Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162276 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Yunus
"Beras berwarna memiliki nutrisi lebih baik karena mengandung pigmen antosianin. Kandungan antosianin beras dipengaruhi oleh pemaparan iradiasi sinar gama dan masa penyimpanan. Pemaparan iradiasi sinar gama dapat menginduksi radikal bebas sehingga memicu sintesis antosianin atau memutus ikatan glikosidik antosianin. Kandungan antosianin juga dapat teroksidasi selama masa penyimpanan. Pemaparan sinar gama pada enam beras hitam dan merah dengan variasi dosis 0, 2, 5, 10, 20, dan 30 kGy serta disimpan selama 6 bulan. Antosianin dianalisis menggunakan metode perbedaan pH. Hasil pemaparan iradiasi sinar gama menyebabkan peningkatan kandungan antosianin tertinggi pada beras hitam yaitu Botanik (50,264 menjadi 82,743 mg/100g) dan Jatiluwih (15,697 menjadi 32,228 mg/100g). Beras hitam lainnya mengalami penurunan antosianin terendah yaitu Hariku (27,553 menjadi 14,110 mg/100g), Seblang Banyuwangi (33,481 menjadi 13,943 mg/100g), dan Jawa Melik (53,353 menjadi 31,060 mg/100g). Pada beras merah, kandungan antosianin tertinggi yaitu Cempo Sleman (1,252 menjadi 20,539 mg/100g), Seblang Banyuwangi (2,672 menjadi 17,867 mg/100g), Jatiluwih (2,254 menjadi 43,000 mg/100g), Bronrice (6,680 menjadi 19,287 mg/100g), PK Sundakala (1,085 menjadi 20,289 m/100g), dan Healthy Choice (2,004 menjadi 23,044 mg/100g). Selain itu, penyimpanan selama 6 bulan cenderung meningkatkan kandungan antosianin pada beras hitam dan merah.

Colored rice has better nutrition because it contains anthocyanin pigments. The anthocyanin content of rice is influenced by exposure gamma radiation and storage time. Gamma radiation exposure can induce free radicals, triggering anthocyanin synthesis or breaking anthocyanin glycosidic bonds. Anthocyanin content can also be oxidized during storage. Six varieties of black and red rice were exposed to gamma radiation at doses of 0, 2, 5, 10, 20, and 30 kGy, followed by a 6-month storage period. Anthocyanins were analyzed using the pH difference method. The results of gamma radiation exposure caused the highest increase anthocyanin content in black rice, namely Botanik (50.264 to 82.743 mg/100g) and Jatiluwih (15.697 to 32.228 mg/100g). Other black rice varieties experienced the lowest decrease in anthocyanin, namely Hariku (27.553 to 14.110 mg/100g), Seblang Banyuwangi (33.481 to 13.943 mg/100g), and Jawa Melik (53.353 to 31.060 mg/100g). The highest red rice anthocyanin content was in Cempo Sleman (1.252 to 20.539 mg/100g), Seblang Banyuwangi (2.672 to 17.867 mg/100g), Jatiluwih (2.254 to 43.000 mg/100g), Bronrice (6.680 to 19.287 mg/100g), PK Sundakala (1.085 to 20.289 mg/100g), and Healthy Choice (2.004 to 23.044 mg/100g). Anthocyanin Storage for 6 months tended to increase anthocyanin content in both black and red rice."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Athar Azis
"Salah satu komponen nutrisi utama pada beras adalah karbohidrat. Karbohidrat pada beras banyak tersimpan dalam bentuk pati. Pati dibagi menjadi dua fraksi, yakni amilosa dan amilopektin. Pati beras dapat dimodifikasi dengan berbagai cara untuk mendapat sifat baru yang lebih dikehendaki. Modifikasi pati beras dapat dilakukan dengan metode fisika salah satunya dengan sinar gama. Sinar gama merupakan isotop radioaktif berupa kobal-60 atau cesium-137 yang akan mengemisikan energi tinggi untuk menginduksi perubahan pada struktur pati dengan memfragmentasi ikatan glikosida pati. Pada penelitian ini sebanyak dua belas varietas beras organik dan nonorganik (Pandan Wangi, IR64, Rojolele, IR42, C4, dan Cisokan) dianalisis kandungan amilosanya setelah diberikan iradiasi sinar gama dengan variasi dosis 2, 5, 10, 20, dan 30 kGy. Pemberian iradiasi sinar gama menaikkan kadar amilosa pada varietas Pandan Wangi nonorganik, IR64 nonorganik, Rojolele nonorganik, IR42 nonorganik, C4 nonorganik, dan Cisokan nonorganik. Pemberian iradiasi sinar gama akan menurunkan kadar amilosa pada varietas Pandan Wangi organik, IR64 organik, Rojolele organik, IR42 organik, C4 organik, dan Cisokan organik. Berdasarkan uji lanjut Tukey ANAVA dua arah, dosis iradiasi sinar gama yang paling berpengaruh untuk mengubah kadar amilosa adalah dosis 10 kGy.

One of the main nutrition component in rice is carbohydrate. Carbohydrate in rice is storaged well in the form of starch. Starch itself contains of two fraction, amylose and amylopectin. With certain method, rice's starch could be modified to obtain the desired property. Rice's starch modification could be done with gamma ray irradiation. Gamma ray is the radioactive isotope which could be obtained by the energy emitted by either cobalt-60 or cesium-137 that will induced the starch structural change by the manner of fragmentate the starch’s glycoside bond. The test used the rice from twelve rice variety from organic and non-organic rice (Pandan Wangi, IR64, Rojolele, IR42, C4, and Cisokan), the assay performed after the administration of 2, 5, 10, 20, and 30 kGy doses. The gamma ray irradiation dose that administered to those varieties downgraded the organic Pandan Wangi, IR64, Rojolele, IR42, C4, and Cisokan rice amylose content while upgraded the non-organic Pandan Wangi, IR64, Rojolele, IR42, C4, and Cisokan rice amylose content. According to the post-hoc test from two-way ANAVA, 10 kGy gamma-ray dose was the most affect to altered the amylose content.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Nova Kusumaningtyas
"Jahe merah telah lama dimanfaatkan sebagai salah satu obat tradisional untuk mengurangi peradangan atau inflamasi. Namun, herbal rimpang seperti jahe merah dilaporkan mengandung cemaran mikroorganisme yang relatif tinggi. Sehingga diperlukan metode sterilisasi untuk mendekontaminasi cemaran mikroorganisme tersebut. Iradiasi gamma sering menjadi pilihan untuk dekontaminasi, tetapi belum diketahui dosis yang efektif membunuh mikroorganisme dan tidak mempengaruhi kadar senyawa bioaktif serta aktivitas biologis jahe merah. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh iradiasi gamma terhadap cemaran mikroorganisme, kadar senyawa 6-gingerol, 8-gingerol,10-gingerol, dan 6-shogaol serta aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol 70% jahe merah. Serbuk rimpang jahe merah terlebih dahulu diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% 1:5. Ekstrak jahe merah kemudian diiradiasi dengan dosis 0, 5, 7,5, 10, dan 15 kGy. Evaluasi cemaran mikroba angka lempeng total dan angka kapang khamir dilakukan dengan metode tuang. Evaluasi kadar bioaktif dianalisis dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Aktivitas antiinflamasi diukur dengan metode penghambatan denaturasi protein BSA dengan spektrofotometer UV-Vis. Efektivitas iradiasi sinar gamma dalam menurunkan angka cemaran mikroorganisme meningkat seiring meningkatnya dosis iradiasi (p<0,05). Kadar bioaktif 6-gingerol menunjukkan kadar yang paling tinggi diantara tiga senyawa bioaktif lainnya. Namun, secara keseluruhan dosis iradiasi gamma yang diberikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kandungan 6-gingerol,8-gingerol,10-gingerol dan 6-shogaol dalam ekstrak etanol 70% jahe merah (p>0,05). Aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol 70% jahe merah juga tidak berbeda signifikan setelah di iradiasi dengan dosis 0-15 kGy (p>0,05).

Red ginger has long been used as a traditional medicine to reduce inflammation. However, rhizome herbs such as red ginger are reported to contain relatively high levels of contamination by microorganisms. So a sterilization method is needed to decontaminate the microorganisms. Gamma irradiation is often an option for decontamination, but it is not yet known which dose is effective in killing microorganisms and does not affect the levels of bioactive compounds or the biological activity of red ginger. This study aims to evaluate the effect of gamma irradiation on contamination of microorganisms, levels of compounds 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, and 6-shogaol, and the anti-inflammatory activity of a 70% ethanol extract of red ginger. Red ginger rhizome powder was first extracted by the maceration method using 70% ethanol at 1:5. The red ginger extract was then irradiated at doses of 0, 5, 7.5, 10, and 15 kGy. The evaluation of microbial contamination of the total plate count and yeast mold count was carried out by the pouring method. The evaluation of bioactive levels was analyzed using the high-performance liquid chromatography method. Anti-inflammatory activity was measured by inhibiting BSA protein denaturation with a UV-Vis spectrophotometer. The effectiveness of gamma irradiation in reducing the number of microorganisms contaminating the environment increased with increasing irradiation dose (p 0.05). The level of bioactive 6-gingerol showed the highest level among the other three bioactive compounds. However, overall, the dose of gamma irradiation given had no significant effect on the content of 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, and 6-shogaol in the 70% ethanol extract of red ginger (p > 0.05). The anti-inflammatory activity of the 70% ethanol extract of red ginger was also not significantly different after irradiation with dose 0-15 kGy (p > 0.05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mawaddah
"Beras merah dan beras ketan hitam kaya akan kandungan nutrisi dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh. Perbedaan beras merah dan beras ketan hitam terletak pada kandungan pati yaitu amilosa dan amilopektin yang dapat mempengaruhi daya cerna. Beras dengan daya cerna yang rendah dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah sehingga sangat dibutuhkan untuk penderita diabetes dan obesitas. Penelitian ini memodifikasi beras merah dan beras ketan hitam dengan modifikasi tunggal HMT dan Tautan silang serta modifikasi ganda HMT-Tautan silang dengan asam sitrat dan Tautan silang-HMT dengan berbagai variasi kelembapan dan kosentrasi asam sitrat untuk mengetahui sifat fisikokimia dan daya cerna terendah dari beras merah dan beras ketan hitam. Modifikasi tunggal dan ganda dapat menurunkan daya cerna tetapi modifikasi HMT 25%-Tautan silang 20% menunjukkan daya cerna terendah pada beras ketan hitam. Perbedaan kadar amilosa dan amilopektin pada sampel dapat menyebabkan perbedaan penurunan kelarutan dan swelling power. Kelarutan terendah terdapat pada beras merah variasi HMT25%-Tautan silang 20% dan swelling power terendah pada sampel beras merah variasi HMT25%-Tautan silang 20%. Terbentuknya ikatan kovalen baru setelah proses modifikasi ikatan silang dapat diidentifikasi dengan FTIR pada daerah 1735 cm-1

Brown rice and black glutinous rice are rich in nutrients and fiber the body needs. The difference between brown and black glutinous rice lies in the starch content, namely amylose, and amylopectin, which can affect digestibility. Low digestibility rice can lower blood glucose levels, so it is needed for people with diabetes and obesity. This study modified brown rice and black glutinous rice with single modification HMT and Croslingking and double modification HMT-crosslinking with citric acid and Crosslinking- HMT with various variations to determine the physicochemical properties and the lowest digestibility of brown rice and black glutinous rice. Single Modification and Multiple modifications can reduce digestibility, but a modification of HMT 25%-Crosslinking 20% showed the lowest digestibility in black glutinous rice. Differences in amylose and amylopectin levels in the sample can cause differences in the decrease in solubility and swelling power. The lowest solubility was found in brown rice with the HMT 25%- Crosslinking 20% variation, and the lowest swelling power in the brown rice sample with the HMT 25%-Crosslinking 20% variation. The formation of new covalent bonds after the crosslinking modification process can be identified by FTIR in the 1735 cm region. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Intan Wulandari
"Pengawetan dengan iradiasi sinar gamma diketahui dapat membuat kandungan produk tetap terjaga dan juga terbebas dari kontaminasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek iradiasi gamma terhadap aktivitas antioksidan, kadar fenol total dan kadar flavonoida total serbuk herba Peperomia pellucida (L.) Kunth. Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode peredaman radikal DPPH, uji kadar fenol total menggunakan metode kolorimetri dengan reagen Folin-Ciocalteu dan uji kadar flavonoida total menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dan natrium asetat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis iradiasi 5 kGy dan 7,5 kGy tidak menyebabkan perubahan secara signifikan (p>0,05) pada kadar fenol total, kadar flavonoida total dan aktivitas antioksidan. Sedangkan dosis iradiasi 2,5 kGy dan10 kGy menyebabkan perubahan secara signifikan (p<0,05) pada kadar fenol total dan kadar flavonoida total. Akan tetapi pada dosis iradiasi 2,5 kGy, aktivitas antioksidan tidak mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa iradiasi sinar gamma pada dosis 5 dan 7,5 kGy dapat digunakan untuk serbuk herba Peperomia pellucida (L.) Kunth karena tidak mempengaruhi aktivitas antioksidan, kadar fenol total dan kadar flavonoida total secara signifikan (p>0,05). Aktivitas antioksidan memiliki korelasi dengan kadar fenol total tetapi aktivitas antioksidan tidak berkorelasi dengan kadar flavonoida total.

Preservation using gamma ray irradiation is known to preserve the content of the products and saving the products from contamination. The aim of this study is to evaluate the effect of gamma ray irradiation of Peperomia pellucida (L.) Kunth herb powder on its antioxidant activity, total phenolic content and total flavonoid content. The evaluation of antioxidant activity have been done by DPPH radical scavenging methode, evaluation of total phenolic content with colorimetry methode using Folin-Ciocalteu reagent, and evaluation of total flavonoid content with colorymetry methode using AlCl3 and sodium acetate. The result shows that, at irradiation dose 5 and 7,5 kGy, there is no significant change (p<0,05) for total phenolic content, total flavanoid content and antioxidant activity. But at irradiation dose of 2,5 and 10 kGy, there were significant change (p<0,05) in total phenolic content and total flavonoid content compared to control (non-irradiated). Meanwhile antioxidant activity doesn’t change significantly at dose 2,5 kGy. It can be concluded that gamma ray irradiation at dose 5 and 7,5 kGy can be use for Peperomia pellucida (L.) Kunth herb because it shows no significant effect (p>0,05) on antioxidant activity, total phenolic content and also total flavonoid content. There is a correlation between antioxidant activity with total phenolic content but there is no correlation between antioxidant activity with total flavonoid content."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S62964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Angelina Permatasari
"Hepatotoksisitas merupakan suatu kondisi adanya kerusakan hati yang disebabkan oleh penggunaan suatu zat atau obat-obatan tertentu seperti karbon tetraklorida (CCl4). Untuk dapat mencegah terjadinya hal tersebut, dibutuhkan senyawa yang berfungsi sebagai hepatoprotektor seperti antioksidan. Oncom diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan berupa isoflavon. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan hepatoprotekif ekstrak oncom pada tikus yang diberikan CCl4 dengan melakukan pengukuran terhadap aktivitas fosfatase alkali (ALP) dan Gamma Glutamyl Transferase (GGT) plasma tikus. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak yaitu, (1) kontrol tanpa perlakuan ;(2) kontrol CCl4 0,55 mg/kgBB ; (3) ekstrak oncom merah (OM) 1 gram/kgBB/hari ; (4) ekstrak OM 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB ; (5) ekstrak oncom hitam (OH) 1 gram/kgBB/hari ; (6) ekstrak OH 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB. Aktivitas ALP diukur dari plasma tikus dengan menggunakan substrat p-NPP dan aktivitas GGT diukur dari plasma tikus dengan menggunakan kit GGT RANDOX pada tiap kelompok perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan One-Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan terhadap aktivitas ALP (p=0,186) dan GGT (p=0,895). Oleh sebab itu, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian CCl4 dengan dosis 0,55 mg/kgBB tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan pada hati dan pemberian ekstrak oncom dengan dosis 1 gram/kgBB/hari belum terbukti memiliki efek hepatoprotektif apabila dilihat dari aktivitas ALP dan GGT plasma.

Hepatotoxicity is a condition of liver damage caused by the use of certain substances or drugs such as carbon tetrachloride (CCl4). To prevent liver cells damage, a compound that functions as a hepatoprotector such as antioxidants is needed. Oncom is known to contain antioxidant compounds in the form of isoflavones. This study was conducted with the aim of assessing oncom extract hepatoprotective ability in mice given CCl4 by measuring the activity of alkaline phosphatase (ALP) and Gamma Glutamyl Transferase (GGT) of rats plasma. This study using 24 male Sprague-Dawley rats divided into 6 groups randomly. (1) group without treatment; (2) was given CCl4 0.55 mg / kgBW; (3) was given red oncom extract (RO) 1 gram / kgBW / day; (4) was given RO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW; (5) was given black oncom extract (BO) 1 gram / kgBW / day; (6) was given BO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW. ALP activity was measured from rat plasma using p-NPP substrate and GGT activity was measured from rat plasma using GGT RANDOX kits in each treatment group. Data were analyzed using One-Way ANOVA. The results showed that there was no significant differences of ALP (p=0,186) and GGT (p=0,895) between all treatment groups. Therefore, it can be concluded that the administration of CCl4 0,55mg/kgBB is not causing a liver damage and the administration of oncom extract at a dose of 1 gram / kgBW / day has not been shown to have a hepatoprotective effect when measured by plasma ALP and GGT activity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buang Abdullah
"ABSTRAK
Biortifikasi adalah paradigma baru di duni pertanian dan merupakan salah satu pendekatan dalam meningkatkan gizi masyarakat. Beras yang merupakan makanan pokok di Indonesia dapat ditingkatkan kangdungan gizinya melalui program pemuliaan tanaman guna menghasilkan varietas padi yang berasnya mengandung vitamin, mineral, dan/ atau senyawa lain seperti antosianin yang bermanfaat bagi kesehatan. Antosianin dapat dihasilkan oleh tanaman secara alami. Biofortifikasi beras yang mengandung antosianin tinggi telah dilakukan melaluiprogram perakitan varietas padi beras merah dan beras hitam denfab ptosedur pemulihan konvensiona. Dua varietas unggul padi fungsional yang mengandung antosianin tinggi telah dilepas yaitu Inpari-24 Gabusan sebagai varietas unggul padi beras merah dengan kandungan antosianin 8 ug/100g dan Inpari-25 Opak Jaya sebagai varietas ketan merah dengan kandungan antosianin 11 ug/100g. varietas unggul padi beras merah hasil biofortifikasi telah berkembang luas di beberapa daerah karena disukai konsumen dan menguntungkan petani. Beberapa galur harapan padi beras merah dan beras hitam yang mengandung antosianin lebih tinggi masih dalam tahap pengujian daya hasil dan multilokasi. Beberapa di antara galur tersebut diharapkan dapat dilepas sebgai varietas unggul padi beras merah dan beras hitam yang lebih baik dari varietas yang sudah ada. untuk mengatasi penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, dan hipertensi, dengan mengonsumsi pangan fungsional hasil biofortifikasi lebih efektif dibandingkan dengan pangan hasil fortifikasi karena senyawa pentig yang ditambahkan melalui biofortifikasi bersifat diwariskan dan langgeng."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Lukitowati
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap sifat-sifat fisiko-kimia dan biologi membran kitosan, kolagen, dan paduan kitosan/kolagen. Membran kitosan, kolagen, dan kitosan/kolagen dibuat dengan penguapan pelarut dan membran diiradiasi sinar gamma (0, 15 atau 25 kGy). Pengujian untuk mengamati gugus fungsi, kuat tarik, perpanjangan putus, daya serap air, permeabilitas, sterilitas serta daya tembus mikroba. Data diuji statistik. Terdapat perubahan gugus fungsi, penurunan kuat tarik, perpanjangan putus, daya serap air dan permeabilitas membran serta kenaikan sterilitas pada membran tanpa dan dengan iradiasi, kecuali untuk daya tembus mikroba. Iradiasi sinar gamma pada semua membran menimbulkan perubahan sifat fisiko-kimia dan sterilitas

ABSTRACT
The objectives of this study is to analyze the effects of gamma-ray irradiation to physico-chemical and biological properties chitosan, collagen and blend of chitosan/collagen membranes. The solvent evaporation technique is used to prepare chitosan, collagen and chitosan/collagen membranes, and sterilized by gamma-ray irradiation (with dose of 0, 15 or 25 kGy). Functional groups, mechanical strength, water retention, permeability, sterility and microbial penetration are observed. The data was analyze statistically. Functional groups, tensile strength, elongation at breaks, water retention, permeability, and sterility are changes, except for microbial penetration. Gamma-ray irradiation on chitosan, collagen and blend of chitosan/collagen membranes shows changes of physico-chemical and sterility."
2016
T46396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Chaerani
"Iradiasi sinar gamma merupakan teknologi dekontaminasi ramah lingkungan yang dapat dijadikan alternatif yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan kontaminan pada simplisia. Pada penelitian ini dilakukan iradiasi sinar gamma dengan dosis 2,5; 5; 7,5 dan 10 kGy pada herba suruhan (Peperomia pellucida). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek iradiasi terhadap aktivitas antioksidan, kadar fenol total dan flavonoid total pada sampel. Herba suruhan di ekstraksi menggunakan metode refluks dengan etanol 80% selama 30 menit. Ekstrak yang diperoleh di uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, kemudian diukur kadar fenol total dengan pereaksi Folin Ciocalteu, dan diukur kadar flavonoid total dengan pereaksi AlCl3 menggunakan spektrofometer. Pada penilitian ini juga diuji korelasi terhadap nilai IC50 antioksidan dan kadar fenol total serta terhadap kadar flavonoid total. Hasil uji aktivitas antioksidan dan pengukuran kadar fenol total menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada sampel seiring dengan peningkatan dosis iradiasi. Kadar flavonoid total pada sampel yang diiradiasi mengalami penurunan yang signifikan bila dibandingkan dengan sampel yang tidak diiradiasi. Hasil uji korelasi menunjukan bahwa terdapat korelasi antara IC50 antioksidan dan kadar fenol total (r= -0,903; p<0,01) sedangkan uji korelasi antara IC50 antioksidan dan kadar flavonoid total memberikan hasil yang tidak signifikan (r= 0,687; p= 0,05).

Gamma irradiation is an environmental friendly technology that can be used as an effective contaminants reducer in herbal products. The aims of this study were to evaluate the effect of irradiation on the antioxidant activity, total phenolic content, and total flavonoid content of Peperomia pellucida. In this study, the radiation processing of sample was carried out at dose 2.5, 5, 7.5 and 10 kGy. Samples were extracted by reflux method using 80% ethanol within 30 minutes. DPPH method was carried out to evaluate the antioxidant activity. Total phenolic content was estimated using Folin Ciocalteu's reagent and total flavonoid content by AlCl3. The result shows significant increased of antioxidant activity and the amount of phenolic by increasing the irradiation dose. There was a significantly decreased the flavonoid content after irradiation treatment. This study showed there were significant correlation between antioxidant activity with total phenolic content (r= -0,903; p<0,01) while antioxidant activity with total flavonoid content were not significantly correlated (r= 0,687; p=0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S62962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>