Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200512 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Mega Sutan
"

Wilayah eksplorasi panas bumi Hu’u Daha merupakan salah satu wilayah yang dianggap potensial untuk dijadikan sumber energi alternatif berupa energi panas bumi. Dalam penelitian ini dilakukan korelasi hasil pengolahan data gravitasi dengan data Land Surface Temperature (LST) untuk memperkirakan adanya sumber panas bumi, di mana titik-titik dengan nilai gravitasi tinggi kemungkinan besar merupakan lokasi adanya sumber panas bumi dan memperkirakan suhu reservoir panas bumi di bawah permukaan tanah. Dalam pengolahan data tersebut, dilakukan tahapan filtering First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) yang menunjukkan adanya 6 struktur geologi pada daerah Hu’u Daha dengan arah patahan barat laut - tenggara, barat - timur, hingga timur laut - barat daya yang mengontrol sistem panas bumi daerah penelitianyangditandaiolehgarisberwarnahitam. Kemudiandilakukananalisispatahan dan analisis 3D inversi yang dimana dugaan keterdapatan lapisan reservoir berupa batuan lava dan breksi berkomposisi andesit dan basalt serta sisipan batuan tufa dengan rerata kedalaman 633 – 1500 m dengan nilai densitas 3.4 - 3.33 gr/cm3 yang dilingkupi oleh lapisan cap rock berupa batuan lava hasil erupsi dengan kedalaman rata-rata 0 – 633 m dengan nilai densitas 3.51 - 3.44 gr/cm3, serta terdapat patahan-patahan yang mengontrol sistem panas bumi berdasarkan korelasi FHD dan SVD.


The exploration area of Hu'u Daha geothermal field is considered to be a potential source of alternative energy in the form of geothermal energy. In this study, the correlation between gravity data and Land Surface Temperature (LST) was conducted to estimate the presence of geothermal sources. Points with high gravity values are likely locations of geothermal sources, and the temperature of the geothermal reservoir beneath the ground surface was estimated. The data processing involved the use of First Horizontal Derivative (FHD) and Second Vertical Derivative (SVD) filtering, which revealed the presence of six geological structures in the Hu'u Daha area, characterized by fault lines in the northwest-southeast, west-east, and northeast-southwest directions, controlling the geothermal system. Subsequently, fault analysis and 3D inversion analysis were performed, indicating the suspected presence of a reservoir layer consisting of andesite and basalt rock, as well as tufa rock, at an average depth of 633-1500 m with a density value of 3.4-3.33 g/cm3. This layer is covered by a cap rock layer of erupted lava rock at an average depth of 0-633 m with a density value of 3.51-3.44 g/cm3. The analysis also identified faults controlling the geothermal system based on the correlation of FHD and SVD.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanti
"Peralihan Tutupan lahan dan perubahan kerapatan vegetasi yang cukup luas terjadi di Kota Semarang akan berdampak pada pola Suhu permukaannya. Penelitian pola suhu permukaan Kota Semarang tahun 2001 dan 2006 bertujuan untuk mengetahui pola spatial suhu permukaan Kota Semarang pada tahun 2001 dan 2006 serta hubungannya dengan perubahan kerapatan vegetasi dan tutupan lahan berdasarkan hasil interpretasi citra. Langkah analisis dilakukan dengan teknik superimposed peta untuk masing-masing variabel dan analisis statistik dengan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata suhu permukaan di Kota Semarang pada tahun 2006 lebih tinggi (22,76°C) dibandingkan pada tahun 2001 (19,39°C). Pola spatial suhu permukaan terpanas (>25°C) pada tahun 2001 maupun 2006 menunjukan pola spatial yang sama sesuai dengan perkembangan daerah urban di bagian timur Kota Semarang (kearah selatan dan barat wilayah urban). Secara keseluruhan, variasi spatial dari suhu permukaan di Kota Semarang dipengaruhi signifikan oleh kerapatan vegetasi dan tutupan lahan dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 53,1 % (tahun 2001) dan 54,7% (tahun 2006). Sementara variasi spatial dari suhu permukaan pada kerapatan vegetasi dan tutupan lahan yang sama dipengaruhi jenis penggunaan tanahnya. Selain itu dengan menggunakan persamaan regresi berganda tahun 2001 dan 2006 dapat memperkirakan suhu permukaan yang akan datang.

The land surface transition and the change of vegetation density that have a wide range was happened in Semarang city, will be impact to the condition of land surface temperature it self. This research intent on knowing the related of land surface temperature and the change of vegetation density and also from land cover it self based on landsat image interpretation. The method of this research is by sumperimposed the map for each variable and doing multiple linear regression analysis.
The result of this research is indicate the average of land surface temperature in Semarang city in year 2006 (22,76°C) is higher than year 2001 (19,39°C). The warmest temperature of the land surface temperature pattern (>25°C) either in year 2001 or 2006 is showing that there are sameness between the spatial pattern and the development of urban area on the east side of Semarang (direction to south and west from urban area). As a whole, the variant pattern of land surface temperature in Semarang city significantly influenced by vegetation density and land cover it self with coefficient (R2) approximatelly 53,1% (2001) and 54,7% (2006). Meanwhile the variant pattern of the land surface temperature from same vegetation density and land cover will be influenced by the land used. Estimating land surface temperature in the forthcoming future can be approximate using the multiple regression that used in this research.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34088
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kiral Rahadian Ilham
"Tren kenaikan suhu permukaan daratan akibat pemanasan global berdampak pada kondisi iklim di level mikro yakni perkotaan. Kenaikan suhu permukaan daratan berdampak pada semakin cepatnya laju evaporasi badan air dan transpirasi dari tumbuh-tumbuhan. Tingginya kadar uap air di atmosfer memicu terjadinya potensi hujan ekstrem di wilayah-wilayah yang mengalami pemanasan. Fenomena hujan ekstrem yang terbentuk dari hasil pemanasan permukaan bumi dikenal dengan istilah hujan konvektif. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara suhu permukaan daratan dengan frekuensi hujan konvektif dengan rentang tahun pengamatan 10 tahun yakni 2013 – 2022. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sebaran suhu permukaan daratan dan dampak kenaikannnya terhadap frekuensi hujan konvektif di Tangerang Raya. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis spasial dan korelasi. Hasil penelitian didapatkan sebaran suhu permukaan daratan di Tangerang Raya ditunjukkkan dengan semakin tinggi nilai suhu permukaan daratan diikuti dengan penutup lahan berupa permukiman dan industri sedangkan semakin rendah nilau suhu permukaan daratan maka nilai tersebut menunjukkan wilayah penutup lahan berupa vegetasi. Kemudian hasil uji korelasi menunjukkan suhu permukaan daratan dan frekuensi hujan konvektif memiliki hubungan dengan 2 stasiun hujan di sisi selatan Tangerang Raya yang beradius 30 km dari laut. Hubungan tersebut berupa semakin tinggi luasan areal suhu permukaan daratan kelas sangat tinggi maka akan semakin tinggi frekuensi hujan konvektif. Hubungan antara kedua variabel memiliki nilai korelasi sebesar 0,597 dan koefisien determinasi sebesar 0,357.

The increase in land surface temperature due to global warming has an impact on micro-level climate conditions, particularly in urban areas. The increase in land surface temperature has an impact on the accelerated rate of evaporation of water bodies and transpiration from plants.. The high humidity in the atmosphere triggers the potential for extreme rainfall in regions experiencing warming. The phenomenon of extreme rainfall formed as a result of surface warming is known as convective rainfall. This research was conducted to investigate the relationship between land surface temperature and the frequency of convective rainfall over a 10-year observation period, from 2013 to 2022. The objective of this study is to analyze the distribution of land surface temperature and its impact on the frequency of convective rainfall in Tangerang Raya. Data analysis in this research was performed using descriptive, spatial, and correlation analyses. The research findings reveal the distribution of land surface temperature in Tangerang Raya, indicating that higher land surface temperature values are associated with land covers such as settlements and industries, while lower values indicate areas covered by vegetation. The correlation analysis results show a relationship between land surface temperature and the frequency of convective rainfall in two rain stations on the southern side of Tangerang Raya, located within a 30 km radius from the sea. This relationship indicates that as the extent of high-temperature land surface area increases, the frequency of convective rainfall also increases. The correlation value between the two variables is 0.597, with a coefficient of determination of 0.357."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafiriair Yufan Madakarah
"ABSTRAK
Universitas saat ini bisa disebut sebagai small cities mengacu kepada ukuran luasan, populasi dan berbagai macam aktifitas yang berada di dalam kampus. Institut Pertanian Bogor adalah sebuah kampus yang dapat mewakili sebuah kota dalam lingkup yang lebih kecil. Institut Pertanian Bogor berupaya mewujudkan cita-cita menjadi kampus hijau yang ramah lingkungan dengan membuat program IPB Menuju Green Campus 2020. Untuk mewujudkan dirinya sebagai Green Campus, Ruang Terbuka Hijau (RTH) terus menjadi perhatian IPB sebagai salah satu variasi tutupan lahan. Variasi tutupan lahan mempengaruhi adanya variasi suhu permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial variasi suhu permukaan daratan di area kampus IPB dramaga Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis spasial untuk menganalisis variasi suhu permukaan daratan dengan tutupan lahan dan analisis statistik untuk menganalisis keterkaitan antara suhu permukaan daratan dengan kerapatan vegetasi (NDVI) dan kerapatan bangunan (NDBI). Data dihasilkan dari pengolahan citra penginderaan jauh dengan menggunakan citra Landsat 8 disertai dengan survey lapangan untuk proses validasi. Hasilnya menunjukkan suhu minimum dan maksimum sebesar 23,9 ºC dan 29,1 ºC pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan menjadi 27,8 ºC dan 34,8 ºC pada tahun 2018. Variasi suhu permukaan sejalan dengan jenis tutupan lahannya. Variasi suhu membentuk pola spatial dimana suhu tertinggi cenderung terletak pada wilayah tengah kampus berupa lahan terbangun dan suhu terendah cenderung terletak pada wilayah utara berupa hutan kampus. Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada wilayah yang mengalami perubahan tutupan lahan dari lahan vegetasi menjadi lahan terbangun sebesar 7 ºC lebih besar dari peningkatan suhu pada tutupan lahan yang sejenis sebesar 4,7 ºC. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka semakin rendah suhu permukaan daratan, begitu sebaliknya semakin tinggi kerapatan bangunan maka semakin tinggi pula suhu permukaan daratannya.

ABSTRACT
At present time university can be called as small cities due to their size of the area, population and various kinds of activities. Bogor Agricultural University is a campus that can represent a city in a smaller scope with a high variety of land cover. Bogor Agricultural University seeks to realize the ideals of being a green campus that is eco-friendly by making program IPB toward Green Campus in 2020. To realize itself as a Green Campus, Green Open Space to be the focus of IPB as one of the variations in land cover. Further, the variation of a land cover will affects the surface temperature variation. This study aims to determine the spatial pattern of land surface temperature variation and the relationship with land cover and changes, vegetation density (NDVI) and building density (NDBI). The data use in this study generated from Landsat 8 imagery and field surveys, then analize using the spatial and statistic analysis tools. The results show the minimum and maximum temperatures are 23.9 ºC and 29.1 ºC in 2013 and increased to 27.8 ºC and 34.8 ºC in 2018. The temperature have a spatial pattern associated with the land cover. Where the highest temperature tends to be located in the central region in the form of built-up area and the lowest temperature tends to be located in the northern region in the form of forest area. The highest increase in temperature tends to appeared in the area that show a changes from vegetation to built-up area. More over this study also found that this phenomena only appear with temperature value were 7ºC greater than the increase in temperature on a similar land cover with value 4.7 ºC. Finally, this study prove that the higher vegetation density will create a lower the temperature of the land surface, while the higher the building density create a higher land surface temperature.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Sekar Arifianti
"Daerah “CB’ merupakan salah satu daerah prospek geotermal di Indonesia. Indikasi adanya potensi sistem geotermal daerah “CB” ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa kelompok mata air panas yang bertemperatur 68 – 74.8oC dengan pH antara 6.35 – 68.4. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model konseptual terintegrasi dari data magnetotellurik, gravitasi satelit GGMPlus, geologi, dan geokimia. Hasil dari pemodelan inversi 3-D magnetotellurik menunjukkan adanya sebaran clay cap dengan variasi ketebalan 1 - 2 km, yang ditandai dengan nilai resistivitas 1 – 15 Ωm. Lapisan reservoir diduga mempunyai resistivitas 20 – 60 Ωm dengan puncak reservoir yang berada pada kedalaman ≤ 1000 meter di bawah permukaan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach, rata-rata temperatur reservoir relatif cukup tinggi yaitu sekitar 220 - 250 ºC. Sumber panas pada sistem geotermal “CB” ini diperkirakan berasal dari plutonik body yang berasosiasi dengan aktivitas sesar. Dalam penelitian ini juga diperoleh indikasi adanya struktur graben berarah barat laut - tenggara dan beberapa struktur patahan lainnya berdasarkan hasil analisis turunan berupa First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) dari gravitasi satelit GGMPlus. Sistem geotermal “CB” ini diduga termasuk ke dalam klasifikasi fault-controlled geothermal system.reynor Ratio, and Jensen's Alpha with CAPM based on data collected from refinitv, eikon, IDX, Yahoo Finance for the period 2016 – 2021. The results show that in the period of crisis SSRI outperforms ISSI and SRI Kehati and in general SSRI could compete with ISSI and SRI Kehati. These results indicate that incorporating ESG screening into sharia investment decisions does not have a negative impact on returns and risks, so that it can be used as an option for portfolio diversification. In addition SSRI will increase the impact and positive contribution to reducing the financing gap for SDGs, as well as gain a wider investor base.

Daerah “CB’ merupakan salah satu daerah prospek geotermal di Indonesia. Indikasi adanya potensi sistem geotermal daerah “CB” ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa kelompok mata air panas yang bertemperatur 68 – 74.8oC dengan pH antara 6.35 – 68.4. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model konseptual terintegrasi dari data magnetotellurik, gravitasi satelit GGMPlus, geologi, dan geokimia. Hasil dari pemodelan inversi 3-D magnetotellurik menunjukkan adanya sebaran clay cap dengan variasi ketebalan 1 - 2 km, yang ditandai dengan nilai resistivitas 1 – 15 Ωm. Lapisan reservoir diduga mempunyai resistivitas 20 – 60 Ωm dengan puncak reservoir yang berada pada kedalaman ≤ 1000 meter di bawah permukaan. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan geotermometer Na/K Giggenbach, rata-rata temperatur reservoir relatif cukup tinggi yaitu sekitar 220 - 250 ºC. Sumber panas pada sistem geotermal “CB” ini diperkirakan berasal dari plutonik body yang berasosiasi dengan aktivitas sesar. Dalam penelitian ini juga diperoleh indikasi adanya struktur graben berarah barat laut - tenggara dan beberapa struktur patahan lainnya berdasarkan hasil analisis turunan berupa First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) dari gravitasi satelit GGMPlus. Sistem geotermal “CB” ini diduga termasuk ke dalam klasifikasi fault-controlled geothermal system."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Surviawati
"Pertumbuhan penduduk di Kota Bogor semakin meningkat semenjak dibangunnya aksesibilitas yang memudahkan penduduk luar kota masuk dan keluar dari wilayah Kota Bogor. Semakin padatnya penduduk, semakin meningkat pula permintaan akan pembangunan lahan vegetasi menjadi lahan terbangun di Kota Bogor yang menyebabkan suhu cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial Local Climate Zone (LCZ) sebagai klasifikasi tutupan lahan, pola spasial Land Surface Temperature (LST), dan menganalisis hubungan kedua variabel di Kota Bogor. Data-data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Citra Landsat, Google Earth Imagery, dan survey lapang. Hasil pengolahan data kemudian dianalisis dengan analisis spasial dan uji regresi linier dengan dummy variabel. Kota Bogor memiliki 13 klasifikasi LCZ dan didominasi oleh LCZ 6 (Open Low-rise) yang berada pada kerapatan bangunan tinggi dan kerapatan vegetasi yang rendah. Adapun distribusi LST di Kota Bogor didominasi oleh suhu tinggi yang tersebar di wilayah permukiman padat. Penelitian ini menunjukkan bahwa LCZ tipe bangunan akan meningkatkan nilai LST, sedangkan LCZ tipe tutupan lahan natural akan menurunkan nilai LST.

Population growth in the Bogor City has increased since the construction of accessibility which makes it easier for out-of-town residents to enter and exit the Bogor City area. The denser the population, the higher the demand for the development of vegetation land into built-up land in Bogor City, which causes temperatures to tend to increase. This study aims to determine the spatial pattern of the Local Climate Zone (LCZ) as a land cover classification, the spatial pattern of Land Surface Temperature (LST), and to analyze the relationship between the two variables in Bogor City. The data used in this study are Landsat imagery, Google Earth Imagery, and field surveys. The results of data processing were then analyzed by spatial analysis and linear regression test with dummy variables. Bogor City has 13 LCZ classifications and is dominated by LCZ 6 (Open Low-rise) which is at high building density and low vegetation density. The distribution of LST in Bogor City is dominated by high temperatures which are spread in densely populated residential areas. This study shows that the LCZ of the building type will increase the LST value, while the LCZ of the natural land cover type will decrease the LST value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuta Fauzia Ladiba
"Lapangan Panas Bumi Maritaing terletak di bagian timur Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Geotermometer menunjukkan temperatur reservoir sekitar 200oC, sementara lapangan ini masih berstatus green field, atau belum dieksploitasi. Model konseptual pada penelitian tahun 2015 dibuat hanya berbasis data geologi dan geokimia, dan pengambilan data Magnetotelurik (MT) pada tahun 2017 belum menghasilkan model konseptual yang representatif dan komprehensif untuk area Maritaing. Sementara itu, sangat penting untuk memahami sistem panas bumi di suatu lapangan, agar menjadi panduan yang tepat dalam tahap pengembangan energi panas bumi selanjutnya. Temperatur dan permeabilitas adalah salah dua hal yang dipertimbangkan dalam perencanaan pengembangan energi panas bumi. Temperatur berasosiasi dengan keberadaan heat source (sumber panas), dan permeabilitas berasosiasi dengan struktur geologi yang terisi fluida. Identifikasi struktur geologi ini dapat dilakukan dengan menganalisis data gravitasi menggunakan teknik First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD), dan menganalisis data MT melalui pola splitting kurva, arah diagram polar, dan hasil inversi 3D yang sekaligus dapat memperkirakan batas reservoir melalui Base of Conductor (sekitar 500-1.000 m). Data geokimia manifestasi digunakan untuk membantu identifikasi zona permeabel dan jalur fluida. Model konseptual dibangun dengan mengintegrasikan hasil pemodelan inversi 3D data MT, pemodelan forward 2D data gravitasi, dengan data geologi dan geokimia. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih komprehensif tentang sistem panas bumi di Maritaing, dan dapat menjadi panduan bagi tahap eksplorasi selanjutnya.

Maritaing geothermal field is located in eastern part of Alor Island, East Nusa Tenggara Province, Indonesia. Geothermometer at this field shows reservoir temperature of 200oC, while Maritaing is one of a green field or has not been exploited. Conceptual model from research in 2015 was built based on geological and geochemical data only, and Magnetotelluric (MT) data acquisition in 2017 has not been contributed to build a representative and comprehensive conceptual model of Maritaing. In geothermal development planning, temperature and pressure are two of main issues to be carefully considered. Temperature is associated with heat source existence, while permeability is associated with fluid filled geological structure. Identification of geological structure could be done using gravity data analysis such as First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD), and MT data analysis such as curve splitting curves, polar diagram, and 3D inversion modeling which could be estimate the reservoir boundary by the Base of Conductor (500-1.000 m). Geochemical data used to identify permeable zone and fluid pathways. Conceptual model then built by integrating MT 3D inverse model, gravity 2D forward model, with geological and geochemical data. Final result of this study hopefully could give brief explanation about geothermal system in Maritaing, and could be the guide of further exploration."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Arnanda Adi Wijanarko
"Daerah Sembalun di Nusa Tenggara Barat memiliki potensi geothermal. Adanya potensi geothermal mendukung penelitian terkait daerah panas bumi Sembalun. Potensi panas bumi Sembalun rata-rata berkisar 70 megawatt equivalent (Mge). Pada daerah Sembalun telah dilakukan beberapa penelitian terkait geologi, geokimia dan geofisika. Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika yang dapat mengidentifikasi struktur bawah permukaan. Metode gravitasi dapat dilakukan secara langsung dilapangan atau melalui data citra satelit yaitu GGMplus. Metode GGMplus dapat diolah untuk menghasilkan peta CBA, regional dan residual, FHD dan SVD serta pemodelan inversi 3D. Diperlukan untuk integrasi data GGMplus dengan data geologi dan geokimia agar mendapatkan hasil yang akurat.  Berdasarkan pengolahan GGMplus yaitu korelasi antara FHD dan SVD diketahui bahwa daerah Sembalun memiliki sesar dengan arah barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Sesar tersebut mengakibatkan munculnya suatu manifestasi permukaaan berupa mata air panas Sebau dan Kalak serta mata air dingin Orok.

The Sembalun area in West Nusa Tenggara has geothermal potential. The existence of geothermal potential supports research related to the Sembalun geothermal area. Sembalun's geothermal potential averages around 70 megawatt equivalent (Mge). In the Sembalun area, several studies related to geology, geochemistry and geophysics have been carried out. The gravity method is one of the geophysical methods that can identify subsurface structures. The gravity method can be carried out directly in the field or through satellite imagery data, namely GGMplus. The GGMplus method can be processed to produce CBA, regional and residual, FHD and SVD maps as well as 3D inversion modeling. Required for integration of GGmplus data with geological and geochemical data in order to obtain accurate results. Based on GGMplus processing, namely the correlation between FHD and SVD, it is known that the Sembalun area has a fault with a northwest - southeast and northeast - southwest direction. The fault resulted in the emergence of a surface manifestation in the form of Sebau and Kalak hot springs and Orok cold springs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firaz Abdurrahman
"Struktur geologi merupakan faktor yang utama dalam menentukan area prospek panas bumi. Keberadaan struktur geologi bawah permukaan dapat diketahui dengan menggunakan survei geofisika. Salah satu survei geofisika yang efektif digunakan untuk survei awal dalam memetakan struktur geologi merupakan survei gayaberat. Di samping biaya survei yang relatif murah, metode gayaberat juga dapat melakukan survei dengan cepat. Sehingga survei gayaberat merupakan metode yang tepat sebagai awal untuk mendelineasi struktur geologi. Metode ini dapat mengidentifikasi struktur bawah permukaan seperti struktur patahan yang merupakan faktor pengontrol sistem panas bumi. Namun, hasil survei metode gayaberat itu sendiri masih memiliki ambiguitas yang tinggi. Oleh karena itu, analisis derivatif akan digunakan untuk mereduksi ambiguitas yang ada pada metode gayaberat. Lalu, hasil dari analisis derivative akan diintegrasikan dengan data geologi dan data pengikat lainnya untuk menggambarkan struktur dua dimensi bawah permukaan.

The geological structure is a major factor in determining the area of geothermal prospects. The existence of subsurface geological structures can be determined by using the geophysical survey. One effective geophysical surveys are used for the initial survey in mapping the geological structure is a gravity survey. In addition to the relatively low cost of the survey, the gravity method can also do a quick survey. So that gravity survey is an efficient method as a prelude to delineate geological structure. This method can identify subsurface structures such as the structure of the fault which is the controlling factor of the geothermal system. However, the survey results of the gravity method itself still has a high ambiguity. Therefore, the analysis of derivatives will be used to reduce the ambiguities that exist on gravity methods. Then, the results of the analysis of derivatives will be integrated with the geological data and other constraint data to describe the twodimensional structure of the subsurface.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Daffa Argawana
"Wilayah Panas Bumi “X” merupakan bagian dari Busur Banda bagian Vulkanik Dalam. Busur Banda ini merupakan hasil dari subduksi antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia sehingga menghasilkan zona vulkanik yang menguntungkan terbentuknya sistem panas bumi. Identifikasi struktur geologi penting untuk memetakan zona permeabilitas tinggi di Wilayah Panas Bumi “X”, Nusa Tenggara Timur. Identifikasi struktur geologi pada penelitian ini menggunakan metode gravitasi dan pemetaan kelurusan berdasarkan Digital Elevation Model (DEM). Data anomali Bouguer lengkap dipisahkan menjadi anomali residual dan anomali regionalnya menggunakan filter Moving Average (MVA). Berdasarkan analisis spektrum, kedalaman rata-rata dari zona anomali gravitasi regional adalah 49,44 km, sedangkan kedalaman zona anomali gravitasi residual rata-rata adalah 3,612 km. Berdasarkan pemetaan kelurusan berdasarkan DEM, teridentifikasi kelurusan struktur geologi yang sebagian besar menunjukkan orientasi timur laut-barat daya. Hal ini cocok dengan sesar yang teridentifikasi dari data anomali residual berdasarkan analisis derivatif yang sebagian besar menunjukkan orientasi yang hampir sama. Orientasi ini juga cocok dengan sesar yang dilaporkan pada peta geologi yang menunjukkan orientasi yang mirip. Selain itu, pemetaan kelurusan berdasarkan DEM mampu menunjukkan keterkaitan antara keberadaan mata air panas dengan zona yang memiliki nilai Fault and Fracture Density (FFD) tinggi serta keterkaitan antara zona FFD sedang hingga tinggi dengan keberadaan sesar yang dilaporkan oleh peta geologi. Penelitian ini juga menghasilkan informasi mengenai zona permeabilitas tinggi yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut.

The "X" Geothermal Area is part of the Inner Banda Volcanic Arc. This Banda Arc is the result of subduction between the Indo-Australian Plate and the Eurasian Plate, creating a favorable volcanic zone for the formation of geothermal systems. The identification of geological structures is crucial for mapping high-permeability zones in the "X" Geothermal Area, East Nusa Tenggara. In this study, the identification of geological structures was conducted using gravity methods and lineament mapping based on Digital Elevation Model (DEM). The complete Bouguer anomaly data was separated into residual and regional anomalies using a Moving Average (MVA) filter. Based on spectrum analysis, the average depth of the regional gravity anomaly zone was found to be 49.44 km, while the average depth of the residual gravity anomaly zone was 3.612 km. Based on lineament mapping from DEM, geological structures were identified predominantly showing a northeast-southwest orientation. This is consistent with the identified faults from the residual anomaly data through derivative analysis, which also exhibited a similar orientation. This orientation is also in agreement with reported faults on the geological map showing a similar orientation. Furthermore, lineament mapping from DEM was able to indicate the correlation between the presence of hot springs and zones characterized by high Fault and Fracture Density (FFD) values, as well as the correlation between moderate to high FFD zones and the reported faults on the geological map. This research also provides information regarding high-permeability zones that have the potential for further investigation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>