Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189373 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erinka Harlynadia
"Latar belakang: Dalam dekade terakhir, Excessive Daytime Sleepiness (EDS) semakin dikenal sebagai gangguan tidur dengan gejala rasa kantuk berlebihan pada siang hari dan tidak mampu tetap terjaga selama episode bangun, sehingga dapat tertidur di waktu yang tidak tepat. EDS dapat menurunkan kualitas hidup, produktivitas kerja, keselamatan dan meningkatkan kecelakaan kerja. Penyebab EDS yaitu kurang tidur secara kronik atau sleep deprivation dan kualitas tidur buruk. Faktor risiko terjadinya kualitas tidur buruk ataupun EDS bervariasi, faktor pekerjaan dan faktor diluar pekerjaan. Pemadam kebakaran merupakan populasi yang berisiko mengalami EDS karena sistem kerja dan pola kerjanya. Namun, belum ada data penelitian mengenai EDS dengan populasi pekerja pemadam kebakaran di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan studi yang dapat mengidentifikasi prevalensi EDS pada pemadam kebakaran dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian EDS tersebut.
Metode: Desain penelitian ini yaitu cross sectional. Pengambilan data pada 13 dan 19 Oktober 2023 di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten X. Jumlah sampel berupa total sampling yaitu 141 orang. Data penelitian berupa data primer yang didapatkan dari hasil wawancara responden dan pengisian kuesioner secara online oleh responden. Kemudian pemeriksaan berat badan dan tinggi badan karyawan yang dilakukan oleh peneliti. Alat ukur yang digunakan untuk kualitas tidur adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) versi Bahasa Indonesia (α Cronbach 0,79) dan untuk menilai EDS adalah Epworth Sleepiness Scale (ESS) versi Bahasa Indonesia (α Cronbach 0,64).
Hasil: Kualitas tidur pada pemadam kebakaran di Indonesia adalah 45,5% kualitas tidur buruk. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur buruk yaitu shift kerja (p=<0,001) dan masa kerja (p=0,016). Proporsi jumlah EDS pada pemadam kebakaran di Indonesia adalah 26,9%. Faktor yang berhubungan dengan EDS adalah faktor kualitas tidur (aOR= 2,66; CI 95% 1,09-6,46; p= 0,030) dan shift kerja (aOR= 2,65; CI 95% 1,00-6,99; p= 0,048).
Kesimpulan: Terdapat EDS pada pemadam kebakaran di Kabupaten X dengan faktor shift kerja dan kualitas tidur sebagai faktor yang berhubungan secara signifikan.

Background: In the last decade, excessive daytime sleepiness (EDS) has become increasingly recognized as a sleep disorder with symptoms of excessive sleepiness during the day and inability to stay awake. EDS can reduce quality of life, work productivity, safety, and increase work accidents. The cause of EDS is a chronic lack of sleep and poor sleep quality. Firefighters are a population at risk of EDS because of their work systems and work patterns. However, there is no research data regarding EDS among the firefighter population in Indonesia. Therefore, research is needed that can identify the prevalence of EDS in firefighters and determine the factors associated with the occurrence of EDS.
Methods: The design of this research is cross sectional. Data were collected on October 13th and 19th, 2023, at the X District Fire Department. The total sample size was 141 people. This research data is in the form of primary data obtained from interviews with respondents and filling out questionnaires. The measuring instruments were the Epworth Sleepiness Scale (ESS) (Cronbach's α 0.645) for EDS and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Cronbach's α 0.79) for sleep quality.
Results: The proportion of EDS among firefighters in Indonesia is 26.9%. Factors associated with EDS were poor sleep quality (aOR= 2,66; CI 95% 1,09-6,46; p= 0,030) and shift work (aOR= 2,65; CI 95% 1,00-6,99; p= 0,048).
Conclusion: Poor sleep quality and shift work among firefighters in District X are significantly related factors to EDS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nurul Haq
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja pada petugas pemadam kebakaran di Suku Dinas Penanggulan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan design penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Suku Dinas Penanggulan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman pada Maret – Juni 2020. Besaran sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 53 responden. Variabel dependen dari penelitian ini adalah stres kerja dan variabel independen dari penelitian ini adalah beban kerja, desain kerja, jadwal kerja, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan interpersonal, dan home-work interface. Pengambilan data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner COPSOQ untuk faktor psikososial dan PSS untuk stres kerja dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 petugas pemadam (58,5%) mengalami stres sedang. Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja (p = 0,019), ada antara hubungan interpersonal dengan stres kerja (p = 0,004), tidak ada hubungan antara desain kerja dengan stres kerja (p = 0,070), tidak ada hubungan antara jadwal kerja dengan stres kerja (p = 0,501), tidak ada hubungan antara peran dalam organisasi dengan stres kerja (p = 0,948), tidak ada hubungan antara pengembangan karir dengan stres kerja (p = 0,983), tidak ada hubungan antara home-work interface dengan stres kerja (p = 0,683). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa beban kerja dan hubungan interpersonal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada petugas pemadam di Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kecamatan Matraman.

This study aimed to determine the factors related to work stress among firefighters. This study is a cross-sectional study with quantative and qualitative methods. The sample in this study were 53 firefighters. The dependent variabel is work stress and the independent variabels are workload, work design, work schedule, role in organization, career development, interpersonal relationship at work, and home-work interface. The instrument used in this study are Copenhagen Psychosocial Questionnaire III (COPSOQ III), Perceive Stress Scale (PSS) and interview. The findings revealed, 58,5% firefighters experienced moderate stress. While the variables that related to work stress are workload (p = 0,019) and interpersonal relationship at work (p = 0,004). The variables that not related to work stress are work design (p = 0,070), work schedule (p = 0,501), role in organization (p = 0,948), career development (p = 0,983), and home-work interface (p = 0,683). The study therefore concludes that workload and interpersonal relationship at work are the factors related to work stress in firefighters."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Putri Kusuma
"ABSTRAK
Latar Belakang. Excessive Daytime Sleepiness EDS merupakan salah satu gangguan kesehatan kerja dan merupakan indikator pengukuran rasa kantuk yang telah teruji pada sejumlah studi berkaitan dengan peningkatan resiko kecelakaan, hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol, obesitas, late life memory impairment, gangguan tidur dan sleep-disordered breathing. Berkaitan dengan hal tersebut, penting adanya suatu instrumen untuk menilai EDS, sayangnya belum terdapat instrumen penilaian EDS dalam Bahasa Indonesia. Epworth Sleepiness Scale ESS adalah instrumen potensial untuk diadaptasi berkaitan dengan pengukuran subjektif untuk mengukur daytime sleepiness yang telah digunakan secara luas sebagai instrumen screening Obstructive Sleep Apnea OSA pada pekerja. ESS memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dimana ESS telah diadaptasi secara transkultural ke dalam berbagai bahasa di dunia.Tujuan. Mendapatkan ESS Versi Bahasa Indonesia yang valid dan reliabel dari versi asli yang berbahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.Metode. Penelitian ini dilakukan dengan metode adaptasi transkultural 10 langkah dari ISPOR International Society of Pharmacoeconomics and Outcome Research diikuti dengan uji validitas serta uji reliabilitas terhadap 90 karyawan perusahaan di Jakarta.Hasil. Didapatkan kuesioner ESS Versi Bahasa Indonesia yang terdiri atas 8 butir dimana semuanya dinyatakan valid dengan nilai r 0.490 hingga 0.770. Nilai Cronbach ESS Versi Bahasa Indonesia pada saat tes adalah 0,645, pada saat retes 0,654 dan uji Intraclass Correlation ICC terhadap total skor tes dan retes didapatkan hasil r 0.996 p < 0.001 . Hal ini berarti ESS Versi Bahasa Indonesia memiliki stabilitas internal yang dapat diterima.Kesimpulan. ESS versi Bahasa Indonesia terbukti memiliki validitas, reliabilitas dan stabilitas internal yang baik sebagai instrumen penilaian daytime sleepiness terhadap karyawan kantor di Indonesia.Kata kunci. ESS; Bahasa Indonesia; kuesioner; daytime sleepiness

ABSTRACT
AbstractBackground. Excessive daytime sleepiness EDS is one of the potential occupational health problems and one of the most reliable indicators of sleepiness measurements in a number of studies related to increased risk of accident, uncontrolled hypertension and diabetes, obesity, late life memory impairment, sleep disturbances and sleep disordered breathing. Therefore the instrument in detecting the EDS is important to present as there was no valid instrument in Bahasa Indonesia to measure this. Epworth Sleepiness Scale ESS is a potential tools to be adapted for subjectively measuring daytime sleepiness which is widely used as an Obstructive Sleep Apnea OSA screening instrument for workers. ESS has good validity and reliability in which ESS has been transculturally adapted into various languages of the world.Aim. To get a valid and reliable ESS Indonesian version by adapting from its original English to Bahasa Indonesia.Methods. This research was conducted with transcultural adaptation of 10 step methods from ISPOR International Society of Pharmacoeconomics and Outcome Research followed by validity test and reliability test. Tests conducted on 90 employees in a company in Jakarta.Result. The result of this research is ESS Indonesian Version questionnaire which consists of 8 items which are valid with r 0.490 to 0.770. The result of reliability test using Cronbach at the time of the test is 0.645, at the time of retest is 0.654 and Intraclass correlation test result of total test and retes score is r 0.996 p "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Adhanisa Hamdani
"ABSTRAK
Tujuan: Menentukan prevalensi excessive daytime sleepiness (EDS) pada pasien
dengan epilepsi dan faktor-faktor yang berhubungan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Studi potong lintang deskriptif ini menggunakan kuesioner Epworth
Sleepiness Scale (ESS) pada pasien epilepsi yang diambil secara konsekutif di
poliklinik neurologi RSCM, pada bulan Oktober-November 2015. Faktor-faktor
yang dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, jenis bangkitan, sindrom epilepsi,
etiologi epilepsi, frekuensi bangkitan, bangkitan nokturnal, risiko Obstructive
Sleep Apnea (OSA), depresi mayor, gangguan cemas menyeluruh, obat anti
epilepsi, dan potensial resistensi obat. EDS ditentukan jika skor ESS > 10. Risiko
OSA ditetapkan dengan kuesioner STOP-Bang; depresi mayor ditentukan dengan
kuesioner Neurological Disorders Depression Inventory for Epilepsy (NDDI-E)
versi Indonesia; gangguan cemas menyeluruh ditentukan dengan kuesioner Mini
International Neuropsychiatric Interview for International Classification of
Diseases-10 (MINI ICD-10).
Hasil: Diantara 93 pasien epilepsi, prevalensi EDS adalah sebanyak 32.3%;
wanita lebih banyak dari pria. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan
dengan EDS adalah usia kurang dari 35 tahun, frekuensi bangkitan dalam 1 tahun
lebih dari sama dengan 8 kali, depresi mayor, dan potensial resisten obat. Dari
analisis multivariat, terdapat 2 faktor independen yang berhubungan dengan EDS
yaitu depresi mayor dan potensial resisten obat.
Kesimpulan: EDS umum dijumpai pada pasien epilepsi dengan prevalensi
32.3%. Depresi mayor dan potensial resistensi obat merupakan faktor yang
berhubungan dengan EDS pada pasien epilepsi ABSTRACT
Purpose: To determine the prevalence of excessive daytime sleepiness (EDS) in
epilepsy patients and its related factors at Cipto Mangunkusumo Hospital
Jakarta, Indonesia.
Materials and Method: This cross-sectional descriptive study using Epworth
Sleepiness Scale (ESS) questionnaire to identify EDS in epilepsy patients visited
our neurology clinic during October-November 2015 consecutively. Related
factors that had been analyzed were age, sex, seizure type, epilepsy syndrome,
etiology, seizure frequency, nocturnal seizures, risk of Obstructive Sleep Apnea
(OSA), major depression, general anxiety disorder, anti epileptic drug, and
potentially drug resistant epilepsy (DRE). EDS was determined if ESS score > 10.
Risk of OSA was assessed by STOP-Bang questionnaire; major depression was
assessed by Neurological Disorders Depression Inventory for Epilepsy (NDDI-E)
Indonesian version; general anxiety disorder was assessed by Mini International
Neuropsychiatric Interview for International Classification of Diseases-10 (MINI
ICD-10). Data analysis was done using SPSS 17.0.
Results: Among 93 subjects, prevalence of EDS was 32.3%; female was more
common than male. Related factors that significantly influenced to EDS were age
< 35 years old, seizure frequency within 1 year >8 times, major depression and
potentially DRE. From multivariate analysis, there were 2 independent factors
that related to EDS that were major depression and potentially DRE.
Conclusions: EDS is common in epilepsy patients (32.3%). Major depression and
potentially DRE were related factors of EDS in epilepsy patients.
;Purpose: To determine the prevalence of excessive daytime sleepiness (EDS) in
epilepsy patients and its related factors at Cipto Mangunkusumo Hospital
Jakarta, Indonesia.
Materials and Method: This cross-sectional descriptive study using Epworth
Sleepiness Scale (ESS) questionnaire to identify EDS in epilepsy patients visited
our neurology clinic during October-November 2015 consecutively. Related
factors that had been analyzed were age, sex, seizure type, epilepsy syndrome,
etiology, seizure frequency, nocturnal seizures, risk of Obstructive Sleep Apnea
(OSA), major depression, general anxiety disorder, anti epileptic drug, and
potentially drug resistant epilepsy (DRE). EDS was determined if ESS score > 10.
Risk of OSA was assessed by STOP-Bang questionnaire; major depression was
assessed by Neurological Disorders Depression Inventory for Epilepsy (NDDI-E)
Indonesian version; general anxiety disorder was assessed by Mini International
Neuropsychiatric Interview for International Classification of Diseases-10 (MINI
ICD-10). Data analysis was done using SPSS 17.0.
Results: Among 93 subjects, prevalence of EDS was 32.3%; female was more
common than male. Related factors that significantly influenced to EDS were age
< 35 years old, seizure frequency within 1 year >8 times, major depression and
potentially DRE. From multivariate analysis, there were 2 independent factors
that related to EDS that were major depression and potentially DRE.
Conclusions: EDS is common in epilepsy patients (32.3%). Major depression and
potentially DRE were related factors of EDS in epilepsy patients.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Radistrya Sekaranti Brahmanti
"Pendahuluan Excessive daytime sleepiness / EDS sering dikaitkan dengan penurunan performa kerja dan fatigue pada penerbang sipil. Namun, rekomendasi aeromedis untuk evaluasi EDS saat ini untuk lebih dikaitkan dengan kecurigaan apnea tidur obstruktif / OSA. Dewasa ini, sudah banyak penelitian yang menemukan hubungan antara obesitas dengan EDS terlepas adanya OSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara obesitas dengan EDS pada penerbang sipil di Indonesia dan risikonya terkena OSA.
Metode Penelitian ini menggunakan disain krosseksional dan dilaksanakan di Balai Kesehatan Penerbangan. Responden diminta mengisi kuesioner, termasuk Epworth Sleepiness Scale untuk mengukur EDS dan STOP-Bang untuk menilai risiko OSA, dilanjutkan dengan pengukuran antropometri berupa indeks masa tubuh dan lingkar pinggang untuk indikator obesitas.
Hasil Didapatkan 156 responden dengan hasil prevalensi EDS sebesar 16,7%. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara obesitas dan EDS (p >0,05), tapi prevalensi EDS lebih tinggi pada responden obese berdasarkan lingkar pinggang dibandingkan indeks masa tubuh (17,8% vs 15,6%). Pada penerbang obese dengan EDS, sebagian besar memiliki risiko rendah OSA (83,3% dan 80%).
Kesimpulan Terdapat prevalensi EDS yang meningkat pada penerbang sipil di Indonesia, terutama pada penerbang dengan obesitas sentral. Kejadian EDS tidak dipengaruhi oleh risiko penyakit OSA.

Introduction Excessive daytime sleepiness / EDS is often associated with decreased work performance and fatigue in civil pilots. However, aeromedical recommendations for evaluation of EDS are associated with suspicion of obstructive sleep apnea/OSA. Currently, many studies have found an association between obesity and EDS regardless of OSA. This study aims to determine whether there is a relationship between obesity and EDS in Indonesian civilian pilots, and its risks to get OSA.
Methods This study used a cross-sectional design and was carried out at the Directorate General Civil Aviation Medical. Respondents were asked to fill out questionnaires, including the Epworth Sleepiness Scale to measure EDS and STOP-Bang to assessed the risks to have OSA, followed by anthropometric measurements for body mass index and waist circumference as obesity indicators.
Results We obtained 156 respondents with EDS prevalence of 16.7%. There was no significant relationship between obesity and EDS (p > 0.05), but prevalence of EDS was higher in obese respondents based on waist circumference than body mass index (17,8% vs 15,6%). Most obese pilots with EDS had low risk of OSA (83,3% and 80%).
Conclusion There was an increase of EDS prevalence among Indonesian civilian pilots, especially in pilots with central obesity. The incidence of EDS was not affected by the risk of OSA.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Kamila Nuraini
"Petugas pemadam kebakaran (damkar) bekerja selama 24 jam untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pertolongan untuk operasi kebakaran, operasi penyelamatan orang di darat/air/ketinggian, evakuasi hewan liar, edukasi pencegahan kebakaran di masyarakat, serta pengujian mutu dan investigasi kebakaran. Agregat pekerja berisiko terkena health hazards, damkar yang memiliki waktu kerja dan waktu istirahat yang tak menentu membuat pekerja rentan mengalami kualitas tidur buruk dan berakibat pada kejadian kelelahan. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kualitas tidur dan kelelahan pada petugas Sudin Damkar Jakarta Timur. Variabel kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), sedangkan variabel kelelahan diukur menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test (SSRT). Penelitian menggunakan metode kuantitatif analitik dengan desain penelitian cross-sectional, terdapat 60 responden sebagai subjek penelitian dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil analisis univariat menggunakan uji proporsi distribusi frekuensi menunjukkan 61,7% responden memiliki kualitas tidur buruk serta 80% mengalami kelelahan tingkat ringan. Hasil analisis bivariat menggunakan Somers’d menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dan kelelahan pada petugas Sudin Damkar Jakarta Timur (p = 0,004) dengan kualitas tidur baik akan menurunkan tingkat kelelahan (dyx = +0,259). Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar bagi perawat komunitas pekerja dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan intervensi kesehatan bagi pekerja agar memiliki kualitas tidur baik sehingga dapat mengurangi kejadian kelelahan yang dapat memberikan efek negatif bagi pekerja.

Firefighters work for 24 hours a day to serve people who need help with fire operations, ground/water/high-altitude rescue operations, wild animals evacuations, fire prevention education, and quality testing and fire investigations. Workers are at risk of health hazards, firefighters who have irregular working and resting time make workers vulnerable to poor sleep quality and leads to increased fatigue. The result of this study aimed to identify the association between sleep quality and fatigue among East Jakarta Fire and Rescue sub-Department Officers. Sleep quality variables were measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire, while fatigue variables were measured using the Subjective Self Rating Test (SSRT) questionnaire. The research design used analytical quantitative methods with cross-sectional, there were 60 people as respondents who selected using purposive sampling technique. Univariate analysis using frequency distribution tests showed that 61.7% of respondents had poor sleep quality and 80% experienced mild fatigue. Bivariate analysis using somers'd showed that there is a significant relationship between sleep quality and fatigue among East Jakarta Fire Department Officers (p = 0.004), which good sleep quality decreasing fatigue (dyx = +0.259). The results of this study are used as a basis for community nurses to improve their knowledge and skills to provide health interventions for workers with sleep quality so that they can reduce the incidence of fatigue that can have negative effects on workers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Manik Mahachandra
"Research has been done the effect of coffee on sleepiness. Several studies claim that caffeine is proven to overcome sleepiness. However, little is known about the effect of various methods and amounts of coffee intake on a sleep-deprived person. This study compares the effectiveness of one-time and intermittent intake of coffee to overcome driver sleepiness due to partial sleep deprivation. This study used a within-subject experimental design in a driving simulator. There were eight participants, all of whom met certain criteria. The participants’ degree of sleepiness was measured objectively and subjectively. Objectively, the degree of sleepiness was measured based on alpha, beta, and theta brainwaves using an electroencephalograph (EEG); subjectively, this study used the Karolinska Sleepiness Scale (KSS). The participants experienced partial sleep deprivation the night before each experiment. The results of this study support previous studies’ findings that coffee can reduce sleepiness. This study also found differences in the effectiveness of one-time vs. intermittent intake of coffee (sig. value for EEG = 0.025; sig. value for KSS = 0.001). For partially sleep-deprived drivers, one-time coffee intake was found to be more effective in counteracting both objective and subjective sleepiness than intermittent coffee intake."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana Tricipta Dewi
"Prevalensi perilaku napping, Excessive Daytime Sleepiness (EDS), dan disfungsi di siang hari tinggi pada mahasiswa, serta berdampak pada kehidupan akademik dan sehari-hari. Penelitian ini meneliti hubungan perilaku napping dengan EDS dan disfungsi di siang hari pada 288 mahasiswa di Universitas Indonesia. Metode kuantitatif digunakan dengan desain cross-sectional. Kuesioner yang digunakan adalah Napping Behavior Questionnaire, Epworth Sleepiness Scale, dan Daytime Feelings and Functioning Scale. Hasil menunjukkan hubungan yang signifikan antara perilaku napping dengan EDS dan disfungsi di siang hari. Sebanyak 72,9% mahasiswa melakukan napping, 69,1% mengalami EDS, dan rerata fungsi di siang hari adalah 16.47. Mahasiswa yang napping mengalami kejadian EDS dan disfungsi di siang hari yang lebih tinggi. Mahasiswa disarankan untuk memperbaiki pola tidur dan mengurangi durasi napping. Perlu dilakukan promosi kesehatan tidur, napping, EDS, dan disfungsi di siang hari di lingkungan kampus.

The prevalence of napping behavior, Excessive Daytime Sleepiness (EDS), and dysfunction during the day is high among college students, and has an impact on academic and daily life. This study examined the relationship between napping behavior and EDS and daytime dysfunction in 288 students at the University of Indonesia. The quantitative method was used with a cross-sectional design. The questionnaires used are the Napping Behavior Questionnaire, the Epworth Sleepiness Scale, and the Daytime Feelings and Functioning Scale. The results showed a significant relationship between napping behavior and EDS and daytime dysfunction. As many as 72.9% of students did napping, 69.1% experienced EDS, and the average function during the day was 16.47. Students who napped experienced higher incidence of EDS and dysfunction during the day. Students are advised to improve sleep patterns and reduce napping duration. It is necessary to promote sleep health, napping, EDS, and daytime dysfunction in the campus environment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Antaroza
"Kualitas tidur yang buruk dapat memengaruhi kejadian Excessive Daytime Sleepiness. Kejadian EDS merupakan kantuk yang berlebihan pada siang hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan hubungan antara kualitas tidur dan kejadian Excessive Daytime Sleepiness pada perawat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain analitik korelasional cross sectional menggunakan sampel perawat yang bekerja di salah satu rumah sakit di Kota Depok sebanyak 174 responden. Responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi, yaitu perawat yang melaksanakan dinas kerja shift. Kualitas tidur diukur dengan instrumen Pittburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kejadian EDS diukur menggunakan instrumen Epworth Sleepiness Scale (ESS). Uji hipotesis menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa prevalensi kualitas tidur yang buruk cukup tinggi terjadi pada perawat dan prevalensi yang cukup rendah pada perawat yang mengalami kejadian EDS. Sebanyak 98 perawat (56,3%) memiliki kualitas tidur yang buruk dan 24 perawat (13,8%) mengalami EDS. Sebanyak 13,4% perawat yang mengendarai kendaraan sendiri mengalami kejadian EDS. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dan kejadian EDS (p = 0,015). Perawat yang kualitas tidurnya buruk sebanyak 3,4 kali untuk mengalami EDS (95%CI 1,2; 9,6; OR = 3,4). Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dan kejadian EDS (OR = 6,2; p = 0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka perlunya dilakukan manajemen untuk mengatasi kualitas tidur yang buruk dan meningkatkan kualitas tidur perawat yang sudah baik serta menangani masalah atau gangguan tidur dengan mengoptimalkan kesejahteraan perawat sehingga tidak mengalami kejadian EDS yang berisiko terhadap kecelakaan saat berkendara.

Poor sleep quality can affect the incidence of Excessive Daytime Sleepiness. EDS is excessive sleepiness during the day. This study aims to identify the relationship between sleep quality and the incidence of Excessive Daytime Sleepiness in nurses. This study is a quantitative study with a cross sectional correlational analytic design using a sample of nurses working in one of the hospitals in Depok City as many as 174 respondents. Respondents were selected using purposive sampling technique with inclusion criteria, namely nurses who carry out shift work services. Sleep quality was measured using the Pittburgh Sleep Quality Index (PSQI) instrument and the incidence of EDS was measured using the Epworth Sleepiness Scale (ESS) instrument. Hypothesis testing using the Chi-Square test showed that the prevalence of poor sleep quality was quite high among nurses and a fairly low prevalence among nurses who experienced EDS events. A total of 98 nurses (56.3%) had poor sleep quality and 24 nurses (13.8%) experienced EDS. A total of 13.4% of nurses who drove their own vehicles experienced EDS. There is a significant relationship between sleep quality and the incidence of EDS (p = 0.015). Nurses with poor sleep quality were 3.4 times more likely to experience EDS (95%CI (95%CI 1,2; 9,6; OR = 3.4). There is a significant relationship between gadget use and the incidence of EDS (OR = 6.2; p = 0.05). Based on the results of this study, it is necessary to carry out management to overcome poor sleep quality and improve the quality of sleep of nurses who are already good and deal with problems or sleep disorders by optimizing the welfare of nurses so that they do not experience EDS events that are at risk of driving accidents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>