanah berupa penggunaan lahan, kerapatan bangunan, dan juga jarak terhadap jalan. Kabupaten Bandung Barat secara umum memiliki potensi kerentanan gerakan tanah moderate dengan persentase area sebesar 17,37%. Sedangkan kelas very low menyusun sekitar 15,97% luas daerah penelitian, low 16,96%, moderately high 16,75%, high 16,73%, dan juga very high 16,19%. Sedangkan untuk risiko gerakan tanah Kabupaten Bandung Barat didominasi area dengan tingkat moderately high dengan persentase area sebesar 22,36%. Sedangkan kelas very low menyusun sekitar 15,95% luas daerah penelitian, low 16,79%, moderate 18,70%, high 15,57%, dan juga very high 10,59%. Untuk potensi bencana gerakan tanah, Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh tingkat moderate dengan persentase area sebesar 18,41%. Sedangkan kelas very low menyusun sekitar 15,22% luas daerah penelitian, low 15,20%, moderately high 16,88%, high 17,14%, dan juga very high 17,12%.

Landslide is a natural disaster that causes a huge loss in properties, fatalities, and public utilities. One of the ways to decrease those loss is by mapping the landslide susceptibility area (landslide hazard zonation). The landslide susceptibility mapping was applied in West Bandung Regency because the area has high landslide occurence frequency. The method used in this research is the Analytical Hierarchy Process (AHP). There are 15 landslide triggering factors considered in this research, such as: slope angle, slope aspect, slope curvature, elevation, relative elevation, Stream Power Index (SPI), Topographic Wetness Index (TWI), Normalized Differential Vegetation Index (NDVI), lineaments density, distance to lineaments, lithology, soil types, rainfall intensity, drainage density, and distance to drainage. As for the risk triggering factors, there are land use, building density, and distance to roads. In general, landslide hazard in West Bandung Regency is in moderate class with 17,37% total area. The very low class is about 15,97% of total area, low 16,96%, moderately high 16,75%, high 16,73%, and very high 16,19%. Besides, the landslide risk in West Bandung Regency dominated by moderately high class with 22,36% total area. The very low class is about 15,95% total area, low 16,79%, moderately 18,70%, high 15,57%, and very high 10,59%. Finally, the landslide susceptibility in West Bandung Regency dominated by moderate class with 18,41% total area. The very low class is about 15,22% total area, low 16,20%, moderately high 16,88%, high 17,14%, and very high 17,12%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosef Dwi Sigit Purnomo
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T39641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramadhan
"Longsor merupakan bencana yag sering terjadi di Indonesia termasuk Kabupaten Kebumen. Sebaran potensi dan bahaya longsor dapat diidentifikasi dengan metode Indeks Storie. Tingkat potensi longsor Kabupaten Kebumen dikaji berdasarkan empat tipe curah hujan, kemiringan lereng, tekstur tanah, dan kerapatan sungai melalui penerapan metode indeks Storie dan bahaya longsor dengan penggunaan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi longsor di Kabupaten Kebumen terbagi menjadi tiga kelas, yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. Wilayah potensi longsor sedang mendominasi daerah Kabupaten Kebumen sekitar 60 , tersebar di kecamatan kecamatan bagian tengah dari barat sampai timur. Bahaya longsor di Kabupaten Kebumen berada pada lima tingkat, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hampir separuh dari wilayah Kabupaten Kebumen tergolong sebagai wilayah bahaya longsor sangat tinggi, tersebar di kecamatan kecamatan bagian tengah dari barat sampai ke timur Kabupaten Kebumen.

Landslide is a frequent disaster in Indonesia including Kebumen Regency. Potential and hazard of landslide can be identified by the Storie Index method. The potential landslide level of Kebumen Regency is assessed based on four types of rainfall, slope, soil texture, and river density through the application of Storie index method and landslide hazard with land use. The results showed that the potential of landslides in Kebumen Regency is divided into three classes, namely very low, low and medium. Potential landslide areas are dominating the area of Kebumen Regency about 60 , spread in the middle from west to east. Hazard of landslide in Kebumen Regency is at five levels, which is very low, low, medium, high, and very high. Almost half of Kebumen Regency classified as a very high landslide hazard area, spread in the middle from west to east of Kebumen Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Febri Nanda
"Longsor merupakan bencana terbesar ketiga yang terjadi di Indonesia, termasuk di Kabupaten Probolinggo. Menganalisis pola keterpaparan wilayah terhadap bencana longsor akibat hujan lebat yang memicu longsor di Kabupaten Probolinggo merupakan tujuan dari penelitian ini. Data curah hujan harian tahun 1990-2015 digunakan untuk mendapatkan wilayah frekuensi curah hujan lebat (>50mm/hari, >100mm/tiga hari dan >150mm/lima hari) berbasis metode interpolasi poligon thiessen. Wilayah potensi longsor diperoleh dengan menggunakan model SINMAP yang diverifikasi dengan data kejadian longsor tahun 2015-2016.
Analisis spasial deskriptif menggunakan teknik overlay menunjukan bahwa seluas 50,30% (85.358 Ha) wilayah di Kabupaten Probolinggo memiliki potensi longsor terutama di Kecamatan Krucil, tanah Andisol, wilayah lereng 15-40%, dan wilayah curah hujan 1500-2000mm/tahun. Keterpaparan wilayah terhadap bencana longsor akibat hujan lebat di Kabupaten Probolinggo memiliki pola semakin tinggi potensi longsor dan frekuensi curah hujan lebat suatu wilayah maka tingkat keterpaparan wilayah terhadap bencana longsor akibat hujan lebat akan semakin tinggi.

Landslide is the third largest disaster occurred in Indonesia, including in Probolinggo District. Analyze the place exposure patterns toward landslide disaster due to heavy rainfall which triggering the landslide in Probolinggo District is the purpose of this study. Daily rainfall data in 1990-2015 are used to obtain the frequency of heavy rainfall regions (> 50 mm/day, >100mm/three days and >150mm/five days) using the interpolation method based on Thiessen Polygon. The potential landslide region are obtained by using SINMAP models which is verified by the landslide location data from 2015 to 2016.
Descriptive spatial analysis using the overlay technique showed that 50,30% (85.358 Ha) area in Probolinggo District has the potential of landslide, especially in Sub District Krucil, Andisol Soil region, the slopes of 15-40% region, and the rainfall of 1500-2000mm/year region. The place exposure patterns toward landslide disaster due to heavy rainfall in Probolinggo District is in the region which has the higher potential of landslides and heavy rainfall frequency, the level of place exposure to landslides disaster due to heavy rainfall will be higher.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>